Halaman

Sabtu, 28 Januari 2012

Pedofil

Keinginan lama untuk mengadakan orgy party bisa kesampaian juga. Robin yang pakar dalam pengembangan jaringan ABG menseleksi sekitar 5 orang . Mereka berusia antara 12 – 15 tahun. Kelima cewek itu 4 diantaranya dijebol Robin dan 1 aku yang jebol berkat kesempatan yang diberikan Robin.
Sebelum pesta ini aku sempat mencicipi 2 diantara 5 orang itu, tapi yang 3 lainnya dah sempat ketemu dan kenalan.
Baru hari Rabu ini seting kami cocok, baik aku, Robin maupun ke 5 cewek itu, semuanya bisa. Situasi yang paling sulit adalah mempertemukan kesempatan luang pada ke 7 oknum itu.
Aku membuka kamar di apartemen hotel di daerah Selatan. Aku minta apartemen yang memiliki 3 kamar. Aku buka untuk 2 malam. Tarifnya lumayan agak nendang juga karena semalam nett nya 1,5 jt. Jadi untuk kamar saja sudah harus disisihkan 3 juta.
Untuk merpati-merpati kecil sudah dicadangkan untuk setiap clitnya Rp 750 k. Itu dengan janji kami membooknya dari jam 11 sampai jam 5 sore. Anak-anak itu tidak bisa diajak nginap.
Keberhasilan menenteng 5 merpati kecil itu juga bukan usaha yang mudah. Pada awalnya aku menyarankan kepada Robin agar jangan mempercayai kesanggupan 5 anak itu. Kuminta dia membook 8 anak. Istilahnya over booking gitulah.
Mengapa begitu banyak. Itu karena tingkat keberhasilan menenteng lebih dari 2 anak dengan jam yang diinginkan agak susah.
Robin meski agak mendebat, akhirnya memesan 8 cewek sekaligus. Dia pesan dari 2 orang perantara salah seorang diantaranya banci.
Benar saja, pada jam yang dijanjikan 10 wib yang bisa muncul nyatanya memang cuma 5 merpati kecil. Yang 3 lainnya tidak bisa menepati jam, ada juga yang tiba-tiba berhalangan.
Kami sudah mencadangkan kemampuan dana seandainya 8 orang itu muncul. Tapi nyatanya memang sesuai dengan perkiraanku mereka tidak bisa semua muncul tepat waktu.
Jam 10.30 Robin memboyong ke 5 merpati, plus 1 bencong dan 1 cewek semacam GM yang aku istilahkan “kibus” (kaki busuk/perantara lendir). Kibus itu tidak bisa dipisahkan dari para merpati. Tanpa si bencong dan si GM merpati-merpati itu tidak bisa terbang sendiri.
Aku sudah menunggu di kamar . Melalui HP aku memberi pengarahan agar Robin mendapat jalan terdekat dan terpraktis mencapai kamar yang dipesan. Aku memilih Apartement hotel ini karena, untuk mencapai kamar tidak perlu melalui resepsionis.
Kalau pun dimonitor lewat CCTV. Kelihatannya seperti keluarga yang ingin liburan dan berenang di hotel. (mudah-mudahan begitulah kesannya).
Setting suasana yang aku ciptakan, mereka semua setelah masuk tidak perlu keluar kamar lagi (maksudnya keluar dari unit apartemen). Aku mempersiapkan lauk dari restoran padang, lalu nasi dan berbagai minuman baik air mineral maupun soft drink dan sebotol kecil dry gin, ginger ale serta selusin bir kaleng.. Perbekalan ini cukup untuk hidup 48 jam.
Rombongan masuk. Mereka semua seliweran memeriksa keadaan ruangan, termasuk para kibus. Robin yang menjemput merpati kemudian bercerita sedikit mengenai masalah kecil dalam proses penjemputan, sehingga akhirnya baru jam setengah 12 bisa masuk hotel.
Aku mempersila kan semua rombongan untuk mengambil sendiri minuman yang mereka suka. Si bencong yang kutaksir masih 18 tahun dengan gaya centilnya melenggak-lenggok menuju kulkas di dapur, lalu mengambil sekaleng minuman soda. Para merpati kecil kemudian mengikuti dan mencomot minuman kesukaan mereka.
Dasar masih anak-anak, yang diambil ya minuman juice dan fanta merah. Kibus cewek namanya Lia umurnya sekitar 20 tahun, menarik sekaleng bir lalu menuju ruang duduk dan menyulut rokok mentol.
Aku menghidupkan TV di ruang duduk.
Setelah semua usai mengambil nafas dan masing-masing sudah menenggak minuman, aku mulai membuka pembicaraan. Pertama aku menanyakan apakah ada yang bisa pulangnya besok. Ternyata tidak satupun yang bisa, semua punya alasan . Mereka harus sudah sampai di rumah sekitar jam 6 atau 7 malam.
Itu sudah kuperhitungkan sejak awal. Waktunya bersama mereka hanya sekitar 6 jam, jadi harus digunakan secara efektif.
Aku menarik bencong dan kibus cewek yang kuingat bernama Lia. Lia dulunya pemain, mungkin sampai sekarang masih, umurnya masih sekitar 20 thn, tapi wajahnya di bawah standar.
Aku dan Robin berdiskusi di meja makan yang agak jauh letaknya dari anak-anak itu ngumpul nonton tv di ruang tamu. Aku mengkonfirmasi apakah mereka bersedia melakukan syarat yang aku minta dan juga soal bayarannya. Lia dan bencong mengangguk . Aku sebelumnya menginformasikan ke para kibus bahwa selama di apartemen para merpati itu harus nude dan tidak boleh menolak dicumbu oleh siapa pun.
Persoalannya sekarang para kibus ini harus bagaimana, masa semua kami telanjang dia pake baju. Tapi kalaupun mereka telanjang, aku tidak tertarik dan bisa merusak suasana.
Aku meminta mereka tidak merusak suasana dan memberi keberaDiahn kepada anak-anak untuk memulai buka baju. Si bencong boleh hanya memakai celana dalam, tapi si Lia harus ikut telanjang juga. Bedanya si Lia dan Bencong tidak terlibat dalam party, mereka boleh menonton atau boleh di kamar yang sudah disediakan, yaitu kamar yang paling kecil dengan tempat tidur single.
Meskipun mereka berat hati akhirnya mereka setuju juga. Penelanjang para anak-anak itu bisa dimulai dari kamar mandi sekaligus mereka membersihkan diri.
Kedua mereka kemudian menggiring anak buahnya, Si bencong ke kamar mandi luar dan si Lia ke kamar mandi di dalam kamar.
Begitu mereka menghilang masuk ke kamar mandi aku dan Robin segera membuka semua baju. Aku agak ngaceng sedang Robin lebih ngaceng, mungkin karena sudah dari tadi dia bersama cewek-cewek itu, atau karena faktor usia juga. Aku jauh lebih tua dari Robin.
Aku setelah telanjang lalu mengatur suhu ruangan agar tidak terlalu dingin. Anak-anak itu cekikikan sambil berusaha menutupi kemaluannya. Aku membiarkan mereka berlaku begitu, karena untuk jadi nudis memang perlu waktu penyesuaian.
Setelah kesemuanya bertelanjang kecuali si bencong yang mengenakan celana dalam aku menawarkan mereka makan siang.
Untuk membiasakan pergaulan kami memulai dengan nude lunch bersama. Mereka bebas memilih mau makan di mana, bisa di meja makan yang ada 6 kursi, atau di ruang duduk yang cukup menampung 6 orang.
Anak-anak itu rupanya memilih makan di meja makan mengikuti temannya yang pertama. Anak-anak selalu ngikut yang pertama temannya lakukan. Aku dan Robin Makan sambil berdiri, sementara si bencong makan di dapur sambil duduk di kursi. Dari dapur bisa kok memandang ke ruang makan maupun ke ruang tamu. Jadi meski makan di dapur, tidak lah pula terasa diasingkan. Aku dan Robin makan sambil berdiri dengan bersetumpu pada meja bar yang menghubungkan dengan dapur ke ruang tengah.
Bagus juga kelihatan suasananya. Melalui remote control aku mengaktifkan movie camera yang kuletakkan di dalam tas dan menghadap ke meja makan. Ada satu lagi yang menghadap ke ruang duduk di ruang nonton TV. Di bagian itu tidak aku hidupkan, karena tidak ada obyek di sana. Aku dan Robin menghindar dari sorotan kamera. Kamera itu aku letakkan di dalam tas tersembunyi, hanya lubang kecil saja yang menjadi akses lensa. Jadi mereka semua tidak tahu sedang menjadi sorotan kamera. Lampu sengaja aku terangkan agar gambar terekam jelas.
Sekitar 30 menit nude lunch berlangsung, lalu disambung dengan minum kopi atau wine. Anak-anak itu kutawarkan mencoba minuman lemon dingin. Aku mencampur soda water, jeruk nipis, sirup vanila dan gin tonic. Rasanya agak kecut manis dan ada nuansa alkoholnya.
Mungkin karena mulut terasa amis sehabis makan, mereka mau juga mencoba sedikit-sedikit. Si bencong dan Lia lebih memilih nyedot rokok mentolnya.
Aku dan Robin lalu mengiring para merpati itu duduk di ruang tv. Aku duduk di tengah sofa paling lebar, merpatinya satu di sisi kiriku dan dua di sisi kananku. Si Robin memilih memangku dua cewek sekaligus.
Tangan Robin mulai meremas-remas susu kecil kedua gadis yang dipangkunya. Aku juga menggapai kedua susu di kanan kiriku. Seorang lagi yang tidak tergapai aku minta duduk di karpet di depan kedua kakiku. Dia duduk di situ sambil kujepit kakiku.
Tanganku bergantian meremas susu ketiga anak itu.
Aku dan Robin kelihatannya lebih dahlu terangsang dari pada cewek-cewek itu. Mereka bukannya menghayati remasan, malah ketawa cekikian. Suasana romantis tidak bisa tercapai, kecuali situasi yang menggelikan. Bagiamana tidak, kami berdua dengan Robin sudah tegak 100 persen, anak-anak itu malah cekikikan kegelian dicemek-cemek.
Aku beralih mengobok-obok kedua memek di kiri-kananku. Si Ria yang umurnya sekitar 14 tahun kuminta mengulum penisku. Situasinya agak susah bisa masuk ke suasana sensual.
Robin kuperhatikan dikangkangi cewek yang kutaksir masih berusia 12 tahun. Cewek itu berdiri dikursi sambil tangannya berpegangan sandaran kursi dan memeknya dijilati si Robin. Yang satu lagi kelihatannya agak lebih tua, karena ada jembutnya sedang mengulum penis si Robin.
Aku merasa sudah makin panas maka kutarik salah satu cewek yang kutaksir paling muda, sebab jembutnya masih sedikit. Dia kupangku dengan posisi berhadapan. Pelan-pelan aku tepatkan penisku memasuki vaginanya sampai akhirnya ambles semuanya. Aku genjot dia Belum 5 menit aku sudah menyerah dengan semburan sperma di dalam vaginanya.
Aku langsung berdiri sambil tetap membopongnya dengan posisi penisku masih didalam liangnya, untuk menghindarkan mani banyak meleleh ke sofa. Aku bopong dia masuk ke kamar mandi. Tapi belum sampai kamar mandi dia sudah minta turun, karena takut jatuh. Begitu dilepas, air maniku tumpah ke lantai.
Aku berjalan sendiri ke kamar mandi membersihkan diri. Anak itu kemudian menyusul masuk ke kamar mandi setelah melihat aku keluar.
Setelah ejakulasi , selerea sex ku jadi hilang. Aku jadi tidak berminat lagi mencumbui mereka. Tetapi aku tidak boleh mengikuti perasaanku. Aku harus menjaga suasana agar tetap hot.
Kedua cewek yang tadi bersamaku kusuruh duduk di sofa dan aku mengambil posisi di selangkangan salah satu dari mereka. Aku mengoral salah satu dan tanganku mengobok-obok cewek yang satunya.
Kalau aku mengoral cewek yang dewasa biasanya mereka sudah terengah-engah, tetapi anak bau kencur ini kok kayaknya gak terangsang. Padahal aku sudah memusatkan jilatan ke bagian clitnya. Bosan mengroal aku pindah mengoral yang satunya. Cewek ini pun lama sekali dan kayaknya gak begitu terangsang. Malah aku yang kembali menegang.
Aku menggiring ketiga cewek ini masuk ke kamar tidur utama dan cewek yang terakhir aku oral aku tancap.
Mungkin karena ini ronde kedua aku lama sekali keluarnya. Kuperhatikan cewek yang aku garap pun tidak juga kunjung menikmati apalagi sampai orgasme. Ah masa bodoh amat lah, kan tugas mereka memuaskan aku. Aku kemudian menggilir cewek yang pertama aku oral tadi. Aku kembali menyodok penisku masuk ke lubang yang kedua atau yang ketiga dalam pertempuran hari ini.
Meski mereka masih belia, tetapi ketika penisku sudah keluar masuk ke dalam vaginanya, rasanya biasa saja, tidak terasa sempit, atau menggigit seperti digambarkan di cerita-cerita porno. Mereka malah hanya diam saja tidak memberi reaksi perlawanan, dan juga tidak terengah-engah seperti kalau aku menyetubuhi cewek dewasa.
Aku berusaha kosentrasi sampai akahirnya aku mendapatkan ejakulasi di lobang yang kedua ini.
Badanku lemas sekali, dan alkohol yang tadi kuminum sedikit memberi reaksi ngantuk. Kutarik selimut dan aku tertidur.
Tidak tahu berapa lama aku tertidur, tetapi ketika aku bangun, cewek-cewek itu pada cekikikan menonton TV sambil berselimut. Mereka rupanya kedinginan. Robin, juga terlelap di kamar sementara ceweknya nonton tv. Keinginan ku sebenarnya ingin menjajal yang dimakan Robin tadi, tetapi seleraku tidak bangkit. Kalau diikuti selera, kayaknya sampai nanti waktunya habis aku juga masih kurang selera.
Aku minta ke Ria dan si Bencong agar mengarahkan anak buahnya yang tadi kupakai menggoda si Robin yang sedang lelap. Mereka kuminta membersihkan penis Robin lalu mengoralnya.
Dengan gerak gontai dan berat ketiga yang aku pakai tadi menuju ke kamar Robin digiring oleh gembalanya.
Si Bencong dan Ria lalu keluar dan menutup pintu.
Kedua cewek yang dipakai Robin kuminta berada di kiri kananku. Salah satu kemudian kuminta mengoralku dan yang satu lagi kucemek-cemek tetek kecil dan memek kecilnya.
Dari keadaan loyo, penisku lama-lama bangun juga dan terus bisa mengeras. Kalau tadi aku tidak menelan viagra mungkin barangku belum mau bangkit.
Setelah bisa tegak aku mengajak kedua cewek itu masuk kamar dan prosesi eksekusi mulai dari cewek yang lebih muda dan nonoknya gundul. Meski gundul, tapi lubangnya tidak terasa sempit. Rasanya sih sama aja dengan lubang memek dewasa.malah minusnya mereka tidak memberi reaksi. Perduli amat, 5 menit aku sikat si memek gundul lalu berganti dengan memek yang udah berjembut, rasanya juga sama, tidak terasa sempit malah lancar-lancar aja.. Aku akhirnya bosan juga menggumuli kedua cewek ini sampai ketegangan barangku jadi agak berkurang. Aku menyudahinya karena badanku terasa capek. Aku mengajak mereka ke kamar mandi untuk cuci alat vital dan mereka kuminta menyabuni barangku yang setengah tegang.
Setelah mengeringkan badan aku minta mereka memanggil si Lia dan mereka kubebaskan kalau mau makan lagi atau minum di ruang tengah.
Lia masuk dengan muka nada bertanya. Aku memintanya dia menuntaskan permainan, dan nanti akan ada ekstra tambahan untuknya.
Aku tidur telungkup, Lia kuminta memijatku. Badanku terasa penat dan lemes, tetapi karena semangat Lia memijat akhirnya aku mulai terangsang. Dia pintar juga memijat sambil menyenggol-nyenggol penis dan kantong menyan.
Aku berbalik telentang, dan bagian depanku dipijatnya sambil kadang-kadang penisku di cengkeramnya.
Setelah selesai memijat Lia kuminta mengoral. Tidak perlu menunggu lama dia segera mengoralku. .Jilatan dan hisapannya jauh lebih nikmat dari anak-anak bau kencur tadi. Aku jadi kembali terangsang. Aku minta Lia memasukkan penisku ke lubang kemaluannya sambil aku tidur telentang.
Lia sambil posisi jongkok lalu membenamkan penisku ke dalam memeknya. Entah dibuat-buat atau asli dia mendesah ketika barangku pelan-pelan menerobos masuk.
Namun dari gerakan dan desahannya yang seirama, rasanya Lia memang asli menikmati permainan. Aku melihat kenyataan itu jadi makin terangsang dan semangat.
Gila Lia makin bergerak liar sampai akhirnya dia ambruk dan lubang memeknya berdenyut-denyut mencengkeram penisku.
Kubalikkan posisi dan aku berada di atasnya. Aku mengenjotnya. Memeknya terasa lebih menggigit dibanding memek anak-anak tadi. Lia malah bereaksi lebih merangsang. Meski mukanya agak jelek, tapi, teteknya lumayan besar dan sex responsnya lebih ok.
Ini mungkin yang diibaratkan muka setan rasa ketan. Aku makin bersemangat menggenjot dan rupanya orgasme Lia datang lagi, dia berteriak sambil menutup bantal ke mukanya. Sedangkan aku masih belum ada tanda-tanda mau meletup. Aku berhenti sebentar untuk memberi ruang bagi orgasme Lia. Setelah mereda kedutan di dalam vaginanya aku kembali menggenjot. Aku berkonsentrasi agar bisa mencapai orgasme. Hampir 5 menit kemudian aku pun akhirnya meledakkan sperma.
Badanku lemas, setelah melepas 3 tembakan.
Sekitar 10 menit aku beristirahat lalu bangkit ke kamar mandi dan cuci-cuci. Di luar kulihat Heman masih mengenjot salah satu cewek yang pertama kupakai dengan posisi dogy di ruang makan. Cewek yang lainnya cuek aja sambil menonton televisi.
Perutku terasa lapar dan aku menyambar piring. Makan sambil menonton Robin ngembat rasanya aneh juga.
Jujur aku mengakui tidak ada yang istimewa dari orgy party abg yang baru kulalui. Rasa nya hambar saja, tidak ada kemesraan dan akrab. Yang ada malah kewajiban untuk mengejar target memompa 5 cewek. Rasanya orgy ini hanya untuk memuaskan nafsu avonturir saja.
Belum jam 5 kami sudah kembali berpakaian dan anak-anak itu sudah menerima jatah bayarannya masih-masing, malah pada minta tambah. Akhirnya setelah berembuk dengan Robin, anak-anak itu kami tambahin seratus-seratus. Kibusnya juga begitu, dari jatah limaratus mereka minta tambah seratus juga. Lia malah kutambah tiga ratus lagi.
Mereka kami pulangkan dengan memanggil 2 taksi. Setelah mereka meninggalkan hotel, aku berdiskusi dengan Robin. Robin yang sudah terlanjur pamit keluar kota dari rumahnya terpaksa harus tetap berada di hotel ini. Aku sama saja.
Kalau dituruti, aku sebetulnya sudah tidak berminat meniduri perempuan lagi malam ini. Tapi kami sudah mengambil hotel ini 2 malam. Mungkin ketika kami mengambil hotel ini terlalu bersemangat. Rasanya kalau malam ini tidur berdua dengan Robin di Hotel, aneh banget.
Soal mau dipakai atau tidak, akhirnya aku dan Robin sepakat untuk mengundang 2 cewek, masing-masing untuk aku dan Robin, menemani kami tidur semalaman.
Robin mulai mengontak koleksinya
Dia berhasil mendapatkan 2 cewek yang untuk dia katanya umurnya 22 tahun dan Cina, dan untuk aku katanya umurnya 24 tahun cukup manis pernah dipakai Robin..
Sekitar jam 8 aku dan Robin turun dan keluar hotel. Kedua cewek itu menunggu di Hero Supermaket yang letaknya agak bersebelahan dengan hotel.
Keduanya cukup manis dan cantik. Ceweknya Robin kelihatan Panlok banget, sedang cewekku kelihatannya kayak orang Jawa, rambutnya lurus sebahu dan putih.
Setelah membekal hamburger kami kembali ke hotel. Sesungguhnya aku kurang berselera main sex malam ini, tapi sayang juga kalau dianggurin.
Kami duduk berpasang-pasangan seperti dua pasang kekasih yang sedang menikmati bulan madu.
Aku menenggak bir kaleng dan menikmati kepulan asap rokok Marlboro sambil memeluk Shinta, begitu nama cewekku. Cewek si Robin namanya kalau nggak salah Alin.
Kata Robin mereka minta disangui sejuta untuk nemeni semalam. Mereka bukan prof, tetapi sambil bekerja di kantor, kadang-kadang menerima orderan juga. Aku tak berminat menyelidik dimana kerja dan kantornya. Kurasa sudah kode etik dalam duDiah perlendiran hal-hal seperti itu tidak etis ditanyakan.
Setelah puas makan minum, kami lalu mengiring pasangan masing-masing ke dalam kamar.
Shinta sangat aktif merangsangku. Sedangkan aku yang telah kekenyangan main seharian tadi agak kurang agresif. Makanya ketika celanaku dipeloroti, barangku masih loyo. Shinta meledek, katanya adek ku masih ngantuk. Shinta mulai menciumi sekitar kemaluanku, dengan mengulum penis, lalu kantongnya dan turun sampai ke lubang matahari.
Aku jadi tidak bisa tinggal diam, karena merasa geli campur syur. Pelan-pelan si otong bangun juga dikerjai Shinta. Nafsuku pun jadi ikut bangkit. Kubalikkan posisi sehingga aku jadi menindih Shinta. Aku ciumi BD nya yang lumayan kencang dan menantang. Putingnya masih kecil menandakan dia belum pernah hamil, perutnya juga masih kencang.
Dari kedua dadanya aku meluncur turun, sampai ke bulu pubis yang tidak terlalu lebat. Kuciumi seputar kemaluannya, tidak ada aroma yang menjijikkan. Kedua kakinya aku renggangkan dan tanganku menguak lipatan kemaluannya. Aku mencari posisi clitoris. Kelihatan agak menonjol sedikit mengkilat. Penampilan clitors seperti ini menandakan pemiliknya sudah terangsang. Aku menyapukan lidahku ke bibir kemaluannya. Shinta mulai mendesah sambil pinggulnya bergerak. Saat lidahku menyapu clitorisnya, dia berteriak pelan sambil mengangkat pinggulnya.
Aku lalu menyapu terus clitorisnya sambil Shinta terus menerus mendesah dan bergerak. Dia sudah makin tinggi terangsang. Aku membekapkan mulutku ke bagian clitorisnya, untuk memudahkan konsentrasi sapuan lidah ke klitoris. Shinta makin kelojotan dan tidak lama kemudian dia menjerit karena mencapai orgasme. Clitorisnya berdenyu-denyut dan bagian bibir vaginanya juga berdenyut. Aku menghentikan sapuan lidah dan menekankan lidahku ke clitorisnya.
Setelah denyutan agak reda aku duduk bersimpuh di antara kedua kaki shinta yang mengangkang, Jariku yang tengah ku tusukkan ke dalam vagina. Terasa sangat basah, mungkin campuran cairan pelumas vagina dengan ludahku. Aku perlahan-lahan mencari benjolan lembut di dinding atas vagina. Dengan gerak lembut dan hati-hati aku menemukan apa yang kucari. Bagian itu lalu aku usap pelan dan lembut sekali. Usapanku membuat benjolan lembut itu makin mengeras. Aku terus menyapu bagian itu dengan gerak halus dan tanpa tekanan. Shinta mulai kelojotan dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia akhirnya berteriak keras sekali bersamaan dengan datangnya denyutan di dalam kemaluannya. Lubang vagina Shinta berdenyut cukup lama. Setelah akhirnya denyutan itu reda, kutarik jariku.
Shinta mengaku rasa yang barusan enak sekali, sekarang dia merasa lemas dan ngantuk. Biasanya kalau cewek mencapai orgasme yang optimal pasti dia merasa ngantuk. Tapi aku dalam keadaan sebaliknya. Badanku sudah terbakar oleh birahi dan kemaluanku sudah tegak sempurna.
Aku membimbing penisku memasuki lubang kenikmatan Shinta. Dia mendesis pelan ketika prosesi masuknya penisku sampai ambles semua. Perlahan-lahan aku mulai memompa. Sambil bergerak naik-turun aku mencari posisi yang maksimal merangsang vagina Shinta. Posisi itu akhirnya kudapatkan. Dia membalas setiap gerakanku dan aku merasa penisku diremas oleh ketatnya lubang vagina.
Aklu membandingkan memek-memek kecil yang kulahap tadi siang dengan yang kurasakan sekarang. Secara Umur, seharusnya memek Shinta lebih longgar, tetapi nyatanya yang tadi siang terasa lobok setelah kutikam berkali-kali. Tapi memek ini sudah 5 menit lebih aku menikamnya masih tetap terasa enak. Saking enaknya mungkin sampai Shinta kembali mencapai orgasme dan di menjerit lalu menarik badanku merapat. Aku merasa peli ku seperti diremas-remas oleh kontraksi vagina. Setelah dia selesai orgasme aku kembali melanjutkan. Shinta sempat minta ampun agar aku berhenti dulu, karena dia merasa lemas sekali. Tapi dengan sentuhan ciumanku ke mulutnya, dia jadi tidak bisa bicara dan penisku terus naik turun seperti piston dengan stroke panjang.
Aku terus mengenjot dan berkonsentrasi sambil berkhayal yang erotis akhirnya aku merasa mulai ada desakan mani akan melejit. Aku mempercepat pompaan. Tapi agak lama juga pompaan ini baru mampu mengeluarkan maniku yang tinggal sedikit. Begitu terlepas, terasa sekali denyutan nikmat bercampur agak ngilu sehingga aku membenamkannya dalam-dalam di dalam memek Shinta. Mungkin karena pengaruh denyutan itu, Shinta jadi ikutan orgasme pula.
Begitu usai, Shinta sudah seperti orang pingsan. Dia tidak peduli lagi air maniku meleleh di vaginanya. Sementara aku bangkit ke kamar mandi mencuci seluruh batangku dan juga gosok gigi dan berkumur dengan cairan kumur.
Aku pun sudah lelah dan mengantuk. Kutarik selimut dan aku langsung tertidur lelap.
Jam 4 pagi aku terbangun karena sesak pipis. Batangku jadi tegang karena ereksi kebelet pipis.
Setelah pipis terlampiaskan, rasa ngantuk jadi hilang. Aku kembali tidur di samping Shinta sambil meremas buah dadanya yang kenyal. Shinta terbangun oleh gangguanku. Dia rupanya juga kebelet pipis. Buru-buru bangkit dan ngacir kekamar mandi dengan kondisi telanjang. Agak lama di sana mungkin sekalian bersih-bersih memek.
Shinta kembali ke tempat tidur dalam keadaan segar. Tapi karena udara dingin AC dia pun menarik selimut. Shinta berada dibawah selimut bersamaku. Jadi tubuh telanjang kami saling bersentuhan.
Aku sebetulnya tidak terlalu ingin berhubungan pagi ini. Pelerku aja masih kuyu setelah terlampiaskan pipisnya tadi.
Tapi Shinta menggerayangi kebanggaanku itu dan meremas-remas pelan-pelan sambil tubuhnya memelukku. Aku pasrah dan diam saja.
Mungkin pengaruh Viagra yang kutelan kemarin masih ada, akibatnya penisku mulai mengeras pelan-pelan. Setelah mulai berkembang, Shinta masuk ke bawah selimut dan dia mulai mengulum penisku.
Saat Shinta terlindung dalam selimut, Robin masuk ke kamarku. Air mukanya mencari-cari. Aku tau yang dia cari lalu tanpa kami mengeluarkan suara aku menunjuk ke arah Shinta di bagian bawah ku. Robin lalu mengangguk,. Dia keluar dan tak lama kemudian balik lagi masuk kamarku dan menggandeng si Alin. Alin menahan tarikan Robin untuk masuk ke kamarku, Tapi Robin terus memaksa sampai akhirnya Alin jadi seperti kambing ditarik pemiliknya. Alin berjalan sambil menutup buah dadanya.
Robin dengan satu gerakan tiba-tiba menyingkap selimutku. Terlihatlah Shinta yang sedang mengulum. Dia terkejut dan malu tetapi Robin tidak lagi memperhatikan Shinta dia malah menarik Alin untuk bersama-sama menjatuhkan diri ke ranjang ku. Di mencumbui Alin sebentar. Alin masih agak canggung, tapi dia kemudian membalas cumbuan Robin. Robin menindih Alin dan merosot ke bawah mengoral Alin. Mesin nafsu Alin mulai panas, dia tanpa peduli bahwa ada aku dan Shinta mulai mendesah. Robin berhasil membangkitkan birahi Alin
Robin tidak menuntaskan oralnya . Dia kembali merambat keatas dan mulai mencucukkan penisnya ke vagina Alin. Kira-kira 20 gerakan Robin minta posisi dibalik. Dengan gerakan pelan Alin berubah jadi menindih Robin. Robin mengarahkan Alin agar duduk tegak di atas kemaluannya.
Melihat adegan yang syur itu, Ssinta kemudian mengambil inisiatif untuk juga mendudukiku.
Aku dan Robin menikmati pemandangan langka, dua pasang susu yang mengelembung berguncang-guncang karena pemiliknya sedang menggenjot pasangannya.
Robin mulai iseng dia meraih tetak Shinta yang memang kelihatan lebih gemuk dari Alin. Shinta cuek saja malah dia berakting, seolah-olah dia makin terangsang. Kepalanya di dongakkannya ke belakang, sambil mengeluarkan suara yang merangsang.
Alin tidak bisa mencegah tangan usil Robin. Dia kelihatannya berkonsentrasi menikmati ganjalan penis Robin di dalam nonoknya.
Aku mengambil kesempatan yang sama dengan menjulurkan tanganku meraih susu Alin yang putingnya merah jambu. Mulanya Alin kaget, tetapi kemudian dia pasrah.
Entah berapa lama mereka menggenjot akhirnya Shinta rubuh duluan dari Alin. Padahal peliku masih sehat bugar. Kelihatannya Robin juga belum O.
Kami membalik posisi sehingga aku dan Robin menjadi MOT. Genjot sebentar lalu aku dan Robin saling berpandangan. Dia memberi isyarat dengan menggerakkan kepala, aku menyambutnya dengan anggukan. Bahasa para pemain ulung rupanya sudah demikian tinggi sehingga komunikasi itu nyambung.
Aku dan Robin mencopot penis dari sarang pasangan kami masing-masing, Lalu dengan gerakan cepat kami saling menindih dan berusaha secepatnya menyarangkan batang kami ke sarang patner silang.
Belum sempat mereka protes aku dan Robin sudah berhasil melakukan genjotan. Alin merengut dan mengeluh bahwa kami jahat. Shinta kelihatanya lebih terbuka, dia Pasrah saja di swing.
Mungkin hanya kerakusan laki-laki saja yang merasuki kami. Nyatanya rasa memek Alin sama saja dengan Shinta. Yang membedakan hanya wajah dan bentuk tubuh serta warna kulit saja.
Pertukaran itu mungkin mengganggu konsentrasi pasangan cewek kami, sehingga aku susah mencari posisi yang maksimal. Aku sudah hampir bosan karena menggenjot 10 menit bukan makin terasa enak, malah terasa makin lelah.
Menjelang titik jenuhku, Alin baru bereaksi. Aku menemukan sentuhan pelerku di bagian G spotnya, sehingga di mulai merintih. Aku kembali bersemangat dan aku juga berkonsentrasi memacu untuk segera melepaskan sari tubuhku. Dalam durasi sekitar 5 menit Alin menjerit. Melihat reaksi itu aku jadi terpacu dan menggenjot lebih cepat, sampai Alin mengampun-ampun. Aku tidak perduli sebab kalau aku berhenti, aku bisa kembali mulai dari persneling 1 lagi. Ini sudah kecepatan tinggi gigi 5 aku menggenjot karena terasa akan ejakulai. Alin menghiba-iba minta ampun dan aku terus menggenjot sampai akhirnya aku mengeluarkan ejakulasi.
Aku tidak sempat memperhatikan Robin, karena kemudian aku jatuh tertidur.
Mungkin lelap sekitar 2 jam aku baru terbangun. Kulihat Robin terkapar. Shinta sudah tidak ada di ranjang, Alin pun hilang.Aku bangkit bermaksud cuci badan. Eh di kamar mandi ketemu Alin yang sedang jongkok menceboki kemaluannya.
Kutanya Shinta dimana. Alin menjawab Shinta sudah keluar kamar. Aku membersihkan diri, gosok gigi lagi dan bersama Alin dalam keadaan nude keluar kamar. Shinta rupanya sedang menyiapkan minuman kopi kami. Kami bertiga menyeruput minuman hangat sambil sesekali mencelupkan roti.
Asyik banget rasanya breakfast sambil nude. Shinta berencana pulang agak cepat, dia jam 8 mau cabut mau kembali kerja ke kantornya. Untungnya dari tempat kami menginap kantornya tidak terlalu jauh, katanya gak sampai setengah jam udah nyampe. Shinta lalu bergegas mandi lalu keluar dengan pakaian rapi seperti wanita karir. Rupanya Alin juga ingin menumpang taksi Shinta, dia pun sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Kata Alin dia akan meneruskan dengan busway ke tempat kerjanya.
Setelah semua transkasi diselesaikan Alin dan Shinta meninggalkan kami yang sudah kecapaian.
Masih ada waktu 2 hari satu malam lagi. Padahal kami sesungguhnya sudah puas dengan petualangan sex. Rasanya seminggu lagi nggak ngembat masih bisa tahan. Tapi dasar Robin dia selalu punya ide gila. Dia menawarkan menu siang ini dengan suguhan perawan di bawah umur.
Sebetulnya aku kurang tertarik dalam soal memuaskan sex, tetapi menu perawan, membuatku penasaran, aku sudah lama tidak merasakan perawan, apalagi sekarang tawarannya menu cewek yang baru gede masih perawan.
Tanpa persetujuanku Robin mulai mengontak jaringannya. Jam 12 dia mendapat kabar ada stok cewek umurnya juga sekitar 12 masih perawan butuh duit. Menurut kibus Robin ada stok 3 perawan yang usianya sebaya itu. Setelah memilih spek yang cocok, dia akhirnya memesan 2 orang. Dia minta si kibus ke Blok M dan meeting pointnya di Blok M.. Setelah deal, sekitar jam 12 kurang 15, Robin meluncur ke Blok M.
Aku yang tinggal sendirian bosan tinggal di kamar lalu turun ke bawah. Maksudnya mau berenang. Aku tidak jadi berenang, hanya duduk-duduk saja di payung di pinggir kolam renang. Handphoneku berdering. Nomernya tidak aku kenal. Dia ternyata Diah wanita Jawa umur sekitar 28 an, selingkuhan ku dosen di Jogja. Aku udah 2-3 tahun tidak pernah kontak dengan dia, sejak aku jarang ke Jogja. Diah seksnya luar biasa dan yang aku senangi dia sangat telaten melayaniku. Mukanya tidak terlalu cantik, tapi kata orang jawa cukup manis dan kulitnya rada gelap.
Mungkin kebetulan atau apa, dia berada di Jakarta dan ingin ketemu aku. Dengan lagak sok sibuk aku menyanggupinya ketemu setelah jam kantor. Aku beralasan sekarang sedang kerja. Padahal lagi nunggu lobang buntu.
Dia setuju, tapi aku harus menyediakan penginapan. Siang ini dia memang juga belum bisa ketemu, karena masih harus menghadiri seminar. Pas lah.
Aku kembali ke kamar, semua sudah rapi, mungkin petugas house keeping yang mengerjakan tadi. Aku melongok keluar, memang benar ada kereta dorong house keeping tak jauh dari kamarku. Aku datangi dia dan kuselipkan 50 rb sebagai tips terima kasih merapikan kembali kamarku.
Tak lama kemudian Robin datang dengan tentengan dua cewek mungil dan seorang wanita dewasa. Kedua cewek itu tertunduk malu. Dari raut wajah dan tubuhnya kedua anak itu masih kelihatan muda sekali. Mungkin teteknya baru numbuh kemarin.
Menghadapi kedua cencen (istilah ku untuk cewek yang underage), perlu sosialisasi . Tapinya susah berkomunikasi dengan mereka. Mungkin mereka malu, canggung, jadi susah nembung omongan. Robin kelihatannya sudah tidak sabar. Dia menarik cewek yang agak putih dan kelihatannya lebih muda. Cewek satunya lalu kutarik agar duduk mendekatku. Dia pasrah saja. Tapi tetap saja memberi jawaban sepotong kalau kutanya.
Dari pada susah-susah, toh dia sudah tahu tugasnya apa. Kugandeng dia masuk ke kamar. Aku minta dia ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan semuanya. Tak lama kemudian dengan penutup handuk dia keluar dan duduk di samping ku. Kurebahkan ke kasur dan aku mulai meremas susu kecilnya. Putingnya masih kecil banget. Kalau mau dilomot, apa enaknya. Aku hanya menjilat-jilat saja. Dia kegelian dan menolak untuk kuteruskan jilatannya.
Tanganku merambah ke bawah, tapi dicegahnya. Aku meyakinkan dia, bahwa tindakan ku itu tidak perlu dicegah, tidak usah malu. Memeknya menggelembung dan masih gundul. Kusibak untuk melihatnya memang terlihat gundul dan mentul.
Aku terus menjilati kedua susu yang baru numbuh dengan pentil kecil. Dia mengelinjang-gelinjang . kayaknya menggelinjang bukan karena rangsangan tetapi menahan geli. Sementara tanganku terus mengubek-ubek memek kecilnya.
Aku kemudian menghentikan aktifitasku. Aku lalu menanyakan kepada cewek yang kemudian kekutahui namanya Dina. Dia dijanjikan menerima duit 1,5 juta dari maminya. Ah , padahal aku membayar perawannya ini 2,5 juta dan maminya 500 ribu. Jadi rupanya si mami dapetnya lebih banyak. Karena kalau dua anak dia total dapat 3 juta.
Lalu aku janjikan tambahan 1 juta lagi dengan syarat aku boleh foto dia dulu dalam keadaan telanjang. Aku berjanji merahasiakan uang tambahan itu dari maminya. Dia berpikir sebentar lalu dia setuju.
Aku mulai mempersiapkan kamera digitalku, semua pose aku shoot, dan episode terakhir aku mengambil lubang vasgina yang masih ada selaput perawannya. Dia agak sakit ketika kuminta membuka belahan vaginanya. Perih katanya. Aku terpaksa mengambil gambar berkali-kali sampai yakn mendapatkan citra yang bagus.
Sesi selanjutnya aku merekam video. Dia kuminta menari-nari, dari kamar mandi sampai ke ranjang lalu merenggangkan kedua kakinya dan kembali membuka belahan memeknya sampai terlihat kembali selaput daranya.
Setelah kurasa semua lengkap aku kembali mengerjai gadis cilik ini. Dia mulanya menolak untuk aku oral, tapi karena aku terus memaksa akhirnya dia dengan berat hati mau juga. Dia menggelinjang-gelinjang ketika lidahku menyapu kemaluannya. Dia mengeluh rasanya geli sekali. Aku tetap meneruskan misiku sampai akhirnya bisa membekapkan mulutku di sekitar clitorisnya. Aku mulai menyapu clitorisnya. Dia kembali menggelinjang sambil menarik badannya keatas. Dia mengeluh geli.
Bagi cewek yang belum siap disetubuhi, atau belum terangsang, semua sentuhan terhadap memeknya akan dirasakan geli. Itu tidak saja pada cewek kecil, tetapi juga terhadap cewek dewasa. Itu adalah pengalaman.
Aku lama sekali mengoral, meki kecil ini, tetapi gelinya tidak kunjung sirna. Aku bosan dan ingin langsung ke tujuan utama.
Kutarik badannya sehingga panggulnya berada di tepi ranjang dan pantatnya ku ganjal bantal. Kakinya kukangkangkan selebar-lebarnya dan lututnya ditekuk. Penisku yang sudah mengeras kuolesi, VCO (Virgin Coconut Oil). Seharusnya bukan itu pelumasnya, tapi K jelly, tapi adanya hanya itu, apa boleh buat, yang penting licin dan steril.
Kepala penisku mengkilat berlumuran vco. Lubang memeknya juga kulumari vco. Sambil aku menshoot video sendiri. Aku memajukan penisku memasuki lubang kecil vaginanya.. Perjuangan untuk memasukkan kepala penis saja susahnya bukan main. Sebabnya dia selalu melorot ke atas, sehingga penisku jadi sering lepas.
Akhirnya setelah kepalanya mentok ke atas tempat tidur baru aku bisa memasukkan kembali kepala penisku. Aku memompanya pelan-pelan. Kepala penis sudah terbenam tetapi untuk maju tidak bisa lagi. Ini terhalang oleh selaput dara. Dia mengeluh sakit sekali. Aku minta dia bersabar sebentar lagi selesai. Dengan gerakan pelan aku terus mendorong penisku masuk sampai akhirnya terasa ada yang jeblos di dalam. Dina menjerit dan menutup mukanya dengan bantal. Sementara aku terus memasukkan penisku makin dalam. Lubangnya terasa sempit sekali. Sementara shooting video sudah terpecah kosentrasinya. Setelah bisa masuk sempurna baru aku kembali mengambil gambar video dari bagian dan dari belakang. Aku mengira-ira saja. Nanti hasilnya kan bisa di edit.
Penisku tampak agak berlumuran darah sedikit. Setelah sekitar 3 menit shoot, aku hentikan shoot . aku kembali berkonsentrasi menggenjot lubang buntu ini. Penisku jadi terasa agak perih juga. Mungkin karena sempit, aku tidak bisa bertahan lama dan meletuslah sperma di dalam vaginanya.
Aku segera mencabutnya dan terlihat sperma bercampur sedikit darah. Dia lalu ngacir kekamar mandi dan menceboki memeknya yang baru aku jebol.
Dia keluar dari kamar mandi sambil meringis, sakit katanya.
Aku lalu menawari dia untuk ngomong ke temennya untuk aku tambah 500rb , kalau dia mau aku foto.
Entah bagaimana, dia sampaikan ke Etty temennya, tetapi dua cewek kecil itu berbalut handuk masuk ke kamarku. Dina mengatakan Etty mau difoto.
Aku tanya tadi sudah dipakai Robin, Kata Etty belum karena Robin barangnya gak mau bangun. Robin baru menjilat-jilat saja.
Robin ketiduran di kamarnya, dia mungkin sudah bosan. Tapi keserakahannya membuat dia bernafsu menjebol perawan kecil. Namun tiba masanya eksekusi, barangnya tidak mau diajak kompromi.
Aku lalu menawarkan tambahan 500 lagi ke Etty jika dia mau mengulum penisku dan aku jebol perawannya. Jadi akulah yang membayar Etty, bukan lagi Robin.
Aku kembali mengambil foto Etty lengkap sampai ke lubang perawannya, termasuk mengambil videonya Setelah itu kusuruh mereka berdua berpose nude dan aku mengambilnya dari berbagai angle. Giliran berikutnya adalah shooting video.
Aku merasa barangku masih bisa bangun lagi jika di lomot sama anak-anak ini. Kedua anak itu aku ajari melomot barangku. Mereka pada awalnya jijik, tetapi setelah aku oral akhirnya mereka mau juga dengan gaya rada-rada jijik.
Ah lama-lama bisa juga mereka mengulum penisku, sampai akhirnya dari keadaan kuyu menjadi bengkak lagi. Aku mengambil posisi diantara bentangan kaki si Etty. Aku tidak lagi menarik dia ke pinggir tempat tidur, aku langsung pentokkan kepalanya ke atas bagian bed, sehingga ia tidak bisa melorot naik.
Aku kembali mengolesi vco ke penis ku dan permukaan lubang Etty. Penisku yang nyaris tegak sempurna, pelan-pelan kutekan ke lubang vagina Etty. Seperti yang tadi kesulitannya adalah memasukkan kepala penisku. Etty sudah meringis-ringis kesakitan. Perjuangan membenamkan kepala penis cukup menguras tenaga juga.
Dengan mengeraskan aku berusaha merangsek maju pelan pelan dan akhirnya bles juga masuk. Etty menjerit lirih karena selaputnya jebol. Aku lalu perlahan-lahan memompa. Aku mencoba menari posisi yang dirasakan Etty enak. Tetapi tidak terlihat reaksi dia menikmati persetubuhan ini. Meski penisku sudah mulai lancar keluar masuk tetapi dia masih merasa perih juga.
Aku terus menggenjot sampai sekitar 10 menit berkosentrasi akhirnya meletus juga lahar putih dari moncong meriam si jagur.
Aku segera bangkit dari tempat tidur dan mengambil kesempatan terlebih dahulu masuk kamar mandi.
Setelah selesai aku segera berpakaian, dan semua nafsu sex ku sudah pudar. Rasanya barangku di bawah sana rada kebal, jadi tidak terasa di masih teronggok disana.
Transaksi sudah kubereskan dan taksi kupesan sudah datang. Mereka bertiga langsung melesat dari hotel.
Robin keluar dari kamar. Dia mengeluh tadi tidak bisa menjebol karena barangnya tidak mau kompromi siap berperang. Robin mengaku sudah kehilangan selera karena terlalu banyak membantai.
Dia mengatakan ingin pulang saja, karena sudah tidak ada gunanya. Aku tentu saja keberatan ditinggal sendirian. Aku mencari akal guna mencegah Robin pulang. Kutakuti dia , jika pulang nanti di rumah istri minta jatah, lalu dia tidak mampu, malah jadi masalah. Robin seperti tersadar oleh kenyataan itu, sehingga dia akhirnya mau bertahan untuk memulihkan stamina. Namun dia berjanji tidak mau bertempur lagi.
Aku mengatakan bahwa malam ini aku akan mendapat tamu, cewek selingkuhanku dari Jogja. Robin bertanya, apakah aku masih kuat betempur.
Aku mengaku sebetulnya memang tidak ada selera main lagi malam ini, tapi karena dia datang dari jauh dan ingin menginap di Jakarta, maka aku terpaksa menampungnya. Soal ngesex itu masalah nanti, tidak perlu dipikir sekarang.
Aku sempat tidur satu jam lalu mandi dan bersiap diri menunggu aba-aba dari Diah Selingkuhanku. Sekitar jam 4 dia menelepon, katanya dia baru naik taksi, minta petunjuk untuk mencapai hotelku. Aku memberi arahan dengan bicara langsung dengan sopir taksi. Dia paham dan aku tidak jadi keluar menjemput Diah.
Aku standby di lobby depan dan sekitar 10 menit muncullah taksi yang ditumpangi Diah.
Dengan bantuan bell boy barang-barang Diah dibawa ke kamarku. Diah kelihatan agak gendut dari terakhir aku ketemu, tapi dia masih manis khas Jawa.
Diah memuji kamarku yang katanya cukup besar. Aku menunjukkan kamar ku dan dia segara merebahkan badannya.
Diah langsung membuka baju ingin mandi karena badannya terasa kurang enak baunya. Dengan manjanya dia minta aku memandikannya. Padahal aku sudah mandi tadi. Tapi tak kuasa menolak permintaan Diah.
Dengan telaten dia mulai mengulitiku. Bajuku dibukanya satu persatu. Aku dibimbingnya masuk ke dalam kamar mandi. Dia membersihkan bathtub dan mengisinya dengan air hangat. Menunggu pengisian bak mandi, Diah mulai meremas-remas batangku . Aku dimintanya duduk di meja wastafel. Dengan dengan telatennya mengulum dan membersihkan kantong menyan. Badanku memang sudah bersih dan wangi sabun karena baru sekitar 2jam lalu aku mandi. Barangku agak sulit bangun, karena memang pusat komputer di kepalaku agak susah merespon rangsangan akibat , memorinya udah penuh kali, atau udah kenyang.
Diah cukup lama mengulum batangku dan dia sendiri mengulum sambil menjamah kemaluannya sendiri.
Air bak sudah mulai penuh dan kami masuk berendam berdua di situ. Diah dengan sabar menggosok seluruh tubuhku, terutama pastinya di bagian vital. Agak beda rasanya barang ini terendam air panas. Dia jadi lebih mudah bangun. Aku dimintanya berdiri untuk disabuni. Aku menurut saja dan badanku seluruhnya dilumuri sabun. Dia ganti minta aku menyabuni tubuhnya. Aku mengagumi tubuh Diah yang masih kuenceng, alias belum kendor. Lemaknya memang agak berlebih di sana-sini. Tapi itulah kegemaranku meremas-remas lemak perempuan. Rasanya lembut, kenyal dan asyik.
Dengan shower kami saling membersihkan diri. Aku melangkah keluar dari bak mandi, Diah dengan sigapnya meraih handuk dan mengeringkan sekujur tubuhku. Setelah kering, aku egois langsung keluar kamar mandi dan masuk ke dalam selimut. Badanku terasa lelah sekali setelah berkali-kali berjuang di medan perang. Ketika Diah muncul aku berharap dia mau memijatku. Dia memang pandai memijat dan mengenal urat-urat. Aku merasakan nikmat sekali pijatannya. Dengan tubuh yang bugil Diah menduduki pantatku dan melancarkan pijatan di sekujur tubuhku. Dia minta izin untuk menginjak-injak. Memang nikmat sekali injakannya. Meski bodynya agak gemuk, tetapi aku tidak terasa dihimpit beban yang terlalu berat.
Pijatannya membangkitkan nafsu sex ku. Ketika aku diminta berbalik posisi telentang, batang penisku sudah tegak. Diah mengabaikan penisku.dia kembali memijat kakiku, lalu dadaku. Bagian vital itu mendapat giliran terapi yang terakhir. Diah aku anggap piawai dalam terapi alat vital. Penisku yang tadi tidak terlalu keras melalui urutan dan pijatan, jadi tegak sempurna. Nafsuku bangkit lagi. Diah menghentikan pijatan lalu dia mulai mengulum semua bagian di kemaluanku.
Aku menggelinjang menikmati hisapan dan jilatannya. Diah memang penjilat yang termasuk golongan pakar. Lidahnya sampai mengorek-ngorek lubang matahariku. Aku merasa geli dan nikmat luar biasa.
Aku sudah pasrah maun diapakan pun oleh Diah. Dia mengambil posisi jongkok, lalu mulai membenamkan penisku ke dalam lubang nikmatnya. Terasa sekali hangat dan lengket lubang itu. Wanita Jawa ini selain pandai merawat tubuhnya juga pandai menjaga vaginanya. Sejujurnya, rasa memek Diah adalah best diantara memek yang aku cicipi selama menginap di hotel ini. Aku lupa berapa lubang yang sudah aku celupin. Bukan hanya cairan yang seperti melekatkan penisku dengan dinding memeknya, tetapi gerakan maju mundur dan memutar, membuat penisku seperti diperas. Nikmatnya luar biasa.
Mungkin berkat aku kenyang berhubungan selama ini, aku bisa bertahan lama sambil terus merasakan nikmatnya pelintiran memek Diah. Dia heran karena aku bisa bertahan begitu lama. Biasanya aku memang cepat jebol. Aku bergurau bahwa aku sudah bertapa ke Gunung untuk menambah kemampuan ilmuku. Diah tidak lagi mendengar jawabanku, karena dia tampaknya mulai tinggi. Gerakannya makin liar, sehingga akhirnya di melenguh panjang dan memeknya berkedut-kedut.
Diah rubuh ke tubuhku dan pinggulnya masih digerak-gerakkan lemah. Kelihatannya Diah sudah kurang bertenaga lagi. Badannya kumiringkan, dengan tetap badan kami tersambung oleh shaft. Aku menghentikan gerakan maju mundur, kecuali hanya memeluknya saja. Namun Diah tidak bisa anteng, dia memaju-mundurkan pinggulnya sehingga batangku jadi terasa maju mundur.
Kucabut batangku, lalu dia kuarahkan agar tidur telungkup, pinggulnya kuangkat, sehingga seperti orang jengking. Dengan posisi berlutut aku memasukkan batangku ke lubang merah jambu Diah. Kusodok berkali-kali. Aku menikmati pemandangan gumpalan pantat yang montok bergetar setiap kali kutabrak. Daging yang membulat itu bagiku merupakan pemandangan yang indah. Meski begitu, posisi nungging ini bagiku terasa kurang menggigit. Barangku terasa mudah sekali maju mundur tanpa cengkeraman. Akibatnya orgasmeku terasa masih jauh.
Menggerakkan badan maju mundur, selain lama-lama membosankan, juga melelahkan. Kuatur agar kedua kaki Diah merapat, sehingga memberi rasa lebih menjepit barangku. Perlahan-lahan kuatur agar dia merendahkan pantatnya sampai sejajar kasur. Aku mengikutinya dengan menindihnya. Batangku masih terjepit. Namun batang ini tidak bisa terbenam seluruhnya karena badanku terganjal pantat yang tebal. Kugoyang sebenar lalu terlepas.
Diah kubalikkan sampai posisi telentang lalu aku memasukkan kembali penisku dan membenamkannya dalam-dalam. Kaki Diah kurapatkan, di bagian atas aku berstumpu pada siku dan kakiku nangkring, pergelangan kaki ketemu pergelangan kaki dan kedua lututku melebar. Aku tidak melakukan gerakan dan Diah kuminta berhenti gergerak. Dia kuarahkan untuk melakukan gerakan kontraksi sambil menyesuaikan irama nafas. Dia kuminta mengejan saat menarik nafas, lalu melonggarkannya saat melepas nafas. Tiga kali latihan dia sudah paham. Kemudian aku akan mensinkronkan gerakan dengan gerakan sebaliknya. Jadi saat dia menarik nafas aku melepas nafas, Saat dia melepas nafas, aku mengkontraksikan (menegangkan) aparatku.
Dalam 10 kali gerakan masih kacau, tetapi lama-lama dalam keheningan kami jadi berkonsentrasi mengatur irama pernafasan dengan kontraksi. Sensasi nikmat luar biasa kami rasakan. Ketegangan aparatku meningkat, sementara, hembusan nafas dan tarikan nafas Diah terasa makin besar volumenya. Konsentrasi bersama pasangan dengan mengatur nafas membuat kami merasa seperti sedang meditasi. Pikiranku hanya terpusat kepada aparatku, dan mengamati nafas Diah untuk selalu mensinkronkannya. Sensasi rasa di bawah sana adalah jepitan yang teratur. Entah berapa lama kami dalam keadaan melayang, karena kenikmati mulai menjalar, menandakan akan tiba waktunya orgasme. Aku tetap berusaha konsentrasi. Sedangkan jepitan Diah terasa makin kencang, sampai akhirnya dia pecah konsentrasinya ketika denyutan yang kurasa di dalam muncul berurutan dengan ritme tertentu sambil Diah memelukku erat sekali. Aku merasa nikmat pula sehingga melepas saja orgasmeku yang memang sudah diujung meriam. Kenikmatan luar biasa, sehingga kami masih saling terbenam dalam waktu sekitar 5 menit untuk menikmati tuntas seluruh orgasme kami.
Diah memuji kualitas orgasmenya. Dia mengatakan, ini adalah orgasme unik yang paling enak pernah dia rasakan. Aku juga merasakan kenikmatan yang luar biasa, sehingga badanku lemas sekali. Setelah semua usai kami bangun bersamaan dan saling merangkul menuju kamar mandi untuk mencuci.
Usai mencuci bersih, aku mengajak Diah menikmati kopi sambil makan snack dan menghisap rokok. Kami keluar ke ruang makan sambil tetap bertelanjang.
Sementara kami asyik menikmati kopi , Robin keluar dari kamarnya. Dia hanya mengenakan celana dalam. Diah panik dan berusaha menutupi apa yang bisa dia tutup. Tapi aku menenangkan, bahwa itu adalah temanku. Kepada Robin kuminta dia ikut telanjang jika ingin bergabung. Robin kembali masuk kamar dan keluar dalam keadaan nude. Dia jalan dengan aparatnya yang lemes. Rupanya Robin baru bangun tidur dan perutnya terasa lapar. Diah kuperkenalkan dengan Robin dan kami kembali santai ngobrol bertiga sambil nude.
Kami ngobrol kesana-kemari dan ujung-ujungnya ke masalah sex juga. Diah seorang wanita terpelajar, pikirannya terbuka. Kami menanyakan mengenai berbagai masalah sex dari sudut pandang wanita dari Diah. Dia lancar sekali menjawab, dan tanpa rasa malu diungkapkan segala rasa nikmat yang diinginkan dari seorang wanita.
Aku kemudian minta kesediaan Diah untuk memperlihatkan organnya untuk dipelajari bagian-bagian di dalam lepitannya. Untungnya Diah orang yang terbuka dan mau saja memperlihatkan detil kemaluannya. Dia naik keatas meja makan dan pada posisi teletang berstumpu pada sikut kedua kakinya dibuka lebar dan dilipat dilututnya. Aku dan Robin mendapat sajian pemandangan yang spektakuler. Aku minta Diah menunjukkan clitorisnya. Dia lalu mengarahkan jari tengah tangan kanannya pada lipatan atas labia minora. Dengan sedikit tarikan maka terlihatlah ujung clitoris yang tadinya tertutup lipatan kulit. Kata dia kalau disentuh rasanya ngilu. Aku iseng mengusap lembut bagian kulit yang menutup clitorisnya. Diah terlonjak terkejut, tetapi kemudian terbiasa. Aku iseng menguakkan bagian clitorisnya dengan perlahan-lahan kujulurkan ujung lidahku. Dengan ujung lidah kuusap seputar wilayah clitoris. Diah lalu mendesah dan mengatakan rasanya membuat merinding semua bulu tubuh, dan enak. Aku mempermainkan sampai clitorisnya menegang sehingga agak mencuat dari lipatan kulit. Robin yang dari tadi menonton kuberi giliran untuk memainkan lidahnya di clitoris Diah. Diah yang sudah terangsang tidak bisa membedakan lidah siapa yang mendarat di jarum pentulnya.
Diah mendesah-desah dan mulai terangsang tinggi. Melihat adegan itu aku mencoba ikut berpartipisasi, padahal aku tidak terlalu terangsang, karena baru ejakulasi tadi. Aku naik ke atas meja dan kusodorkan batangku ke mulut Diah. Tanpa instruksi apapun Diah lalu meraih kontolku dan langsung dihisap dan dikulumnya dengan gerakan yang ganas sekali. Posisiku menghadap ke Robin yang sedang mengolah segitiga Diah. Kelihatannya Robin spaning juga dia berdiri dan barangnya sudah menegang. Ditusukkannya pelan-pelan ke vagina Diah dengan gerakan lambat digenjotnya Diah. Barangku jadi makin mengeras karena rangsangan dikulum dan melihat Robin menggenjot Diah. Diah mengimbangi gerakan Robin dan dari sinyal gerakan Diah dia minta digenjot lebih cepat lagi. Robin melayanainya dengan tusukan-tusukan kasar. Diah berteriak-teriak sambil mengulum kontolku. Entah mengapa sensasi ini kurasakan luar biasa, sehingga aku jadi terdesak ingin ejakulasi. Tanpa aba-aba kulepas saja spermaku di mulut Diah. Dia seperti menelan semua maniku, yang kali ini cuma sedikit. Pada awalnya nikmat sekali ejakulasi sambil dihisap, tetapi setelah itu gelinya luar biasa. Aku terpaksa mencabut penisku dari mulut Diah, yang ternyata batangku sudah bersih dari lumuran air mani. Aku terduduk lemas sambil menikmati hidangan pemandangan Robin memacu Diah. Aku tidak tahu apakah Diah sudah mencapai orgasme, tetapi orgasme Robin kuketahui karena dia melengguh keras sambil merapatkan seluruh kemaluannya ke memek Diah.
Robin memuji nikmat yang dirasakan dari vagina Diah. Sementara Diah masih terkulai diatas meja. Aku berinisiatif mengambil tissu dan lap basah untuk mengelap lelehan air mani Robin.
Robin rupanya sudah tidak tahan tadi ketika mengoral Diah, sehingga niatnya untuk mengumpulkan stamina jadi lupa dan dilampiaskannya ke Diah.
Diah bangkit dan dia berjalan ke dapur. Aku tidak bisa melihat apa yang dilakukannya disana, tetapi aku mendengar dia menyalakan kompor. Ketika dia kembali ke kami dia membawa handuk kecil dan sabun . Aku dan Robin dibersihkan kemaluan kami dengan handuk hangat dan sabun. Tidak ada sedikitpun cara canggung Diah membersihkan kemaluan Robin, meski dia adalah selingkuhanku. Kami merasa akrab bertiga dan berbagi rasa.
Dari meja makan kami bertiga pindah ke sofa untuk menonton tv. Diah duduk ditengah , aku dan Robin mengapitkan.
Sambil menonton kedua tangan Diah aktif mengunyel-unyel kemaluan kami. Dasar udah kekenyangan, makanya susah bangun dan memang tidak bangun-bangun. Aku lalu mempromosikan bahwa Diah mahir dalam terapi alat vital. Robin terkesiap dan dia langsung ingin mencobanya. Kutanya Diah apakah masih kuat melakukan terapi. Dia hanya mengangguk.
Kami bertiga lalu hijrah ke kamar ku yang bednya lebar sekali. Diah mulai melakukan terapi. Sekujur tubuh Robin dipijat dulu. Ini kata Diah untuk mengendorkan semua saraf. Beberapa titik di punggung dan betis ditekan Diah keras-keras. Robin merintih kesakitan. Namun dia heran, dalam keadaan sakit, tetapi barangnya jadi bangun pelan-pelan. Diah hanya berkomentar singkat, bahwa ada syaraf sex yang kejepit. Dia katanya berhasil kembali menormalkan. Eh mendapat keterangan begitu, Robin minta agar dia bisa main tahan lama dan keras barangnya juga bisa lama.
“Tapi ototnya kalau ditekan sakit, apa kuat,” kata Diah.
“ Biarin deh gua tahan, “ kata Robin.
Diah menekan bagian punggung, Robin menggeliat kesakitan, sampai badannya berkeringat.
“Itu belum seberapa, masih ada lagi, tapi kalau yang ini “kata Diah sambil menekan bagian selangkangan Robin,” akibatnya barangnya langsung keras dan gak bisa lemas kalau gak diguyur air.”
Robin tetap ingin mencoba.
Robin menjerit menahan sakit. Tapi anehnya jika orang kesakitan, biasanya barangnya pasti lemas. Ini malah tegak keras berdiri. Aku jadi geli melihat barang Robin yang mengkilat. Menurut Diah dia memijat bagian itu juga untuk menambah volume darah agar alat vital Robin menjadi lebih gagah dan sedikit lebih panjang dan besar.
Robin mengakui bahwa barangnya kelihatan lebih besar dari biasanya. Ditekan-tekannya sekujur batang dan Robin terheran-heran karena penisnya keras seperti tulang.
“Ayo kita coba,” kata Diah.
Diah telentang dan Robin langsung menindih dan menikamkan penisnya ke memek Diah. “Aduh pelan-pelan, rasanya penuh banget nih” kata Diah.
Robin dengan semangat 45 menggenjot Diah. Mulanya aku asyik juga mendapat tontonan live show dari jarak dekat. Tapi mereka mainnya lama sekali sehingga akhirnya aku bosan. Aku keluar dan menghidupkan tv. Hampir 45 menit aku mengikuti acara tv ketika kembali Robin masih terus bergumul. Gila betul mereka, sudah hampir satu jam main gak berhenti-berhenti. Robin mengaku dia sudah keluar sekali, tetapi karena barangnya masih keras dia lanjut terus . “ Gak ada matinya nih,” katanya sambil tersenyum. Posisi mereka sekarang doggy style. Aku duduk dikursi menikmati pertunjukan itu. Sebagai penonton aku lama-lama bosan melihat posisi itu. Aku minta mereka ganti posisi menjadi WOT. Saranku mereka turuti. Diah memacu Robin. Menurut Diah dia sudah 4 kali orgasme, dan rasanya lubangnya penuh banget. Diah mendapat orgasme yang ke 5 dan dia ambruk sambil melenguh panjang. Robin langsung membalikkan posisi dan dia kembali menggenjot. Mereka sudah main satu sengah jam tanpa henti dan pada posisi Robin diatas kelihatannya Robin akan ejakulasi, dia mempercepat gerakannya dan tiba-tiba melenguh. Robin ambruk dengan badan penuh keringat, padahal ruangan dingin ber AC. Robin berisitirahat sejenak sambil telungkup di atas Diah. Ketika barangnya dicabut, penis Robin masih tegak berdiri. Dia bingung. Diah lalu menyarankan agar Robin menyiram air dingin. Buru-buru dia ke kamar mandi. Keluar dari kamar mandi penis Robin sudah mulai kuyu.
“Bisa bangun lagi nggak nih,” kata Robin.
“Coba sini,” kata Diah lalu mengulum penisnya. Belum sampai 2 menit, barang Robin sudah bangkit lagi. “ Sudah-sudah,” kata Robin lalu kembali ngacir ke kamar mandi.
Kami lalu ngobrol di tempat tidur sambil duduk bersila. Robin mengaku tadi mainnya bisa lama sekali pada ronde pertama. Menurut Diah syaraf-syaraf Robin sudah dipulihkan sehingga normal dan malah lebih trengginas.
Aku kemudian minta giliran diperlakukan seperti Robin, tetapi tidak sekarang, mungkin nanti malam.
Robin menyarankan Diah untuk bikin usaha terapi kejantanan, dia yakin pasti laku dan banyak pasiennya.
Sebelum berpisah dan chek out kami masih sempat main bertiga, dengan aturan, setiap Diah mencapai orgasme kami berganti menggenjotnya. Diah mendapat 6 kali orgasme, sedang aku dan Robin masing-masing mendapat hanya satu kali ejakulasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar