Halaman

Sabtu, 28 Januari 2012

Rima

Awalnya aku memberi tumpangan karena kasihan kepada Rima. Pada waktu itu hujan rintik-rintik dan Rima berdiri di bawah pohon menunggu Angkot. Kutawari dia ikut menumpang. Kebetulan dia sekolah di jalan yang sering aku gunakan sebagai jalur alternatif, jika jalan utama macet. Di situ memang ada SD tempat Rima bersekolah.
Akhirnya dia jadi sering menumpang mobilku. Aku memang selalu berangkat ke kantor sekitar pukul 6.15 dari rumah. Sekitar pukul 6.30 aku sudah sampai di titik tempat Rima biasa menunggu.
Rima masih kelas 5 SD. Jika kuperhatikan sepatunya, tas sekolah dan bajunya, kelihatan Rima berasal dari keluarga yang kurang mampu. Perjalanan ke sekolahnya sekitar 20 menit sering kami gunakan untuk ngobrol. Rima ditinggal ibunya bekerja sebagai TKW di Malaysia, Ayahnya tidak tahu dimana, karena kata Rima sejak kecil sudah pisah. Rima tinggal bersama neneknya dan seorang adik yang masih umur 4 tahun. Menurut ibunya seperti cerita Rima, ayahnya adalah warga keturunan China. Pantas lah jika kulit Rima putih dan wajahnya memang kelihatan seperti orang China dan cantik, tapi miskin.
Agak mengenaskan juga aku melihat nasib gadis kecil ini. Wajah secantik dia menurutku tidak sepantasnya semiskin itu. Aku sering memberi tambahan uang jajan. Tidak banyak memang tetapi bagi dia sudah cukup berarti, karena uang saku yang biasa diberikan oleh neneknya jadi utuh.
Rima bercerita bahwa neneknya menyampaikan ucapan terima kasih kepadaku, karena banyak menolong cucunya. Jadi neneknya tahu bahwa Rima sering mendapat tumpangan dari ku dan juga mendapat uang jajan dariku. Uang jajannya sering dia hemat untuk membeli beras di rumah.
Suatu hari aku berniat memberi dia perlengkapan sekolah yang lebih layak, dengan baju seragam yang lebih bagus, tas sekolah dan sepatu. Ketika itu adalah hari yang seharusnya dia tidak bersekolah karena ada rapat para guru di sekolah. Namun Rima berangkat sekolah seperti biasa, karena sebelumnya sudah janjian akan aku belikan perlengkapan sekolah. Aku hari itu juga membolos kerja, karena memang tidak ada tugas yang harus kuselesaikan.
Rima sangat riang ketika aku memberinya seperangkat pakaian seragam sekolah, tas sekolah baru, dan sepatu baru. Adiknya sekalian kubelikan satu stel pakaian. Ketika pulang aku tidak lupa memberi dia makanan , ayam goreng beberapa potong untuk dibekal pulang ke rumah.
Rima semakin akrab dengan ku dengan memanggilku Oom. Dia pun sudah terbiasa setiap hari mendapat uang saku dariku. Sehingga neneknya tidak lagi memberi uang saku. Uang saku dari ku dia hemat-hemat sehingga dia masih membawa lebih yang menurut dia masih lumayan untuk ditabung.
Sejak menjadi “anak asuhku” penampilan Rima kelihatan makin bersih. Sekitar 6 bulan kami selalu bersama sampai aku menyadari bahwa bajunya di bagian dada kelihatan mengetat karena teteknya telah tumbuh .
“ Bajumu kok kelihatan sempit Rim,” tanyaku suatu kali.
“ Sempit sih enggak oom, tapi di sini ini yang agak sempit katanya sambil menunjuk dadanya yang membusung.
“ Rupanya tetekmu sudah numbuh, ya,” kataku.
“ Ih oom saya jadi malu,” katanya.
Seharusnya dia sudah mengenakan miniset untuk melindungi teteknya yang membesar. Tapi dia tidak memiliki itu, sehingga hanya menggunakan singlet untuk melapisi bajunya agar pentil susunya tidak njiplak ke baju seragamnya berwarna putih.
