Halaman

Kamis, 21 Juni 2012

Desi

Peristiwa ini aku alami ketika aku masih duduk di kelas 1 SMP dan kejadiannya sudah lama sekali dan anak itu sekarang sudah menikah dan punya anak 1 kira-kira berumur 6 tahun. Cerita aku mulai dari ketika Mama aku menerima les anak-anak SD di daerah aku berada, ada satu siswanya yang cantik putih agak bongsor dan sukanya membuka tabir kamar aku dan melihat aku waktu di kamar tidur, aku cuma senyum manis dan dia pun tersenyum sambil mengedip-ngedipkan matanya yang masih berbinar-binar seperti usia anak SD kelas 5, terus Mama aku memanggilnya untuk menuju meja dan belajar lagi.

Suatu hari ketika ibu dinas ke luar kota dan menginap di suatu kota propinsi datanglah anak kecil SD ini menuju ke rumah aku untuk les karena memang rumahnya cukup dekat dari rumah aku. Dan dia dengan tersenyum masuk ke rumah , kak Mama kamu ada tidak ? tanya Desy si kecil..Oh, mungkin mama lupa memberi tahu pada kamu des, mama pergi rapat dinas jawabku dengan tersenyum padanya. kamu aja ya yang menjadi guru lesnya kata desy sambil melihat aku serius.ok deh......., jawabku aku................dan diapun masuk ke rumah.......................

Baru sebentar aku dan desy membahas soal matematikahujan deras sekali datang dan aku menuju berdiri dan menyalakan lampu karena ruangannya gelap dan kita mulai lagi membahas soal-soal matematika tanpa sadar selintas aku memandang ke bawah dan aku perhatikan celana dalam Desy kelihatan dengan jelas , kecil mungil aku perhatikan isi didalamnya dan agak sedikit menonjol kenyal. aku jadi agak nggak kosentrasi sampai ketika Desy tanya suatu soal aku cuma eh..............apa...........itulah kak soal nomor 21.....................dengan agak kaget aku mulai menjelaskan dan mulai dia aku kasih soal 10 untuk dikerjakannya....................aku melirik lagi ke bawah meja sambil pura-pura membaca buku matematika Desy....................kontol aku menegang ough......................kaki kecil Desy di gerakkan keluar masuk membuat aku berdesir..............aku perhatikan tonjolan kecil diantara selakangannya ikut menonjol dan merata menyesuikan gerakan kakinya ough......................kontol aku sampai ngiler melihatnya............

Apalagi aku waktu membayangkan tangan aku meraba bagian mungil yang sedikit menonjol yang belum berbulu itu ough............................ough..........................aku rasa kontol aku ngiler lagi...........dan aku mulai memperhatikan paras ayu desy yang masih polos eh.............ternyata dia juga memperhatikan aku.....................dia tersenyum dan dengan polosnya..................ada apa kak......................aku jagi sedikit grogi...................udah punya pacar belum goda aku.................belum katanya pacarnya kakak balik Desy mengodaku.....................asem ternyata anak ini berani juga batin aku....................

Aku mulai berani mendekati tubuh kecilnya ketika dia menanyakan satu soal yang sulit...................ini gimana ya kak cara mengerjakannya.......................yang mana jawabku sambil berdiri menuju ke kursi sebelahnya..................sambil membantu dia aku pepetkan badanku ke arah tubuh kecilnya....................dia menoleh ke arah aku manis dan polos............aku juga melihat ke arahnya................kamu cantik dan manis................Desy malu dan masih menatap aku.............tubuh kecilnya aku peluk dan berusaha untuk melumat bibirnya yang masih merah dengan agak gemetar...................Desy aku lihat memejamkan matanya dan tanpa membalas lumatan bibir aku dan aku rasakan badannya sedikit bergetar..............dan...................Desy agak mendorong aku.................dan berbisik aku takut kak................................memohon dengan polosnya...................

Dan aku mulai di dorong nafsu lelaki yang begitu mengelora...............nggak apa sayang...........tidak ada yang melihat............cuma kita berdua..............kan diluar hujan deras..........dan aku bopong Desy yang kecil menuju ke kamar aku................desy sedikit meronta sambil agak gemetar memegang tangan aku..................dan mulai aku tidurkan dia desy melihat polos ke atas dan berbisik lagi...............aku takut kak.......................kagak apa sayang................sambil aku mulai melumat bibirnya yang merah...................aku rasakan Desy mulai menikmati dan tanpa sadar aku buka bajunya dan aku lihat..............ough...............buah dada Desy................masih ranum....................kenyal kecil dan puting susunya agak menonjol sedikit...............................aku mulai meremas-remas dengan halus masih.............melumat bibirnya yang lembut..........Desy hanya bisa mengelinjang-gelinjangkan badannya yang kecil di bawah tubuh aku ...................sambil kepalanya kesana kemari...............

Nafsu birahiku sudah tak terkontrol lagi dan aku selusupkan salah satu jemariku ke arah memek desy yang masih kecil...................aku raba-raba halus....................sambil meneliti semua sudut memeknya dengan jemariku.....................ough....................kontol aku mulai ngiler lagi ketika jemariku berhasil mengerayangi memek Desy yang masih ranum..............dia memegang dengan gemetar tubuh aku sambil mengelinjang.........................kira-kira panjangnya sepanjang jari telunjuk aku yang kecil dan masih sulit di buka....................dan aku rasakan ada tonjolan kecil di bagian sedikit atas memek Desy............................

Aku kaget ketika Desy mendorong aku dan berusaha berdiri dan berbisik sambil ketakutan dan memeluk erat tubuh aku............................aku takut kak.......................aku mengelusnya dengan sayang dan sambil berbisik...................tak usah............takut..........enak nggak..............dia mengganggukkan kepala masih dengan ketakutan......nanti tambah enak sayang percayalah padaku....................rayuku................dan Desy mulai aku tidurkan lagi dan aku mulai melepaskan celana dalam desy.................................ough...........................begini bentuk memek.................dan aku lihat dengan teliti memek Desy yang masih kecil yang belum ditumbuhi rambut sedikitpu..................aku mulai membuka celana dalam dan mulai berusaha memasukkan kontol ke arah memek Desy................aduk....................sakit................dey merintih................ketika aku berusaha memasukan kontol aku kedalam memeknya yang kecil..............tetapi masih aku paksakan...................kira-kira 1/3 kontol aku masuk dan desy.................menjerit..............dan agak setengah berdiri berpegangan pada dua tanganku..................ough.................sakit kak............

Kita pelan-pelan ya sayang...................................rayuku....................dan desy menganggukkan kepala mungkin walau kesakitan merasakan nikmat juga.............aku tambah lagi dan aku rasakan separo kontol aku masuk ke dalam memek desy...........................ough.............saki......................t jerit Desy......................dan dengan kuat mendorongkan pantatnya menjauh dari aku tapi ternyata kontol aku tak mau lepas juga dan aku rasakan ada sesuatu yang hangat mengalir di kontol aku setelah aku lihat ternyata darah............aku dekap erat desy dan masih sambil memasukkan kontol aku lebih dalam.........................................dan mulai aku bisa masukkan lebih dalam lagi............................Desy cuma merintih.................ough...................ough.............gimana bisik aku ditelinganya.............................enak tapi masih sakit......................bisik Desy dengan lugu aku rasa aku sudah tidak tahan lagi dan ough.................crot..................crot..................air muncrat sampai ke wajah Desy ............................dia tersenyum sambil mengelap wajahnya yang kena muntahan air maniku.............................ough...................nikmat sekali mencicipi memek anak sd yang masih perawan

Derita Seorang Pedofil

Aku, panggil aja Aloy. Umur 30 tahun sekarang ini. Aku seorang pedofil. Bekerja sosial pd sebuah LSM tentang Hak-hak Anak.

Di antara gadis-gadis pra remaja yang pernah menjadi korban obyek seksual pedofilia-ku, ada yang bernama MNYSe.

Sebut saja: Tria (bukan nama sebenarnya). Baru berumur 9 tahun duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah ANT. Badannya mungil. Berhidung mancung. Masih keturunan Arab juga seperti saya. Tingginya 155 sentimeter. Ia berkacamata minus 2. Kasihan sekali aku melihatnya. Dia kutu buku. Cerdas. Pandai. Namun berkepribadian tertutup. Aku adalah kekasih gelapnya yang paling ia percaya sesudah Abi dan Ami-nya. Kami berpacaran. Dan sering bercinta di sebuah kebun salak milik penduduk kampung kami.

Tria cantik sekali. Kulitnya putih, tidak kuning langsat. Badannya wangi. Padanya belum nampak tanda-tanda kedewasaan dan kematangan, baik fisik dan kejiwaan. Namun aku melihat gairah Tria ketika untuk kesekian kalinya kami bertemu di tengah luas dan rimbunnya kebun salak pondoh di kampung.

Jujur aja aku agak canggung dalam urusan yang satu ini: Bercinta. Apalagi ama anak semuda dia. Lengan-lengan halusnya yang memeluk pinggangku dengan mesra, kubiarkan terus menggantung. Sementara, kedua telepak tanganku menengadahkan kepalanya dengan posisi siap mengecup bibirnya yang sedikit membuka pasrah.

Ahh, mengapa ini terjadi pada kami, batinku mengucap sambil kukecup hidungnya lalu berlangsung mengecup bibirnya kemudian menghisap mulutnya. Bibir kami berpagutan.

Lama kami bercium mesra. Dan masing-masing tangan kami sudah bergerilya hingga--bukan baju koko saya saja--pakaian muslimah dan kerudung yang dia kenakan pun terlihat lusuh dan lecak-lecak di sana sini. Kancing baju Tria sendiri sudah lepas semua. Yang terlihat hanya kaus dalam dengan ceplakan puting dadanya yang sedikit meruncing karena rangsangan birahi yang kami timbulkan.

Waktu demi waktu, tak terasa kami lewati di petang hari yang mulai merambat ke pukul lima. Kami kini sudah masing-masing terlentang di sehelai tikar yang berada di saung kebun salak tersebut.

Kami menatap langit-langit saung itu, dengan nafas yang memburu karena kecapaian. Tria terlihat segar wajahnya karena telah mencapai orgasmenya yang kesekian kali. Tangan kirinya meremas lembut tangan kananku. "Bang, Tria cinta Abang. Abang cinta Tria, 'kan?"

Pertanyaan Tria ini, hanya kutanggapi dengan senyuman. Sambil kumiringkan ke kanan, kukecup bibirnya. Dan kukatakan, "Cinta dong. O ya... Sudah sore, nih! Pulang, yuk? Abi dan Ami dan Adik-adik Tria udah nungguin kayaknya."

"Ayuk deh, Bang, kita pulang. Tapi, Jumat depan, kita bercinta lagi ya?" pintanya sambil masih menatap langit-langit saung.

Ya Allah, nih anak. Bikin gemas. Nafsunya gede banget. "Tentu sayang!"

Kami pulang. Dan aku mengantar Tria hingga ke pintu halaman rumahnya. Hafiza, ibundanya, menyambut Tria dengan suka cita. Hafiza melambaikan tangannya kepadaku dengan senyum manisnya yang mengembang, "Terima kasih Ustad, sudah mengantar Tria dari Mesjid."

"Sama-sama, Kak Fiza!" seruku dengan senang. Ah, Kak Fiza. Kau pun menggairahkan sekali. Tidak anak, tidak ibundanya, sama saja. Kau menyiksaku terus tiap hari.

Mandi soreku kali itu kembali berulang, dengan masturbasi membayangkan Tria. Dan juga, Kak Fiza ibundanya.

Anis

Perkenalkan, nama ku arie... Sekarang aku berusia 40 tahun, aku bekerja sebagai juru parkir. Aku bekerja dari jam 5 sore sampai jam 12 malam. Aku belum menikah. Aku tinggal bersama kakak ku dan anak-anaknya. Kakakku sudah mempunyai 2 orang anak, Dua-duanya perempuan. Ia sudah bercerai dengan suaminya saat anak keduanya berusia 2 tahun. Sebagai kepala keluarga kakakku kerja keras membanting tulang, ia membuka warung kopi di terminal di kotaku.

Ia pulang menutup warungnya jam 5 sore dan aku bergantian kerja setelah kakakku pulang. Keseharianku disaat kakakku tidak ada dirumah akulah yang menjaga keluargaku. Anak pertamanya bernama Anis, 15 tahun dan yang keduanya bernama angel, 11 tahun. Keduanya sangat berbeda sikap dan tingkah lakunya. Namun sama sama manja. Cuma bedanya yang sulung manja nya tidak segan-segan denganku dan yang bungsu manjanya tidak keterlaluan.

Suatu hari, saat jam 12 siang. Aku bangun tidur dan setelah selesai mandi dan makan aku biasanya suka sekali bermain game di laptopku. Keponakanku sudah pulang sekolah, dan ketika aku ingin bermain kau lihat keponakanku, Anis sudah mulai main game duluan. Sebagai Paman aku mengalah dengan keponakanku. Ketika Anis sudah merasa bosan akhirnya ia menyerahkan laptop kepadaku.

Akupun memulai permainan, ketika sedang asyik Keponakanku, Angel datang menggangguku, seakan ingin juga ikut bermain. Namun setelah kutanya Angel tidak mau main. Angel berbaring di sofa sambil melihatku bermain, Angel suka sekali menghisap jempolnya dan baring sambil mengangkangkan kedua kakinya. Terlihat jelas dimataku celana dalam putih yang dipakainya karena ia masih menggunakan rok sekolahnya.

Aku pura-pura pergi mencari Anis, namun kutemukan dia sudah dalam keadaan pulas dikamarnya. Aku kembali ke laptopku dan melanjutkan permainan. Tiba-tiba saja setan merasuki otakku untuk menjamahi Angel, langsung saja mataku melotot melihat pemandangan indah dari angel. Sedangkan Angel sangat suka bila ia diperhatikan gayanya berbaring. Karena ia sering dimarahi ibunya kalau ia seperti itu di mata ibunya, ia senang karena aku tidak marah seperti ibunya malahan aku membiarkannya bebas.

Akupun merasa ingin sekali meraba kemaluannya apalagi ini kesempatan emas buatku. Langsung saja tanganku pura-pura menyentuh pahanya dan menyandarkan tanganku di pahanya. Setelah tidak ada reaksi aku meraba-raba pahanya sambil bercanda dengannya agar ia tidak marah dan membiarkanku saja meraba-raba kemaluannya.
" Angel, mau main gak? " pancingku
" Gak ah, Angel gak tahu cara mainnya " katanya
" Om ajarin mau gak? " tanyaku
" Om main aja, Angel senang liat Om main, Om jago main game " katanya
" Oh ya, celana dalamnya bagus, baru deh kayaknya " kataku sambil menyentuh celana dalamnya
" Iya om, baru di beliin mama kemaren " katanya
" Sayang donk di pake, lepasin aja celana dalamnya " kataku
" Ih om, malu donk Om, ntar Om malah pandangin pepek Angel terus, dari tadi aja Om pelototin pepek Angel terus walaupun masih pake celana dalam " katanya
" Emang, Om pengen tahu aja pepek angel udah ada bulu atau belom " kataku sambil menyelipkan jariku ke dalam cd nya
" Belom donk Om, angel kan masih kecil, kalo kak Anis bulu pepeknya lebat kayak bulu ketek Om " katanya
" Dari mana kamu tahu? " tanyaku
" Udah sering Om Angel liat kak Anis telanjang di kamarnya " katanya
" Buka aja ya celana dalamnya ? " kataku sambil melepaskan celana dalamnya
" hehehe.. " ia tersenyum kala iya melihatku serius melihat jelas pepeknya
" Aduh, burung Om pengen keluar nih " kataku sambil melepaskan celanaku
" Ih, Om.. malu donk om, burungnya besar banget " katanya
" Daripada kamu isap jempol terus mendingan isap burung Om " kataku
" Hmmm... hehehe.. Besar amat burungnya.. om, tapi coba sini Angel mau coba rasain... " katanya penasaran

Angel benar-benar menganggap kontolku sebagai jempol yang sering dihisapnya. Aku menikmati sekali hisapannya, apalagi sedotannya di kepala penisku. Beberapa menit kemudian cairan spermaku keluar didalam mulutnya.
" Aggghhh... yeeaaaahhhh aaahhh aahhh " erangku
" hiiii, hueeekkk... air apa nih om, kok kental amat gak enak lagi rasanya, eneg banget rasanya om " katanya
" Itu vitamin Angel, telan aja.. sehat kok " kataku sambil mengatur nafas

Setelah selesai dan aku kembali mengenakan celanaku aku pergi kewarung untuk memebeli rokok. Sambil berjalan aku membayangkan bahwa Angel kali ini gampang sekali dan sudah bisa aku taklukkan. Nanti aku akan mencoba Anis, apa Anis bisa ku taklukkan atau tidak. Setelah itu aku pulang kerumah dan kembali bermain game, Angel aku beri pengarahan.
" Angel, kamu tidak boleh bilang sama siapa-siapa ya kamu hisap burung om tadi, apalagi sama mama dan kak Anis, pokoknya ini rahasia. Ini ada uang 5 ribu buat kamu, ambil aja sebagai hadiah " kataku
" Sip deh om, nanti kalo Angel perlu uang buat jajan, angel hisap lagi burung om, mau gak ? " katanya lugu
" Iya, mau donk.. udah pergi main aja sana sama teman-temanmu " kataku
" Om mau ke kamar kak Anis, mau bangunin dia makan " kataku

Angelpun keluar bermain sama teman-temannya, aku kembali masih belum puas setelah ejakulasi pertama, aku ingin ngentot sama Anis. Aku pergi kekamar Anis, ku lihat ia sedang tidur dengan posisi kaki sebelah terangkat keatas dan ia tidur berbaring. Jelas sekali di mataku Anis memakai celana dalam hitam. Kudekati Anis dan pura-pura untuk membangunkannya tidur. Tapi Anis sudah sangat pulas dan tidak sadar sama sekali dengan sentuhan tanganku.

Segera saja aku melepaskan celanaku dan celana dalamku. Aku naik ketempat tidur dan memegang kontolku dengan tangan kiri, tangan kanan ku membuka sedikit celana dalamnya dari samping. Kuarahkan kontolku ke pepeknya. Langsung saja kupaksakan kontolku masuk kedalam pepeknya dan akhirnya masuk.
" Awww...aduuuuhhh... sakit... " katanya sadar dan melihatku menindih tubuhnya
" Om... kenapa Om? Apa-apaan ini? Aduh Om... kenapa mau memperkosa Anis? Aduh... sakit sekali Om... lepasin Om kontolnya donk Om " katanya kesakitan, heran dan sedih...
" Tanggung Nis, lanjutin aja.. lagian perawan kamu udah jebol dengan kontol Om.. buat apa disesali lagi " kataku
" Om... please... jangan om. " katanya
" Ah masa bodoh " kataku sambil memompa pepeknya
Beberapa menit kemudian Anis mengerang dan mendesah nikmat, namun airmata nya mengalir di pipinya... Setelah puas memompa pepek Anis akhirnya aku menyemburkan spermaku ke dalam pepek Anis.

" Agghhh ahhhhh...aahhhh yeaahhh " erangku
" Om, aduhhh... di masukkin kedalam lagi tuh, ya ampun om.. kalo Anis hamil gimana? " katanya
" Gak bakalan hamil, soalnya sperma Om udah keluar tadi di hisap sama Angel " kataku
" Ya ampun Om, mama... om ma.. tolongin om udah gila " Katanya pelan
" Enak aja kalo ngomong, om belom gila... Udah mandi aja sana " kataku sambil memakai pakaianku
" Om, sinting.. om gila.. tega perkosa keponakan sendiri " katanya

Setelah kejadian itu aku akhirnya Anis menutup diri denganku, namun ia tidak menceritakan kelakuanku terhadap dirinya dan adiknya. Walaupun ia menutup diri tetapi aku tidak, aku tetap memperkosanya lagi saat aku merasa konak.

Gembala

Pembaca yang tidak pernah tinggal di desa atau di kampung akan sulit membayangkan situasi dimana aku bercerita. Sedangkan mereka yang masa kecilnya tinggal di desa mungkin akan lebih mudah mencerna ceritaku.
Aku bukan berasal dari keluarga berada. Orang tuaku adalah petani biasa yang memiliki sebidang tanah dan 2 ekor sapi. Sepulang sekolah dasar, aku menggiring sapi-sapiku ke lahan di tepi hutan. Disana biasanya sudah ada Adi dan Sumadi. Mereka juga menggembalakan sapi. Sambil menunggu sapi-sapi merumput kami bertiga melakukan berbagai aktivitas, seperti mencari ikan di sungai, atau menguras parit-parit kecil ( kami menyebutnya nawu)yang ada ikannya, mencari buah-buahan yang dapat dimakan seperti jambu biji, petai cina atau tebu. Anak gembala memang agak rakus, yang kami biasa menyebutnya nggragas.
Aku, Adi dan Sumadi kira-kira sebaya lah antara 9 sampai 11 tahun. Aku sendiri umurnya 10 tahun. Jika hari libur sekolah kami bisa seharian berada di daerah penggembalaan. Pada jam-jam makan saja kami kembali ke rumah yang memang tidak terlalu jauh.
Selain kami bertiga kami juga sering bermain dengan anak perempuan . Mereka adalah Ina dan Rini. Kedua mereka setiap hari mencari kayu bakar di hutan dekat kami menggembala. Kadang kala kalau kami mendapat ikan, dan kami bakar, mereka ikut makan. Aku dan teman-teman juga sering membantu mereka mengumpulkan kayu bakar. Pada waktu itu tidak ada perasaan perbedaan gender. Mungkin karena kami masih anak-anak.
Bahkan kalau kami mandi di sungai mereka ikut bergabung. Kami kalau mandi tidak pernah pakai basahan, atau celana. Kami mandi telanjang. Biasanya ketika melepas celana, burung kami tutup dengan menangkupkan tangan ke bagian kemaluan lalu buru-buru terjun ke air. Ina dan Rini mereka mandi masih pakai basahan, yaitu celana dalam mereka.
Meskipun mereka tidak menutup bagian dada mereka, tetapi kami tidak tertarik memandangi tetek mereka. Seingatku tetek mereka berdua belum besar, meski agak sedikit lebih bengkak dari milik kami yang laki-laki.
Mungkin karena kami orang desa yang jauh dari informasi kota, jadi tidak ada rasa malu kami mandi bersama. Pada waktu itu, televisi masih terbatas hitam putih, dan masih sangat jarang orang yang memiliki. Aku sesekali menonton televisi di balai desa. Itupun di layarnya seperti banyak semutnya.
Aku ingat pada waktu itu Ina dan Rini masih duduk di kelas empat. Aku juga kelas empat tetapi beda sekolah.
Kami berlima sangat kompak dan saling membantu. Meski mereka cewek, tetapi mereka mau membantu menarik atau menggiring-sapi-sapi gembalaanku.
Namun kekompakan kami tidak berlangsung lama, karena ketika aku naik ke kelas lima Sumadi tidak lagi memiliki sapi, karena dijual orang tuanya. Sumadi sendiri kemudian diminta membantu bertani oleh ayahnya. Adi juga tidak lagi menggembala, karena orang tuanya ikut transmigrasi.
Tinggallah aku dan Rini serta Ani. Kami masih kompak bertiga. Karena aku tidak mempunyai teman menggembala, maka mereka sering menemani main di daerah gembalaan. Kuingat waktu itu orang tuaku menukar sapinya dengan 3 ekor kerbau. Aku lebih senang menggembala kerbau karena lebih menurut dan yang paling asyik bisa kami naiki. Rini dan Ani paling senang ikut jalan pulang sambil menaiki kerbauku.
Kegiatan kami bertiga masih seperti dulu termasuk mandi di sungai sambil menunggu kerbau berendam di air.
Ada yang agar berbeda setelah kedua cewek itu kelas 5, mereka sekarang kalau mandi pakai basahan atasan seperti singlet atau kaus oblong. Aku mulanya tidak menghiraukan, tetapi akhirnya mataku menangkap bahwa dibalik basahan atas itu ada menyembul tetek mereka yang mungkin tumbuh lebih besar.
Kedua cewek itu meski suka mandi di sungai, tetapi mereka tidak bisa berenang. Sedang aku sangat mahir berenang, terutama gaya bebas atau gaya berenang kali. Sungai yang suka kami jadikan tempat mandi bukanlah sungai yang terlalu besar. Lebarnya hanya sekitar 10 meter dan juga tidak terlalu deras dan banyak bagian yang dangkal. Aku bersama kedua cewek itu sering mencari kijing, semacam kerang yang hidup di sungai. Kami mencarinya dengan meraba-raba dibagian bawah pasir. Jika dapat banyak kami bawa pulang dan menyerahkan ke emak untuk dibuat masakan. Tetapi jika tidak banyak biasanya kami kumpulkan di bagian tepi sungai lalu kami pagari agar tidak hanyut.
Mencari kijing sering kali di area yang agak dalam yakni airnya setinggi dada anak-anak. Aku biasanya harus menyelam dan hasilnya aku berikan kepada mereka yang menunggu sambil berdiri.
Pada waktu menyelam aku sering memandangi kemaluan mereka yang terbungkus celana dalam putih. Jika terendam air, maka belahan kemaluan mereka terlihat agak jelas. Entah kenapa aku senang melihat belahan memek mereka yang terendam air. Kalau mereka mentas aku tidak bisa leluasa menatap ke memek mereka. Mungkin dengan pertambahan usia ada dorongan lebih besar untuk mengetahui kemaluan lawan jenis serta mungkin rangsangan sex mulai tumbuh juga. Dulu ketika kelas 4 aku masih tidak peduli dengan perempuan. Tapi setelah kelas 5 ada rasa malu, tapi ada rasa penasaran ingin tahu.
Kebetulan badanku agak bongsor dibanding Ani dan Rini meskipun usia kami sebaya, tetapi tinggiku sejengkal lebih dari mereka.
Karena badanku agak tinggi maka mereka sangat mengandalkan aku mencari kayu bakar. Aku bisa memanjat pohon untuk menarik dahan-dahan kering, atau menarik batang kayu lalu memotongnya dengan golok. Entah kenapa menurut anggapanku, tenaga perempuan sangat lemas, sehingga untuk memotong kayu kering mereka kelihatannya kurang kuat. Pertolonganku sangat mereka berdua dambakan.
Tidak ada pamrih apa-apa atas pertolonganku kepada mereka, Aku hanya senang bersahabat, senang menolong mereka. Aku kadang-kadang membawa jajanan, seperti ubi rebus, pisang rebus buatan emak. Keluarga ku termasuk lebih baik ekonominya dibandingkan keluarga Ani dan Rini.
Di luar areal penggembalaan, kami juga berteman akrab. Beberapa kali aku membantu menimba air dari sumur di rumah Rini dan Ani. Maklum orang tua mereka janda. Aku jadi akrab dengan keluarga mereka.
Cerita erotisnya bermula dari kejadian ketika seperti biasa aku mengajak mereka mandi sungai setelah selesai mengumpulkan kayu dan aku sekalian menunggu kerbau berendam. Ani menolak, karena katanya dia tidak punya ganti. Dia tidak pakai daleman, artinya tidak pakai celana dalam dan kaus singlet.
Pada waktu itu aku berpikir polos saja, tanpa maksud macam-macam. Aku menawarkan bertiga mandi telanjang. Mulanya Rini dan Ani agak keberatan karena katanya malu. Aku beralasan tidak perlu malu karena tidak ada orang lain di situ. Selain itu kita bertiga kan sudah lama kenal bahkan sejak kecil. Jadi sudah biasalah melihat masing-masing telanjang.
Mereka tetap merasa malu. Namun sebenarnya mereka memang ingin mandi karena badannya gatal, mungkin karena tadi terkena bulu bambu (lugud) Mereka malu terhadapku. Waktu itu aku menemukan solusi. Aku menawarkan untuk menjauh dari mereka ketika mereka buka baju dan masuk ke air. Aku berenang ke hilir, menghampiri kerbauku dan aku waktu itu memulai membuang rasa malu dengan langsung telanjang di depan mereka. Ani dan Rini membuang muka ketika tahu aku mau bertelanjang Aku berenang ke hilir.
Jaraknya tidak terlalu jauh, tetapi karena sungainya berbelok, jadi aku memang tidak bisa melihat mereka. Setelah mereka memberi aba-aba telah nyemplung ke air, barulah aku kembali menghampiri mereka.
Kami bercanda, siram-siraman air, dan yang istimewa hari itu kami bertiga telanjang mandi di sungai. Aku mengajari mereka ciblon ( atau main air yang menimbulkan suara). Untuk bisa melakukan ciblon badan harus terendam air paling tinggi sepinggang, sehingga leluasa melakukan gerakan.
Mereka ingin melakukan ciblon, tetapi malu karena tetek yang baru numbuh akan terlihat oleh ku. Aku biarkan saja mereka bertahan dengan rasa malu, karena tidak mungkin dipaksa mereka agar tidak malu.
Nah sejak itu di hari-hari berikutnya kami bertiga jadi terbiasa mandi telanjang. Kami lebih suka karena tidak ada baju basah yang kami pakai sampai kerumah. Karena terbiasa telanjang, lama-lama jadi berkurang rasa malunya. Ani dan Rini mulai berani keluar dari air sampai setinggi pinggang. Artinya mereka membiarkan aku melihat tetek mereka yang baru tumbuh.
Sejujurnya aku tertarik melihat tetek-tetek itu, tetapi agar mereka tidak malu, aku bersikap seolah tidak pernah menatap tetek mereka.
Kami jadi tidak terhalang lagi oleh rasa malu. Mereka hanya masih menyembunyikan kemaluan mereka. Sedang aku entah karena ada bakat exhibionis atau apa aku bebas saja melepas celana ku dan masuk ke air. Sedang mereka saat itu tidak mensyaratkan aku berpaling, mereka hanya menutup memeknya dengan tangan lalu masuk ke air.
Kami bercanda di air. Aku sering menyelam dan tiba-tiba muncul diantara kedua kaki Ani atau Rini. Jadinya mereka seperti tergendong di pundakku lalu menjatuhkan diri sambil berteriak-teriak.
Aku ingat pada waktu itu, jika aku sering bersentuhan dengan tubuh mereka, penisku jadi mengeras. Kadang-kadang aku malu kalau sedang ngaceng begitu, sehingga mentasnya agak lama. Tapi yang sering meski ditunggu mentas lama sampai kedinginan , penisku tidak bisa turun dari ketegangan. Mereka bertanya-tanya kenapa ketika mentas aku menutup kemaluanku, sedang tadi waktu masuk ke air tidak malu.
Aku nggak bisa beralasan kecuali jujur ku katakan bahwa kemaluanku ngaceng. Keduanya saling berpandang-pandangan karena tidak ngerti arti ngaceng. Aku bilang saja bahwa burungku tegang. Mereka malah makin bingung. Maklumlah anak desa yang masih polos dan belum banyak mengerti soal sex.
Rini dan Ani rupanya penasaran dan memaksa aku menunjukkan burungku yang tegang. Aku awalnya menolak, karena malu. Entah ide dari mana aku kemudian mau dengan syarat barter. Artinya kalau aku menunjukkan kepada mereka kemaluanku yang tegang, aku harus diperbolehkan melihat kemaluan mereka juga.
Mereka keberatan dengan tawaran itu. Jadinya aku tetap tidak memperlihatkan. Tapi Ani rupanya lebih penasaran dibanding Rini, sehingga dia mengalah lalu membujuk Rini agar ikut memperlihatkan memeknya juga.
Posisi kami pada waktu itu sudah memakai celana sehabis mandi. Maka kami sepakat bersama-sama membuka kemaluan kami pada hitungan ketiga. Kami sama-sama menghitung dan pada hitungan ke tiga Aku, Ani dan Rini menurunkan celana. Tetapi Rini dalam sekejap sudah menaikan lagi lalu diikuti Ani, maka aku pun ikut menaikkan celana. Sehingga baik aku maupun mereka sama-sama tidak jelas melihat kelamin lawan jenis.
Kami tidak puas dan membuat aturan baru bahwa setelah hitungan ketiga, kami memperlihatkan diri dan tetap terbuka sampai hitungan ke sepuluh yang dimulai dari angka satu lagi. Akhirnya kami saling memperlihatkan kemaluan kami masing-masing dalam waktu sekitar hanya kurang dari 10 detik.
Aku sebenarnya kurang puas, karena harus melihat 2 memek sekaligus dan bentuknya hanya seperti belahan pantat yang kecil saja. Sedangkan kemaluan ku bisa terlihat semua tidak ada yang disembunyikan. Tapi aku mau protes, tidak tahu apa yang harus kukatakan, karena pada waktu itu aku mengira ya memang sesederhana itu saja kemaluan cewek.
Ternyata yang protes malah Ani. Dia ingin melihat lebih jelas lebih dekat, Dia bertanya, kenapa penis yang tadinya kuyu bisa mengeras dan membesar. Dia juga merasa lucu melihat kepala penisku yang seperti topi baja. Waktu itu aku memang sudah sunat.
Ani meminta aku membuka lebih lama dan memperbolehkan dia melihat lebih dekat, karena penasaran saja. Aku setuju adalah mereka juga mau memperlihatkan lebih lama.
Ani yang penasaran memaksa Rini untuk menerima syaratku. Rini meski kelihatan berat hati karena malu akhirnya setuju juga.
Giliran pertama aku harus berbaring dan membuka celanaku. Merasa akan diperhatikan, penisku menegang. Ani dan Rini cekikikan melihat profil penisku. Dia menanyakan kantong zakar, lalu kepala penis. Yang cilaka aku diminta mereka untuk melemaskannya. Permintaan itu tidak mungkin aku bisa lakukan. Sampai saat itu aku belum mengenal onani.
Aku tidak bisa menjawab ketika ditanya kenapa. Aku hanya mengatakan bahwa penis ini mengeras dan mengendur sendiri bukan karena keinginanku.
Dari hanya memperhatikan dari dekat, akhirnya Rini malah penasaran ingin memegang. Dia ingin tahu sekeras apa penisku. Tanpa ngomong apa-apa dia menekan batang penisku dengan ibu jari dan telunjuk. Aku terkejut dan badanku seperti dialiri listrik karena merasa kenikmatan disentuh. Melihat aku terkejut, Rini pun terkejut dan melepas sentuhannya. Ketika mereka mengira aku kesakitan, aku terus terang mengatakan bahwa sentuhan itu rasanya enak dan nyetrum ke seluruh tubuhku. Aku lalu minta Rini menyentuh lagi, Ani malah ikut-ikutan menekan penisku. Tanpa kusadari aku mendesah nikmat. Mereka jadi seperti disemangati oleh desahanku. Tiba-tiba ada dorongan kuat dari dalam diriku dan aku mencapai orgasme untuk yang pertama kali dalam hidupku. Waktu itu aku belum mengeluarkan sperma, sehingga penisku hanya berkedut-kedut saja. Aku segera menyingkirkan kedua tangan mereka karena tiba-tiba penisku terasa sangat geli kalau disentuh. Aku membekam penisku sampai orgasmenya reda. Mereka terheran-heran melihat aku seperti kesurupan. Setelah reda orgasmenya aku mengatakan bahwa baru saja aku merasakan suatu kenikmatan yang amat sangat dan belum pernah aku rasakan. Pelan-pelan penisku melemah dan akhirnya kempis. Proses itu diikuti oleh mereka dan ketika sudah melemah mereka kembali menekan-nekan penisku yang lembek.
Aku lalu ingat janji mereka untuk memperlihatkan organ mereka. Ketika mereka kutagih, keduanya ingkar dan berusaha menyembunyikannya. Aku tentu sangat kesal, tapi tidak mungkin memaksa mereka.
Aku diam saja dan mengatakan kepada mereka bahwa aku marah, karena Ani dan Rini tidak adil. Keesokan nya aku tidak mau membantu mereka mencari kayu bakar. Aku bahkan menjauh dari mereka.
Hanya dua hari mereka bisa bertahan berjauhan dengan ku. Pada hari ketiga Ani dan Rini mendekatiku dan merayuku untuk rujuk kembali dan mereka mengaku salah. Bukan itu saja mereka mau menepati janjinya, asalkan aku mau membantu mereka kembali mencari kayu bakar.
Aku menerima pertemanan mereka dan langsung menuntut janji mereka. Pertama aku minta Ani berbaring dan membuka celana dalamnya. Ani berbaring dan langsung mengangkang. Terlihat belahan memek dan di bagian dalamnya agak berwarna merah. Aku mencoba menyibak belahan memeknya, terlihat ada seperti gelambir kecil dan lubang kecil di bawahnya. Di situ aku baru tahu bahwa memek tidak mempunyai lubang di depan, tetapi di bagian bawah. Di bagian depan lipatan memek malah tidak ada apa apa. Aku menyentuh gelambir kecil yang sekarang ku tahu bahwa itu adalah labia mayora. Ani terjungkat ketika bagian itu kusentuh. Dia mengatakan geli, sehingga dia menepis tanganku. Puas melihat memek Ani aku menuntut r
Rini juga menunjukkannya.
Memek Rini sama dengan Ani, hanya yang mengesankan bagiku, gundukan memeknya lebih gemuk. Rini pun berjungkat ketika gelambir kecil memeknya aku sentuh.
Ketika aku mengobservasi memek mereka, kemaluanku tegang sekali.
Mereka kemudian menuntut untuk melihat kembali kemaluanku. Aku tanpa menunggu lama langsung memelorotkan celanaku sambil berdiri. Ani dan Rini jongkok di depanku sambil tangannya menyentuh kemaluanku. Rini meremas kantong zakarku. Aku berteriak karena sakit. Mereka kucegah menekan bagian itu kuat-kuat. Keduanya lalu seperti pertama dulu menekan-nekan penisku sampai aku kembali orgasme. Ani dan Rini senang melihat proses penisku menyusut.
Sejak saat itu tidak ada lagi rasa malu di antara kami. Namun keakraban itu sangat kami rahasiakan. Meskipun aku ingin sekali bercerita kepada banyak orang mengenai pengalamanku dengan perempuan karena pengalaman ini kurasakan sangat luar biasa, tetapi aku terpaksa menahannya dan menyadari kalau cerita itu terbuka keluar maka aku akan menghadapi masalah dan membuatku juga malu.
Aku jadi rajin mengembala, dan Ani serta Rini rajin pula mencari kayu bakar. Kegiatan diakhiri dengan mandi di sungai bersama-sama. Kami tidak lagi merasa perlu mandi dengan basahan, sebab sudah tidak ada lagi rasa malu diantara kami bertiga. Aku bahkan tidak hanya mandi bersama tetapi biasa bermain diair sambil bergulat memeluk dan memegang tetek maupun kemaluan mereka. Aku pun begitu. Kadang-kadang aku digeret dari pinggir sungai sampai masuk ke air dengan memegang penisku.
Kegiatan selalu diakhiri dengan aku mencapai orgasme setelah dipegang-pegang oleh tangan kedua cewek. Entah karena naluriku atau juga naluri dari cewek-cewek itu, akhirnya kami menemukan permainan mengocok penisku sampai aku orgasme. Sebabnya penisku tak kunjung mencapai orgasme hanya dengan dipegang-pegang saja. Lama-lama jadi agak Imun.
Selanjutnya aku menemukan kenikmatan ketika memeluk salah satu dari cewek itu dari belakang. Penisku yang menegang menusuk belahan pantat. Rasanya nikmat sekali.
Sampai sejauh itu baik aku maupun kedua cewek itu belum mengetahui hubungan sex antara pria dan wanita. Aku menemukan permainan baru yang menimbulkan kenikmatan lebih tinggi dengan menggesek-gesek penisku di belakang belahan pantat mereka.
Ani maupun Rini senang dibegitukan meskipun mereka sering mengeluh merasa geli. Aku juga paling senang meremas-remas susu mereka yang baru tumbuh, karena rasanya kenyal dan nikmat sambil aku memeluk dari belakang.
Mereka berdua mengaku merasa nikmat jika aku meremas-remas gundukan kemaluan mereka. Hanya saja mereka marah jika ketika aku meremas memek mereka lalu jariku yang terperosok ke dalam belahan memeknya aku cium. Menurutku bau memek mereka agak aneh. Apalagi sebelum mandi, baunya agak pesing. Tetapi setelah mandi, nyaris tidak ada baunya. Jariku kadang-kadang terkena lendir yang kalau sudah gitu aku mencucinya dan membersihkannya dengan pasir. Aku merasa geli jika lendir itu terkena di jariku. Tapi anehnya aku suka mengorek-ngorek memek mereka meski risikonya terkena lendir.
Bahasa kami waktu itu adalah turuk untuk menyebut memek, dan peli untuk menyebut penis.
Sebagai penggembala kerbau aku terbiasa melihat kerbau melakukan hubungan kelamin. Namun kali ini aku tertarik melihat hewan peliharaanku melakukannya. Entah kenapa, kemaluanku jadi menegang. Aku memperhatikan apa yang dilakukan kerbauku ketika kawin. Semula aku mengira, batang penis kerbau dimasukkan ke lubang pantat betinanya. Namun kemudian setelah aku amati lebih jeli ternyata bukan masuk ke lubang pantatnya.
Ketika aku mengamati kerbauku kawin aku sempat diejek Rini dan Ani. Kata mereka aku melihat apa kok serius sekali. Aku katakan, penasaran ingin tahu apa yang dilakukan kerbau kawin.
Rini dan Ani ternyata lebih tahu. Baru kutahu ketika Ani menceritakan bahwa binatang kawin itu dengan memasukkan kelamin prianya ke lubang kelamin betinanya. Dengan begitulah mereka kemudian punya anak.
Entah kenapa sejak penjelasan itu aku jadi punya keinginan seperti yang dilakukan kerbau-kerbauku. Jika sebelum ini kami bermain peluk-pelukan di dalam air dan aku menyelipkan penisku di pantat mereka, sekarang aku punya ide permainan, kawin-kawinan.
Masih di dalam air baik Ani maupun Rini aku suruh menunduk dengan bertopang pada lutut, lalu aku menusukkan penisku di belahan pantat mereka. Mulanya Ani dan Rini tidak mau, tetapi karena aku terus membujuk mereka akhirnya mau. Mereka katanya takut punyak anak.
Aku jadi ketagihan main kawin-kawinan. Setelah berkali-kali dan ternyata Ani dan Rina tidak punya anak akhirnya kami jadi sering main begituan. Kalau dulu kami mainnya di dalan air, setelah itu kami main di luar. Aku tidak tahu waktu itu bahwa penis itu harus dimasukkan ke dalam lubang vagina. Sebab dengan menyelipkan penisku diantara lipatan memeknya sudah terasa nikmat sekali.
Rini dan Ani sering menolak aku ajak main kawin-kawinan, karena mereka merasa memeknya geli.
Aku ingat suatu waktu ketika kami sedang mengumpulkan kayu, di tengah hutan menemukan semacam bangku, bekas orang membuat papan di hutan. Aku tidak ingat apakah Rini atau Ani yang memulai. Tapi dia mencopot celananya dan tidur telentang dibangku itu lalu aku diminta buka celana. Penisku dipegangnya lalu seperti dioles-oleskan ke belahan memeknya. Katanya penisku menimbulkan kenikmatan. Aku memang melihat dia kadang-kadang mengejang. Sementara aku diam saja karena aku juga merasa nikmat. Tapi perbuatan mereka itu tidak bisa mengantarkan aku sampai orgasme. Kedua-duanya melakukan itu dan reaksinya sama, mereka kadang-kadang mengejang.
Aku sebenarnya kurang suka karena penisku kena lendir mereka dan baunya agak pesing, Tapi karena mereka terlihat nikmat aku jadi mengalah saja.
Berkali-kali kami melakukan adegan itu, sampai aku melihat lubang di memek yang kelihatan memerah. Aku pikir lubang itu yang bisa dimasuki penisku seperti kerbau memasukkan penisnya kelubang belakang betinanya.
Aku katakan akan mencoba menusuk lubang itu. Mulanya mereka mau mencoba, tetapi ketika di coba mereka mendorongku karena terasa sakit. Aku sampai hampir jatuh kejengkang ketika Ani mendorongku. Ketika kucoba ke Rini dia juga akhirnya mendorongku, karena katanya memeknya perih.
Meski mereka tidak mau tapi, aku tetap penasaran. Mereka masih tetap ketagihan mengoser-oser penisku di belahan memeknya. Jika semula tangan mereka yang memegangi penisku, kini kuambil alih akulah yang mengoser-oser. Aku perhatikan jika lama aku mengoser-oser ke memek Ani, dia lama-lama ngompol karena memeknya jadi makin basah. Si Rini sama juga. Ani mulai kejang-kejang jika aku menggesekkan kepala penisku ke belahan memek mereka. Aku sudah bertekad mengambil kesempatan untuk menusukkan penisku ke dalam lubang memek Ani ketika dia sedang mengejang. Saat Ani mulai mengejang aku terus menggesekkan penisku sampai dia mendesis desis. Kepala penisku sudah tepat di depan lubang memek yang merekah merah. Dengan gerakan tiba-tiba aku tekan sekuat tenaga. Penisku yang keras itu masuk seluruhnya ke dalam lubang Ani. Dia menjerit dan menangis, tetapi tangannya menahan pinggulku . Padahal aku ingin mengeluarkan penisku dari lubang itu, takut nyangkut seperti anjing. Ani menahannya, katanya memeknya perih. Tapi ketika aku bilang kalau tidak dilepas nanti takutnya gancet (istilah kelamin anjing yang tak bisa lepas sesaat ketika habis bubungan kelamin). Ani akhirnya melemaskan pegangannya dan aku diarahkan menariknya pelan-pelan. Aku lega karena penisku bisa lepas dari lubang memeknya, tetapi aku takut, karena penisku berdarah. Hari itu Ani marah dia mengajak pulang Rini sambil tertatih-tatih membawa kayu bakar.
Keesokan harinya Aku tidak melihat kedua cewek itu. Aku sebetulnya ingin minta maaf jika mereka datang. Ani masih cemberut ketika kutemui bermain dekat rumahnya. Dia tidak mau banyak bicara ketika kuajak bermain.
Aku akhirnya pasrah dan membiarkan Ani membenciku. Padahal aku pun tidak tahu kalau perbuatan itu mengakibatkan dia berdarah. Tadinya aku kira penisku yang luka. Tetapi setelah aku cuci tidak ada bagian yang terluka. Aku jadi mengingat-ingat kejadian berdarah itu. Penisku terasa terjepit oleh memek Ani dan nikmat sekali. Tapi aku sempat kalut ketika tiba-tiba teringat anjing kawin bisa gancet.
Di hari ketiga Ani dan Rini kembali muncul. Ani kelihatannya sudah melupakan marahnya dan mengajak aku mencari kayu. Entah dia terpaksa berbaikan dengan aku atau memang dia bisa menerima kesalahanku. Tapi bisa saja dia terpaksa, karena tanpa bantuanku dia tidak bisa mendapat banyak kayu bakar. Atau mungkin juga dorongan Rini yang juga merasakan tidak bisa mengumpulkan kayu bakar lebih banyak tanpa bantuanku.
Namun kali itu mereka tidak mau ketika kuajak mandi bareng. Mereka berdua memilih pulang lebih cepat. Aku kemudian juga kehilangan selera mandi di sungai sendirian. Aku memilih nanti saja mandi di sumur di rumah.
Seminggu kira-kira hubungan kami agak renggang. Setelah itu hubungan kami kembali normal dan keduanya mau mandi bareng lagi di sungai dengan telanjang. Aku tidak berani memeluk keduanya dari belakang seperti yang aku lakukan sebelumnya. Aku takut Ani marah. Jadi kami hanya bercanda dengan bermain air dan saling siram. Aku sempat heran juga ketika kami mentas, Ani berinisiatif mengocok penisku sampai aku memuncak.
Entah dorongan nafsu atau ingin mendapat kenikmatan lagi Ani meminta pinjam penisku untuk dioles-oleskan di belahan memeknya. Si Rini pun juga minta begitu. Posisi kali ini bukan di hutan yang ada bangkunya, tetapi di pinggir kali. Aku membuat tatakan dari daun-daunan di balik kerimbunan semak sehingga jika ada orang lewat tidak bisa langsung melihat kami. Aku khawatir, meskipun di tempat itu jarang sekali ada orang melintas.
Aku duduk bersimpuh sementara Ani tidur telentang dan mengangkangkan kedua kakinya lalu dilipat. Penisku diraihnya lalu dia menggesek-gesekkan ke belahan memeknya. Aku melihat dengan seksama apa yang dilakukan Ani. Dia sebenarnya menekan-nekankan penisku di belahan memeknya, sehingga aku merasa penisku seperti ditarik-tarik. Aku mencoba mengikuti irama gerakannya. Ketika dia menekan ke memeknya aku ikut membantu dengan mendorongkan penisku. Berkali-kali melakukan gerakan itu, kepala penisku seperti terbenam. Rasanya nikmat sekali sehingga aku menginginkan mendorong terus. Memek Anik terasa licin sehingga ketika kuperhatikan penisku agak banyak terbenam ke dalam lubang memek Ani. Ketika sudah mencapai separuh penisku berada di dalam memeknya, Ani kutanya apakah dia merasa sakit. Dia hanya menggeleng. Aku tidak mengatakan bahwa penisku sudah masuk ke dalam memeknya, karena kupikir dia pasti bisa merasa. Aku merasa kenikmatan yang luar biasa karena penisku berada di dalam lubang hangat dan terasa sangat menjepit. Tangan Ani kuangkat dan aku minta untuk menggantikan kerja tangannya. Sambil kugerak-gerakkan aku mendorong terus penisku masuk ke dalam memeknya. Herannya penisku masuk terus sampai seluruhnya tenggelam. Pada waktu itu aku teringat lagi soal anjing gancet. Maka kutarik pelan-pelan penisku . Terasa sekali nikmatnya. Ketika akhirnya bisa terlepas, baru aku yakin bahwa kami tidak gancet, sehingga aku masukkan lagi penisku dan kali ini agak mudah masuknya. Aku terus mendorong sampai mentok. Kulihat reaksi ani bukan kesakitan. Ani kutanya pa yang dia rasakan, kata dia enak banget, karena memeknya terasa penuh dan mengganjal. Malah katanya lebih enak dari pada hanya dioles-oleskan di belahan memeknya. Aku menarik kembali pelan-pelan tapi tidak sampai lepas. Kuraksakan kenikmatan menjalari seluruh batang penisku dan ke seluruh tubuh. Aku teringat gerakan kambing dan anjing kalau kawin. Hewan itu jantannya melakukan gerakan maju mundur, maka aku kemudian melakukan gerakan itu dengan ritme yang cepat. Ani mendesis-desis, sambil berkata,” aduh enak banget……”
Rini yang memperhatikan apa yang kami lakukan bolak balik nanya ke Rini, enak gimana. Ani yang terus dicecar pertanyaan menjawab rada kesal sambil berteriak lirih “ Enaaaaak banget..”
Aku pun merasa enak sekali, jauh lebih enak dari pada dikocok pakai tangan. Aku tidak lagi bersimpuh tetapi sudah telungkup dan berstumpu pada siku, sambil terus melakukan gerakan maju mundur sampai akhirnya ada gelombang nikmat yang luar biasa. Saat yang kemudian aku kenal dengan orgasme aku menancapkan dalam-dalam penisku di memek Ani. Agak lama aku melepaskan denyutan penisku sampai akhirnya kenikmatan itu berangsur-angsur menurun. Aku menarik pelan-pelan penisku. Sempat kuperhatikan, tidak ada darah di penisku, tetapi penisku penuh dengan lendir.
Ani masih tidur telentang di semak persembunyai kami. Sementara aku keluar dari semak langsung nyebur ke sungai dan membersihkan penisku dari lendir-lendir dari memek Ani.
Ketika sedang asyik mandi, Rini memanggilku. Dia minta aku memeriksa Ani karena tidak bisa bangun. Aku sempat terkesiap. Ani aku datangi di semak persembunyian. Ketika kutanya dia ternyata bisa menjawab. Ani minta aku memasukkan lagi penisku. Aku yang baru mentas dari sungai dan masih telanjang, penisku belum tegang. Ketika aku coba memasukkan ke lubang memek Ani, tidak bisa masuk karena masih lemas. Tapi lama-lama makin mengeras sampai akhirnya keras seperti semula. Pada saat mengeras itulah aku baru berhasil memasukkan kembali penisku ke dalam memek Ani. Aku kembali merasakan kenikmatan seperti tadi. Aku sudah agak mengerti melakukan gerakan . Kali ini kenikmatan yang memuncak terasa lama sekali sampainya. Aku terus menggenjot. Ani mendesis-desis lalu tiba-tiba ia peluk aku erat-erat dan kedua kakinya melingkar ke badanku. Aku tidak bisa bergerak. Penisku terasa seperti diremas-remas oleh memek Ani. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata enaakk banget. Setelah melongarkan pelukan aku kembali menggenjotnya lebih cepat. Aku bersemangat, tetapi dalam hati bertanya, kenapa lama sekali gak nyampe kenikmatan seperti yang pertama tadi. Tiba-tiba Ani berteriak, terus-terus. Teriakan itu merangsangku sehingga aku makin cepat bergerak sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan lagi. Ani kembali memelukku erat sekali dan kakinya juga merangkul tubuhku.
Aku merasa lemas dan penisku ketika kutarik keluar dari memeknya sudah agak menciut.
Aku berbaring di samping Ani. Setelah istirahat sebentar kami lalu nyebur ke sungai. Ani berubah manja terhadapku. Dia berkali-kali minta aku gendong di dalam air.
Ani menceritakan kenikmatan yang baru dia dapatkan tadi kepada Rini. Ani memaksa Rini mencoba. Rini masih takut karena melihat Ani dulu berdarah dan kesakitan. “Sakitnya Cuma sebentar saja, sesudah itu enaknya luar biasa,” kata Ani.
Sebetulnya selepas mandi itu aku diminta Ani melakukannya ke Rini, tetapi karena hari sudah semakin sore, kami urungkan dan kami berjanji besok akan kami lakukan.
Aku sudah yakin bahwa manusia berbeda dengan anjing. Karena tidak bisa gancet. Oleh karena itu ketika aku melakukannya ke Rini aku sudah lebih percaya diri. Lubang memek Rini agak susah dimasuki, karena penisku berkali-kali terpeleset.
Berbeda ketika melakukan dengan Ani, Kepada Rini aku menekan penisku pelan-pelan sampai penisku bisa masuk. Saat penisku tidak bisa masuk lagi, padahal sudah hampir separuh berada di jepitan memeknya, aku pikir lubang memek Rini dangkal. Rini merasakan sakit, tapi katanya dia masih bisa tahan. Karena lubangnya dangkal aku jadinya melakukan gerakan dengan tidak sampai penisku separuh terbenam. Aku mulai merasakan nikmat sampai-sampai aku lepas kontrol. Tekanan penisku ke dalam memek Rini mungkin terlalu kuat sehingga Rini menjerit dan menangis. Aku terkejut juga dan meraba penisku, ternyata mentok alias masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Rini menahan gerakanku karena dia merasa memeknya ngilu. Aku menuruti kemauannya, meski pelan-pelan melakukan gerakan maju dan mundur. Merasa pegangan Rini melonggar aku mempercepat gerakan sampai akhirnya aku mencapai kenikmatan yang luar biasa. Aku biarkan sebentar penisku di dalam memek Rini sampai kenikmatan penisku reda.
Aku kembali takut ketika penisku berdarah. Aku memeriksa seluruh batang penisku, tetapi tidak ada yang terluka. Berarti darah itu berasal dari memek Rini. Aku makin yakin karena Rini mengeluh memeknya perih. Aku dan Ani membimbing Rini masuk ke sungai dan mencuci memeknya. Rini masih meringis, katanya memeknya perih kena air sungai.
Ani mengatakan pada Rini bahwa pada awalnya memang perih, tapi setelah itu enak banget.
Penisku digenggam-genggam Ani dan dia menyeretku masuk ke semak-semak. Ani minta aku memasukkan kembali penisku ke dalam memeknya. Penisku baru setengah tegang. Agak susah jadinya memasukkan ke dalam lubang Ani. Setelah dicoba berkali-kali dan dengan bantuan tuntunan tangan Ani penisku bisa masuk. Aku kembali menggenjot Ani. Dia merintih-rintih dan berkali-kali minta aku berhenti sebentar sambil memelukku dan aku merasa memeknya berdenyut-denyut. Aku terus menggenjot sampai akhirnya ak mencapai puncak kenikmatan.
Tiga hari kemudian baru Rini mau mencoba lagi penisku memasuki memeknya. Dia mengatakan masih agak sakit, tetapi terasa agak enak. Aku menggenjotnya sampai aku mencapai kenikmatan. Aku ingat kemudian aku mengulangi lagi. Pada ronde kedua itu Rinia sudah kurang merasakan sakit. Dia juga mendesis desis seperti Ani dan sempat memelukku erat sekali dan aku merasakan penisku dicengkeram oleh memeknya. Rini baru mengakui ke Ani bahwa permainan ini nikmat sekalai.
Sejak itu kami selalu main kawin-kawinan . Ketika aku menyelesaikan kelas 6 dan akan masuk SMP, orang tuaku memboyong aku pindah ke kota. Kami akhirnya berpisah dengan Ani dan Rini. Aku sering merindukan mereka, terutama keinginanku main kawin-kawinan. Kalau diantara pembaca ada yang merasa sebagai Rini atau Ani tolong tinggalkan email kalian. Aku ingin bertemu kalian. Janji aku tidak menuntut kita main kawin-kawinan lagi.

Dua Orang Sepupuku

Cerita ni berlaku semasa umur aku 13 tahun.
cerita ni masih segar di ingatan. aku mempunyai 2 org sepupu perempuan yg cukup aktif dan comel. seorang berumur 8 tahun. seorang lg berumur 11 tahun. sorang nama ina..sorang lg nama ayu.
mereka ni mempunyai adik kecil lelaki yang berumur 4 tahun. aku dh anggap mereka ni mcm adik beradik sebab mmg rapat..orang tua kami pun memang tidak kisah dgn perhubungan kami. dari kecik mmg kami rapat bila bertemu.
waktu tu raya ke-3. dan sudah menjadi kebiasaan orang tua aku tidur di rumah sepupu2 aku ni. aku mmg suka memandangkan aku ni anak tunggal jadi bila jumpa sepupu2 aku ni ada la jugak teman utk aku bermain.
waktu tu kitaorang tgh main saidina. mak bapak aku ngan mak long aku pegi beraya kat umah sebelah waktu tu. paklong aku plak keja.
tengah syok2 main saidina, adik kecik dia plak datang mengacau cakap nk kencing. nasib baik la bilik tempat kami main tu ada toilet. si ina yg umur 8 tahun ni pun bukakkan la suar adik dia pastu dia pegi pimpin ke toilet. waktu dia nk cuci kencing adik dia tetiba getah paip tu tercabut. abis basah sluar dia. aku ngan ayu hanya mampu gelak berdekah2 melihat situasi tersebut.
kerana geram dgn gelak tawa kami, dia bukak sluar ngan baju dia yang basah dan campak dlm ke arah kami. nasib baik kami sempat elak. abis berterabur permainan saidina kami. dalam keadaan separuh bogel, dgn selamba si ina berjalan ke almari mengambil baju yang kering. tapi si ayu menyuruh si ina mengemas kembali permainan kami yg berterabur tu. sementara si ayu pula cuba memakaikan seluar adik kecik dia yg baru lepas kencing tadi. tapi adik dia tanak pakai plak..
eii..tk malu ke dgn abang tu nampak burung tu..si ayu cuba meyakinkan adiknya yg tak mau pakai seluar. sementara si ina pula duduk depan aku dgn pakai spender je plak kemas saidina ni. mungkin sebab mereka menganggap aku mcm adik beradik. jadi tiada rasa malu. yang si ayu ni plak boleh pulak bergurau senda sambil cuba pegang2 burung adik dia. adik kecik dia hanya tergelak2 sambil mengelak. aku yang tengok ni tetiba jadi stim plak. ayu pun marah adik kecik dia tadi suruh pakai seluar jugak, kalau tidak dia sunat nanti.
mungkin takut dgn perkataan sunat tersebut terus adik dia nk pakai seluar. lepas pakai seluar adik dia terus keluar berlari ke umah jiran sebelah. aku hanya tergelak melihat gelagat adik kecik mereka ni.
sambil2 tu aku duk tgk ina yg tk berbaju mengemas saidina yg berterabur tu. tetek ina belum tumbuh lagi. mungkin belum baligh lg agaknya. tengah2 berkemas tu tetiba terpacul soalan dari ina pada aku. dia tanya aku dh sunat ke? kalau belum dia cakap ayu boleh tolong sunatkan dalam nada gurauan sebab ayu bercakap begitu terhadap adiknya tadi. ayu yang ada disebelah aku pun mengiyakan sahaja sambil cuba bergurau untuk membuka seluar aku.
aku pegang seluar aku supaya tidak ditarik oleh ayu. dalam pada itu ina datang membantu sambil bergelak tawa. aku pulak cuba menahan seluar aku dari terbukak dlm keadaan malu.
sambil mencucuk2 pinggang aku, mereka cuba menarik seluar aku. tk tertahan aku menahan geli dicucuk sehinggakan aku tk dpt menahan mereka dari membuka seluar aku. akhirnya berjaya juga mereka membuka seluar aku. terpampangla batang aku yang ketika itu hanya berukuran 4 inci tanpa bulu lagi. aku segera menutup batang aku dgn bantal yang ada. mungkin tergamam dgn situasi tersebut, masing2 senyap seketika.
tiba2 ani menyuarakan sikap ingin tahu dan ingin melihat bagaimana rupa batang aku lepas disunat. aku cakap tidak adil jika aku yg dilihat sahaja.
aku pun mahu melihat bagaimana perempuan disunat. tanpa segan silu ani terus membuka spender yang dipakainya. maka terpampangkan lurah indah yg sebelum ini aku tk penah tgk. aku tgk ayu dah macam malu dgn keadaan tersebut. bila tgk ina dh bukak spender, aku pun bersetuju untuk mempamerkan batang aku yg dh bersunat tu.
ayu tanya aku kalau dia nk pegang boleh tak, aku cakap boleh, tapi aku nk tgk dia bogel jugak. mulanya dia tak mau, tapi ina meyakin kan dia yang takde orang lain tau sambil dia pegi tutup pintu bilik. ayu pun bukak satu persatu pakaian dia, terpampangkan dua bukit yg baru nk tumbuh. bila dia bukak spender, nampak la lurah dia yg ada bulu baru nk tumbuh. bila tgk pemandangan tersebut serta merta batang aku stim. tergelak ayu dan ina melihat situasi tersebut. batang aku yang dari 4 inci bangun jadi 5 inci.
dia tanya sakit ke sambil membelek batang aku waktu tu. aku cakap tk..rasa geli je waktu dia pegang batang aku tu. syok pun ada. aku cakap ngan dia macam ni la rupa yg dh sunat. dia potong kulit yang lebih. aku suruh dia gentel2 batang aku tu. waktu tu aku tk tau melancap lg. jadi aku suruh dia gentel2 batang aku tu gilir2 dgn ina..aku cuba memegang belahan ayu waktu tu..ayu cakap geli. sambil mereka gentel batang aku, tangan kanan aku pegang ayu punya, tangan kiri pulak pegang ina punya. syok jugak main gentel2 ni.
tiba2 terdengar suara mak bapak aku ngan mak long aku dh balik.
kami pun cepat2 pakai baju dan seluar..siap pakai baju dh seluar permainan saidina tadi kami bukak kembali. konon2 tengah bermain saidina.
begitula ceritanya waktu pertama aku tengok perempuan punya.
nantikan cerita selanjutnya antara aku dgn ayu pada malam berikutnya.