Kasihan juga ABG ini, neneknya tidak mungkin mengajak dia membeli perangkat itu. Sedang Rima sendiri, tidak mungkin pula berani masuk ke dept store membeli perangkatnya.
“Rima mau oom belikan miniset,” tanyaku.
“Mau banget sih oom, rasanya risi aja, tapi aku malu ama oom beli gituan,” katanya.
“Apa kamu berani beli sendiri ke toko,” tanyaku.
“ Enggak juga sih oom,” katanya.
Akhirnya pada suatu hari minggu aku mengajaknya jalan ke mall dan aku membiarkan dia berdiskusi dengan pramuniaga untuk memilih miniset yang sesuai. Aku menyarankan dia membeli 3 set.
Ketika aku berkeliling di bagian pakaian dalam wanita aku melihat satu set yang terdiri atasan dari bahan kaus yang hanya menutup bagian susunya dan celana short pendek. Aku membayangkan jika Rima mengenakan itu, dia akan terlihat sexy, karena perutnya terekspos dan paha putihnya yang jenjang juga terlihat mulus. Aku menawarkan Rima untuk setelan itu, tapi Rima agak malu menerimanya. Aku langsung ke pramuniaga untuk mencari ukuran yang pas buat Rima dan ku pilih warna hitam dan warna pink, sekalian dengan satu stel pakaian renang model bikini.
Aku sudah merencanakan mengajak Rima suatu kali untuk berenang. Kelihatannya Rima akan sangat sexy dengan bikini warna merah.
Fotografi merupakan salah satu hobbyku, Rima suatu saat akan aku jadikan modelku, sehingga aku membelikan perangkat pakaian yang sexy tersebut.
Pada suatu hari libur kami janjian untuk rekreasi ke water boom. Aku meminta Rima membawa semua pakaian sexynya, karena aku sudah memberi tahu dia bahwa aku ingin membuat fotonya di water boom dengan baju-baju itu.
Rima memang menjelma menjadi gadis kecil yang cantik dengan pakaian senam two pieces. Perutnya ramping putih, pahanya mulus putih dan berisi. Aku memotretnya dengan berbagai gaya dan akhirnya aku mengabadikan dirinya dengan bikini renangnya.
Terus terang kontolku ngaceng juga melihat ke sexy annya. Meski teteknya masih kecil, tetapi gundukan memeknya terlihat tercetak menyembul di bikininya.
Kami bergembira meluncur dan berenang berdua. Rima belum bisa berenang sehingga aku harus mengajarinya. Aku dan Rima seperti Bapak dan anak, sehingga ketika aku mengajari dia berenang tidak banyak diperhatikan pengunjung lain. Padahal pada saat berenang itu aku berkali-kali sempat memegang susunya yang kenyal dan memeknya yang tembam. Aku jadi makin terangsang oleh penampilan Rima. Otakku jadi makin sinting dengan dorongan keinginan untuk lebih menikmati gadis kecil ini.
Sifat Rima yang manja dan sering menggelendot ke diriku membuat teteknya sering menekan anggota tubuhku. Aku sebenarnya ingin memeluknya, tetapi di tengah keramaian seperti ini rasanya tidak mungkin.
Otakku bekerja keras mencari tempat yang lebih memungkinkan aku bisa bebas memeluknya. Aku menemukan kolam renang privat di rumah seorang ekspatriat kolegaku. Dia kebetulan mempercayakan aku mengurus rumahnya selama dia pulang kampung. Seluruh pembantu dan pekerja di rumah itu di pulangkan karena dia khawatir mereka mencuri perlengkapan rumah selama ditinggal, sehingga aku dipercaya mengawasi rumah kosongnya yang dia tinggal untuk selama satu bulan.
Di situlah suatu kali aku mengajak Rima berenang. Mendengar ajakan berenang Rima sangat senang. Dia kembali membawa semua perangkat baju sexy nya.
Rumah kolegaku yang terletak di daerah kemang yang tenang situasinya memang sangat sepi, karena rumah yang bertetanggaan memang besar-besar.
“Oom ini rumah siapa kok kosong,” kata Rima ketika aku ajak masuk ke rumah itu.
Dengan penjelasan singkat dia akhirnya mengerti. Aku memulai aksiku membuat foto kembali di sekitar kolam renang. Mulai dari baju lengkap sampai akhirnya bikini. Diam-diam aku telah membeli pula bikini yang sangat minim model G string. Awalnya Rima ragu ketika kuminta dia mengenakan baju renang minim itu. Tetapi setelah kubujuk-bujuk akhirnya dia menyerah dan mengganti baju renang G String yang sangat minim.
Rima malu-malu keluar dari kamar ganti dengan baju renang minim itu. Setelah aku bujuk dia kemudian mau bergaya dengan berbagai pose dengan pakaian itu. Bagian intimnya hanya tertutup sedikit saja, seperti bagian memeknya hanya tertutup kain segi tiga dan bagian susunya yang hanya sedikit tertutup di bagian putingnya. Rima jadi terbiasa setelah beberapa shoot foto akan lakukan.
Akhirnya setelah begitu banyak foto kuambil aku pun mengenakan celana renang dan terjun ke kolam renang bersama Rima.
Rima masih belum terlalu mahir berenang sehingga takut ke bagian tengah. Dia memintaku membimbingnya berenang, sehingga kembali aku menyentuh bagian-bagian-bagian vitalnya. Rima tidak bereaksi ketika bagian-bagian itu tersentuh tanganku. Dia bahkan pasrah saja ketika kupeluk tubuhnya dari belakang. Mestinya dia merasa bahwa bokongnya terganjal oleh penisku yang menegang. Tetapi Rima diam saja. Aku jadi makin berani menekan-nekan penisku ke belahan pantatnya yang hanya tertutup tali.
“Ih ini apaan sih oom kok keras-keras-keras,” katanya sambil tangannya memeriksa apa yang menempel di tubuhnya. Batang penisku terpegang olehnya. Darahku langsung menggelegak ketika tangan kecil membekap penisku meski masih terhalang celana renang.
“Itu senjata Oom,” kataku seenaknya.
“Senjata ???” tanyanya heran.
“Kok berenang bawa senjata sih Oom,” katanya heran.
“Bukan senjata beneran, tapi itu senjata yang menempel di badan oom, “ kataku.
“Kok ada senjata nempel, gimana sih Oom,” tanya dia makin heran dan sambil berendam dia membalikkan badannya.
“Mau liat,” tanyaku.
Rima mengangguk.
Di dalam air kupelorotkan celanaku sehingga batang penisku yang menegang mencuat keluar.
“Ih oom jorok, itu kan anunya oom,” katanya.
“ Pegang coba, keras enggak,” pintaku.
Sambil berendam tangan rima meraih penisku dan menggenggamnya.
Aku jadi makin tinggi terangsang.
“Aduh enak Rim, pegang terus deh ,” kataku
“Enak gimana sih,” wajah polosnya masih belum memahami kenikmatan yang dia berikan pada alat vitalku.
“Kamu mau liat lebih jelas,” kataku.
Tanpa menunggu sahutannya aku naik duduk di pinggir kolam renang dan membiarkan celana renangku melorot. Sementara Rima masih berada di kolam renang. Dia memperhatikan penisku yang tegak dengan bulu jembut di sekitarnya.
Kembali aku memintanya dia menggenggam penisku. Cakupan tangannya tidak cukup melingkari lingkar penisku. Tangannya yang menggenggam kuaarahkan agar melakukan gerakan mengocok. Dia menurut saja sambil memperhatikan bentuk penisku dengan topi baja yang lebar.
Aku makin terangsang tetapi aku tidak mau kocokan tangannya sampai membuatku ejakulasi. Aku melompat kembali ke dalam kolam renang dan terlepaslah tangannya dari penisku. Aku memeluknya dan aku menciumi keningnya, pipinya dan sekitar lehernya. Rima pasrah dengan seranganku, sehingga akhirnya aku memberanikan diri mencucup bibirnya. Rima sempat terkejut. Ini terasa dari kekakuannya mengatupkan bibirnya ketika aku ciumi. Pelan-pelan aku kuak belahan bibirnya dengan lidahku dan lidahku masuk ke dalam mulutnya. Mulut Rima jadi agak terbuka dan aku terus menyerbunya. Mungkin secara alamiah dia bereaksi membalas ciumanku karena aku menyedot mulutnya dan terus memainkan lidahnya.
Sekitar 10 menit aku mencumbunya begitu sambil meremas-remas pantatnya dan melepas semua ikatan di bagian BHnya dan celananya. Rima tidak sadar bahwa bikininya telah melonggar, sampai akhirnya aku berhasil menyingkirkan BH dan celana dalamnya ku biarkan mengambang di air.
Aku belum meremas tetek nya yang baru tumbuh dan menjamah kemaluannya, tetapi Rima sudah telanjang bulat dalam pelukanku. Sementara celana renangku juga sudah kubuka, sehingga kami berdua dalam keadaan telanjang bulat.
Ketika kulepas mulutku dari mulutnya terasa nafas Rima memburu. Aku memahami bahwa dia sudah terangsang. Ciumanku turun ke lehernya dan terus merendah sampai akhirnya menghisap payudaranya yang baru tumbuh. Pentilnya masih kecil, tetapi daging payudaranya telah membengkak. Kedua putingnya aku jilat-jilat. “ Ooom geli oom,” kata Rima dengan suara terengah-engah. Aku tidak mempedulikannya dan terus menjilati dan menghisap putting susunya.
Sementara itu tanganku sudah beroperasi di belahan memeknya yang masih rapat dan sama sekali belum ada bulu. Jariku merasa ada cairan licin di belahan memeknya. Rima kuangkat ke pinggir kolam renang dan kubaringkan dipinggir kolam. Kakinya kukangkangkan dan melipat di bagian lutut. Aku menciumi perutnya lalu pahanya bagian dalam. Rima menggelinjang-gelinjang kegelian. Sebelum dia sadar apa yang akan terjadi, mulutku sudah menangkup di belahan memeknya dan lidahku langsung menerjang tonjolan clitorisnya. Rima terkejut ketika lidahku mengenai clitorsisnya. Dia menggelinjang sambil meremas rambutku. Aku terus menjilati sekitar clitorisnya. Setiap kali lidahku mengenai clitorisnya dia menggelinjang sampai akhirnya dia mendesis-desis lalu tidak lama kemudian kedua pahanya dijepitkan ke kepalaku. Rima mencapai orgasme untuk pertama kalinya. Cairan asin terasa meleleh dari belahan memeknya yang rapat. Rambutku dijambaknya kuat. Aku sebenarnya merasa sakit, tetapi aku tahan, karena Rima tidak menyadari gerakan yang dia lakukan ketika dia mencapai orgasme.
“Aneh banget oom rasanya, kaya pipis tapi gimana gitu, sampai rasanya badan Rima lemes,” katanya.
Aku membopong Rima kembali masuk ke kolam renang. Kami berdiri berhadapan di dalam air dan kepala penisku menyentuh belahan memeknya. Aku sengaja menekan sampai terjepit diantara kedua pangkal pahanya. Aku menggesekkan maju mundur sampai akhirnya aku mencapai ejakulasi di dalam air.
Kami kemudian berenang berdua dalam keadaan telanjang. Rima sudah tidak malu lagi, karena dia melihatku juga telanjang. Namun ketika kuajak mentas, Rima masih berusaha menutupi memeknya dan kedua payudaranya dengan tangan. Aku cegah dia begitu, karena kukatakan tidak perlu malu, sebab hanya ada kita berdua.
Rima pun melenggang bebas jalan bertelanjang seperti diriku.
Kami duduk di kursi beralaskan busa di bawah payung. Rima duduk di antara kedua pahaku. Dia kupelu dari belakang.
“Oom enak juga ya berenang sambil telanjang, rasanya gimana, gitu,” katanya.
Aku sekarang sudah bebas meremas-remas kedua susu kecilnya dan memelintir-lintir pentilnya. Tanganku juga dibiarkan menggosok-gosok belahan memeknya.
Sebelum aku kehilangan momentum, aku teringat untuk membuat foto bugilnya. Agak lama juga aku bujuk dia sampai akhirnya dia pasrah oleh keinginan ku. Dari foto berpose sampai close up di belahan memek kecilnya dia turuti kemauanku.
Aku kembali terangsang dan dia kupeluk dipangkuanku dengan posisi berhadap hadapan. Kami tenggelam dalam ciuman lekat. Rima sudah mulai pandai membalas ciumanku.
Sambil berciuman aku mengoles-oleskan ujung penisku di belahan memeknya yang terasa agak licin oleh lendir yang keluar dari dalam memeknya.
Rima kubaringkan dan kedua kakinya ku lebarkan. Sambil bersimpuh aku mengoles-oleskan ujung penisku ke belahan memeknya. Aku berusaha menguak belahan memeknya untuk memasukkan kepala penisku. Rima mengeluh memeknya terasa perih. Aku terpaksa bersabar sampai batas dia merasa tidak sakit. Tapi begitu pun kepala penisku aku dorong-dorong juga ke lubang vaginanya yang masih terlihat lubang kecil saja.
Susah sekali kepala penisku maju masuk ke dalam memeknya, karena dia juga merasa sakit. Namun sebagian kepala penisku sudah bisa terjepit di belahan memeknya. Untuk maju lagi dia sudah kesakitan, sehingga aku urungkan niatku maju lebih jauh.
Aku mengubah strategi dengan kembali mengoral memeknya. Rima pasrah ketika kedua pahanya aku lebarkan dan belahan memeknya aku jilati. Dia kembali menggelinjang dan merintih-rintih. Terasa lubang memeknya sudah sangat basah oleh cairan pelumas yang keluar dari memeknya. Terasa asin dimulutku. Rima kembali mendapatkan orgasmenya sampai dia menjerit karena gelombang nikmat orgasme yang demikian hebat. Memeknya berkedut-kedut dan cairan meleleh keluar dari lubang vaginanya.
Aku masih penasaran, untuk memasukkan penisku ke lubang memeknya. Tapi sampai tingkat kepala penisku tenggelam di memeknya dia sudah tidak tahan sakit. Aku terpaksa menghentikannya.
Aku jadi pusing karena libidoku tidak tersalur. Rima kuajari mengoral penisku. Dia menolak, karena katanya jijik. Tapi setelah aku jelaskan dan aku suruh mengawalinya dengan menciumi penisku dia akhirnya menurut dengan terpaksa. Dia mulai menjilati penisku sementara aku terbaring. Kaku sekali terasa gerakannya dan ciumannya, sampai akhirnya dia pasrah ketika aku minta dia melomot kepala kontolku.
Mulutnya seperti tidak mampu melahap kepala penisku, tetapi dia masih mau berusaha memasukkan semua kepala penisku. Terasa gangguan giginya yang menggerus kepala penisku.
Rima mengerti keluhanku karena gerusan giginya sehingga dia kemudian mahir mengoral penisku. Nikmat nya luar biasa, dan aku terus mengabadikannya dengan kamera digital.
Menjelang ejakulasi aku lepas kepalanya dari kontolku dan kubiarkan muncrat ke udara bebas. Beberapa tembakan lepas dan sebagian mengenai badan Rima dan sebagian lainnya jatuh ke tubuhku sendiri.
Aku puas dan permainan hari itu kami akhiri dengan mandi bersama membersihkan diri.
Rima mengeluh memeknya agak perih. Tapi kuyakinkan rasa itu akan hilang dalam waktu tidak terlalu lama.
Untuk meyakinkan bahwa Rima telah bisa berjalan normal, dia kuajak makan di restoran fast food sekalian bekal untuk adiknya di rumah. Ternyata dia mengaku sudah tidak perih lagi dan jalannya sudah kembali normal seperti biasa.
“Oom kapan-kapan Rima pengen dijiliati lagi kaya tadi rasanya enak banget, “ kata Rima ketika kami berpisah dia kuantar ke dekat rumahnya.
Rima sejak dalam asuhanku sudah menjelma menjadi gadis kecil yang cantik dan sangat manja. Kami juga bebas jalan-jalan karena aku banyak membelikan barang-barang bagus termasuk menyumpal sedikit uang untuk neneknya.
Rima juga sudah tampil lebih modern dengan HP yang lumayan bagus.
Seminggu kemudian kami kembali lagi ke kolam renang itu dan kami kembali bercumbu. Mungkin karena Rima sudah terbiasa dengan cumbuan, dan memang dia inginkan juga, aku bisa agak leluasa berusaha memasukkan kepala penisku. Kali ini aku melengkapi dengan K jelly, pelumas khusus untuk senggama.
Kedua bibir memeknya aku lumuri jelly dan seluruh batang penisku aku lumasi juga. Aku mencoba lagi menerjang memeknya. Karena licin, penisku agak lebih mudah menancap di memeknya, meskipun baru kepalanya saja. Rima mengeluh memeknya perih, tapi karena aku sudah gelap mata, aku tetap berusaha menerjang masuk. Meski agak susah tetapi penisku bisa masuk terus sampai terhenti di halangan selaput daranya. Karena memeknya masih kecil, maka selaput daranya berada pada posisi agak dangkal. Tapi cukup lumayan juga karena kepala penisku bisa masuk ke rongga memeknya. Aku ingin menerjang selaput itu, tetapi Rima kesakitan. Aku terpaksa mengurungkan dan melakukan gerakan maju mundur dangkal sampai akhirnya ejakulasi.
Untuk mengobati rasa perih di memeknya aku mengoralnya. Dia lupa akan rasa perih itu dan mengerang-erang nikmat sampai akhirnya orgasme.
Ketika kucoba lagi memasukkan penisku dengan bantuan lumasan jelli, sampai pada tahap mentok di selaput daranya dia merasa sakit. Aku tidak tega menyiksanya sehingga terpaksa kami hentikan. Namun dia tidak lagi merasa terlalu sakit ketika kepala penisku menguak belahan memeknya.
Minggu berikutnya, kami semakin leluasa bercumbu di rumah itu, Dia tidak merasa sakit lagi ketika kepala kontolku terbenam di memeknya. Tapi dia masih mengernyit saat aku menekan lapisan selaput daranya. Aku bersabar dan pelan-pelan menekan, manakala dia mulai reda dari sakitnya. Sampai pada waktu yang kurasa tepat, kupaksa menekan penisku dan jebolah pertahanan Rima sehingga batang penisku bisa masuk lebih jauh. Namun itupun tidak bisa kumasukkan seluruhnya, karena liang vaginanya tidak cukup besar memuat seluruh panjang penisku. Kira-kira hanya tiga perempat yang bisa dia terima. Bagiku sejauh itu sudah cukup, toh Rima masih umur 11 tahun, sehingga alat reproduksinya masih belum siap. Dia juga belum mendapatkan haid.
Rima mengeluh memeknya terasa perih, apalagi kalau dia buang air kecil, terasa perih. Darah yang keluar dari selaput daranya tadi memang cukup banyak melumuri batang penisku.
Aku terpaksa melatih dia berjalan berkeliling kolam renang sampai akhirnya dia bisa berjalan normal.
Meskipun pengalaman memeknya terasa sakit ketika aku jebol keperawanannya, tetapi Rima tidak kapok dan minta aku mencumbuinya. Namun kali ini aku tidak bisa lagi kembali kerumah kolegaku, karena dia sudah kembali dari luar negeri. Aku membawa Rima ke motel. Di sanalah kami kembali melampiaskan birahi kami. Rima meski masih sangat muda tetapi dia menunjukkan bakat keagresipannya. Dia langsung membukai bajuku sampai aku telanjang dan buru-buru menelanjangi dirinya sendiri lalu menubrukku dan menciumiku.
Aku melakukan persetubuhan sampai 2 ronde dan Rima baru kali ini mampu mencapai orgasme melalui persetubuhan. Rasa sakitnya masih ada, tetapi dia lupa ketika rangsangan begitu besar pada dirinya. Penisku pun sudah bisa makin dalam masuk ke memeknya. Kami jadi terbiasa melakukan hubungan badan, kadang-kadang di dalam mobil di kawasan parkir. Kaca mobilku memang tidak tembus pandang dari luar.


Aku dikejutkan oleh undangan Steve kolegaku dan mengundang aku ke rumahnya . aku diajak masuk ke ruang kerja dan aku diminta melihat tampilan di monitor komputernya. Di situ aku melihat rekaman aku dan Rima melakukan berbagai adegan di seputar rumahnya. Rupanya Steve melengkapi rumahnya dengan cctv, yang itu tidak aku sadari. Aku sangat malu rasanya pada waktu itu.
Untung Steve menepuk-nepuk pundakku. “ Never mind” katanya sambil tersenyum.
Rupanya Steve senang dengan rekamannya itu. Dalam bahasa Inggris dia mengatakan bahwa aku dan dia satu aliran. Awalnya aku tidak tahu, ternyata Steve adalah pengemar ABG dan termasuk pedofil. Dia bercerita bahwa di keluarganya bebas melakukan hubungan sex, sehingga dia juga sudah mencicipi anak perempuannya yang berumur 15 dan 10 tahun. Anak Steve memang cuma 2 dan semuanya perempuan.
Dia menawari aku mencicipi anaknya asal aku berjanji memberi kesempatan Steve mencicipi Rima. Mulanya aku agak ragu, tetapi setelah Steve memanggil Stevi, anak bungsunya ke kamar kerja, baru aku yakin. Stevi meski kata Steve baru umur 10 tetapi lebih bongsor dari Rima, Teteknya lebih besar dan badannya lebih tinggi. Tanpa basa basi Stevi menuruti arahan papinya dan dia langsung membukai celanaku lalu melakukan oral. Yah selanjutnya tidak perlu aku jelaskan lagi aku melakukan hubungan badan dengan Stevi. Bersamaan dengan itu Steve memanggil Anak satunya, Rachel dan mereka melakukan hubungan. Aku terkejut ketika istri Steve masuk. Tapi jadi tidak deg-degan ketika istri Steve membukai bajunya sendiri sampai bugil berpartisipasi dengan kami. Akhirnya pada saat itu aku merasakan 3 memek bule dalam orgy party dirumah Steve.
Aku memutar otak untuk bagaimana caranya mengajak Rima agar bisa kusuguhkan ke Steve. Aku tidak punya cara kecuali mengajak Rima bertandang ke rumah Steve.
Aku memang sudah meng SMS Steve bahwa aku segera datang bersama Rima.
Setiba kami ke rumah Steve, mereka sekeluarga sedang berenang dan tentunya bugil. Steve mengajakku bergabung bersama Rima tentu juga bugil. Mulanya Rima malu. Kubiarkan saja dia mempertahankan rasa malunya. Sampai akhirnya Stevi membujuk Rima membuka semua atributnya. Kami pun leluasa berenang bugil bersama. Steve memang jagoan dengan cara halus, Rima sudah berada di dalam pelukannya. Bukan itu saja, tetapi dia sudah berhasil mencumbui Rima.akhirnya dikerjai Rima di pinggir kolam, sementara aku dikerubuti istri Steve, Stevi dan Rachel. Luar biasa sensasi orgy party kami di kolam renang itu. Kami larut sampai seharian disitu dengan diselingi barberque bugil dan berenang lalu ngentot lagi. Aku pulang dari rumah Steve dalam keadaan lemas. Namun Rima terlihat senang, karena dia mendapat pengalamam baru berpartisipasi dalam orgy party. Kami akhirnya terbiasa melakukan orgy sampai Rima disekolahkan Steve di sekolah internasional.
Rima yang sekarang jauh berbeda dengan yang dulu. Selain bahasa Inggrisnya lancar, penampilannya pun sudah ke bule-bulean. Aku akhirnya bergabung dengan club Steve yang secara bergilir melakukan orgy party di rumah-rumah temannya. Kami saling mencoba memek, bukan hanya bule tetapi, berbagai negara. Karena anggota klub Steve bukan hanya bule, tetapi juga ada India, Arab, Negro dan Jepang. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar