tag:blogger.com,1999:blog-85789967283280982842024-03-12T21:40:12.738-07:00I Like HerUnknownnoreply@blogger.comBlogger31125truetag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-69458121304825855902013-09-01T04:52:00.002-07:002013-09-01T04:52:41.707-07:00Nikmatnya masa-masa SDusiaku saat itu masih 6 tahun, kelas 1 SD, sedangkan fira, mbak sepupuku, aku lupa berapa<br />
<br />
usianya, tapi waktu itu dia sudah kelas 4 SD. dia anak yang lincah, cantik, putih dan tubuhnya<br />
<br />
padat berisi. kami sering bermain bersama, main petak umpet, kemah-kemahan, dan tentu<br />
<br />
saja dokter-dokteran. seperti biasa hari itu aku main kerumahnya, orang tuanya sedang sibuk<br />
<br />
berjualan di warung samping rumah hingga kami hanya berduaan saja di ruang keluarga. dek,<br />
<br />
main kemah-kemahan yuk kata mbak fira. aku menurut saja, lalu kami membuat tenda dari<br />
<br />
selimut. kamipun bermain ular tangga di dalam tenda dengan beralaskan tikar. tapi rupanya<br />
<br />
mbak fira bosan dengan permainan itu, dek, main yang lain yuk, main dokter-dokteran aja<br />
<br />
gimana? , aku pun mengiyakan, dan sesuai kesepakatan akulah dokternya sedangkan mbak<br />
<br />
fira adalah pasiennya. setelah merapikan ular tangga mbak fira memberikan stetoskop<br />
<br />
mainan padaku lalu dia berbaring di atas bantal yang ia bawa ke dalam tenda. seperti biasa<br />
<br />
aku menempelkan stetoskop ke dadanya layaknya seorang dokter. tapi tanpa aku duga dia<br />
<br />
menyingkapkan t-shirt nya hingga tampak perutnya, dadanya dan tentu saja puting susunya<br />
<br />
yang berwarna pink. masih ku ingat waktu itu buah dadanya masih belum tumbuh sama<br />
<br />
sekali, rata, hanya saja putingnya terlihat mencuat dengan pembuluh darah tipis dan halus di<br />
<br />
sekitarnya. tampak jelas pembuluh berwarna hijau kebiruan itu karena begitu putihnya kulit<br />
<br />
mbak fira. karena masih kecil aku nggak terangsang sama sekali oleh pemandangn itu, tapi<br />
<br />
yang jelas waktu itu ada perasaan tertarik dalam diriku untuk mengetahui lebih jauh tentang<br />
<br />
tubuh mbak fira. aku diminta sekali lagi menempelkan stetoskop ke dadanya. kulakukan hal<br />
<br />
itu, bahkan iseng ku tempelkan stetoskop ke puting susunya. dek, peter-puter stetoskopnya di<br />
<br />
daerah situ akupun menggesek-gesekkan stetoskop di daerah puting susunya. ih, geli ya,<br />
<br />
terus dek jangan berhenti kata mbak fira. udara di dalam tenda memang panas hingga kami<br />
<br />
berdua mulai berkeringat, mungkin itulah yang membuat mbak fira melepas t-shirtnya, atau<br />
<br />
mungkin juga dia sudah tidak tahan lagi dengan rangsangan di puting susunya. stetoskopku<br />
<br />
masih terus bergerilya di kedua puting susunya. sesekali mbak fira meraba dan memijit-mijit<br />
<br />
sendiri putingnya sembari memejamkan mata dan sedikit mendesah merasakan geli di puting<br />
<br />
susunya. mbak fira menyuruhku membukakan roknya. awalnya aku hanya menyingkapkan<br />
<br />
saja roknya hingga terlihat celana dalamnya. gak usah disingkap gitu dek, dilepas aja<br />
<br />
semuanya, celana dalamnya juga ya pinta mbak fira. akupun melakukannya. pertama aku<br />
<br />
lepaskan roknya, lalu aku pelorotkan celana dalamnya hingga akhirnya mbak fira benar-<br />
<br />
benar telanjang bulat dengan tubuh yang mengkilap basah oleh keringat. aku lihat gundukan<br />
<br />
vaginanya, dan aku masih ingat vagina yang montok, mungil, dan tanpa ada bulu sama<br />
<br />
sekali, dan juga teringat jelas daerah disekitar belahan vaginanya merona merah, mungkin<br />
<br />
karena celana dalam yang terlalu ketat. melihat pemandangan itu timbul hasratku untuk<br />
<br />
mengetahui tubuh mbak fira lebih jauh, meskipun aku masih kecil tapi dalam dunia medis<br />
<br />
dikatakan bahwa anak kecil pun memiliki libido, mungkin itulah yang membuat penis mungilku<br />
<br />
menjadi tegang. dek, coba kamu periksa memeknya mbak, stetoskopnya di gesek-gesek<br />
<br />
juga seperti tadi kata mbak fira. aku melakukannya, ku tempelkan stetoskop ke vaginanya,<br />
<br />
lalu ku gesek-gesekkan secara perlahan. aku lihat mbak fira mendesah lebih keras, dia terlihat<br />
<br />
menelan ludah, memejamkan mata, sesekali melihat ke arah vaginanya. kenapa mbak, geli<br />
<br />
ya? tanyaku. geli banget dek, coba kamu geseknya lebih cepat dikit rasanya enak banget<br />
<br />
dek rupanya mbak fira belum puas dengan hanya seperti itu. dek coba kamu pegang<br />
<br />
memeknya mbak, di usap-usap biar cepet sembuh soalnya memeknya mbak gatal . aku pun<br />
<br />
mengusap vaginanya, rasanya halus banget, hangat dan empuk. aku lihat mata mbak fira<br />
<br />
merem melek merasakan geli di daerah vaginanya. dek sekarang coba kamu masukin jari<br />
<br />
kamu ke memeknya mbak perintah mbak fira. aku bingung, aku tidak melihat ada lubang<br />
<br />
disana, hanya gundukan vagina dengan sebuah lekukan garis yang membelah tepat<br />
<br />
ditengah vaginanya. rasa keingin tahuanku makin menjadi, libidoku makin tinggi, dan penisku<br />
<br />
pun bertambah tegang. lalu aku menguak belahan vaginanya dengan jari-jari mungilku. wah<br />
<br />
sungguh menakjubkan pemandangan di dalam. bagian dalam vaginanya berwarna pink,<br />
<br />
dan terlihat basah, pun menebarkan aroma khas vagina, ada daging yang menonjol di<br />
<br />
bagian atas vaginanya, dan kini aku tahu itulah yang dinamakan klitoris, ku lihat juga ada setitik<br />
<br />
lubang yang ternyata itu adalah lubang kencing, dibawahnya ada sebuah lubang kira-kira<br />
<br />
sebesar jari telunjukku pada saat itu, mungkin lubang itulah yang dimaksudkan mbak fira. aku<br />
<br />
langsung memasukkan jari telunjukku ke dalam lubang itu, rasanya hangat dan licin. ya terus<br />
<br />
masukin aja jari kamu dek, tapi pelan-pelan aja kata mbak fira. akupun memasukkan jariku<br />
<br />
makin dalam dengan perlahan. semakin dalam jariku semakin terasa panas, dan kurasakan<br />
<br />
sangat licin dan berlendir. ah..sakit dek, pelan-pelan donk..mmh..oh..oh..oh..ya gitu dek,<br />
<br />
puter-puter aja jari kamu di dalam ato kamu keluar masukin aja jari kamu desah mbak fira<br />
<br />
dengan mata merem-melek. tapi aku keluarkan lagi jariku, aku amati cairan licin yang<br />
<br />
melumuri jariku, tidak berwarna tapi sangat licin dan aroma khasnya begitu menyengat,<br />
<br />
bukannya bau, tapi justru aroma itu membuat libidoku makin memuncak. loh kok dikeluarin<br />
<br />
lagi dek, masukin lagi donk gak apa-apa kok, ayo donk dek masukin lagi, enak banget neh <br />
<br />
kata mbak fira kesal. www.bennyx.wap.sh mbak fira menekuk kedua lututnya lalu<br />
<br />
mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar hingga tampak jelas bagian dalam vaginanya.<br />
<br />
sekali lagi aku masukin jariku kedalam lubang vaginanya. kemudian aku putar-putarkan jariku.<br />
<br />
mbak fira memejamkan mata merasakan kenikmatan itu. lalu aku keluar masukkan jariku.<br />
<br />
kulihat mbak fira menggigit bibir bawahnya yang mungil sembari tetap terpejam. mbak fira<br />
<br />
meraih tanganku yang satunya lalu menyuruhku memainkan puting susunya. kini kedua<br />
<br />
tanganku sama-sama bermain. yang kiri memainkan puting susunya sedangkan yang kanan<br />
<br />
memainkan vaginanya. mbak fira tetap terpejam, kedua tangannya memegangi bantal<br />
<br />
sehingga terlihat ketiaknya yang halus putih dan berkeringat, sungguh sangat seksi.<br />
<br />
mmh..mmh..oh..oh..terus dek jangan berhenti..oh..oh agak dipercepat dikit dek mbak fira<br />
<br />
meracau. aku pun mempercepat gerakan jariku di vaginanya, aku putar-putar, aku keluar<br />
<br />
masukkan begitu seterusnya. desahan mbak fira makin kencang. oh..oh..lebih cepat dek ,<br />
<br />
gerakan jariku yang tadi sudah cepat kini lebih ku percepat lagi hingga vaginanya berbunyi<br />
<br />
karena bergesekan dengan dengan jariku yang bergerak sangat cepat. ceplok ceplok..<br />
<br />
bunyi itu makin keras dan cepat seiring dengan gerakan jariku. mmh..mmh..enak banget<br />
<br />
dek..terus..terus..oh..oh.. mbak fira meracau tidak karuan. tubuhnya menggelijang tidak<br />
<br />
beraturan. wajahnya memerah, keringatnya bercucuran. pinggulnya terangkat ke atas,<br />
<br />
bergerak ke kanan ke kiri. tangannya makin erat memegangi bantal. desahannya makin keras<br />
<br />
seperti orang kesetanan. sesekali tubuhnya tersentak. dan sentakan paling hebat membuat<br />
<br />
lutut kanannya yang ditekuk kini lurus kembali. pingulnya bergerak makin tak beraturan.<br />
<br />
pahanya yang kanan merapat ke paha yang kiri hingga jariku sempat terlepas dari vaginanya<br />
<br />
tapi aku masukkan kembali dengan sangat cepat. pinggulnya terangkat sekali lagi.<br />
<br />
mencondong ke arak kiri. kurasakan jariku seperti tersedot kedalam vaginanya. dinding-dinding<br />
<br />
vaginanya menekan jariku kuat sekali. dan akhirnya sebuah teriakan yang cukup keras keluar<br />
<br />
dari mulut mbak fira dek mbak mau pipis..ah..ah..gak tahan lagi dek..oh..oh..ah..ahhhh..ahhhh<br />
<br />
arrrggghhhhh. aku cabut jariku dari vaginanya crot..crot..crooot vagina mbak fira<br />
<br />
menyemprotkan cairan. cairan itu mengenai pahanya, lalu aku lihat cairan itu mengalir deras<br />
<br />
dari vagina mbak fira. pinggulya kini turun kembali. tapi cairan itu masih tetap saja keluar<br />
<br />
membanjiri tikar. aku lihat mata mbak fira masih terpejam. mulutnya menganga dan nafasnya<br />
<br />
tersengal-sengal. ah..enak banget dek, tapi mbak fira pipis, abis udah gak tahan lagi sih mbak<br />
<br />
fira kini mulai tenang kembali. matanya terbuka dan melihat ke arahku penuh dengan<br />
<br />
kepuasan. tangan kirinya memegang vaginanya yang belepotan cairan. mbak fira<br />
<br />
merasakan cairan itu lalu mengamatinya. ini apa ya kok licin?. dia pun bangkit, duduk dan<br />
<br />
mengamati vaginya. tangannya meraih cairan kental berwarna bening keputih-putihan yang<br />
<br />
masih menggenang di tikar tepat di bawah vaginanya. ini bukan kencing, tapi apa ya? dia<br />
<br />
pun membauinya. aku melakukan hal serupa. aku colekkan jariku ke cairan itu dan aku amati.<br />
<br />
cairan kental yang licin dan berbau sedikit amis. ini memang bukan kencing mbak kataku. iya,<br />
<br />
tapi apa ya kok tadi rasanya seperti mau kencing, dan pas keluar rasanya enak banget dek,<br />
<br />
beda kalo kencing seperti biasanya. dan kini aku tahu itu adalah cairan orgasme, mbak fira<br />
<br />
tadi telah mengalami orgasme yang hebat dan mungkin untuk yang pertama kalinya. dan kini<br />
<br />
pun aku tahu lendir licin yang menebarkan aroma khas vagina pada saat pertama kali aku<br />
<br />
memasukkan jariku ke vagina mbak fira itu adalah cairan lubrikasi yang akan keluar saat<br />
<br />
seorang perempuan sedang terangsang. cairan ini rupanya berguna sebagai pelumas dan<br />
<br />
sebagai pemberi aroma pada vagina. dengan keadaan yang masih telanjang bulat mbak fira<br />
<br />
berdiri dan keluar tenda. cairan orgasmenya masih menetes dari vaginanya. dia kembali ke<br />
<br />
dalam tenda dengan sebuah lap bersih. lalu dia me-lap vagina dan pahanya yang<br />
<br />
belepotan cairan orgasme. dia juga membersihkan tikar yang masih tersisa cairan orgasme.<br />
<br />
tadi cairan itu begitu banyak, tapi rupanya telah diserap oleh tikarnya. kini semuanya telah<br />
<br />
bersih, hanya saja aroma vagina masih juga memenuhi tenda. mbak fira memakai kembali<br />
<br />
pakaiannya. dek, lain kali kamu mau gak main yang kayak tadi? tanya mbak fira. mau mbak,<br />
<br />
sepertinya asik banget, sampe tititku berdiri jawabku. hah..titit kamu berdiri..ha..ha..tapi kamu<br />
<br />
janji jangan cerita ke siapa-siapa klo kita main yang kayak tadi, klo kamu cerita nanti kita bisa<br />
<br />
dimarahi sama ortu. ok deh mbak, aku janji gak akan cerita ke siapa-siapa kataku itulah<br />
<br />
pengalaman pertamaku tentang seks. sejak saat itu aku sering melakukan hal seperti tadi. di<br />
<br />
semua tempat pun jadi, asalkan tidak ada orang yang melihat. kadang di dalam tenda,<br />
<br />
kadang di kamar mbak fira dan bahkan kami pernah melakukannya di sofa ruang tamu.<br />
<br />
cerita ini adalah nyata dari penglamanku sendiri, bukan orang lain, hanya saja nama di<br />
<br />
samarkan, terserah anda percaya atau tidak. terlepas dari anda percaya atau tidak tapi kini<br />
<br />
anda tahu bahwa anak kecilpun bisa terangsang karena mereka memilik libido, dan bahkan<br />
<br />
mereka bisa mengalami orgamse seperti yang di alami orang dewasa.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-53856230418825096292013-09-01T04:34:00.002-07:002013-09-01T04:34:30.369-07:00Rumah IblisApakah lingkaran setan ini tidak akan pernah berakhir? Aku bersumpah iblis telah memilih keluarga saya sebagai rumahnya incest. Semuanya dimulai dengan saudari perempuanku, ibuku, dan saya.<br />
<br />
Orangtuaku bercerai ketika aku masih anak-anak dan saya tinggal bersama kakek dan nenek dari pihak ayah saya dan ayah saya di sebuah peternakan. Aku adalah anak kesayangan ibuku. Hampir setiap malam aku menangis dan memohon agar ayah mengijinkan aku untuk tinggal bersama ibuku. Beberapa kali ayah minta kepada ibu untuk bisa rujuk, tapi ibu saya selalu menolaknya, dan akhirnya pada usiaku yang ke 18, ayah saya bunuh diri.<br />
<br />
Karena saya adalah seorang anak yang nakal, kakek dan nenek yang sering dibuat pusing oleh tingkah laku saya, akhirnya bertanya pada ibuku apakah dia bersedia membawa saya. Mengingat bahwa saya adalah anak kesayangannya, ibu langsung setuju untuk merawat kembali saya, bahkan katanya “dari dulu juga aku sudah meminta agar Doni tinggal bersamaku, sayang ayahnya bersikeras untuk membawa dia” kata ibu pada kakek dan nenek.<br />
<br />
Aku jarang bisa bertemu dengan ibu saya karena dia sibuk mengelola restoran miliknya. Hal ini menyebabkan saya lebih banyak tinggal dengan kedua saudari perempuan saya, yaitu Lena dia setahun lebih tua dariku, serta adik perempuan saya Marta yang baru berusia 13 tahun. Kedua saudara perempuanku itu tampak lebih dewasa dibanding usianya, serta merupakan duplikat yang sempurna dari ibuku, payudara yang besar, pinggang ramping dan cantik, pantat yang membulat, rambut hitam, mata coklat, bibir mungil berwarna merah delima, dan hidung mancung melengkapi penampilan mereka yang menakjubkan. Mereka begitu mirip satu sama lain, seakan-akan mereka kembar dua, oh lupa kembar tiga dengan ibuku..<br />
<br />
Di usia 18 tahun saya, hormon kelelakian saya sedang giat-giatnya berproduksi, sebagai akibatnya saya secara tetap terangsang oleh hampir setiap bagian tubuh wanita yang saya lihat, sering sekali aku mengkhayalkan bercumbu dengan wanita. Apalagi aku yang dulunya tidak terbiasa dikelilingi wanita, kini tinggal dengan tiga orang wanita cantik sekaligus dengan ulahnya masing-masing.<br />
<br />
Saudari perempiuanku sering berjalan didalam rumah, dengan hanya mengenakan celana dalam dan BH, sedang ibuku setiap malam setelah mandi malam, mengenakan baju tidur yang yang memperlihatkan sebagian besar tubuhnya, kalaupun tertutup rapat, baju yang dikenakannya pasti tipis transparant. Aku belum pernah melihat seorang wanita yang benar-benar dalam keadaan telanjang bulat, namun untuk beberapa alasan, saya memiliki keinginan kuat untuk melihat rambut kemaluan wanita lebih dari bagian tubuh mereka yang lainnya.<br />
<br />
Ibuku yang menyadari bahwa aku mungkin mengalami trauma akibat peristiwa bunuh diri ayahku, mencari cara untuk menghilangkan apa yang dia percaya sebagai kesedihan terpendam atas kematian ayah. Karena itu saat seorang pelanggan restorannya menyarankan agar aku dikirim untuk ikut kegiatan camping yang dikelola oleh sebuah gereja, maka ibu langsung setuju, dan mendaftarkan aku sebagai salah seorang pesertanya. Dia pikir ini akan mengalihkan pikiranku dari bunuh diri ayahku. Aku sendiri sebenarnya enggan untuk pergi, kalau boleh memilih maka aku lebih memilih untuk tinggal dirumah, tapi aku tidak memiliki alasan yang kuat untuk menolaknya.<br />
<br />
Akhirnya terpaksa aku ikut juga. Setelah tiga hari melakukan kegiatan camping, suatu sore aku melihat kesempatan untuk mengintip para gadis yang sedang mandi. Diluar kamar mandi perempuan, tepat dibawah jendela terdapat tangki air seribu liter, jika aku naik keatasnya maka aku akan bisa mengintip kedalam kamar mandi perempuan.<br />
<br />
Tanpa membuang waktu lagi, segera aku naik keatas tangki tersebut, terlihat didalamnya beberapa orang gadis, yang seorang kutaksir usianya sekitar 18 tahunan, yang lainnya adalah remaja putri dengan usia yang bervariasi sedang mandi dibawah shower. Hampir sepuluh menit mataku melotot melihat tubuh-tubuh telanjang tersebut, mataku sempat meneliti seluruh tubuh mereka, terutama pada bagian rambut kemaluannya. Sungguh suatu pengalaman yang fantastis.<br />
<br />
Sayang rupanya ulahku itu ketahuan oleh seorang pendeta, yang segera menghubungi ibuku, “di dalam kegiatan gereja tidak ada tempat bagi seorang anak laki-laki seperti anak ibu” katanya kepada ibuku, karena itu ibu langsung menjemputku malam itu juga. Aku yang tidak menyangka bahwa ulahku diketahui seseorang, sangat terkejut saat ibu datang menjemput, dan saya sangat malu sampai aku tidak bisa berbicara sepanjang perjalanan pulang. Kedua saudari saya yang duduk di kursi belakang cekikikan. Untungnya, tidak ada satupun yang dikatakan oleh mereka yang bisa menyebabkan bertambah parahnya penderitaan yang kualami.<br />
<br />
Pagi berikutnya aku bangun pagi-pagi, karena merasa kebelet untuk kencing aku segera pergi kekamar mandi untuk buang air kecil, akupun segera kencing setelah menutup pintu, yang kulanjutkan dengan menggosok gigi. Baru saja pasta gigi kuborehkan diatas sikat gigi, pintu kamar mandi diketuk lalu terdengar suara Marta adikku “Bang, buka sebentar” katanya. Aku segera membuka pintu kamar mandi dan bertanya “ada apa?”, “Boleh aku sekalian ikut mandi?” tanyanya.<br />
<br />
“Boleh saja, tapi aku juga tidak lama kok paling cuma butuh satu menit,” kataku. “Ya sudah aku mandi sekarang, aku juga tidak keberatan kok abang menonton aku mandi” jawabnya sambil langsung membuka seluruh bajunya hingga kini dia berdiri telanjang bulat dihadapan saya.<br />
<br />
“Tolong sabunnya” pintanya kemudian, wajahku terasa panas dan terlihat merah padam dari pantulan kaca cermin yang ada dikamar mandi, sementara itu batang penisku langsung tegang kaku menonjol dari balik celana piyama yang saya kenakan.<br />
<br />
“Mmmm. saya lihat penis abang besar dan panjang, “katanya sambil melihat kearah selangkanganku. “Pernahkah abang bercinta dengan seorang gadis sebelumnya?” tanyanya lebih lanjut.<br />
<br />
“Err, ti… tidak” kataku sedikit tergagap sementara mataku melotot melihat buah dadanya yang sudah tumbuh lebih besar dari ukuran anak seusianya, besar payudaranya tidak berbeda dengan besar payudara gadis yang kemarin aku intip, “kenapa bang? apa abang tertarik melihat payudaraku? abang ingin menyentuh payudaraku? saya tidak keberatan kok” kata Marta sedikit acuh tak acuh.<br />
<br />
Aku menelan ludah dan berkata, “a…aku sangat ingin sekali” kataku dengan suara terputus dan parau, tanpa membuang waktu lagi aku menangkup kedua payudara dengan kedua tangan dan meremasinya. Terasa payudaranya yang tegak menantang tersebut sangat halus dan kenyal ditanganku, sedang kedua putingnya yang berwarna kemerahan sungguh menggiurkan bagaikan sepasang anggur dari surga.<br />
<br />
“Ini…ini sungguh sangat indah dan mengundang.., bolehkah…bolehkah kuhisap?” kataku sambil mengelus sepasang puting tersebut. “Hisaplah kalau abang mau” jawabnya, tanpa banyak bicara lagi kuturunkan mukaku dan kuhisap puting payudaranya.<br />
<br />
“Apakah ini yang abang ingin lihat ketika abang mengintip melalui jendela kamar mandi di kamp?” tanya Marta kepadaku saat aku mulai menurunkan mukaku, “akhh…” desahnya saat aku mulai menghisap puting tersebut, sementara badannya sedikit tergeliat.<br />
<br />
Kunikmati emutanku pada puting payudaranya, kurasakan badannya sedikit gemetaran saat aku mengemut putingnya, setelah beberapa lama baru aku menjawab “ya, tapi yang aku benar-benar sangat ingin melihat adalah rambut kemaluan perempuan, saya sangat suka melihat vagina yang tebal dan tembem seperti punya kamu Mar.. boleh aku menyentuhnya? tanyaku”<br />
<br />
“Boleh, asal aku boleh menyentuh penis abang,” jawabnya. Dengan tergopoh-gopoh saking gembiranya, aku segera memegang vaginanya, sejenak keremas mount pubicnya yang ditumbuhi rambut kemaluan yang halus dan masih jarang, jari-jariku perlahan menembus sela-sela rambut kemaluannya, dan kuelus belahan vaginanya yang terasa basah dan hangat.<br />
<br />
Tubuh Marta kembali tergeliat, “akhh….” desahnya saat jariku mengelus belahan vaginanya, sementara itu air madi mulai mengalir dari lubang kencing saya, cairan pelicin yang berfungsi untuk memudahkan penis masuk kedalam lubang vagina. Jariku mulai mengulir-ulir tonjolan daging yang berada tepat pada bagian atas bibir vaginanya. Tubuh Marta kembali tergelia “Akhh…” desahnya serasa menggetarkan jiwaku.<br />
<br />
Lalu jariku mulai mengelus daerah sekitar lubang vaginannya, sejenak kutekan-tekan daerah disekitar itu, “apakah ada yang pernah memasukkan penisnya di sini?” tanyaku pada Marta, “pernah tapi hanya sekali, saat itu saya sedang berkencan dengan Toni, dia sangat ingin sekali memasukkan batang penisnya kesana, tapi setelah itu aku putus dengannya, sejak itu aku tidak pernah melakukannya lagi, tapi aku suka cara abang menyentuhku” jawabnya polos.<br />
<br />
Sungguh aku nyaris tidak percaya adikku yang baru berusia 13 tahun sudah bukan perawan lagi. “Banyak teman perempuan kamu yang telah melakukannya?” tanyaku lagi dengan suar semakin parau. “Tentu umumnya teman-teman perempuanku sudah pernah melakukannya meskipun hanya sekali seperti aku” jawab Marta. “Kau… kau menyukainya ketika Freddie menyetubuhimu?”<br />
“Yang bisa saya ingat adalah, rasa sakit saat pertama penisnya masuk, sakit dan perih, tapi itu tidak berlangsung lama, Toni segera memuncratkan air maninya, membuat vaginaku basah kuyup oleh cairan kental. Tapi aku sedikit menyukainya, terutama saat batang penisnya menggesek lubang vaginaku. Apa abang juga ingin memasukkan penis abang ke sana? ” jawab Marta dengan nada polos dan wajah tidak bersalah.<br />
<br />
“Tentu…tentu saja, apakah ibu sudah pergi?” tanyaku tergagap. “Sudah… ibu sudah pergi kerestaurant, sedang kak Lena masih tidur, paling bangun juga nanti siang, abang lebih kenal kebiasaannya” jawab Marta padaku, lalu setelah terdiam sejenak dia melanjutkan “mengapa kita tidak pergi ke kamar abang?” katanya.Tanpa bicara lagi segera kubopong tubuhnya, dan kubaringkan ditempat tidurku, lalu dibawah selimut kami mulai saling menjelajahi tubuh masing-masing, kuremas-remas buah dadanya dengan gemas, sementara mulut kami tidak berhenti saling berpagutan, sementara lidah kami saling belit dan saling menggelitik dengan nikmatnya.<br />
<br />
Saat kuturunkan ciumanku kearah lehernya, Marta segera tergeliat, saat bawah telinganya kuelus dengan ujung lidahku, “akhhh…” desahnya menikmati aksi yang kulakukan. Lalu ciumanku terarah semakin kebawah, menyelusuri bahu dan dadanya, sampai dipangkal payu daranya yang sebelah kanan, sejenak aku menatapnya, lalu tanpa buang waktu lagi segera kukulum puting susunya, sementara sebelah tanganku meremasi buah dadanya yang lain. “Akhhh… okhhh…” erang Marta tak henti-hentinya.<br />
<br />
“Sekarang… bang.. sekarang masukkan, aku sudah sangat ingin merasakan batang penis abang yang besar ini dalam vaginaku” katanya sambil mengelus dan sedikit meremas batang penisku. Badanku tergeliat ketika merasakan elusannya. Aku segera menelungkupi tubuhnya, kucoba mendorong batang penisku kedalam vaginanya.<br />
<br />
“Aww… “ pekik Marta tertahan, “bukan disana, rendahkan sedikit tubuh abang” katanya sambil memegang batang penisku dan menuntunnya kedalam lubang vaginanya. “Sekarang dorong bang” pintanya padaku, dengan sekuat tenaga aku mendorong batang penisku, bles… terasa batang penisku mulai masuk seiring dengan pekik tertahan Marta “Akhhh…”.<br />
<br />
Terasa dinding vaginanya dengan ketat menggesek batang penisku, sekali lagi kutekan pantatku kuat-kuat dan slebb… batang penisku masuk seluruhnya, kali ini Marta bukan hanya memekik lirih “Akkhhh…” tapi badannya juga tergeliat kuat. Selanjutnya naluriku yang mulai bekerja, tanpa diperintah siapapun aku segera mengeluar-masukkan batang penisku dalam lubang vaginanya.<br />
<br />
Sementara itu tanganku juga tidak berhenti meremasi kedua buah dadanya, dan mulutku mengulum bibirnya dengan lidah yang saling membelit. Ketika aku mengalihkan kulumanku pada puting susunya, terdengar Marta berdesah “akhh… enak bang gesekkan penis abang dalam lubang vaginaku terasa jauh lebih enak dibandingkan dulu dengan Toni” katanya.<br />
<br />
Aku semakin memacu pompaanku pada vaginanya, karena ini baru kali pertama aku menyetubuhi perempuan, aku tidak dap[at bertahan terlalu lama, segera kurasakan kegelian yang nikmat pada batang penisku. Seharusnya aku menahan diri, tapi aku justru semakin mempercepat pompaanku pada Marta.<br />
<br />
Tak lama kemudian pompaanku semakin tidak terkendali. “Akhh… ak.. aku …okh” ceracauku dan crutt …crutt.. kurasakan air mani muncarat dari dalam batang penisku. Seiring dengan itu Marta justru memutar-mutar pantatnya dengan cepat, kepalanya tertengadah dengan bibir digigitnya keras-keras “Okhhh…” lalu denga diiringi keluhan panjang Marta memeluk mtubuhku erta-erat. Kami mencap[ai puncak kenikmatan secara hampir bersama-sama.<br />
<br />
Sejenak kami terdiam kaku dalam posisi tersebut, lalu akhirnya aku menggulingkan tubuhku disisinya, setelah batang penisku yang mengerut lepas dari lubang vaginanya. “Waw.. nikmat sekali, baru kali ini aku merasakan kenikmatan seperti itu, ini barangkali yang dinamakan orgasme yang bang?” bisik Marta ditelingaku. Aku hanya terdiam tanpa mampu menjawab. “Dengan Toni aku tidak merasakan seperti ini, ini bahkan lebih nikmat dibanding kalau aku masturbasi” celotehnya kepadaku.<br />
<br />
“Pantas banyak pria dan wanita yang menikah, rupanya bersetubuh merupakan hal yang ternikmat di dunia ini” lanjutnya sambil meremas-remas kembali batang penisku, “ini ternyata yang jadi penyebabnya” katanya lagi sambil tetap meremas-remas penisku. Tak lama kemudian penisku mulai tegak kembali dengan gagah beraninya.<br />
<br />
“Waw.. bang dia kembali berdiri” cetus Marta sambil cekikikan, aku tidak menjawab, tapi aku langsung menggumulinya kembali, sehingga cekikikan Marta berubah menjadi lenguhan nikmat “akhh… abang nakal mempermainkan klitorisku terus” desahnya padaku.<br />
Kurasakan dari lubang vaginanya kembali mengalirkan air nikmat yang membuatnya kembali basah, setelah aku mempermainkan kelentitnya beberapa lama.<br />
<br />
Segera kunaiki tubuhnya kembali, kali ini tanpa dituntun lagi aku langsung memasukkan batang penisku pada liang vaginanya, “awww…”pekiknya saat batang penisku masuk kembali kedalam vaginanya. “Perlahan sedikit bang jangan terburu nafsu” pintanya sambil menggigit telingaku pelan.<br />
<br />
“Hemmm…” hanya itu jawabku padanya, lalu tanpa banyak bicara lagi aku segera mengayunkan pantatku, memompa vaginanya. Kali ini aku bisa bertahan dalam waktu yang lama, mungkin karena sebelumnya aku sudah memuncratkan air maniku, maka aku tidak segera muncrat kembali.<br />
<br />
Rintih dan erang Marta berpadu dengan lenguhku, “akh… okh….bang…akh…”, “ehm..ugh..” aku semakin mempercepat pompaanku, kami tidak mempedulikan tubuh kami yang sudah bermandikan keringat, bahkan diwajah Marta kulihat keringat sebesar biji jagung mengembun di kening dan ujung hidungnya.<br />
<br />
Semakin cepat dan semakin cepat aku mendayung, semakin cepat juga kurasakan pantat Marta bergoyang mengimbangi desakanku, sampai akhirnya “bangggg…” serunya dan matanya terbalik keatas dengan kepala tertengadah, kurasakan tangannya mencengkram pantatku sampai kuku jarinya melukaiku”<br />
<br />
“Okhhh…”erang Marta dengan tubuh mengejang kaku. Aku yang tidak bisa bergerak karena himpitan tangannya yang merangkul erat pantatku, terpaksa harus berdiam diri, hanya mulutku yang mengulum puting susunya, kuemut, kuelus dengan ujung lidah diselingi dengan gigitan pelan.<br />
<br />
Saat kurasakan tubuhnya melemas, dan dekapan tangannya di pantatku mengendor, aku segera memacu kembali pantatku untuk bergerak naik turun diatas tubuhnya. Marta untuk beberapa lama masih berdiam diri dengan lemasnya, tapi kemudian pantatnya mulai bergoyang kembali melayani desakkanku.<br />
<br />
Kembali terulang paduan rintih nikmat dan erang Marta dengan lenguhanku , “akh… okh….bang…akh…”, “ehm..ugh..”. Kupercepat dan semakin kupercepat pompaanku, keringat bercucuran dari tubuhku dan tubuh Marta, kami betul-betul mandi keringat.<br />
Sampai akhirnya, kembali kurasakan rasa geli yang nikmat menjalar di batang penisku.<br />
<br />
“Mar… aku… aku…”kata ku terputus-putus karena desakan nafsu, tapi meskipun aku tidak mengatakan dengan jelas apa yang kumaksud, tampaknya Marta bisa menangkap maksudku itu terlihat dari jawabannya “akhu… juga bang… mau…okh…” katanya sambil mengguncangkan pantatnya keras-keras. Tak lama kemudian aku tidak lagi mampu menahan desakan di batang penisku.<br />
<br />
Marta kembali mendekap pantatku erat-erat, didorongnya pantatnya keatas sambil mengguncangkan pantatnya ke kiri dan kekanan dengan keras, “bangggg… akkkkkhhhhh…” erangnya seiring dengan itu aku merasakan pijatan yang ketat dan nikmat sekali di batang penisku. Diiringi lenguhku yang semakin keras “Ugh…ehmmm…” aku memuncratkan air maniku yang kedua kali.<br />
<br />
Setelah berdiam beberapa lama kami akhirnya pulih kembali dan sepanjang pagi itu aku dan Marta bersetubuh berulang kali, sampai sprei yang menutupi tempat tidurku basah oleh paduan ceceran air nikmat kami serta keringat yang mengucur dari tubuh kami. Marta kemudian mengganti sprei ku dengan yang baru dan membawa yang lama ke mesin cuci.<br />
<br />
Sejak saat itu aku selalu bersetubuh dengan Marta setiap hari. Sedikitnya aku menyetubuhinya sekali di pagi hari, tapi seringnya aku menyetubuhinya beberapa kali dalam sehari, bahkan kadang malam hari pun kami bersetubuh juga jika keadaan memungkinkan.<br />
<br />
Ibuku yang melihat Marta sudah menjadi gadis remaja menjelang dewasa mengijinkan Marta memakai alat kontrasepsi, karena ibu tahu bahwa banyak remaja yang sudah melakukan hubungan seksual pada masa kini. Dengan demikian aku tidak pernah memakai kondom saat aku bersetubuh dengan Marta.<br />
<br />
Ibu tidak pernah tahu bahwa yang selama ini selalu menyetubuhi Marta bukanlah teman atau pun pacarnya, tapi aku kakak laki-lakinya. Sering sekali Marta mengatakan “Aku ingin berkuda tanpa pelana,” katanya padaku sebagai isyarat bahwa dia minta disetubuhi.<br />
<br />
“Kau terlalu banyak membaca novel seksual” kataku padanya suatu hari, karena Marta sering sekali meminta posisi yang aneh aneh saat bersetubuh. Tapi aku sungguh sangat mencintai Marta terutama keahliannya dalam melayaniku bersetubuh.Apartemen yang kami tinggali berada di tingkat dua sebuah gedung apartemen yang tingkat pertamanya digunakan untuk lahan bisnis. Tepat dibawah kami adalah toko yang menjual barang-barang dari kulit, seperti tas, jaket, sepatu dan barang-barang lainnya. Dimalam hari cahaya lampu jalan yang temaram sampai juga kedalam kamar-kamar kami. Pada saat-saat tertentu dimalam hari sering saya mencium bau kulit dari took dibawah dan saya cukup menyukai baunya, sedangkan suara kereta api juga terkadang terdengar sayup-sayup melintasi rel kereta yang berjarak kurang lebih 500 meteran.<br />
<br />
Tata letak apartemen yang kami tinggali melebar, dengan kamarku dan kamar saudari perempuanku berada di sayap utara, bagian tengah terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan dan dapur, sedang sayap selatan terdiri dari kamar ibuku. Di kedua ujung sayap juga terdapat kamar mandi.<br />
<br />
Sedangkan pintu masuk kedalam apartemen juga ada dua, yaitu yang satu dari ruang lobby, ini merupakan pintu utama dan terhubung pada jalan raya di depan apartemen kami, disana terdapat lift dan tangga yang menghubungkan setiap tingkat dari gedung apartemen, menggunakan jalan ini kita akan sampai pada pintu ruang tamu apartemen kami.<br />
<br />
Pintu kedua adalah menggunakan tangga darurat yang berada disamping apartemen kami serta terhubung pada gang disamping gedung apartemen. Jika kita menggunakan jalan ini kita akan sampai pada pintu darurat yang terletak didalam dapur. Dapur itu sendiri berada dekat dengan sayap selatan, sehingga begitu kita keluar dari dapur kita akan keluar pada lorong depan kamar ibuku.<br />
<br />
Tata ruang yang seperti ini juga memberi kebebasan pada ibuku saat dia berkencan dengan beberapa orang relasinya. Aku tahu persis bahwa ibuku terkadang memberi pelayanan seksual kepada relasi-relasinya tersebut, baik dengan tujuan memperlancar usahanya, maupun sekedar kencan biasa untuk kesenangannya. Pada umumnya relasi tersebut telah memiliki keluarga sendiri.<br />
<br />
Saya ingat salah seorang teman kencan ibu adalah seorang salesman mobil bekas dengan istri dan dua anak yang berusia remaja. Aku tidak tahu apa yang membuat ibu tertarik padanya, mengingat meskipun ibuku menikah diusia muda dan telah memiliki tiga orang anak dari hasil pernikahannya dengan ayahku, tapi ibuku adalah seorang wanita cantik yang awet muda, dengan bentuk tubuh yang masih tetap menggiurkan bagi laki-laki, bahkan aku yakin jika ibu mau ibu masih mungkin mendapatkan jodoh seorang perjaka. Itu terlihat jelas dari cara kaum lelaki memandangnya, apabila ibu keluar rumah.<br />
<br />
Aku ingat saat pertama kali aku melihat ibuku telanjang, kejadian itu setelah kurang lebih satu bulan sejak aku dan Marta berhubungan seksual. Suatu hari seperti biasa aku kuliah dan pulang lebih awal dari biasanya, rupanya keluargaku termasuk ibuku menyangka bahwa aku yang biasanya sampai kerumah jam 10 malam, masih belum lagi akan pulang, karena hari baru menunjukkan pukul 7 malam. Hal itu terbukti kemudian dari tidak tertutupnya pintu kamar ibuku, meskipun aku heran kenapa ibu tidak memperhitungkan kedua saudariku. Saat itu karena malas memutar kedepan yang jaraknya lebih jauh aku masuk melalui pintu darurat yang biasanya merupakan tugasku untuk menguncinya.<br />
<br />
Setelah aku masuk dan keluar dari dapur, kulihat pintu kamar ibuku terbuka, dan terdengar bunyi yang tak asing lagi suara decit batang penis yang keluar masuk di lubang vagina serta suara kepala ranjang yang mengenai dinding berulang-ulang. Penasaran aku langsung mengintip kedalam, meskipun saat itu lampu di kamar dipadamkan, tapi cahaya lampu jalanan mampu menerangi kamar ibuku melalui jendela kamar, walaupun temaram.<br />
<br />
Disana kulihat ibuku tengah bersenggama dengan si Salesman mobil bekas, saat itu mereka tengah pindah posisi dari posisi misionaris menjadi posisi doggy style. Dan aku baru tahu apa yang menarik dari diri si Salesman tadi, rupanya penisnya besar dan panjang melebihi ukuran normal. Aku melihat batang penisnya keluar masuk vagina ibuku dari arah belakang, mereka bersetubuh dengan serunya, sementara ibuku berulang-ulang merintih nikmat, berpadu dengan geraman si Salesman yang juga merasakan kenikmatan gesekan penisnya dengan dinding vagina ibuku.<br />
<br />
“Okhhh…hery… akhh…” rintih ibuku, sambil memanggil si Salesman, kulihat ibuku menggoyangkan pantatnya secara bervariasi, kadang didorong kebelakang menyongsong batang penis Hery yang tengah di dorong kedepan, kadang bergoyang kekiri dan ke kanan secara mendadak. Membuat Hery menggeram tak henti-hentinya “Hemmm….ughh…”.<br />
<br />
“Kocok lebih keras Her… akhhh…” pinta ibuku pada Hery, yang segera menjawabnya dengan memompa ibuku lebih cepat lagi, “Okhh… Lin…. Linda… lubang vaginamu sangat seret dan nikmaatt uugh…” ceracau Hery pada ibuku. Mereka tetap memacu birahi mereka tanpa mempedulikan keringat yang membanjiri tubuh Hery dan menetes pada pantat ibuku.<br />
<br />
Lalu dengan sebuah geraman yang keras, “hemmm…ehm…..…” tiba-tiba tubuh Hery menggigil, ditancapkannya batang kemaluannya dalam-dalam di lubang vagina ibuku, tubuhnya sejenak mengejang, sedangkan ibuku kalang kabut menggoyang-goyangkan pantatnya dengan keras “Akhh… sialan kau Her… aku hampir sampai kau duluan keluar, uh… dulu kau mampu membuat aku orgasme dua kali, sekarang kau cuma mampu sekali” keluh ibuku setengah memekik karena kecewa. Sementara batang kemaluan Hery mulai mengerut dengan cepat dan akhirnya keluar sendiri dari lubang vagina ibuku.<br />
<br />
Rupanya meskipun ibuku telah menggoyang pantatnya kalang kabut, tapi puncak kenikmatan bersetubuh yang kedua tidak dapat diraihnya. “Maafkan aku Lin… habis makin sini goyanganmu makin yahud saja aku benar-benar tidak tahan menerimanya” jawab Hery meminta maaf sambil merayu ibuku.<br />
<br />
Aku sadar ibuku pasti segera keluar dari kamar, maka aku segera menyelinap dibelakang pintu dapur yang sedikit terbuka bekas aku masuk tadi. Dari celah pintu yang terbuka segera kulihat ibuku keluar dari kamar dengan telanjang bulat, sementara wajahnya masih menunjukkan raut kecewa, sedang tangan kanannya ditangkupkan pada selangkangannya lewat celah pantatnya untuk mencegah air mani Hery berceceran kelantai.<br />
<br />
Kulihat payudara ibuku yang besar berayun dari kiri kekanan, sementara mount pubicnya tampak melentung kedepan, dengan rambut kemaluan yang lebat menutupinya, kupandangi tubuh mulus ibuku sambil menelan ludah, paha bulat panjang, pinggang yang ramping, pantat besar membulat, dan buah dada yang besar, ditambah dengan wajah yang cantik. Lelaki mana yang tidak akan tergiur untuk memilikinya.<br />
<br />
Saat itu juga aku sadar, bahwa aku sangat ingin menyetubuhinya, terbayang dalam benakku, kalau ibu bisa menyukai Hery si Salesman hanya karena batang penisnya yang lebih besar dan panjang dari ukuran normal laki-laki, maka ibuku pasti akan menyukai aku juga yang memiliki batang penis tidak kalah besar dan panjangnya dari Hery.<br />
<br />
Ibuku rupanya langsung mandi, karena kudengar suara orang mandi dari balik pintu kamar mandi tersebut, sementara Hery yang telah mengenakan pakaiannya, kemudian keluar dari kamar ibuku. Diketuknya pintu kamar mandi, dan terdengar suaranya “Linda… aku pulang ya” katanya. “He eh…” jawab ibuku pendek, rupanya ibuku masih kecewa.<br />
<br />
Hery segera keluar dari apartemen kami lewat ruang tamu, aku sendir segera pergi keluar dengan menggunakan tangga darurat. Dibawah kulihat beberapa temanku yang tinggal di apartemen yang sama, bergerombol di halaman. Rupanya mereka merencanakan main bilyard. Aku ikut dengan mereka main bilyard, tapi hanya satu game setelah itu aku pulang ke apartemen kami.<br />
<br />
Kali ini aku pulang lewat jalan depan, sengaja kubuat beberapa suara yang cukup berisik, agar ibuku tahu aku telah pulang, sambil bernyanyi dengan suara sumbang aku mengunci pintu keluar dari ruang tamu. Lalu aku beranjak masuk ke ruang keluarga. Disana kulihat ibuku tengah duduk menonton TV disofa dengan mengenakan daster yang tipis transparent mempertontonkan keindahan tubuhnya.<br />
<br />
“Malam Ma.., ada acara yang menarik untuk ditonton” tanyaku pada ibuku, “tidak ada acara yang benar-benar menarik untuk ditonton” jawabnya sambil meraih sebungkus rokok Dunhill Light. Diambilnya rokok sebatang dan dinyalakannya, sambil menghembuskan hisapannya yang pertama, ibuku menepuk-nepuk sofa disampingnya, menyuruhku duduk disana.<br />
<br />
“Rokok?” tawarnya padaku sambil menyodorkan bungkus rokok Dunhill Light nya, “tentu” jawabku sambil duduk disampingnya dan mengambil sebatang rokok. Saat menyulut rokok, diam-diam aku merasa aneh, karena aku ingat saat pertama aku dating kemari setelah ayahku bunuh diri, aku pernah ketahuan olehnya sedang merokok di tangga, dan ibuku saat itu memarahiku sambil berceramah tidak baik seorang pemuda merokok, meskipun dia sendiri perokok.<br />
<br />
“Don, Mama sudah berpikir tentang kamu” katanya memulai percakapan, sambil matanya tetap terarah pada TV, meskipun aku tidak yakin dia bisa menikmati tontonannya. “Memangnya kenapa Mam?” tanyaku sambil melirik ibuku dan menghembuskan asap rokok.<br />
<br />
“itu, tentang insiden di acara kamp gereja” katanya perlahan sambil berpaling padaku. “Mam, aku sangat menyesal atas kejadian itu, aku tahu aku telah membuat malu mama dan keluarga kita, aku tidak tahu harus berkata apa, yang jelas aku hanya ingin tahu bagaimana tubuh gadis-gadis jika tidak memakai baju, itu saja tidak ada maksud lain” jawabku mencoba menjelaskan posisiku.<br />
<br />
“Kau memang laki-laki normal, karena itu wajar jika kau punya rasa penasaran tentang bagaimana sich tubuh wanita jika tidak mengenakan baju, mama tidak terlalu menyalahkanmu…” mama terhenti sejenak lalu lanjutnya sambil memandang TV kembali.<br />
<br />
“Don… kau tahu bahwa dari dulu kamu adalah anak kesayangan mama, tapi karena sudah terlalu lama kamu tidak tinggal dengan mama, maka terkadang sekarang ini sulit bagi mama untuk menganggapmu sebagai anak mama, bukankah ini suatu hal yang logis?, bisakah kau memahami apa yang mama maksudkan?”Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-70968867926789586372013-09-01T04:33:00.002-07:002013-09-01T04:33:41.609-07:00Imma AuliaHujan turun dengan deras sore itu saat Imma Aulia, seorang gadis cantik berjilbab berlari memasuki rumahnya. Karena tidak membawa kakyung, seluruh tubuh gadis itu basah kena hujan, dari ujung jilbabnya samkaki rok kaknjangnya. Imma membuka pintu rumahnya, dan cekakt-cekakt masuk ke dalam.<br />
“Imma”? terdengar suara seorang pria memanggilnya.<br />
“Ya, Kakkak” jawab Imma sembari ia menutup pintu. Gadis itu kemudian berjalan menuju dapur.<br />
“Oh, kamu kehujanan, Sayang” kata kakak Imma sembari memeluk adiknya yang cantik dan berjilbab itu. Tangannya membelai kekakla Imma yang tertutup jilbab, yang basah karena hujan. Lalu ia mendongakkan dagu adiknya, dan dengan lembut ia mencium bibir gadis remaja berjilbab kesayangannya itu, seraya memagut bibir bawahnya. Gadis berjilbab itu sesaat mendesah menerima kecukakn kakaknya sendiri yang lembut tapi memberi rangsangan hebat kakdanya.<br />
<br />
“Kakkak! Nanti kelihatan orang!” seru Imma setelah sadar dengan agak terkejut. Kakak Imma hanya memandang saja saat adiknya yang alim dan berjilbab berlari ke dapur dimana ia sudah menyiapkan makanan. Ia mengikuti Imma ke dapur, dan memeluk tubuh ranum gadis remaja berjilbab itu. Tangannya membuka sabuk dan retsleting rok SMP kaknjang gadis berjilbab itu, menyusup ke dalam, dan dengan lembut membelai kakntat adik lugunya yang kecil dan kakdat. Desahan-desahan gadis ayu berjilbab itupun mulai terdengar.<br />
<br />
“Oohh…Kak,” Imma mulai merintih kecil sembari berpegangan kakda tepi meja makan ketika Kakak Imma menyibakkan jilbab yang dikakkai Imma Aulia dan mulai menciumi leher Imma, adik gadisnya, sementara tangannya terus membelai kakntat Imma dari luar celana dalamnya yang berwarna putih berenda. Lidah kakak Imma kemudian menjilati dan menggigit-gigit kecil telinga kanan gadis itu dari luar jilbabnya yang membuat jilbab putih yang sudah basah oleh air hujan semakin basah oleh air liur kakaknya sendiri, membuat Imma kegelian. Sementara itu tangannya sudah mulai menyusup masuk ke dalam celana Imma, membelai dan meremasi kakntat gadis remaja berjilbab yang kecil tapi kakdat itu.<br />
<br />
“Aduh, Kak…ngghhhhh……,gelii….” Rintih Imma dengan kaksrah, mulai terangsang.<br />
Tangan kakak Imma kemudian beralih ke dada gadis manis itu, membuka semua kancing seragam sekolah yang dikenakan adiknya. Ia kemudian menangkap buah dada Imma yang masih kecil namun ranum itu dan meremas-remasnya dengan lembut. BH putih Imma pun kemudian dilolosinya. Ia kemudian membungkuk menciumi kedua belah kakyudara mungil adiknya yang berjilbab itu, menjilati puting susunya.<br />
“Susu kamu enak sekali, Sayang” katanya sembari tersenyum. “memek Imma gatel, Kak…” Imma mengerang lirih.<br />
<br />
Tangan kakak Imma kemudian masuk semakin ke dalam rok sekolah adiknya. Jemarinya masuk ke celana dalam Imma yang sudah basah itu. Tangannya menelusuri memek kecil milik adiknya yang cantik, lugu, dan berjilbab itu. Ternyata Memek adiknya itu sudah basah. Dengan jari tangannya, ia menelusuri bibir memek Imma.<br />
<br />
“Ooohh…enak..Kak…” rintih Imma dengan nafas tertahan.<br />
Kakak Imma kemudian mengeluarkan tangannya yang sudah belepotan cairan kenikmatan Imma.<br />
“Isep jari Kakkak, sayang” perintahnya kekakda Imma.<br />
Imma dengan perlahan mengisap jari kakaknya dengan agak canggung. Sungguh suatu pemandangan erotis melihat gadis remaja yang cantik, dengan jilbab dan baju kaknjang yang sudah berantakan itu menjilati jari kakaknya sendiri. Kakak Imma sudah tidak kuat menahan nafsunya lagi. Ia kemudian membuka celananya, mempertontonkan kontolnya yang sudah mengeras itu kekakda adiknya.<br />
“Kalau Mama pulang gimana, Kak?” Tanya Imma “Tenang aja, Mama pulang malam kok” jawab kakak Imma seraya mendorong tubuh adiknya hingga gadis ayu berjilbab itu membungkuk sambil berpegangan kakda meja makan. Kakak Imma kemudian mengangkat rok SMP kaknjang Imma dan menarik turun celana dalam putih yang mungil milik gadis berjilbab itu. Kontolnya yang sudah begitu tegang kemudian digesek-gesekkannya ke kakntat telanjang Imma yang mulus. Ia kemudian melebarkan kakha Imma, dan perlahan-lahan memasukkan kontolnya yang besar ke dalam memek kecil milik adik gadisnya yang cantik.<br />
“Aaahhh !” gadis lugu berjilbab itu memekik tertahan saat kontol kakaknya yang besar menerobos memeknya yang sempit dari arah belakang. Imma menggigit bibirnya, menahan perih yang selalu dirasakannya saat kakaknya mulai menggagahinya. Sungguh, dia tidak pernah membayangkan akan selalu digarap oleh kakaknya. Dulu, saat ia pertama kali diperkosa, dia telah mulai menikmatinya, dan sekarang, diam-diam gadis berjilbab itu ketagihan kontol kakaknya yang besar.<br />
<br />
“Sayang, punya kamu enak sekali,” bisik kakak Imma di telinga adik gadisnya. Memek adiknya yang masih kecil dan sempit itu mencengkeram kontolnya erat-erat. Walaupun sudah tiga tahun berlalu sejak ia pertama kali memerawani adiknya (saat Imma masih kelas 1 SMP), namun memek gadis berjilbab itu masih saja sempit sehingga memberikan kenikmatan yang besar baginya. Ia kemudian mulai memomkak kontolnya keluar masuk memek kecil Imma, semakin lama semakin cekakt. Ia menanamkan kontolnya dalam-dalam ke memek Imma, sehingga testisnya menyentuh kakntat gadis cantik berjilbab itu.<br />
<br />
” Kak ….ooohhh…..Kak ” Imma mengerang-erang merasakan kontol kakaknya keluar masuk memeknya dengan cekakt. Kakak Imma semakin mempercekakt kocokan kontolnya di memek gadis remajanya yang cantik dan berjilbab itu. Ia dakakt merasakan spermanya sudah berebut ingin keluar. Imma terus merintih dan mengerang merasakan tusukan kontol kakaknya yang semakin cekakt. Ia diam-diam sangat menikmati digarap oleh kakaknya. Hingga akhirnya kakak Imma tidak bisa menahan lagi. Ia memeluk pinggang Imma dan menghujamkan kontolnya sedalam-dalamnya kedalam memek adik gadis remajanya yang lugu dan berjilbab. Imma memekik kecil merasakan air mani kakaknya muncrat memenuhi liang memeknya. Memek Imma yang kecil itu tidak dakakt menampung seluruh air mani kakaknya, sehingga sebagian mengalir keluar membasahi kakhanya yang mulus bersama dengan cairan kenikmatan gadis remaja berjilbab itu. Kakak Imma kemudian menarik keluar kontolnya dari memek Imma. Ia kemudian menggosok kontolnya yang masih berlumuran sperma di kakntat mulus Imma.<br />
<br />
“Terima kasih, Manis,” kata kakak Imma sembari mencium bibir adiknya. “Ayo mandi sebelum Mama pulang” perintahnya. “ya, Kak …” kata gadis rermaja itu, kemudian melangkah dengan menahan rasa sakit dan nikmat yang masih tersisa, menuju kamar mandi.. “Sana, masuk ke kamar mandi, nanti Kakkak nyusul” kata kakkaknya, sambil membersihkan spermanya yang menetes di lantai dapur.<br />
<div>
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-39888419885771531942013-09-01T04:23:00.000-07:002013-09-01T04:23:04.528-07:00Larasati anak asuhku<br />
Sebenarnya umurku sudah tidak bisa dibilang muda lagi, bahkan bisa dibilang sudah kakek-kakek karena saat ini umurku sudah 58 tahun. Namun demikian banyak orang mengira umurku masih di bawah 40 tahun. Orang-orang di kantorku mengatakan kalau secara fisik aku memang hebat. Otot masih kencang dan wajah hampir tidak ada keriput.<br />
<br />
Demikian juga isteriku, masih seksi dan kenyal, kulitnya juga masih kencang. Yang menunjukkan berapa umurku sebenarnya adalah rambutku yang sudah hampir tidak ada hitamnya lagi. Atas saran isteriku, rambutku aku cat hitam sehingga lengkap sudah penampilanku bagai lelaki yang masih berumur 30-an. Mungkin ini khasiat kami rajin berolah raga. Di samping itu kami selalu menyertakan sayuran atau buah sebanyak mungkin dalam menu makan kami, di samping sumber-sumber protein utama.<br />
<br />
Kehidupan seksualku juga masih normal, walaupun isteriku yang tiga tahun lebih muda dariku sudah menopause, tapi seminggu tiga-empat kali kami melakukan hubungan sex. Memang harus memakai lubricant gel agar isteriku tidak kesakitan ketika ML karena lendir vaginanya sudah tidak produktif lagi. Tapi semua terasa indah dan bisa kami menikmati. Akupun tak pernah selingkuh. Bagiku isteriku adalah segala-galanya.<br />
<br />
Secara ekonomi hidupku sukses besar. Beberapa perusahaan sudah aku miliki dan semuanya telah berkembang dengan baik. Dalam kehidupan berkeluarga pun aku cukup bahagia. Aku punya isteri masih cantik dan seksi dan dua orang anak laki-laki yang gagah, ganteng, dan cerdas yang kuberi nama Arga Putra Pratama dan Bagas Putra Sentosa. Mereka sudah dewasa dan sedang menyelesaikan program S3 di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT). Di samping anak-anak kandungku, aku juga membiayai dan menghidupi sejumlah anak asuh. Mereka kebanyakan berasal dari anak-anak jalanan, anak yatim, dan anak yatim piatu, di samping ada pula yang berasal dari keluarga lengkap tetapi kurang mampu.<br />
<br />
Aku menerapkan syarat yang ketat bagi anak-anak asuhku. Syarat pertama adalah mereka wajib mengikuti pertemuan anak asuh di rumahku sebulan sekali. Syarat kedua, mereka tidak boleh menjadi anak jalanan, terutama bagi mereka yang berasal dari anak jalanan. Bagi yang tidak punya rumah, termasuk anak jalanan dan yatim piatu, mereka wajib tinggal di rumah asuh yang aku bangun untuk menampung mereka. Setelah mereka lulus sekolah atau perguruan tinggi, jika mau, mereka aku beri pekerjaan di salah satu perusahaanku. Akupun mempersilahkan mereka jika mereka mau mencari pekerjaan sendiri atau membuka usaha sendiri.<br />
<br />
Isteriku sendiri yang secara langsung menangani rumah asuh itu. Metode yang diterapkan dalam pengelolaan rumah asuh berdasarkan kebutuhan anak, bukan berdasarkan keinginan kami, selaku penyedia dana dan pengelola rumah asuh. Tak heran anak asuh yang ada di rumah asuh sangat akrab dengan isteriku.<br />
<br />
Pertemuan dengan anak-anak asuhku, selain bermanfaat untuk memantau aktivitas mereka, juga bermanfaat untuk mengobati kerinduanku dengan anak-anak kandungku yang tidak lagi pulang di awal bulan seperti waktu SMA dulu, tapi mereka pulang sesuka hati mereka. Memang di era informasi sekarang, komunikasi bisa dilakukan lewat email, chatting dan telepon tetapi terasa tidak puas jika hanya bertemu anak-anakku lewat layar monitor.<br />
<br />
Hasil pertemuan itu, aku juga bisa akrab dengan mereka. Hubungan kami lebih sebagai keluarga atau orang tua dengan anak-anaknya daripada pemberi dan penerima dana. Aku dan isteriku biasa bercanda dengan mereka dan mereka tidak lagi sungkan untuk sekedar ngobrol dengan kami. Tak jarang mereka datang di luar jadwal pertemuan untuk sekedar bertemu atau bersalaman dan mencium tangan kami sambil berkata, “Apa kabar Ayah dan Ibunda?” atau “Ayah dan Ibunda sehat kan?” Kalimat-kalimat yang mereka ucapkan cukup sederhana, tetapi dalam artinya bagi kami. Bukan karena merasa dihormati, tetapi kami merasa seolah menemukan kembali anak-anak kami yang seolah hilang dalam kedewasaan mereka.<br />
<br />
Suatu hari isteriku diajak teman-temannya jalan-jalan ke Australia. Tentu saja isteriku antusias menanggapi ajakan mereka, karena sekalian menengok Arga dan Bagas anak-anak kami. Dan benar saja (walaupun kalau minta ijin pasti aku berikan) tanpa minta persetujuanku mereka berangkat ke Australia. Setengah delapan pagi mereka pamit. Aku tertawa mengiring kepergian mereka di pintu rumahku.<br />
<br />
“Dasar nenek-nenek centil…” gumamku saat dengan manja isteriku pamitan. Dia hanya tersenyum mendengarnya. Sambil tetap tersenyum dia melambaikan tangannya dari balik jendela mobil yang akan membawa ke Bandara Ahmad Yani.<br />
<br />
Setelah mereka berangkat kesepian menyergapku. Kulampiaskan rasa sepi dengan berlatih fitness di gym pribadiku yang ada di lantai dua. Setelah warming up dengan cukup, aku memacu treadmill dengan kecepatan agak tinggi sambil mendengarkan musik lewat ipod. Setengah jam aku berpacu di atas treadmill. Keringat yang mengucur deras akibat pacuan treadmill membuat aku gerah. Rupanya aku masih memakai kemeja yang aku pakai waktu mengiring kepergian isteriku. Tanpa berhenti berlari di atas treadmill aku lepas bajuku dan kulempar ke sudut ruang gym lalu kulanjutkan memacu treadmill dengan penuh semangat.<br />
<br />
Tiba-tiba dari pantulan cermin di depanku nampak pintu gym pribadiku terbuka dan muncullah seorang gadis dengan seragam putih abu-abu yang sangat kukenal. Dia adalah Laras, anak asuhku yang paling aku banggakan. Selain cantik dia juga cerdas dan cekatan. Rencananya setelah lulus SMA nanti, Laras akan kubiayai untuk kuliah di RMIT agar bisa aku tempatkan di salah satu perusahaanku sebagai manajer setelah lulus kelak. Terlalu sayang kalau anak cerdas dan cekatan seperti Laras tidak mendapatkan pendidikan yang terbaik. Namun aku tak pernah memberi tahu rencana ini kepada siapapun kecuali isteri dan anak-anakku.<br />
<br />
“Ayah…” sapanya manja sambil mendekat. “Bunda pergi ya..?”<br />
“Yups” sahutku sambil terus memacu treadmill. “Darimana kamu tahu?”<br />
“Mbak Ayu yang kasi tahu, Yah” kata Laras sambil duduk di shoulder press machine. Ayu adalah pembantuku.<br />
“Baru jam sembilan lebih sedikit kok sudah pulang? Bolos ya..?” kataku sambil senyum<br />
“Tidak ada kata membolos dalam kamus anak Ayah” kata Laras sambil tertawa. “Laras habis uji coba ujian nasional, Ayah. Hari ini hari terakhir uji cobanya, jadi setelah uji coba selesai, Laras langsung kemari.” Kata Laras menjelaskan. “Sayang Laras tidak ketemu Ibunda…” katanya dengan wajahnya berubah jadi sedih.<br />
“Ada perlu sama Ibunda?” tanyaku ketika melihat wajahnya yang sedih<br />
“Kangen sama Ayah dan Ibunda. Dua minggu Laras tidak kemari rasanya lama sekali”<br />
<br />
Bangga dan bahagia merembes dalam hatiku ketika mendengar Laras merasa kangen pada kami. Aku tatap mata Laras sambil tersenyum. Laras memang yatim piatu. Orang tuanya bercerai waktu dia masih bayi, dan ibunya meninggal ketika dia baru berumur dua tahun. Saat itulah aku lewat dan melihat orang bergerombol di trotoar sebuah taman kota. Ada dua mobil polisi dan sebuah ambulan. Aku suruh sopir untuk berhenti dan melihat apa yang terjadi. Ternyata ada seorang tunawisma tewas dengan anak masih berumur dua tahun. Segera aku turun dari mobil dan menghampiri perwira polisi yang sedang memberi komando kepada anak buahnya. Ternyata dia mengenal aku sebagai bapak asuh dari anak-anak jalanan. Ketika aku bilang agar anak kecil itu di antar ke rumah asuh-ku , mereka langsung setuju. Sejak saat itu anak tadi aku beri nama Larasati karena tidak ada catatan tentang nama dia yang sebenarnya. Kini, empat belas tahun kemudian, anak itu sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan ada di depanku. Seandainya aku punya anak perempuan…<br />
<br />
“Ayah melamun?” Tanya Laras mengejutkanku<br />
“Ah tidak” kataku sambil senyum “Kamu sudah besar sekarang”<br />
“Kelihatannya Ayah sedih..?” katanya sambil mendekat.<br />
“Enggak… Ayah enggak apa-apa” kataku meyakinkan Laras. “Oh ya! Suruh Ayu menyiapkan makan siang sementara Ayah mandi. Banyak keringat.. lengket nih..” kataku sambil turun dari treadmill.<br />
<br />
Laras menghampiri aku dengan membuka tangannya lebar-lebar ingin memeluk.<br />
“Hei… Ayah masih berkeringat… bau lagi!” kataku sambil berusaha menahan pelukan Laras. “Nanti saja peluknya setelah ayah mandi hehehe…”<br />
“Ahhh.. Ayah…” kata Laras sambil merengek. “masa obat kangennya nunggu ayah mandi sih..”<br />
<br />
Akhirnya kudekap Laras dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang seorang lelaki tua yang merindukan anak perempuannya. Kuangkat wajah Laras dan kucium ubun-ubun dan keningnya. Pelukan Laras makin erat. Kubelai rambut Laras yang dipotong pendek.<br />
<br />
“Ih… dada Ayah asin…” kata Laras tiba-tiba sambil tertawa<br />
“Kamu sih… ngotot minta peluk, Ayah sudah bilang, masih berkeringat…” jawabku sambil menjatuhkan kepalan tangan kananku pelan ke atas ubun-ubunnya. “Udah Ayah mandi dulu, setelah mandi kita makan di luar aja…”<br />
“Ayah bau.. asin dan asem jadi satu” kata Laras sambil tertawa ketika berlari menuruni tangga.<br />
“Hahaha… Salah sendiri minta dipeluk” sahutku setengah berteriak. Aku segera mengambil baju yang tadi aku lempar dan turun menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku di lantai satu. Semburan shower benar-benar menyegarkan tubuhku. Selesai mandi aku keluar dengan handuk melilit tubuhku. Ternyata Laras ada di dalam kamarku.<br />
“Hey… ayo keluar dulu. Ayah mau ganti pakaian” kataku.<br />
<br />
Laras berdiri sambil tersenyum. Tangannya mengembang dan setengah berlari menubruk aku.<br />
<br />
“Aku masih kangen.. aku pengen dipeluk Ayah lagi..” kata Laras sambil memeluk ku. Sekali lagi kubelai rambut Laras yang sedang mengelus-elus dadaku kiriku sambil menyandarkan kepalanya di bahu kananku.<br />
“Berapa sih umur ayah?” katanya sambil menatap dada dan six packs di perutku.<br />
“Emang kenapa dengan umur Ayah?”<br />
“Pengen tahu aja.. Kok badannya masih bagus dan kecang. Juga nggak ada di kerutan wajah Ayah…” suara Laras seperti kagum.<br />
“Tumben nanya-nanya umur… Coba kamu tebak aja”<br />
“Empat puluh sekian”<br />
“Ah.. anak Ayah kok jadi o’on sekarang..” kataku sambil tertawa. “Masa orang berumur empat puluhan sudah punya anak berumur 32 tahun. Emangnya ayah nikah umur berapa?”<br />
“Masa Ayah umurnya lebih dari 50 tahun sih…” jawab Laras. “tuh.. badannya aja masih kenceng dan berotot gini..” kata laras sambil berusaha mencubit dadaku, tapi gagal karena ototnya terlalu penuh dan padat kencang untuk dicubit.<br />
“Nyubitnya aja susah…” katanya lagi.<br />
“Ayah sudah 58 tahun, Laras… Ini semua karena Ayah rajin berolah raga dan selalu makan sayuran dan buah” jawabku.<br />
<br />
Kurasakan tangan Laras mengelus-elus punggungku. Sementara tangan satunya mempererat pelukannya. Wajahnya menempel ketat di dadaku. Mulutnya tersenyum damai sambil matanya terpejam. Laras mengelus punggungku dengan ujung kukunya dengan lembut. Ujung kukunya terasa meraba, bukan mengelus dari pangkal leher turun sepanjang tulang belakangku dan berhenti di bagian bawah pinggangku karena terhalang handuk, tapi gerakan ujung kuku Laras tidak berhenti tetapi bermain-main melingkar pinggangku. Gerakan kuku Laras membuat kelaki-lakianku bangkit. Aku angkat wajah Laras. Aku cium lagi ubun-ubun dan keningnya. Laras masih terpejam, tapi bibirnya tidak lagi tersenyum melainkan setengah terbuka.<br />
<br />
“Ayaahhh…” Laras melenguh. Tiba-tiba dia menjilat dadaku dan menggigit putingku sambil memainkan lidahnya.<br />
Sesaat aku sadar. Laras adalah anak asuhku dan sudah aku anggap anak sendiri.<br />
<br />
“Sudah Laras… Ayah mau pakai pakaian dulu, terus kita makan di resto..” kataku sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Laras. Bagaimanapun juga aku harus menghentikan rangsangan yang sudah hampir menghancurkan akal sehatku. Bukannya melepaskan, Laras malah makin mempererat pelukannya. Bibirnya dan lidahnya terus bermain di dadaku. Tak lagi aku mampu mencegah, penisku langsung ereksi.<br />
“Apakah aku nggak boleh merasakan kasih sayang Ayah?” sahut Laras sambil terus mengigit-gigit dadaku. Lidahnya menjilat-jilat. Aku sudah tak lagi mampu membendung nafsuku. Kuangkat wajah Laras, Kucium keningnya, lalu mata kiri dan kanannya.<br />
“Ahhh.. Ayah… Laras sayang Ayah… Ahhh” Laras mendesah dengan dengusan nafas yang tersengal.<br />
<br />
Matanya terbuka sedikit, tapi hanya putih bola matanya yang nampak. Bibirnya yang merekah basah mengkilat mengundangku untuk mengulum dan menghisapnya. Tanpa sadar aku mengecup bibir Laras dan melumatnya dengan lebut. Laras membalas dengan menghisap bibirku. Lidahnya menjulur masuk ke dalam mulutku. Menyapu seluruh relung rongga mulutku dan menggosok-gosok gusiku. Aku hisap lidah Laras sambil aku kaitkan lidahku pada lidahnya. Agak lama kami bermain-main dengan lidah. Kami saling hisap, saling gosok rongga mulut, dan saling mengaitkan lidah. Tanganku meremas pelan payudara Laras dari luar baju seragam. Bra yang dikenakan cukup tipis membuat aku bisa merasakan kenyal dan lembutnya payudara Laras.<br />
<br />
Aku benar-benar dikuasai nafsu sekarang. Kulepas bibirku dari bibirnya, lalu aku susuri lehernya yang jenjang dengan bibir dan lidahku. Kugunakan kedua bibirku untuk menggigit leher Laras. Kemudian kucium dan kuhisap telinga Laras. Aku korek telinganya dengan lidahku sambil sekali-sekali menjilat dan menghisap bagian belakang telinganya. Akibat tindakanku itu Laras menggelinjang. Nafasnya terengah-engah. Mulutnya berkali-kali mengerang melampiaskan nafsunya yang makin meledak.<br />
<br />
“Ayaaahhh… sayangi Laras… Yaaahhh…” Laras mendesah.<br />
“Ayyaahh ssaayyang Larasss… sshhh” jawabku sambil terus mencium dan menghisap lehenr dan telinganya.<br />
<br />
Tangannya mengapai penisku dari luar handuk lalu meremasnya. Laras kemudian menyibakkan handuk yang aku pakai dan merogoh penisku yang sudah sangat tegang. Handuk yang melilit di pinggangku dilepaskannya. Sejenak dia diam sambil menatap penisku.<br />
<br />
“Kenapa sayang..” tanyaku saat Laras berdiam diri.<br />
“Enggak apa-apa… Cuma heran… kok penis Ayah segede ini ternyata…” jawab Laras sambil meraih penisku dan meremas-remas.<br />
<br />
Cairan kenal bening sedikit mengalir keluar dari penisku. Laras menggunakan cairan itu untuk mengusap kepala penisku dengan jempolnya yang mungil dan halus. Jempol itu diputar-putar di kepala penisku yang licin karena cairan yang keluar dari ujung penisku. Nikmat sekali rasanya.<br />
<br />
“Laraasss.. hhh…” aku mendesah karena nikmat.<br />
<br />
Segera aku buka kancing baju seragamnya. Tampak bra ukuran 34-B warna kulit membungkus payudara Laras yang bulat dan kencang. Bra itu terlalu tipis sehingga mencetak bentu payudara Laras dan putingnya. Aku kecup dan jilat pangkal payudaranya, kemudian aku gigit dengan bibirku sambil menghisapnya. Dengan tak sabar segera aku buka baju seragam Laras, lalu aku raih kait bra yang ada di punggung Laras untuk melepasnya. Laras telanjang dada sekarang. Payudaranya bulat indah dengan puting yang mengeras berwarna cokelat muda kemerahan. Kurendahkan tubuhku agar dapat kukecup puting Laras. Laras memeluku sambil mendesis-desis.<br />
<br />
Dengan penuh kelembutan aku nikmati sepenuhnya payudara Laras. Dengan cara menghisap, menjilat, dan mengulumnya. Lidahku menelusuri tiap sentimeter payudaranya yang kenyal. Puting yang mengeras aku hisap dan aku pilin dengan lidahku. Erangan demi erangan keluar dari mulut Laras. Erangan yang menggairahkan naluri birahiku.<br />
<br />
“Ahhh.. sshhh… Ayaaahh… nikmaatt…terussss…. Aaahhh…” Laras mendesis-desis.<br />
<br />
Tangan kanannya menekan kepalaku sementara tangan kirinya meremas dadaku dan memilin putingku. Berganti-ganti payudara kanan dan kirinya aku jilat, aku sedot dan aku gigit pelan-pelan. Setelah puas menghisap payudara Laras, aku arahkan lidahku ke perut Laras. Lidahku menari dengan penuh perasaan di permukaan perut Laras. Agar tak menghalangi aksiku, segera kuraih kancing rok seragam Laras dan membukanya. Aku tarik resletingnya ke bawah. Rok yang dipakai Laras pun melorot dan lepas. Kini Laras hanya memakai celana dalam berwarna kulit senada dengan branya. Lidahku berpindah menari di pusarnya. Perlahan lidahku bergerak ke bawah. Di antara pusar dan karet celana dalamnya aku jilat dan aku sedot dengan bibirku.<br />
<br />
Kemudian sambil jongkok, kulihat celana dalam Laras basah di bagian vaginanya. Segera aku gigit perlahan-lahan vagina Laras dari luar celana dalamnya sambil kuletakkan kedua tanganku di pantatnya untuk meremas-remas pantat yang masih kencang dan padat.<br />
<br />
“Aahhh Ayaahh…” desah Laras sambil menekan kepalaku ke vaginanya.<br />
<br />
Pinggulnya bergerak maju mundur perlahan. Sambil meremas pantatnya, aku selipkan jariku ke dalam celana dalamnya. Aku usapkan jari-jariku di belahan pantat Laras. Laras menggelinjang lagi sehingga vaginanya menabrak mukaku dengan agak keras karena kepalaku juga ditarik ke arah vaginanya. Segera aku pelorotkan celana dalam Laras ke bawah hingga terlepas. Vagina Laras benar-benar menawan. Vaginanya tebal dan penuh dengan selakang putih bersih di kanan kirinyanya. Bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar vagina masih belum sempurna menambah daya tarik vagina yang baru matang. Ada cairan yang merembes keluar. Rupanya Laras benar-benar telah terangsang. Aku usap bibir vagina luarnya dengan jempol kananku. Cairan vaginanya membuat jempolku dengan licin mengusap vagina Laras. Permainaku aku lanjutkan ke klitoris Laras. Mula-mula aku usap klitoris Laras dengan jempolku, kemudian sambil menekan klitorisnya, jempolku bergerak memutar mengitari klitorisnya. Setelah itu dengan jari dan jempol aku pijit klitoris Laras lalu aku urut dari atas ke bawah.<br />
<br />
“Ayahhh.. aku sayang Ayah…” Laras mengerang sambil menggelinjang.<br />
“Iya.. Ayah juga sayang Laras…”<br />
<br />
Kupuaskan mataku untuk melihat vagina gadis yang baru mekar ini sambil terus memainkan jempol dan jariku di bibir vagina dan klitorisnya. Dengan jari-jari dan jempol tangan kiriku, kusibak kedua bibir vagina Laras. Tampak bagian dalam vagina laras berwarna merah muda yang terus mengeluarkan cairan sedikit demi sedikit. Jempol kananku kupercepat mengusap mengitari klitoris Laras. Tiba-tiba Laras menjambak rambutku dan menariknya mendekatkan wajahku ke vaginanya. Segera aku hisap vagina Laras. Lidahku perlahan menjilat-jilat vagina dan klitoris Laras seperti kucing mandi.<br />
<br />
“Ayah.. uh… nikmat….”<br />
<br />
Kujawab lenguhan Laras dengan memainkan lidahku di lubang vaginanya. Lalu dengan cepat aku sedot klitoris Laras sambil memasukkan lidahku ke dalam lubang vaginanya. Kugunakan lidahku untuk menusuk dan mengorek lubang vaginanya. Laras menggerakkan pinggulnya mengikuti gerakan lidah dan mulutku yang melumat vaginanya. Kusedot vaginanya sambil memutar lidahku di klitoris Laras. Jambakan pada rambutku makin kencang. Kepalaku dihentak-hentakkan ke arah vaginanya. Tak kubiarkan gadis yang masih segar ini untuk berlama-lama tersiksa menanti orgasme. Kutusukkan lidahku ke dalam vaginanya sambil kugetarkan dengan cepat. Lalu dan tubuh Laras menggelinjang hebat, dia berdiri sambil meliuk-liuk seolah pohon cemara yang tertiup puting beliung. Kemudian Tubuhnya mengejang kemudian dia melolong keras dan panjang.<br />
<br />
“Ayyyaaahh…. Ah…uh…. Aku mau pipis…” teriak Laras sebagai cara menikmati orgasmenya.<br />
“Keluarkan saja sayang… supaya Laras merasakan kenikmatannya” kataku memberi instruksi di sela jikatanku di klitorinya yang makin cepat.<br />
“Tapi Ayah…. Auw..aahhh…” Laras kembali teriak dan mengerang. “nikmat banget… Laras puas… puas Yah…”<br />
<br />
Dan… serrr…serrr cairan orgasme Laras mengalir dengan deras. Tubuhnya membungkuk ke depan kemudian mendongak seperti akan terjatuh ke belakang. Tubuh Laras makin mengejang. Kembali cairan orgasme Laras mengucur. Tangan kananku berusaha menopang tubuh Laras yang bergerak liar sambil kejang-kejang. Sedotanku di vaginanya makin intens, menyedot habis cairan orgasmenya sambil menjilat-jilatinya.<br />
<br />
Setelah beberapa saat, perlahan aku berdiri. Tanganku tetap menopang tubuh Laras yang kini terkulai lemas dan lututnya menggigil akibat orgasme yang dia alami. Laras memeluku sambil bergayut dengan terpejam dan menggigit bibirnya bawahnya sendiri. Segera aku menenangkan Laras dengan mencium kedua matanya, pipinya, hidungnya dan kemudian aku hisap bibirnya.<br />
<br />
“Ayah….” Laras memanggil sambil matanya tetap terpejam.<br />
“Ya sayang…?”<br />
“Ayah sayang Laras..?”<br />
“Tentu, Ayah sayang Laras” jawabku sambil terus menciumi wajahnya.<br />
<br />
Laras mempererat dekapannya untuk menjaga keseimbangan agar tak jatuh. Agar lebih mudah menopangnya, tubuh Laras aku balik sehingga dia membungkuk membelakangi aku. Sambil tetap bertahan untuk berdiri, aku peluk tubuhnya dari belakang. Aku kecup tengkuknya. Aku cium sekujur punggungnya sementara tangan kananku menopang tubuh Laras sedangkan tangan kiriku bermain-main kecil di vaginanya. Penisku yang masih berdiri dengan gagah aku gesek-gesekkan di belahan pantatnya. Tapi rupanya Laras sudah tak mampu berdiri lagi. Segera aku menggendong Laras sambil mencium bibirnya yang menyunggingkan senyuman. Matanya sayu menatapku mesra. Aku baringkan Laras pelan-pelan di tempat tidur tanpa melepaskan hisapan bibirku di bibirnya. Kemudian aku berbaring miring di samping Laras dengan posisi menghadap ke arahnya.<br />
<br />
Sambil menatap gadis muda yang sedang mekar itu. Aku belai wajahnya. Nafasnya sudah tidak tersengal lagi dan mulai teratur. Sementara itu ketegangan penis mulai turun. Aku peluk Laras. Wajahnya aku benamkan di dadaku. Komunikasi tanpa kata-kata ini membuat Laras tersenyum. Tangannya menggapai meraih wajahku lalu menariknya ke arah wajahnya kemudian Laras melumat bibirku. Aku mencoba pasif dengan membalas sekedarnya. Laras menjilat dan menghisap seluruh permukaan wajahku. Lidahnya lincah menari-nari membuat aku tak tahan bersikap pasif. Aku pagut bibir Laras dan menghisapnya kuat-kuat. Laras bangkit menindihku. Kubiarkan aksinya yang liar menjilat sekujur tubuhku. Tangannya meremas penisku dan mengocoknya. Kemudian ujung penisku dijilat dan dikulum sambil disedot. Mula-mula dengan halus dan pelan. Aku benar-benar melayang dibuatnya. Rasa nikmat menjalar dari ujung penis sampai ke sekujur sumsum tulangku.<br />
<br />
Penisku perlahan-lahan kembali tegang. Tak tahan dengan perlakuan Laras atas penisku, aku bangkit dan kubalik tubuh Laras sehingga dia ada di bawah kembali. Laras meronta dan protes.<br />
<br />
“Ayah kok gitu sih… Biarkan Laras di atas dong… Laras ingin Ayah menikmati aja permainan Laras” katanya sambil berontak.<br />
<br />
Aku ingin sedikit menggoda Laras, oleh karena itu aku tak memberi kesempatan kepada dia untuk berada di atas. Segera aku kulum puting Laras dan mengisapnya sambil memutar-mutar lidahku. Kembali Laras menggelinjang dan tak mampu berontak dan protes lagi.<br />
<br />
“Ayah nakal...” kata Laras sambil melingkarkan tangannya di leherku.<br />
<br />
Kepalaku ditekan ke bawah sampai-sampai kepalaku terbenam dalam lembah di antara payudara Laras. Kemudian tangannya mengapai penisku yang sudah sangat tegang. Kubiarkan Laras meremas dan mengocok penisku sambil mengisap payudaranya. Aku ingin menikmati aksi tangannya terhadap penisku. Sekali lagi cairan yang keluar dari ujung penis digunakan Laras untuk mengelus kepala penisku dengan jempolnya. Sambil mengelus kepala penisku Laras mengocok batang penisku.<br />
<br />
Mula-mula Laras menggocok maju mundur dengan lembut, lama kelamaan kocokannya diputar ke kiri dan ke kanan dengan cepat seperti orang mengulek sambel. Akan tetapi karena posisi Laras di bawah, dia tidak leluasa dan aku merasa kurang nikmat. Laras minta sekali lagi agar aku yang berada di bawah. Aku jawab permintaan Laras dengan menjepit tubuhnya dengan kakiku dan memeluknya erat-erat. Kemudian aku berguling menjatuhkan diri ke samping kiri sambil mengangkat tubuhnya sehingga dia ada di posisi atas. Rupanya Laras tidak siap ketika aku berguling.<br />
<br />
“Auw… Hihihi…” Laras memekik lalu tertawa. “Ayah bener-bener nakal… Masa Laras dibikin kaget sih…”<br />
“Kan Laras tadi yang minta di atas…” sahutku sambil meremas payudaranya dan memelintir putingnya.<br />
<br />
Laras menghentikan jawabanku dengan mengulum mulutku. Lidahnya mencari-cari lidahku. Setelah bertemu lidahku dikait-kait dengan lidahnya. Aku hanya memberi reaksi seperlunya. Aku biarkan Laras bermain-main dengan mulut dan lidahku, Sementara vaginanya digesek-gesekkan ke penisku. Penisku yang sejak tadi tegang dan keras berkali-kali menyodok klitorisnya. Laras bergerak maju mundur sambil mendesis-desis. Karena gesekan vagina dan klitoris Laras, penisku terasa hangat dan basah oleh cairan yang keluar dari vagina Laras.<br />
<br />
Ciuman Laras berhenti, bibir dan lidahnya menyusuri wajahku, mencium telingaku dan leherku. Gerakan lidahnya lincah sekali berpindah menyusuri kulit dadaku. Bibirnya mengecup dan menghisap-hisap putingku, sambil terus menggesekkan vagina dan klitorisnya di penisku. Kini Laras duduk sambil terus bergerak maju mundur sambil menekan penisku dengan vagina dan klitorisnya. Gerakan Laras makin cepat. Dia nampak merasakan nikmatnya gesekan vagina dan klitorisnya dengan penisku. Matanya terpejam sementara bibirnya mendesis dan mengerang. Kubantu Laras memenuhi kenikmatan yang diperolehnya dengan meremas-remas payudaranya serta memutar-mutar putingnya.<br />
<br />
“Aahh.. Ayah… Nikmat sekali…” kata Laras sambil mempercepat gerakkannya.<br />
<br />
Tubuhnya melengkung bungkuk ke depan, lengannya bertumpu pada dadaku. Mukanya menunduk dengan mata terpejam. Bibir bawahnya digigit sendiri. Sesekali Laras mendongak ke belakang, lalu membungkuk lagi. Kugunakan tangan kananku untuk meremas payudara Laras dan memilin putingnya, tangan kiriku meremas-remas pantat Laras. Sesekali aku oleskan jariku ke bagian luar anusnya setelah aku basahi dengan ludahku, dan setiap jariku mengoles anusnya, Laras memekik. Gerakan Laras makin cepat dan liar. Rupanya dia segera akan mendapatkan orgasme lagi.<br />
<br />
“Ayah… ah…ah..uh.. Laras mau pipis lagi…”<br />
<br />
Kembali tubuh laras mengejang beberapa saat, cairan vaginanya keluar dengan deras kembali. Pantatnya menekan ke bawah menjepit penisku dengan kedua bibir vaginanya. Klitorisnya terasa berdenyut-denyut kenyal. Laras yang lemas tak berdaya menjatuhkan diri di dadaku kemudian memeluku lalu dengan gemas diciumnya leher dan dadaku. Aku diamkan Laras untuk beristirahat. Sambil membelai dan menciumi kening dan matanya. Bagaimanapun juga dua kali orgasme tentu membuatnya lelah. Perlahan-lahan Laras membuka matanya dan tersenyum.<br />
<br />
“Ayah… Ayah hebat…” kata Laras dibarengi senyum. “aku bisa keluar dua kali tanpa bersetubuh”<br />
<br />
Sepertinya Laras merasakan penisku kini kembali tegang dan terasa mengganjal tertindih tubuhnya, walau tadi sempat menurun kekerasannya tapi belum sampai benar-benar lembek,. Aku peluk Laras sambil mengelus punggungnya. Beberapa saat kemudian Laras mencium lagi leherku sambil disedot dan dijilat. Penisku yang mengganjal vaginanya kembali tergesek-gesek karena Laras mulai menggoyangkan pinggulnya. Gerakannya mula-mula pelan dan tidak teratur, lama kelamaan gerakanya kurasakan memutar ke kiri, kemudian ke kanan. Hal ini membuat penisku terasa nikmat.<br />
<br />
“Ah… Laras…” aku mendesah. Aku tidak bisa melanjutkan perkataanku karena Laras segera mencium bibirku dan melumatnya.<br />
“Ayah nggak boleh boleh nakal lagi… Ayah harus nurut sama Laras. Laras nggak boleh dibalik di bawah lagi..” kata Laras sambil terus menggoyangkan pinggulnya.<br />
<br />
Aku hanya menggangguk sambil mendesah menikmati gerakan dan gesekan vagina Laras di penisku. Laras kembali duduk sambil terus menggesekkan vaginanya di penisku. Kemudia, tanpa dikomando Laras mundur ke belakang kemudian bersimpuh di antara kedua lututku dan meraih penisku, lalu dikocoknya sambil kembali mengelus kepala penisku yang basah karena cairan orgasmenya sendiri dengan jempolnya. Tiba-tiba Laras sudah mengulum penisku. Lidahnya berusaha menari di dalam rongga mulutnya yang penuh dengan penisku. Usaha Laras untuk memuaskanku dengan oral cukup keras. Dia berusaha memasukkan semua penisku ke dalam mulutnya yang tentu saja tak akan bisa. baru separo saja penisku sudah memenuhi rongga mulutnya. Berkali-kali Laras hampir tersedak karena penisku menyodok tenggorokannya dan masuk ke dalam kerongkongannya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika penisku masuk dalam kerongkongannya. Serasa dijepit dan dikocok benda lunak yang kenyal.<br />
<br />
Walaupun aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan cara Laras meng-oral penisku aku merasa kasihan juga melihat dia berkali-kali hampir tersedak, aku raih lengan Laras dan aku tarik tubuhnya. Laras menggelengkan kepalanya sebagai tanda menolak dan ingin bertahan dengan posisinya.<br />
<br />
“Aku juga pengen cium vagina Laras..” kataku, tapi Laras tetap bergeming, asyik dengan penisku.<br />
<br />
Lama-kelamaan pertahananku hampir jebol. Kocokan mulut dan kerongkongan Laras membuat penisku berdenyut-denyut. Segera aku duduk dan meraih badan Laras.<br />
<br />
“Laras… Ayah udah ga kuat…” Kataku sambil meraih kedua lengan Laras. Penisku yang terlepas dari mulutnya tampak keras dan ujungnya berwarna kemerah-merahan.<br />
“Ayah belum ejakulasi. Aku mau…“ protes Laras tak berlanjut karma aku aku lumat bibirnya.<br />
<br />
Segera aku posisikan Laras di bawah lagi dan dengan lembut aku cium dan aku hisap payudaranya. Kemudian aku tindih Laras sambil terus mengulum dan memainkan putingnya. Laras mendesis, dan aku bergerak menyusuri tubuhnya dengan lidahku. Saat sampai di vaginanya, dengan rakus aku hisap cairan yang merembes keluar. Lidahku kembali memainkan klitorisnya lalu memasuki liang vaginanya secara berganti-ganti. Laras menjerit kecil. Kepalaku dijepit dengan kedua pahanya sambil ditekan dengan kedua tangannya. Laras kembali terangsang hebat. Aku ingin memasukkan penisku ke dalam vaginanya<br />
<br />
Aku segera bangkit dan kembali menindih tubuh Laras. Penisku yang sudah sangat tegang berada di bibir vaginanya. Perlahan aku gesekkan kepala penisku di klitorisnya. Laras mendesis sambil memejamkan mata. Dengan perlahan gesekan penisku bergeser ke bawah dan ujungnya masuk ke dalam vagina Laras. Laras menggigit bibirnya sambil meringis. Aku tarik kembali penisku dan pelan-pelan kembali aku masukkan. Walaupun liang vagina Laras sudah sangat basah, ternyata sulit juga penisku melakukan penetrasi. Vagina Laras masih sempit, atau kemungkinan besar masih perawan. Tusukan penisku kuhentikan. Laras membuka matanya dan tersenyum.<br />
<br />
“Ayah… Pelan-pelan masukinnya ya…” kata Laras sambil mengelus dan meremas dadaku.<br />
<br />
Aku jawab permintaan Laras dengan mendorong penisku sedikit lagi. Laras menahan nafas sambil berjengit. Sekarang sudah seperempat bagian yang masuk ke dalam vagina Laras. Aku cium dan aku kulum puting Laras. Laras membuka matanya. Kembali aku lihat senyuman Laras.<br />
<br />
“Masukin lagi Yah… Tapi pelan-pelan ya…”<br />
“Ya sayang… Ayah akan pelan-pelan masukinnya. Sakit ya..?” tanyaku sambil mendorong kembali penisku. Kini sudah separo yang masuk.<br />
“Enggak sakit…” kata Laras sambil menggelengkan kepalanya. “Laras ingin Ayah masukin semuanya ke dalam… Auw…sshhh” Laras kembali memekik kecil ketika penisku aku tarik keluar perlahan dan aku masukkan lagi.<br />
<br />
Aku tahu Laras kesakitan ketika penisku maju memasuki vaginanya lebih dalam lagi. Air matanya meleleh, tapi hebatnya, dia masih menyunggingkan senyuman. Aku kocok penisku pelan-pelan yang baru masuk setengahnya.<br />
<br />
“Ayo... masukin lagi Yah… biar tuntas…” Laras kembali memintaku untuk memasukkan penisku lebih dalam.<br />
<br />
Aku kasihan melihat dia meringis kesakitan ketika penisku keluar masuk, walaupun baru setengah bagian. Aku luruskan tangan kananku agar bisa menopang tubuhku dengan posisi setengah tegak. Dengan demikian satu tanganku bisa leluasa mengelus vaginanya. Aku pijit-pijit dengan lembut klitoris Laras, kemudian jempolku aku putar-putar di klitorisnya. Laras melingkarkan kedua kakinya dipinggangku, dan tanpa aku duga, dia angkat pinggulnya dengan keras dan cepat sambil menekan pantatku dengan kedua telapak kakinya sehingga penisku masuk semuanya.<br />
<br />
“Aaww…” Laras menjerit kesakitan sendiri akibat tindakannya itu. Wajahnya memerah menahan sakit.<br />
“”Laras… Sakit ya…?” kataku sambil mencium bibirnya untuk menenangkan. “Ayah akan pelan-pelan supaya sakitnya hilang dan berganti dengan nikmat.”<br />
<br />
Laras berusaha tersenyum walapun masih terlihat ekspresi kesakitannya. Aku diam sejenak agar vagina Laras menyesuaikan diri dengan penisku. Kemudian perlahan aku angkat penisku sampai keluar tiga per empatnya, lalu aku dorong masuk lagi. Laras masih menahan nyeri, terlihat dia menggigit bibir sambil meringis. Air matanya merembes keluar lagi. Aku tarik lagi penisku, lalu aku masukkan lagi berulang-ulang dengan pelan. Laras membuka matanya menatapku. Kuberi Laras senyuman yang dia balas dengan rangkulan mesra dan mencium bibirku. Gerakan penisku makin mantap keluar masuk vaginanya walaupun dengan kecepatan tidak sampai maksimal. Laras mulai menggoyangkan pinggulnya dan mendesah.<br />
<br />
“Ayah… terus…”<br />
“Nggak sakit kan sayang…” bisikku di telinga Laras sambil menjilatinya.<br />
<br />
Laras tersenyum menatapku, kemudian diraihnya kepalaku lalu bibirku dilumat dan disedot. Lidahnya menari di dalam rongga mulutku. setelah yakin Laras tidak kesakitan lagi, aku percepat gerakan penisku sedangkan Laras juga makin mantap memutar pinggulnya. Kakinya tetap melingkar di pinggangku, sementara telapak kakinya yang ada di atas pantatku menghentak-hentakkan pinggulku hingga makin dalam tusukkan penisku di vaginanya. Laras terlihat sangat menikmati persetubuhan ini. Berkali-kali dia mendesah dan mengerang karena nikmat. Matanya kadang menatapku sambil tersenyum lalu terpejam menikmati tusukkan penisku di vaginanya.<br />
<br />
Aku juga sangat menikmati goyangan pantat Laras. Vaginanya terasa sempit dan licin, sehingga menambah rasa nikmat yang muncul di batang penisku. Vagina Laras seperti mempunyai jari yang meremas penisku. Remasan vagina Laras makin nikmat ketika dia memutar pinggulnya. Penisku serasa disedot dan dipijit vagina Laras. Kaki Laras makin erat menjepit pinggangku dari sisi kanan dan kiri, sementara telapak kakinya makin kencang menghentakkan pantatku.<br />
<br />
Kemudian aku mengambil posisi agak tegak dengan meluruskan tanganku yang bertumpu di springbed. Kembali aku pompa vagina Laras sambil bertumpu dengan jari kakiku seperti orang push up. Akibatnya, tusukkan penisku makin mantap dan makin dalam. Laras berkali-kali menjerit dan mengerang karena keluar masuknya penisku. Tangan Laras berusaha menggapai kepalaku. setelah didapatkan, kepalaku ditarik. Aku menjatuhkan diri perlahan sambil bibirku mengulum putingnya, lalu Laras memelukku dengan erat sambil meraih kepalaku kemudian menciumi wajahku. Bibirnya dengan ganas dan liar melumat dan menyedot bibirku, sementara goyangan pinggul Laras dan hentakan penisku di vaginanya makin cepat, bibir Laras dengan cepat mengulum telingaku hingga aku menggelinjang nikmat. Lidahnya menyusup di dalam daun telingaku dan mengkorek-korek lubang telingaku. Kurasakan vagina Laras sudah sangat basah dan semakin licin sehingga penisku makin mudah keluar masuk di dalamnya.<br />
<br />
Kurasakan kaitan kaki Laras makin erat, hentakan telapak kakinya dipantatku makin keras, tetapi tidak langsung dilepas seperti tadi, melainkan waktu penisku menghujam di vaginanya, Laras menekan pinggulku akan lama dan tentu saja penis agak lama juga berdiam diri di dalam vagina Laras. Yang kurasakan saat penisku berdiam di dalam vagina Laras beberpa detik, terasa vaginanya makin hangat dan makin basah, hingga sampai suatu saat Laras memekik sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. Penisku amblas seluruhnya di dalam vagina Laras. Apalagi ditambah tekanan telapak kaki Laras di pinggulku juga makin kencang. Pelukan Laras makin erat. Tiba-tiba kuku tangan kanannya yang tajam mencengkeram pundak kiriku sementara tangan kirinya mengkait erat leherku.<br />
<br />
“Ayah… Sshh… Nikmat sekali Ayah… Laras pipis lagi…” teriak Laras di sela-sela orgasme yang ketiga.<br />
<br />
Aku percepat kocokan penisku untuk menyempurnakan orgasme Laras. Mulutku mencari-cari putingnya lalu menghisapnya dengan kuat. Laras melenguh panjang lalu diam lemas tak bergerak.<br />
<br />
“Kita istirahat dulu ya, Sayang… Laras capek kan..?” kataku sambil menciumi wajahnya lalu berhenti dengan membiarkan penisku tetap di dalam vagina Laras.<br />
“Nggak mau…” Laras merengek manja.<br />
<br />
Di tengah kelelahannya, tangan Laras kembali memelukku dengan kencang. Bibir dan lidahnya menyusuri muka dan leherku, sedangkankan kedua kakinya kembali melingkar pinggangku dengan erat. Rupanya Laras tak ingin aku berhenti mempompakan penisku di vaginanya. Kembali aku ayunkan pantatku untuk memompa vagina Laras.<br />
<br />
“Ayah belum apa-apa, kan?” katanya lagi.<br />
<br />
Penisku yang belum tercabut dari vaginanya digoyang dan dikocok vagina Laras. Gerakan pinggul Laras tak seganas tadi, lebih lebih lembut dan pelan tapi terasa sangat nikmat. Dengan semangat dan bergairah aku pompakan penisku ke dalam vaginanya, dan kembali Laras mengerang sambil meremas rambutku. Berkali-kali bibirnya mencari bibirku kemudian melumat dan menyedot. Lidahnya mengait lidahku. Kami saling hisap dan saling menggoyangkan pinggul.<br />
Kembali aku mengambil posisi agak tegak dengan meluruskan kedua lenganku. Lalu aku raih kaki Laras satu per satu dan aku angkat ke depan dadaku lalu kurapatkan kedua kakinya kemudian aku tekuk lututnya. Dengan posisi ini, vagina Laras menyempit dan terasa lebih menjepit penisku. demikian pula gesekan penisku di vagina Laras lebih terasa. Laras berkali-kali mengerang dan menjerit.<br />
<br />
“Ayah… Laras nikmat sekali… Sshh… Aahhh…” kata Laras di sela desahannya. “Ayah nikmat nggak…?”<br />
“Iyaahh… nikmat sekali sayang…” sahutku.<br />
<br />
Aku memompa vagina Laras dengan cara cepat dan pelan berganti-ganti. Kadang aku mengujamkan dengan keras penisku, kadang aku tarik dengan cepat tapi tidak sampai lepas kemudian aku hujamkan lagi dengan cepat dan keras. Erangan, teriakan dan desahan Laras makin sering dan makin keras terdengar. Hal ini membuat aku makin bergairan menusuk-nusukkan penisku. Apalagi kemudian badan Laras meliuk-liuk ke kakan dank e kiri seperti ular yang mengejar mangsanya. Aku percepat gerakan pinggulku memompa Laras lalu aku pelankan lagi.<br />
<br />
“Ssshhh… Ayah nakal…ahhh…”<br />
“Laras suka…?”<br />
“Suka… Nikmat sekali Yah…” sahut Laras. “Aahhh… Ayah juga suka..? Aahhh… Ayah juga nikmat?” tanya Laras kemudian<br />
“iyaaahhh… Ayah suka… ssshhh… Nikmat sekali sayang…”<br />
<br />
Aku mencari klitorisnya dengan jari tangan kananku sementara tangan kiriku menahan kedua kakinya agar tetap tertekuk dan rapat di depan dadaku. Kemudian, aku elus klitoris Laras sambil terus mengocok penisku. Reaksi Laras sungguh luar biasa ketika jari dan jempolku mengelus dan memijit klitoris Laras yang tegang dan licin terkena cairan yang terus-menerus merembes keluar dari vaginanya. Erangannya makin keras. Pinggulnya bergoyang makin hebat. Tiba-tiba dengan kuat kedua tangannya mencengkeram tanganku yang mengesek-gesek klitorisnya sampai kuku-kuku tangannya menghujam ke dalam kulit lenganku. Rasa sakit dan perih akibat luka terkena tusukan kuku Laras lak kuhiraukan. Jari dan jempolku teruis mengelus dan meijit klitoris Laras dengan cepat.<br />
<br />
Tubuh Laras meliuk-liuk tak karuan, kadang ke kanan dan ke kiri, lalu melengkung ke belakang, lalu membungkuk ke depan, lalu ke belakang lagi, ke depan lagi dan seterusnya. Akhirnya terdengar jeritan Laras yang sangat keras disertai gerakan tubuhnya yang mengejang dengan kuat sambil melengkung ke belakang. Kepalanya mendongkak, pinggulnya bergetar hebat sampai aku dapat merasakan penisku seperti dipijat dan digetarkan, lalu vagina Laras terasa sangat basah dan hangat. Selanjutnya aku melepas kedua kaki Laras yang tertekuk dan rapat di depan dadaku. Kaki Laras kembali membelit pinggangku. Selanjutnya aku peluk Laras sambil menggeser tubuhku sehingga pangkal penisku berada di bagian atas vaginanya.<br />
<br />
Ini aku maksudkan agar pangkal penisku berada di bagian atas vaginanya sehingga klitoris Laras makin merasakan tekanan penisku. Genjotanku makin aku perkuat dan percepat. Jeritan Laras makin menjadi, gerakannya makin liar, sementara vaginanya makin kuat mencengkeram dan menggetarkan penisku. Vaginanya seolah memijat dan menghisap penisku. Penisku serasa diremas kemudian dipilin dengan benda yang sangat kenyal, licin dan hangat. Akibatnya penisku pun berdenyut-denyut. Rasa nikmat yang luar biasa mulai aku rasakan di ujung penisku, lalu perlahan menjalar menuju pangkalnya. Rasa nikmat itu kembali mengalir dari pangkal penisku dan dengan cepat menuju ujungnya.<br />
<br />
“Laras… sshhhh… Ayah mau keluarrrr…” Kataku mengeksperesikan kenikmatan yang aku rasakan.<br />
<br />
Laras menjawab dengan mengaitkan kakinya kembali ke pinggangku kemudian menariknya sehingga penisku menghujam makin dalam. Aku tekan vagina Laras dengan penisku dalam-dalam kemudian aku peluk Laras sambil kucari bibirnya lalu melumat dan menghisapnya kuat-kuat saat spermaku muncrat di dalam vagina. Laras memekik kecil karena **an spermaku mengenai dinding liang vaginanya.<br />
<br />
“Oh… Ayah… nikmat sekali…”<br />
“Iya sayang… nikmat sekali…."<br />
<br />
Kemudian kami terkulai dengan posisi aku menindih tubuh Laras. Laras masih berusaha menciumi wajahku dan menghisap bibirku. Kubuka mataku dan menatap mata Laras. Kami tersenyum puas lalu kembali Laras mencium bibirku.<br />
<br />
“Ayah cabut ya…?” kataku<br />
“Jangan dulu… Laras masih ingin penis Ayah ada di dalam” jawab Laras. Maka aku biarkan sejenak penisku sampai mengendur dan mengecil di dalam vagina Laras. Beberapa saat kemudian aku berguling ke samping kiri Laras.<br />
“Ayah puas…?” Tanya Laras samil memelukku.<br />
“Puas sekali, Sayang…” jawabku.<br />
<br />
Aku balas pekukan Laras dengan meletakkan tangan kiriku sebagai bantal kepala Laras sedangkan tanganku membelai wajahnya. Laras menelusupkan wajahnya di dadaku.<br />
<br />
“Laras puas nggak..?” Tanyaku balik.<br />
<br />
Laras tidak menjawab. Dia hanya tersenyum sambil memejamkan mata kemudian menggigit putingku. Kami beristirahat sambil tiduran berpelukan. Perlahan kesadaran nalarku pulih. Aku menengok jam weker didital yang ada di atas nakas. Jam 14.36. Berarti sudah hampir sore. Aku lirik Laras yang meringkuk dalam pelukanku, ternyata dia sudah tidur.<br />
Perlahan aku angkat kepala Laras dan aku meletakkan batal di bawah kepalanya, lalu aku bangun menuju kamar mandi. Tiba-tiba aku melihat pintu kamarku sedikit terbuka dan ada seorang di balik pintu. Sepertinya seorang perempuan. Orang itu dengan cepat menghilang dari pintu. Aku kejar orang itu sambil menyarungkan handuk di pinggangku. Sampai di pintu aku tidak melihat siapa-siapa. Yang jelas bukan isteriku, tubuh orang itu lebih pendek dari isteriku.<br />
<br />
Ah… Siapa dia? Pembantuku kah? Di rumah ini hanya ada aku dua orang pembantu, seorang tukang kebun, seorang sopir, dua orang satpam dan Laras. Selain Laras, wanita di rumah ini hanya Ayu yang bertugas memasak dan Wiwid yang bertugas membersihkan rumah. Siapa dia? Ayu atau Wiwid? Aku tidak mungkin mengejar wanita itu lebih jauh. Aku segera menutup pintu dan menguncinya. Aku kembali ke tempat tidur.<br />
<br />
Aku berbaring di samping Laras kembali. Aku tatap Laras yang tidur dengan nyenyak. Aku mencoba mengingat peristiwa yang aku alami dari pagi sampai sore ini. Apa yang baru saja aku lakukan? Menyetubuhi Laras, anak asuhku yang paling aku banggakan? Kenapa Laras mau dengan mudah menyerahkan kegadisannya? Mengapa Laras sangat ahli memanjakan nafsuku? Darimana dia belajar hubungan sex? Apa..? Kenapa..? Bagaimana…? Berbagai pertanyaan muncul di kepalaku dan tak satupun dapat aku jawab.<br />
<br />
Berbagai pertanyaan yang berkecamuk membuat aku ingat isteriku. Marahkah dia jika tahu? Ah, tentu saja isteriku akan marah jika tahu aku sudah menyetubuhi Laras. Haruskah aku menyesal…? Menyesal setelah menikmati tubuh perawan yang baru tumbuh? Perawan yang mempercayakan hidupnya kepadaku karena aku sudah mengangkat dia sebagai anak asuhku… Sungguh pengecutnya aku kalau sampai hal itu terjadi. Aku tak akan menyesali persetubuhan ini.<br />
<br />
“Baiklah Laras… aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku...”<br />
<br />
Aku dan Laras baru selesai mandi bersama dan akan berganti pakaian, saat ponselku berdering, ternyata telepon dari isteriku yang tadi berangkat ke Australia.<br />
<br />
“Dari siapa Yah…?” tanya Laras sambil memakai bra. “Bunda” jawabku “Terus Laras gimana, Yah…?” tanya Laras nampak khawatir. Aku memberi isyarat supaya dia tenang. Setelah tekan tombol ‘yes’ aku aktifkan speaker-phone agar Laras bisa mendengar pembicaraan kami. Dalam kondisi sekarang ini aku tidak ingin Laras merasa aku merahasiakan sesuatu dari dia. Bagaimanapun hari ini adalah hari pertama aku selingkuh dengan Laras, aku tidak ingin mengacaukan saat-saat seperti ini. Laras kembali memakai seragam sekolahnya walaupun agak kusut.<br />
<br />
“Sore Bunda, nginap dimana?” tanyaku<br />
“Di Causeway 353 Hotel” jawab isteriku.<br />
<br />
Setelah berbasa-basi dengan isteriku, aku memberi tahu kalau aku bersama Laras. Dari dulu isteriku ingin punya anak perempuan, tapi tidak mau hamil lagi. Laras yang sering datang ke rumah di luar jadwal pertemuan anak asuhku membuat Laras dan isteriku menjadi sangat dekat. Mungkin bagi Laras, kami adalah orang tuanya, sedangkan bagi isteriku, dia seperti mendapatkan anak perempuan kandung. Isteriku sudah sering mengusulkan agar Laras tidur di rumah saja supaya bisa mengawasi Laras sampai rencana kami mengirim Laras ke Australia untuk kuliah terlaksana.<br />
<br />
“Oh iya, Bund. Ini ada Laras” kataku lagi sambil meraih tangan Laras. Laras tadinya menolak tapi aku segera memberi isyarat agar dia tenang dan wajar. “Laras…? Hei… apa kabar Sayang…?” tanya isteriku pada Laras “Baik Bunda…”<br />
<br />
Cukup lama Laras bicara dengan isteriku. Berkali-kali Laras melirik minta persetujuanku untuk menjawab pertanyaan isteriku. Ternyata benar dugaanku, isteriku merasa senang setelah tahu ada Laras di rumah. Salah satu pesannya kepada Laras adalah mengawasi dan menjaga menu makananku.<br />
<br />
Akhirnya isteriku memberi tahu Laras kalau setelah lulus nanti, kami berencana mengirim Laras ke Australia untuk kuliah disana. Dia juga minta Laras pindah ke rumah kami. Sejenak Laras bengong tak percaya sampai aku ikut bicara meyakinkan Laras.<br />
<br />
“Makasih Ayah” kata Laras setelah telepon ditutup sambil memeluku dengan erat dan menciumi wajahku. “Laras tak pernah membayangkan kalau bisa kuliah ke luar negeri” “Itu karena usaha Laras sendiri. Ayah lihat Laras nilai rapotnya sangat bagus, jadi sayang kalau hanya kuliah disini.” Jawabku. “Sekarang kita makan dulu untuk merayakan berita gembira ini.”<br />
<br />
Aku angkat telepon antar ruang dan bicara dengan Ayu untuk menanyakan apakah pakaian Laras sudah dikirim dari rumah asuh. Ternyata pakaian Laras sudah sampai dan diletakkan di ruang keluarga. Aku suruh Laras mengambil tasnya. Setelah Laras berganti pakaian kami berangkat menuju mall yang baru di buka di jalan Pemuda. Mall dengan hotel ini cukup megah. Setelah makan di salah satu cafe, aku ajak Laras berbelanja pakaian, sepatu, dan kosmetik. Laras bingung ketika memilih, rupanya dia baru pertama kali mengenal baju, parfum, dan lain-lain yang harganya di atas satu juta rupiah. Selama ini penghuni rumah asuh ku hanya dibelikan pakaian yang sederhana, walapun bukan murahan. Harganya tidak sampai tiga ratus ribu satu stel. Kosmetik yang dibelikan isteriku mereka hanya merek lokal, jadi harganya tidak terlalu mahal. Akhirnya aku bantu dia memilih barang-barang yang akan dibelinya, salah satunya adalah lingerie dengan tali di bahu. Aku bayangkan Laras pasti sangat seksi memakai lingerie ini. Ketika membayar belanjaan Laras, aku baru tahu, dia membeli lotion untuk vagina juga. Aku tersenyum ketika Laras terlihat malu ketika aku ketahui dia membeli lotion vagina.<br />
<br />
Hampir jam sembilan malam kami sampai di rumah. Satpam yang membukakan gerbang memberi tahu kalau para pembantu dan tukang kebun sedang asyik nonton TV di paviliun belakang, sehingga kedatangan kami tidak mereka sadari. Kami langsung ke kamar tidurku.<br />
<br />
“Laras boleh tanya sama Ayah?” kata Laras tiba-tiba. “Boleh. Kenapa?” “Apa Bunda nggak marah, kalau tahu Ayah menghabiskan uang banyak buat Laras?” “Kenapa mesti Bunda marah, Sayang? Laras dengar sendiri di telepon tadi. Bunda juga sayang sama Laras. Ayah dan Bunda tidak punya anak perempuan, itu sebabnya Bunda ingin Laras tinggal di sini, bukan di rumah asuh… Ayah sama Bunda sudah lama ingin mengangkat Laras menjadi anak secara resmi. Hanya karena rumah asuh itu dikelola Bunda, agak sulit prosedurnya. Akhirnya Ayah sama Bunda memutuskan agar Laras tinggal disini, resmi sebagai anak atau tidak sudah tidak penting lagi” kataku menjelaskan.<br />
<br />
“Iya sih, tapi…” kata-kata Laras terhenti. Aku tersenyum dan tetap diam menunggu Laras melanjutkan kata-katanya. “Kita sudah seperti suami isteri… Ayah, Laras sudah mengkhianati Bunda” kata Laras lagi. Ada keraguan dan penyesalan nampak di nada suaranya.<br />
<br />
“Sudahlah Laras. Semuanya sudah kita lakukan dengan penuh kesadaran. Kita menikmati hari ini dengan penuh gairah dan kenikmatan. Bunda juga menyusuh Laras tidur di sini untuk menemani Ayah.” kataku untuk menenangkannya. “Kalau nanti Laras tinggal disini, pati Bunda juga akan membelikan Laras baju, sepatu dan lain-lain. Nah, sekarang Laras istirahat dulu. Besok Ayah antar ke sekolah.”<br />
<br />
Laras menjawab dengan anggukan kepalanya sambil tersenyum yang dipaksakan lalu segera menyiapkan buku-buku pelajaran buat sekolah besok. Selesai menyiapkan buku dan seragamnya, Laras minta ijin untuk ke kamar mandi. Kali ini dia wanti-wanti agar aku tidak ikut.<br />
<br />
“Iya deh… Ayah tunggu disini” aku tertawa mengiyakan. Aku tahu, Laras pasti akan menggunakan lotion vaginanya. “Awas kalau ayah ngintip. Nanti nggak dikasi yang asyik-asyik…” kata Laras sambil melotot lucu.<br />
<br />
Setelah keluar dari kamar mandi, aku minta untuk memakai lingerie yang baru aku belikan. Aku duduk di sofa untuk mengamati Laras melepas pakaiannya dan mengambil lingerie barunya. Laras menatapku sambil tersenyum. Nampaknya dia menyukai lingerie yang aku belikan. Tangannya meraih karet spandek celana dalamnya. Dengan gerakan matanya, Laras minta pendapatku apakah melepas celana dalam atau tetap dipakai. Aku memberi isyarat agar dia melepas celana dalam dan branya, karena lingerie itu terdiri dari rok pendek dan G-string. Laras memenuhi permintaanku. Bra dan celana dalamnya dilepaskan lalu memakai lingerie barunya. Setelah memakai lingerie, aku minta Laras memakai make up yang tadi aku belikan. Dia hanya menyapukan bedak di wajahnya, lalu mengoleskan lipstick tipis di bibirnya.<br />
<br />
Aku benar-benar terpesona setelah Laras memakai lingerie barunya serta berdandan tipis seperti ini. Dia nampak sangat cantik dan seksi. Lingerie itu berbentuk terusan yang terbuat dari broklat pink transparan. Lingerie itu hanya menutup tubuh Laras mulai dari puting payudaranya sampai pangkal paha. Ada dua utas tali di bahu kanan dan kiri untuk menahan lingerie itu agar tidak terlepas. Lingerie itu memamerkan lekukan tubuh Laras dari dengan sempurna dan tidak terkesan norak. Bagian atas menampakkan bahu laras yang lembut dan agak bidang, nampak seksi. Payudaranya yang terlihat bagian atasnya nampak menonjol dan terangkat. Payudara seorang gadis yang baru mekar. Sedangkan bagian bawahnya memperlihatkan kedua paha dan kakinya yang panjang dan bersih mulus.<br />
<br />
Laras mendekati aku dengan bergaya seperti peragawati. Badannya lenggak-lenggok sengaja memancing birahiku, yang sudah bangkit sejak dia melepaskan pakaianya. Setelah kira-kira satu meter di depanku lenggokan tubuh Laras makin erotis. Gerakannya gemulai, pinggulnya bergerak dengan seksi, tangannya memegang rambutnya lalu diangkat ke atas. Kembali Laras meliukkan tubuhnya dengan tangan tetap menahan rambutnya. Aku benar-benar gemas dan terangsang menikmati gerakan Laras. kemudian tangannya memegang payudaranya lalu memijit dan meremas payudaranya sendiri, sambil sesekali mendesah.<br />
<br />
“Ayah… Laras cantik kan…?” tanya Laras sambil terus meremas payudaranya. “Ayah suka Laras berpakaian seperti ini…? Ayah juga suka Laras memakai make up…?” “Kamu cantik sekali Sayang.” Aku memujinya. Bukan untuk merayunya, tapi aku benar-benar tulus waktu mengatakannya. “Benar-benar cantik, juga seksi. Dengan lingerie ini, keindahan tubuh Laras benar-benar tampak” “Ah, Ayah bisa aja…” jawab Laras sambil duduk di pangkuanku dengan manja. “Laras jadi malu nih…” kedua tangannya memeluk leherku “Lho, kenapa…?” “Masa Laras dibilang seksi…” kata Laras sambil mendekatkan kepalaku di payudaranya.<br />
<br />
Aku segera menggigit puting Laras dari luar lingerie. Tanganku aku lingkarkan di pinggangnya dan menyibakkan lingerienya bagian belakang dari bawah untuk meraih pantatnya<br />
<br />
“Aahh… Ayah suka nakal sih…?” kata Laras di sela desahan nafasnya yang mulai memburu. Kepalaku diremas sambil diciumi. “Tapi Laras suka kan…?” kataku menggodanya. Dia hanya tertawa menggoda. “Suka banget…”<br />
<br />
Aku berdiri sambil mengangkat tubuh Laras. Dia aku gendong lalu berjalan mengitari kamarku yang berukuran lima kali tujuh meter persegi. Sambil berjalan, aku senandungkan lagu Everything I Do, I Do It for You yang biasa dinyanyikan Bryan Adam. Tangan Laras melingkar di leherku, bergayut manja. Aku berjalan sambil mengayun-ayunkan tubuh Laras seperti menina-bobokan seorang gadis kecil. Nampaknya dia menikmati sekali ayunan tanganku. Matanya setengah terpejam dengan mulut merekah. Aku dekatkan mulutku ke bibirnya, lalu perlahan aku gigit bibirnya lalu aku hisap dengan lembut.<br />
<br />
“Aahh…” Laras mendesah ketika lidahku menjilat langit-langit mulutnya. Kami berciuman sambil menggendong tubuh Laras. Desahan dan erangan Laras bersaing dengan suara kecupan bibirku pada bibirnya. Lalu kami saling lumat dan saling hisap. Aku bawa Laras ke tempat tidurku dan aku baringkan dia, sementara lidahku terus menghisap dan mengait lidahnya. Aku ingin mencoba suasana baru dalam persetubuhanku dengan Laras.<br />
<br />
Perlahan aku buka tali lingerie yang mengikat bahunya dengan mulutku. sesekali mulutku mengecup pundaknya sambil lidahku menjilat-jilat pundak Laras yang lunak tapi kenyal itu. Tali terlepas, tapi lingerie itu masih melekat pada tubuh Laras. kembali mulutku menurunkan sedikit lengerienya sampai dadanya terbuka, lalu aku kulum putingnya. Lidahku berputar dan mengait puting Laras yang sudah bertambah kenyal dan sekitar puting itu berubah berbintil-bintil. Nafsuku sudah mendekati puncak. Aku ingin menikmati Laras dengan cara lain. Aku berubah menjadi liar dan kasar. Kasar namun tidak sampai membuat Laras merasa sakit. Aku ingin memuaskan nafsuku dengan caraku sendiri. Dengan penuh semangat dan cepat aku cium leher Laras. Melihat kekasaranku, Laras agak terkejut. Aku semakin liar dan rakus menetek payudaranya. Rupanya Laras ikut terbawa suasana. Nafasnya terengah-engah terdengar di sela-sela erangannya.<br />
<br />
“Sshh… Ayah… aahh… sshh”<br />
<br />
Dengan tak kalah liar dia merengkuh kepalaku dan mencari-cari bibirku, lalu melumat bibirku sambil memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. kupeluk Laras dengan erat sambil beradu lidah. Kami saling hisap dan saling sedot sambil saling mengait-kaitkan lidah dengan penuh nafsu dan liar. Aku menumpukan berat badanku pada tubuh Laras, sehingga tubuh kami saling melekat dengan erat. Kulepas ciumanku pada bibir Laras, lalu aku susuri leher Laras, kemudian berpindah ke payudaranya kembali. Dengan kasar aku cium dan aku hisap payudara dan putingnya. Laras menggelinjang seperti ingin berontak melepaskan diri dari pelukanku. Aku tahu Laras tidak ingin aku yang mengendalikan permainan. Laras menginginkan dia yang mengendalikan permainan seperti tadi siang.<br />
<br />
Laras ternyata memang tipe wanita agresif, selalu ingin menguasai permainan seks yang dilakukan. Dalam setiap berhubungan sex, wanita seperti dia tidak hanya ingin dibuat orgasme dan dipuaskan, tapi juga ingin memuaskan pasangannya. Wanita seperti dia juga dengan mudah muncul birahinya, seperti waktu melihat aku telanjang dada tadi siang.<br />
<br />
Tapi aku tak peduli. Aku tidak memberi kesempatan kepadanya untuk bertindak lebih jauh. Aku masih ingin mengendalikan permainan ini. Kedua tanganku meremas-remas payudara Laras. Mulutku menyusuri perutnya yang rata dan kenyal. Lidahku merayap dipermukaan kulit perutnya yang halus dan licin karena ludahku. Kecupan dan jilatan lidahku makin cepat, liar dan kasar. Aku merangkak mundur sehingga bibirku menyentuh perut bawahnya, tepat di atas vagina, lalu aku jilat dan aku kecup sambil menghisapnya. Laras melenguh dan menggelinjang. Aku ingin memberi tanda pada perut bagian bawah ini. Segera aku kecup lalu kusedot dengan kuat sambil menggigit pelan. Laras mengerang ketika aku menghisap dan menggigit perutnya. Beberapa saat kemudian, nampak bercak merah karena pembuluh darah di bagian itu melebar. Lima buah cupang aku letakkan berjajar membentuk huruf V di perut Laras.<br />
<br />
Setelah puas memberi cupang di perut bagian bawah, aku melepaskan lingerienya, tidak dengan tanganku, tapi tetap dengan mulut dan gigiku. Ada sensasi lain yang aku rasakan ketika bibirku menyentuh kulitnya saat melepas lingerie itu. Sensasi lain dengan kalau aku sekedar mencium seluruh tubuhnya. Sensasi sentuhan bibirku pada kulit Laras saat melepas lingeri juga dirasakan Laras. Berkali-kali suara lenguhan dan desisan kami bersahut-sahutan. Demikian pula saat melepas G-string yang melekat di selakangannya. Bibirkuku pun bersentuhan dengan vagina Laras. Kami kembali merintih, mengerang dan mendesah.<br />
<br />
Setelah seluruh tubuh Laras terbuka, dengan cepat aku pagut vagina Laras yang sudah basah berlendir. Lidahku dengan mantap menjilat dan bergetar pada klitorisnya, lalu vagina Laras aku hisap dan aku kilik-kilik dengan lidahku. Vaginanya mengeluarkan aroma berbeda dari tadi siang atau tadi sore. Itu karena Laras memakai lotion untuk vagina yang dia beli di mall. Aroma wangi menyusup hidungku membuat aku makin bersemangat untuk mengulum vagina dan klitorisnya. “Ahh… sshh” hanya itu kata-kata yang berkali-kali keluar dari mulut Laras, tak ada yang lain.<br />
<br />
Laras benar-benar menikmati permainanku. Badannya menggelinjang bergerak seperti ular yang menari karena mendengar tiupan seruling. Lidahku aku getarkan dengan cepat menyentuh bibir vagina Laras bagian dalam, sambil sesekali aku masukkan dan aku getarkan di dalam lubang vaginanya yang sangat sempit. Sesekali pula aku sedot saat kurasakan lendir vaginanya meleleh keluar sambil memasukkan klitorisnya ke dalam mulutku. Lalu aku masukkan hidungku ke dalam vaginanya. Sambil aku tekan, hidungku aku gesekkan di dalam lubang vagina Laras. sementara itu lidahku menjilat kulit antara anus dan vaginanya.<br />
<br />
“Auw…sshh… Ayaahh…” Laras menjerit saat lidahku menjilat kulit antara anus dan vaginanya. Sejenak dia bergetar, lalu Laras mengangkat badannya seperti akan duduk. Mulutnya mendesis dan mengerang. “Ssshh… Laras diapain Yah… ?” tanya Laras di sela-sela desisan bibirnya. “Aahh… nikmat bangeettt…” katanya lagi lalu kembali terlentang dan bergerak liar. Aku tak menjawab.<br />
<br />
Aku lebih peduli dengan vagina dan klitoris Laras. Lebih peduli pada kulit antara anus dan vaginanya. Aku terus menjilat dan menghisap. Membiarkan Laras menikmati setiap rangsangan yang aku berikan.<br />
<br />
Kedua kaki Laras aku angkat dan aku lipat di perutnya dengan posisi membuka, sehingga pantatnya terangkat dan vagina serta anusnya nampak sangat jelas. Ledir yang meleleh tampang cukup banyak dan deras. Vaginanya tampak berkedut-kedut pelan, klitorisnya menonjol ke depan seperti penis kecil yang sedang ereksi. Sedangkan anusnya yang berkerut ikut berkedut pula. Anusnya basah mengkilat karena terkena lelehan cairan vaginanya.<br />
<br />
Aku tusukkan hidungku ke lubang anus Laras lalu aku goyangkan sambil aku tekan. Tercium bau khas anus bercampur wangi lotion vagina membuatku nyaman muntuk terus menjilat dan memasukkan lidahku. Mungkin bagi orang lain jijik menjilat anus partner seksnya, tapi bagiku bau itu menimbulkan sensasi tersendiri, apalagi bercampur dengan lotion vagina. Lidahku dengan cepat menari mengorek anus Laras. Bibirku mengecup dan dan menjepit kerut-kerut anusnya kuat-kuat. Tak kuduga. Laras dengan cepat mencapai orgasme yang pertama malam ini. Tubuhnya meliuk-liuk tak terkendali lalu mengejang dengan kuat, mulutnya mendesis-desis.<br />
<br />
“Aahh… Ayah… Laras dapet lagi… aahh…” Laras berteriak kencang.<br />
<br />
Tangan Laras mencengkeram kepalaku lalu rambutku diremas. Aku berhenti sejenak mengamati Laras. Mata Laras terpejam dengan nafasnya terengah-engah. Kedua betis dan pahanya menjepit kepalaku ketika aku susupkan kembali di antara kedua pahanya. Aku teruskan jilatanku pada anusnya, namun tidak secepat dan sekaras tadi. Perlahan dan lebut seluruh permukaan lidahku aku oleskan ke anusnya beberapa kali, lalu aku ganti menghisap lembut dan pelan klitorisnya. Aku ingin Laras dapat menikmati orgasmenya sepanjang mungkin. Aku merangkak menindih Laras. dengan lembut dan pelan aku kecup payudaranya. Laras memeluku lalu mencium bibirku. Dia agak kaget mencium bau anusnya yang masih menempel di bibir dan lidahku, lalu tersenyum sambil memejamkan mata.<br />
<br />
“Ayah nggak jijik mencium dan menjlat anus Laras?” “Enggak tuh…” jawabku. Laras menjawab dengan memelukku lalu mencium bibirku dengan ganas. “Kalau gitu Laras juga enggak jijik.” “Enggak jijik apa?” “Ada deh… eh tapi Ayah nakal terus…?” “Nakal gimana Sayang?” “Laras inginnya Ayah yang ejakulasi, bukan Laras yang orgasme duluan” “Ya sudah… sekarang terserah Laras.” kataku lalu berbaring di samping kanannya sambil menyusupkan tangan kiriku di bawah kepalanya, lalu memeluknya.<br />
<br />
Perlahan Laras bangkit lalu menindih tubuhku, lalu dengan ganas dan liar dia mencium sekujur tubuhku. Leherku basah kuyup karena jilatannya. Hebat sekali gadis ini. Tujuh kali orgasme dalam sehari masih memiliki tenaga dan nafsu yang luar biasa dalam berhubungan sex. Mau tak mau aku membadingkan dengan isteriku yang hanya mampu bertahan dua kali orgasme sekali bersetubuh, kemudian menunggu dua atau tiga hari baru berhubungan sex lagi. Tapi Laras benar-benar tinggi stamina dan nafsunya. Laras tetap saja masih liar, menjilat-jilat tubuhku, dan meremas putingku dengan bibirnya. Putingku digigit-gigit dan dihisap bergantian kiri dan kanan. Sementara, penisku yang sudah tegang sejak mengamati Laras berganti pakaian dengan lingerie, dimasukkan kedalam vaginanya. Laras memang tidak menggoyangkan pantatnya untuk mengocok penisku, tapi gerakannya waktu menjilat dan mengisap tubuhku membuat pantatnya juga bergerak, sehingga penisku serasa dipilin dan dipijat vagina Laras. Ingin aku mengimbangi gerakan Laras, tapi setiap aku merespon, Laras melarangku.<br />
<br />
“Ayah diam dulu ya… biar Laras yang muasin Ayah…”<br />
<br />
Akhirnya aku diam menikmati permainannya yang semakin agresif dan liar. Aku hanya menggeliat dan mendesis nikmat. Laras memundurkan badannya, sehingga penisku terlepas dari vagina, namun bibir dan lidahnya tetap menjilat dan meremas kulit dada dan perutku. Bibir dan lidah Laras diseret dan bergeser di permukaan kulitku, lalu berhenti dan berputar-putar di tempat, diseret dan bergeser lagi, berkali-kali. Perpindahan lidah dan bibir Laras makin ke bawah ke aras penisku. Ketika sampai di pangkal penisku, lidahnya menekan dan menari-nari membasahi batang penisku. Kemudian lidah Laras mengitari selakanganku sebelah kiri dan kanan lalu berhenti di bagian bawah menjilat, mengecup dan memijat scrotumku dengan lembut sehingga aku melayang dibuatnya. Tiba-tiba Laras menjadi liar ketika dengan penuh nafsu, penisku dilahapnya lalu dihisap dan dipuntir dengan lidahnya.<br />
<br />
“Ssshh… Laras… sshh…” aku mendesis dan mengerang. “Nikmat kan Yah…?” kata Laras ketika berhenti menghisap penisku. “Iyyyaa… Terusin Sayang…aahh” aku minta Laras untuk meneruskkan aksinya.<br />
<br />
Sebenarnya, tanpa kusuruh pun Laras pasti terus mengulum dan mengocok penisku dengan mulut dan lidahnya, karena begitu selesai mengucapkan kata-kata itu, Laras dengan sigap langsung mengulum penisku kembali dengan intensitas lebih tinggi.<br />
<br />
Tangannya menggenggam pangkal penisku sambil digerakkan seolah sedang memutar gas sepeda motor dibarengi dengan gerakan mengocok dengan erat dan mantap namun lembut, sehingga penisku terasa nikmat sekali. Beberapa saat kemudian, aku sudah hampir ejakulasi. Laras mempercepat kocokannya dan memperkuat hisapannya. Namun tiba-tiba dilepaskannya penisku dari mulutnya. Bibirnya menyusuri pangkal pahaku, lalu berputar-putar di pahaku bagian dalam. Kakiku kemudian diangkat sehingga tubuh dan kakiku membentuk sudut sembilan puluh derajat. Kemudian Laras meneruskan jilatannya sambil menyeret lidahnya dipermukaan kulit paha belakangku, lalu pantatku menjadi sasaran lidahnya. Giginya mengigit-gigit pelan pantatku dibarengi dengan hisapan dan jilatan lidahnya. Laras tidak berhenti di pantatku. Belahan pantatku pun ikut dijilat, dikecup dan dihisapnya. Anusku juga tak lepas dari korekan dan pijatan lidah Laras, sementara tangannya terus mengosok penisku.<br />
<br />
“Uhh… ssshh” hanya itu kata-kata yang mampu aku ucapkan menikmati jilatan, hisapan dan kecupan Laras di anusku. Baru kali ini seumur hidupku pantatku dijilat orang, apalagi sekarang dijilat dan dihisap gadis muda yang cantik seperti Laras. Aku benar-benar puas atas permainan Laras. lama sekali dia menjilat anusku sampai-sampai aku kembali hampir ejakulasi. Penisku yang ada dalam kocokan Laras terasa berkedut hebat, tapi dia berhenti mengocok penisku dan menjauhkan mulutnya dari anusku.<br />
<br />
“Laras… Masukin penis Ayah ke dalam…” kata-kataku terhenti.<br />
<br />
Aku berharap agar Laras segera mengulum penisku, namun lagi-lagi Laras membuat aku semakin penasaran. Laras malah menjilat betisku.<br />
<br />
“Sabar Ayah… ejakulasinya nanti dulu ya…” kata Laras sambil tersenyum mengejek. Aku makin penasaran. segera aku raih kepala Laras dan aku sodorkan ke penisku, namun Laras mengelak dengan gesit.<br />
<br />
“Eit… sabar dong… Ayah nikmatin aja dulu seperti siang tadi Laras menikmati permainan Ayah… hihihi…” kata Laras sambil tertawa. Rupanya dia ingin membalas, ketika tadi siang orgasmenya aku tunda sampai beberapa kali.<br />
<br />
Selesai berkata begitu, lidahnya lincah menari menyusuri betis belakangku, lalu lipatan lututku. Jilatan Laras terus turun ke arah telapak kakiku. Memang, geli dan nikmat rasanya, namun tentu saja lebih nikmat jika Laras mengisap penisku, bukan betis, lipatan lutut atau telapak kakiku. Kekecewaan karena ejakulasiku yang tertunda dua kali membuat penisku sedikit mengendur, walapun masih cukup keras untuk masuk ke vagina Laras. Rupanya Laras tahu kalau penisku jadi sedikit mengendur.<br />
<br />
Laras berhenti menjilat telapak kakiku, lalu merangkak menindih tubuhku. Tubuhnya dengan ketat menghimpit tubuhku. Payudaranya melesak karena menekan dadaku, sedangkan vagina dan klitorisnya digesek-gesekkan di penisku. Kembali penisku ereksi dengan sempurna. Tegang, keras, dan kekar. Dengan sekali gerakan pinggulku, ujung penisku sudah menempel di mulut lubang vagina Laras. aku angkat pantatku agar penisku segera melesak kedalamnya, namun vagina Laras benar-benar sempit, sehingga aku kesulitan dan gagal memasukan penisku. Nafsuku benar-benar memuncak, ingin segera terpuaskan.<br />
<br />
“Ayah… kok enggak sabaran sih…?” kata Laras sambil tertawa ketika aku gagal memasukkan penisku. “dibilang nanti ya nanti dong… Ayah sabar ya…” katanya lagi “Laras… ayo dong… Ayah udah nggak tahan, Sayang…” kini aku yang merengek minta segera dipuaskan oleh Laras. Laras menjawab permintaanku dengan mengulum putingku. Bibir dan lidahnya kembali menjilat-jilat dadaku, leherku dan melumat bibirku. Penisku yang sudah hampir meledak terjepit vaginanya. Laras menggerakkan pantatnya, penisku pun dikocok bibir vaginanya. Bibir vagina dan klitoris Laras yang basah terasa hangat mengocok, menjepit dan meremas penisku. Aku hampir gila diperlakukan Laras seperti ini.<br />
<br />
“Uh… ssshh…” Laras mendesis sambil menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya erat-erat. Rupanya gesekan penisku di klitoris dan vaginanya telah membuat Laras terangsang hebat dan tak mampu membendung nafsunya sendiri. Nampak sekali gerakan Laras sudah tak teratur. Akhirnya Laras mengendurkan pelukannya. Penisku diraihnya lalu dikocok sebentar sebelum dimasukkan ke dalam vaginanya. Dengan susah payah, akhirnya setengah penisku amblas ke dalam vagina Laras. Laras berusaha memasukkan semua penisku ke dalam vaginanya dengan menduduki penisku, lalu mengangkat pantatnya dan menekannya ke bawah.<br />
<br />
“Ayaahh… ssshh… aahh” Laras mendesah dan mengerang ketika akhirnya penisku masuk semuanya ke dalam vaginanya.<br />
<br />
Dengan pelan dan lembut Laras bergerak memutar pinggulnya. Putaran dan goyangan laras membuat penisku terasa dipijat dan diremas. Lalu aku merasakan sesuatu yang belum aku rasakan selama bersetubuh dengan Laras atau dengan isteriku. Aku merasakan penisku disedot dengan kuat beberapa kali, lalu seperti dikocok biasa, kemudian disedot lagi beberapa kali, lalu biasa lagi… Aku tatap mata Laras yang terpejam menikmati persetubuhan yang kami lakukan. Aku merasa melayang. Berkali-kali sedotan vagina Laras membuatku segera menuju ejakulasi. Aku berusaha menahan, karena Laras saat ini belum meunjukkan tanda-tanda akan orgasme. Tiba-tiba Laras mencabut penisku dari vaginanya, lalu duduk sambil tangannya meremas dan mengocok penisku.<br />
<br />
“Jangan buru-buru dikeluarin Ayah… Ayah tadi janji sama Laras…” “Janji apa sayang…” aku benar-benar lupa apa yang suydah aku janjikan kepada Laras.<br />
<br />
“Masa lupa Yah…”jawab Laras tanpa memberi penjelasan apa janjiku, Laras mengulurkan kedua tangannya menyuruh aku bangkit. Setelah aku duduk, Laras membelakangi aku dan nungging. “Dari belakang Yah… Laras ingin disetubuhi dari belakang” “Oh… Laras… kamu bukan gadis kelas 3 SMA… kamu benar-benar wanita. Wanita dewasa yang matang dan selalu ingin mencoba yang baru…” kataku dalam hati.<br />
<br />
Tanpa menunggu lebih lama segera aku merangkak mendekati Laras dan memegang pantatnya. Dengan pelan aku masukkan penisku ke dalam vaginanya. Laras menyambut penisku dengan tidak sabar. Dihentakkannya pantatnya ke belakang dengan keras dan cepat. Vagina Laras yang sudah sangat basah dan agak melebar karena terangsang hebat, serta posisi doggy ini membuat penisku tak terlalu sulit memasuki vaginanya. setelah masuk semuanya Laras memutar pantatnya. Penisku serasa dipilin-pilin, diremas dan dipijat.<br />
<br />
“Ahh… Ayaahh….” Laras menjerit. “Nikmat sekali…aahh ssshh”<br />
<br />
Aku raih payudara Laras yang bergoyang-goyang karena gerakannya untuk mengocok penisku. Kuremas dan kupilin putingnya, sambil terus bergerak maju mundur mengocok penisku di dalam vagina Laras. Dengan posisi doggy ini membuat tulang vagina Laras yang bagian depan mengesek batang penisku bagian bawah. Nikmat dan nikmat. Itu yang aku rasakan ketika penisku keluar masuk dalam vagina Laras yang bergerak dan berputar. Entah kenapa aku yang tadi sudah hampir ejakulasi kini aku merasa sangat segar dan kuat. Tak sedikit pun tanda-tanda aku akan segera ejakulasi. Mungkin karena dengan posisi doggy ini aku merasa dapat mengendalikan persetubuhan, bukan dikendalikan oleh Laras, sehingga aku masih mampu bertahan. Apalagi aku melihat Laras menikmati persetubuhan dengan gaya yang pertama dia lakukan. Aku makin merasa nyaman dan mampu bertahan untuk tidak ejakulasi dengan cepat.<br />
<br />
Dengan mantap dan kencang aku sodokkan penisku ke dalam vagina Laras. tubuh Laras tergundang-guncang maju mundur karena goyanganku. Kedua tanganku memegang dan pantat Laras. empat jari tangan kanan dan kiri meremas pantat Laras, sedangkan jempolku aku selipkan di belahan pantatnya, mengorek dan mengelus anusnya.<br />
<br />
“Ayah… nikmat sekali…” kata Laras sambil menoleh ke belakang dan berusaha melihat apa yang aku lakukan terhadap anusnya.<br />
“Iya… Sayang… Ayah juga merasa nikmat…”<br />
“Jempol ayah… sshh… aahh… Jempol ayah…” Laras mendesiskan kata-kata dengan cepat sambil terengah-engah.<br />
“Hmmm…? Kenapa… ? Nikmat kan…?”<br />
“Iya… aahh… ssshh…” Laras makin mendesis dengan mata melotot. “Masukin Ayah… Masukin penis Ayah di anus Laras… Cepat Ayaahh…” Laras berteriak kesetanan.<br />
<br />
Rupanya dia ingin melakukan anal seks. Laras benar-benar gadis yang luar biasa di bidang seks. Dia nampaknya selalu ingin mencoba hal-hal yang baru. Sedangkan aku, ini pertama kali aku melakukan anal sex. Aku belum pernah memikirkan untuk melakukan anal sex, sementara isteriku juga tak pernah meminta. Memang kami melakukan hubungan sex dengan berbagai macam gaya, tapi yang namanya anal sex belum pernah kami coba lakukan. Kami tidak pernah mengeksplor anus waktu melakukan foreplay. Sejenak aku ragu, tapi Laras kembali meminta untuk melakukan anal sex. Perlahan aku lepaskan penisku dari vagina Laras.<br />
<br />
“Kenapa berhenti Ayah…?” tanya Laras “Kalau gitu cepat masukin penis Ayah dalam anus Laras…” kata Laras sambil meremas dan mengocok vagina serta klitorisnya sendiri.<br />
<br />
Aku turun dari tempat tidur untuk mengambil botol lubricant gel yang biasa aku gunakan untuk bersetubuh dengan isteriku. Karena dia sudah mengalami menopause, lubricant gel ini sangat menolong untuk membuat vagina isteriku basah. Kelenjar yang mengeluarkan cairan vaginanya tidak produktif lagi. Kami gunakan lubricant gel agar isteriku tidak kesakitan waktu bersetubuh. Dengan demikian isteriku dapat menikmati persetubuhan yang kami lakukan.<br />
<br />
Kuminta Laras untuk nungging lagi. Perlahan aku elus anus Laras sambil sedikit-demi sedikit aku masukkan jariku agar otot-otot anusnya mengembang. Aku tahu, Laras akan kesakitan karena anusnya dimasuki penisku untuk yang pertama kali. Bagaimanapun juga otot anus berbeda elastisitasnya dengan otot vagina yang lebih mudah melebar saat dimasuki penis. Aku mencim dan menjilat anus Laras dengan lahap guna memberi rangsangan. Dengan jilatanku, aku berharap Laras akan merasa nikmat sehingga pada saat aku lakukan penetrasi, Laras tidak akan begitu kesakitan.<br />
<br />
“Aahh… aahh… sshh… Ayah… cepat masukin dong…” Laras merintih dan merengek agar aku cepat-cepat memasukkan penisku. Rupanya Laras benar-benar penasaran untuk menikmati anal sex.<br />
<br />
“Iya Sayang…” jawabku sambil terus menjilat dan mengorek anus Laras dengan lidahku. “Sabar sebentar… tunggu sampai anus Laras bener-bener siap menerima penis Ayah.” “Auw… ssshh nikmat. Ayah… masukin sekarang dong…”<br />
<br />
Aku tidak mau langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Laras. aku tidak ingin dia terlali kesakitan karena pertama kali melakukan anal sex. Aku meraih botol lubricant gel lalu memasang tabung aplikatornya. Perlahan aku tusukkan tabung aplikator ke dalam anus Laras sambil menekan botol itu.<br />
<br />
“Ups… sshh ya… gitu dong Ayah… penisnya dimasukin”<br />
<br />
Laras tidak menyadari kalau yang aku masukkan kedalam anusnya bukan penis melainkan aplikator. Setelah cukup gel yang masuk ke dalam anus Laras, aku tuang dan aku oleskan pada telunjuk tangan kananku. Kemudian telunjukku yang basah karena lubricant gel perlahan-lahan aku tusukkan ke dalam anus Laras, aku tarik sedikit, lalu aku tusukkan lebih dalam lagi.<br />
<br />
“Ahh… terusin Yah…”<br />
<br />
Dengan perlahan aku kocok jariku di anus Laras, sementara tanganku yang lain meremas vagina Laras. Klitorisnya aku pilin-pilin dan pencet dengan lembut dengan jempolku, sedangkan dua jariku memasuki lubang vaginanya lalu bergerak keluar masuk di dalam vaginanya. Dua lubang sumber kenikmatan seksual Laras aku korek, aku tusuk-tusuk. Pantatnya aku jilat dan aku gigit-gigit pelan. Laras terus merintih dan mendesah menikmati setiap remasan, kocokan dan gigitanku. Anus Laras sudah siap sekarang, karena jariku dengan leluasa dapat keluar masuk memompa anusnya. Perlahan penisku yang sudah sangat keras dan tegang aku tempelkan di pantatnya. Jariku terus mempompa anus dan vaginanya.<br />
<br />
“Kok belum masuk sih…? Tadi yang masuk apa dong Yah…” tanya Laras setelah tahu penisku belum menyentyh anusnya<br />
<br />
Perlahan telunjuk kananku aku lepas dari anus Laras. Kembali aku tuang lubricant gel lalu aku oleskan di penisku. Perlahan penisku aku coba masukkan ke dalam anusnya. Susah sekali memasukkan penisku, walaupun lubrikan gel cukup membantu. Laras mengerti kesulitanku lalu menoleh ke belakang.<br />
<br />
“Sshh… Aahh… Susah masuknya ya Yah?” tanya Laras lalu dia merendahkan bahunya dan membuka lebar-lebar pahanya sehingga posisinya semakin nungging, pantatnya dan anus membuka lebih lebar. “Sabar ya Sayang…” kataku. “Agak sakit nanti pada awalnya” “Iya… Yah… nanti pasti sakit, tapi sesudah itu jadi nikmat” kata Laras sambil tersenyum.<br />
<br />
Aku paksa penisku agar bisa masuk ke dalam anus Laras dengan mendorongnya kuat-kuat. “Auw…” Laras menjerit kesakitan saat seperempat bagian penisku berhasil memasuki lubang anusnya. “Sakit sekali Yah…”<br />
<br />
Aku berhenti sejenak untuk membiarkan otot anusnya melebar secara alami agar tidak terlalu menyakitkan bagi Laras.<br />
<br />
“Kenapa berhenti Ayah…?” tanya Laras sambil menggoyangkan pantatnya. “Supaya Laras tidak kesakitan…” jawabku. “Terusin dong yah…” kata Laras lalu mendorong mundur sehingga penisku tertekan dan melesak beberapa senti lagi ke dalam anusnya. Akibatnya sungguh luar biasa bagiku.<br />
<br />
Pantat Laras yang berputar membuat penisku serasa dijepit dengan ketat oleh benda yang kenyal sambil diremas-remas. Nikmat. Sungguh nikmat!<br />
<br />
“Aahh…” kami mengerang hampir bersamaan. “Sakit Sayang?” tanyaku mendengar Laras merintih “Sakit sedikit … tapi nikmat sekali, Ayah” kata Laras. Kemudian Laras dengan semangat menggoyangkan pantatnya.<br />
<br />
Mendengar desahan dan erangan Laras yang dapat merasakan nikmat saat penisku bergoyang karena gerakan pantatnya, aku tarik penisku keluar sedikit lalu aku masukkan lagi dengan pelan tapi mantap. Setelah tiga empat kali penisku keluar masuk, aku tekan dengan sedikit keras sehingga penisku melesak sepenuhnya ke dalam anus Laras.<br />
<br />
“Auw…” Laras kembali menjerit<br />
“Sakit Sayang…?”<br />
“Enggak…” kata Laras sambil dengan semangat dia memutar pantatnya mengimbangi gerakan maju mundur yang aku lakukan. “Ahh… Nikmat sekali Ayah… sshh… aahh… sshh…”<br />
<br />
Aku membungkuk untuk meraih klitoris Laras lalu memilin dengan dua jariku, sementara tanganku yang lain meremas-remas payudaranya. Kami mengerang bersahut-sahutan. Belum lima menit, tubuh Laras mengejang sambil mengerang keras.<br />
<br />
“Ayaahh… auw… aahh…” teriakan Laras mengagetkan aku. Laras meliukkan badannya, pantatnya disodok-sodokkan ke belakang dengan keras dan cepat.<br />
“Kenapa Sayang…?” aku bertanya karena mengira dia kesakitan.<br />
“Laras…aahh…ssshh… Laras orgasme lagi….”<br />
<br />
Aku tak menduga Laras sudah orgasme. Rupanya benar informasi yang aku baca, anal sex lebih nikmat, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Dengan anal sex, penis terjepit lebih kencang sedangkan bagi wanita, sodokan penis di dalam anus dapat dengan mudah mendorong otot-otot usus besar menekan G-spot. Itu sebabnya kenikmatan yang ditimbulkan luar biasa. Demikian pula Laras. Hari pertama melakukan persetubuhan disertai dengan anal sex. Hal ini rupanya yang menyebabkan Laras dengan mudah memperoleh puncak kenikmatan. Laras ambruk tersungkur di atas tempat tidur sehingga penisku terlepas dari anusnya. Sebenarnya aku juga hampir ejakulasi, kalau saja Laras dapat bertahan lebih lama sedikit lagi. Laras membalik tubuhnya hingga terlentang, nafasnya memburu terengah-engah sedangkan matanya terpejam.<br />
<br />
“Nikmat sekali Ayah…” katanya lalu diam tidak bergerak sampai beberapa saat. “Ayah-bener-bener hebat…” katanya lagi.<br />
<br />
Aku segera berbaring miring di sampingnya, kemudian memeluk dan mencium bibirnya. Saat membuka matanya Laras tersenyum sambil tangannya menggapai ingin memeluk aku. Cukup lama kami berciuman. Bibir dan lidah kami saling beradu, saling mengecup dan saling menghisap. Kemudian Laras kembali memelukku kencang sekali.<br />
<br />
“Laras bener-bener puas hari ini, Ayah…”<br />
“Ayah juga puas Sayang…”<br />
“Belum… Ayah belum puas…” kata Laras sambil meraih penisku lalu dikocoknya dengan lembut. “Ayah juga harus merasakan kepuasan yang Laras rasakan malam ini.” Katanya lagi sambil memilin-milin penisku.<br />
“Laras capek, kan?”<br />
“Enggak! Laras enggak capek!” jawab Laras tegas sambil bangkit lalu nungging lagi. “Laras ingin dimasukin lagi dari belakang, tapi di vagina Laras aja supaya Ayah yang duluan ejakulasi…” kataLaras sambil meraih tanganku meminta aku bangun.<br />
<br />
Penis yang sangat keras dan tegang diremas dan dikocok Laras, lalu dituntunnya penisku menuju lubang vaginanya. Lagi-lagi vagina Laras terasa terlalu sempit untuk penisk, tapi cairan vaginanya yang melimpah akibat orgasme yang baru saja dialaminya, serta sisa-sisa lubricant gel di penisku, membuat penisku akhirnya amblas di dalam vaginanya. aku pegang kedua pantat Laras pada bagian samping lalu aku goyangkan pantatnya maju mundur untuk mengocok penisku. Laras mengimbangi dengan memutar pantatnya.<br />
<br />
“Ssshh… Aahh” kami mendesah dan mengerang berkali-kali. Laras bersemangat sekali menggoyangkan pantatnya.<br />
“Ayyaahh…” Laras mendesah dengan erotis.<br />
<br />
Terus terang aku agak kewalahan melayani nafsu anak asuhku ini. Rasa lelah perlahan-lahan menyerang tubuhku. Sejak isteriku menopause, aku tidak pernah bersetubuh berkali-kali seperti dengan Laras. Fisikku yang berusia 58 tahun mulai menunjukkan reaksi. Rasa lelah makin menguasai sekujur tubuhku, walaupun penisku masih tegar berdiri dengan gagah. Aku bergerak perlahan memompa vagina Laras. Suara kecipak akibat tubrukan pantat Laras dengan perutku sudah tak sesering tadi. Tapi aku masih ingin Laras mencapai orgasmenya. Aku tidak ingin babak-babak persetubuhanku dengan Laras tak memuaskan dirinya. Naluri laki-laki ku menuju G-spot Laras. Kemudian, posisi tubuh Laras agak aku tegakkan sedikit, lalu aku mengatur posisi penisku agar dapat mengarah ke G-spot nya yang telah aku pelajari dan aku hafal dengan baik letaknya waktu persetubuhan kami tadi siang. Namun tiba-tiba aku rasakan penisku kembali disedot vagina Laras beberapa kali.<br />
<br />
“Akkk….” Aku menjerit tertahan mengekspresikan kenikmatan yang aku rasakan. Entah apa yang dilakukan Laras sehingga penisku terasa disedot-sedot seperti ini, sampai-sampai aku hampir lupa tujuanku menegakkan tubuh Laras tadi. Segera aku hentakkan penisku ke depan dengan arah agak mengangkat ke atas, saat aku angkat, aku tekan pantat Laras ke bawah sambil aku tarik ke belakang.<br />
<br />
“Ayaahh…” Laras memekik sambil menoleh ke belakang. Matanya melotot menahan nikmat yang dia rasakan. Rupanya tujuanku tercapai. G-spot Laras sedikit tersentuh penisku.<br />
<br />
“Ayyaahh…! Ayahh enggak boleh nakalll…” kini Laras merengek. Badan Laras meliuk-liuk… kocokan pada penisku menjadi tak teratur, kadang cepat, kadang lambat. Kadang berputar, kadang maju mundur. Kuulangi lagi gerakan menhentakkan penisku sambil mengangkat seperti tadi. Kini tarikan pada pantat Laras aku perkuat, setelah pantatnya menyentuh perutku, aku tekan pantat Laras ke bawah.<br />
<br />
“Ayyaahh….” Laras melolong seperti serigala. Kepalanya digoyang ke kiri dan ke kanan. Pantatnya bergoyang tak karuan. Tiba-tiba tubuhnya mengejang. “Ayah jahat banget… sshh… aahh… ” kata Laras sambil mengerang “Laras orgasme lagi kan… aahh” kata Laras dengan manja lalu tersungkur ambruk dan penisku terlepas dari vaginanya lagi.<br />
<br />
Aku masih jongkok di sela-sela kedua paha Laras, ketika Laras bangun lalu dengan cepat tanpa aku duga mulutnya menyambar penisku yang sangat keras, lalu disedotnya kuat-kuat. Aku menggelinjang karena nikmat. Laras mendorong tubuhku. Laras sama sekali tidak melepaskan penisku dari mulutnya saat aku jatuh terletang. Dengan penuh nafsu, dia melahap dan menghisap penisku. Penisku seluruhnya masuk ke dalam mulutnya sehingga sebagian masuk ke dalam kerongkongannya. Rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhku. Rasa nikmat itu perlahan-lahan mengalir menuju satu titik: menuju penisku yang berada dalam hisapan dan pilinan mulut dan lidah Laras. Aku mendekati ejakulasi. Perlahan aku berusaha melepaskan penisku dari kuluman Laras, agar tidak ejakulasi di dalam mulutnya. Namun Laras menggeleng protes sambil melotot.<br />
<br />
“Laras… Ayah nikmat sekali… Ayah mau ejakulasi Sayang…”<br />
<br />
Laras tidak peduli. Dia makin rakus melumat penisku. Lidahnya berpytar-putar mengelus dan menghisap penisku. Tangan kanannya mengocok penisku sedangkan jari-jari tangan kirinya mengelus dan meremas anus dan scrotumku secara bergantian. Akhirnya aku tak tahan, aku ejakulasi dengan penis di dalam mulut Laras. Laras menghisap makin kuat saat spermaku menyemprot tenggorokannya. Kocokan tangannya juga makin kencang. Aku terkulai lemas.<br />
<br />
“Makasih Ayah….”<br />
“Mmmm…?” cuma itu kata-kata yang keluar dari mulutku karena menahan rasa nikmat uang luar biasa akibat penisku disedot Laras saat ejakulasi.<br />
“Ayah udah nepatin janji Ayah…?”<br />
“Oh ya…? Janji apa?”<br />
“Kasi minum Laras!”<br />
“Minum…?”<br />
“Iya, Ayah… Ayah udah kasi Laras sperma yang banyak. Laras udah minum…” kata laras sambil bangkit menuju wastafel di depan kamar mandi, lalu berkumur beberapa kali.<br />
“Kenapa kumur-kumur, Sayang? Jijik ya…?” tanyaku saat Laras kembali ke tempat tidur untuk berbaring di sampingku.<br />
“Kalo jijik, Laras enggak mau Ayah ejakulasi di dalam dong…” katanya sambil tersenyum lalu memeluk dan mencium bibirku. “aku kan cuma mau cium Ayah. Makanya Laras kumur biar gab au sperma” katanya lagi lalu memeluku dengan erat.<br />
<br />
Kami tetap tidak memakai pakaian. Lingerie dan G-string Laras tergeletak di lantai. Demikian pula baju, singlet, jeans dan celana dalamku. Semuanya berserakan di lantai. Tapi tidak kami peduli, kami juga tidak peduli dengan seseorang yang mengintip persetubuhan kami tadi siang.. Kami terlalu lelah. Satu-satunya yang ingin kami lakukan adalah tidur. Tidur yang nyenyak sekali karena kami sama-sama kelelahan. Ya… lelah dan puas. Sangat puas.<br />
<br />
*************************<br />
<br />
Aku dan Laras baru selesai mandi bersama dan akan berganti pakaian, saat ponselku berdering, ternyata telepon dari isteriku yang tadi berangkat ke Australia.<br />
<br />
“Dari siapa Yah…?” tanya Laras sambil memakai bra. “Bunda” jawabku “Terus Laras gimana, Yah…?” tanya Laras nampak khawatir. Aku memberi isyarat supaya dia tenang. Setelah tekan tombol ‘yes’ aku aktifkan speaker-phone agar Laras bisa mendengar pembicaraan kami. Dalam kondisi sekarang ini aku tidak ingin Laras merasa aku merahasiakan sesuatu dari dia. Bagaimanapun hari ini adalah hari pertama aku selingkuh dengan Laras, aku tidak ingin mengacaukan saat-saat seperti ini. Laras kembali memakai seragam sekolahnya walaupun agak kusut.<br />
<br />
“Sore Bunda, nginap dimana?” tanyaku<br />
“Di Causeway 353 Hotel” jawab isteriku.<br />
<br />
Setelah berbasa-basi dengan isteriku, aku memberi tahu kalau aku bersama Laras. Dari dulu isteriku ingin punya anak perempuan, tapi tidak mau hamil lagi. Laras yang sering datang ke rumah di luar jadwal pertemuan anak asuhku membuat Laras dan isteriku menjadi sangat dekat. Mungkin bagi Laras, kami adalah orang tuanya, sedangkan bagi isteriku, dia seperti mendapatkan anak perempuan kandung. Isteriku sudah sering mengusulkan agar Laras tidur di rumah saja supaya bisa mengawasi Laras sampai rencana kami mengirim Laras ke Australia untuk kuliah terlaksana.<br />
<br />
“Oh iya, Bund. Ini ada Laras” kataku lagi sambil meraih tangan Laras. Laras tadinya menolak tapi aku segera memberi isyarat agar dia tenang dan wajar. “Laras…? Hei… apa kabar Sayang…?” tanya isteriku pada Laras “Baik Bunda…”<br />
<br />
Cukup lama Laras bicara dengan isteriku. Berkali-kali Laras melirik minta persetujuanku untuk menjawab pertanyaan isteriku. Ternyata benar dugaanku, isteriku merasa senang setelah tahu ada Laras di rumah. Salah satu pesannya kepada Laras adalah mengawasi dan menjaga menu makananku.<br />
<br />
Akhirnya isteriku memberi tahu Laras kalau setelah lulus nanti, kami berencana mengirim Laras ke Australia untuk kuliah disana. Dia juga minta Laras pindah ke rumah kami. Sejenak Laras bengong tak percaya sampai aku ikut bicara meyakinkan Laras.<br />
<br />
“Makasih Ayah” kata Laras setelah telepon ditutup sambil memeluku dengan erat dan menciumi wajahku. “Laras tak pernah membayangkan kalau bisa kuliah ke luar negeri” “Itu karena usaha Laras sendiri. Ayah lihat Laras nilai rapotnya sangat bagus, jadi sayang kalau hanya kuliah disini.” Jawabku. “Sekarang kita makan dulu untuk merayakan berita gembira ini.”<br />
<br />
Aku angkat telepon antar ruang dan bicara dengan Ayu untuk menanyakan apakah pakaian Laras sudah dikirim dari rumah asuh. Ternyata pakaian Laras sudah sampai dan diletakkan di ruang keluarga. Aku suruh Laras mengambil tasnya. Setelah Laras berganti pakaian kami berangkat menuju mall yang baru di buka di jalan Pemuda. Mall dengan hotel ini cukup megah. Setelah makan di salah satu cafe, aku ajak Laras berbelanja pakaian, sepatu, dan kosmetik. Laras bingung ketika memilih, rupanya dia baru pertama kali mengenal baju, parfum, dan lain-lain yang harganya di atas satu juta rupiah. Selama ini penghuni rumah asuh ku hanya dibelikan pakaian yang sederhana, walapun bukan murahan. Harganya tidak sampai tiga ratus ribu satu stel. Kosmetik yang dibelikan isteriku mereka hanya merek lokal, jadi harganya tidak terlalu mahal. Akhirnya aku bantu dia memilih barang-barang yang akan dibelinya, salah satunya adalah lingerie dengan tali di bahu. Aku bayangkan Laras pasti sangat seksi memakai lingerie ini. Ketika membayar belanjaan Laras, aku baru tahu, dia membeli lotion untuk vagina juga. Aku tersenyum ketika Laras terlihat malu ketika aku ketahui dia membeli lotion vagina.<br />
<br />
Hampir jam sembilan malam kami sampai di rumah. Satpam yang membukakan gerbang memberi tahu kalau para pembantu dan tukang kebun sedang asyik nonton TV di paviliun belakang, sehingga kedatangan kami tidak mereka sadari. Kami langsung ke kamar tidurku.<br />
<br />
“Laras boleh tanya sama Ayah?” kata Laras tiba-tiba. “Boleh. Kenapa?” “Apa Bunda nggak marah, kalau tahu Ayah menghabiskan uang banyak buat Laras?” “Kenapa mesti Bunda marah, Sayang? Laras dengar sendiri di telepon tadi. Bunda juga sayang sama Laras. Ayah dan Bunda tidak punya anak perempuan, itu sebabnya Bunda ingin Laras tinggal di sini, bukan di rumah asuh… Ayah sama Bunda sudah lama ingin mengangkat Laras menjadi anak secara resmi. Hanya karena rumah asuh itu dikelola Bunda, agak sulit prosedurnya. Akhirnya Ayah sama Bunda memutuskan agar Laras tinggal disini, resmi sebagai anak atau tidak sudah tidak penting lagi” kataku menjelaskan.<br />
<br />
“Iya sih, tapi…” kata-kata Laras terhenti. Aku tersenyum dan tetap diam menunggu Laras melanjutkan kata-katanya. “Kita sudah seperti suami isteri… Ayah, Laras sudah mengkhianati Bunda” kata Laras lagi. Ada keraguan dan penyesalan nampak di nada suaranya.<br />
<br />
“Sudahlah Laras. Semuanya sudah kita lakukan dengan penuh kesadaran. Kita menikmati hari ini dengan penuh gairah dan kenikmatan. Bunda juga menyusuh Laras tidur di sini untuk menemani Ayah.” kataku untuk menenangkannya. “Kalau nanti Laras tinggal disini, pati Bunda juga akan membelikan Laras baju, sepatu dan lain-lain. Nah, sekarang Laras istirahat dulu. Besok Ayah antar ke sekolah.”<br />
<br />
Laras menjawab dengan anggukan kepalanya sambil tersenyum yang dipaksakan lalu segera menyiapkan buku-buku pelajaran buat sekolah besok. Selesai menyiapkan buku dan seragamnya, Laras minta ijin untuk ke kamar mandi. Kali ini dia wanti-wanti agar aku tidak ikut.<br />
<br />
“Iya deh… Ayah tunggu disini” aku tertawa mengiyakan. Aku tahu, Laras pasti akan menggunakan lotion vaginanya. “Awas kalau ayah ngintip. Nanti nggak dikasi yang asyik-asyik…” kata Laras sambil melotot lucu.<br />
<br />
Setelah keluar dari kamar mandi, aku minta untuk memakai lingerie yang baru aku belikan. Aku duduk di sofa untuk mengamati Laras melepas pakaiannya dan mengambil lingerie barunya. Laras menatapku sambil tersenyum. Nampaknya dia menyukai lingerie yang aku belikan. Tangannya meraih karet spandek celana dalamnya. Dengan gerakan matanya, Laras minta pendapatku apakah melepas celana dalam atau tetap dipakai. Aku memberi isyarat agar dia melepas celana dalam dan branya, karena lingerie itu terdiri dari rok pendek dan G-string. Laras memenuhi permintaanku. Bra dan celana dalamnya dilepaskan lalu memakai lingerie barunya. Setelah memakai lingerie, aku minta Laras memakai make up yang tadi aku belikan. Dia hanya menyapukan bedak di wajahnya, lalu mengoleskan lipstick tipis di bibirnya.<br />
<br />
Aku benar-benar terpesona setelah Laras memakai lingerie barunya serta berdandan tipis seperti ini. Dia nampak sangat cantik dan seksi. Lingerie itu berbentuk terusan yang terbuat dari broklat pink transparan. Lingerie itu hanya menutup tubuh Laras mulai dari puting payudaranya sampai pangkal paha. Ada dua utas tali di bahu kanan dan kiri untuk menahan lingerie itu agar tidak terlepas. Lingerie itu memamerkan lekukan tubuh Laras dari dengan sempurna dan tidak terkesan norak. Bagian atas menampakkan bahu laras yang lembut dan agak bidang, nampak seksi. Payudaranya yang terlihat bagian atasnya nampak menonjol dan terangkat. Payudara seorang gadis yang baru mekar. Sedangkan bagian bawahnya memperlihatkan kedua paha dan kakinya yang panjang dan bersih mulus.<br />
<br />
Laras mendekati aku dengan bergaya seperti peragawati. Badannya lenggak-lenggok sengaja memancing birahiku, yang sudah bangkit sejak dia melepaskan pakaianya. Setelah kira-kira satu meter di depanku lenggokan tubuh Laras makin erotis. Gerakannya gemulai, pinggulnya bergerak dengan seksi, tangannya memegang rambutnya lalu diangkat ke atas. Kembali Laras meliukkan tubuhnya dengan tangan tetap menahan rambutnya. Aku benar-benar gemas dan terangsang menikmati gerakan Laras. kemudian tangannya memegang payudaranya lalu memijit dan meremas payudaranya sendiri, sambil sesekali mendesah.<br />
<br />
“Ayah… Laras cantik kan…?” tanya Laras sambil terus meremas payudaranya. “Ayah suka Laras berpakaian seperti ini…? Ayah juga suka Laras memakai make up…?” “Kamu cantik sekali Sayang.” Aku memujinya. Bukan untuk merayunya, tapi aku benar-benar tulus waktu mengatakannya. “Benar-benar cantik, juga seksi. Dengan lingerie ini, keindahan tubuh Laras benar-benar tampak” “Ah, Ayah bisa aja…” jawab Laras sambil duduk di pangkuanku dengan manja. “Laras jadi malu nih…” kedua tangannya memeluk leherku “Lho, kenapa…?” “Masa Laras dibilang seksi…” kata Laras sambil mendekatkan kepalaku di payudaranya.<br />
<br />
Aku segera menggigit puting Laras dari luar lingerie. Tanganku aku lingkarkan di pinggangnya dan menyibakkan lingerienya bagian belakang dari bawah untuk meraih pantatnya<br />
<br />
“Aahh… Ayah suka nakal sih…?” kata Laras di sela desahan nafasnya yang mulai memburu. Kepalaku diremas sambil diciumi. “Tapi Laras suka kan…?” kataku menggodanya. Dia hanya tertawa menggoda. “Suka banget…”<br />
<br />
Aku berdiri sambil mengangkat tubuh Laras. Dia aku gendong lalu berjalan mengitari kamarku yang berukuran lima kali tujuh meter persegi. Sambil berjalan, aku senandungkan lagu Everything I Do, I Do It for You yang biasa dinyanyikan Bryan Adam. Tangan Laras melingkar di leherku, bergayut manja. Aku berjalan sambil mengayun-ayunkan tubuh Laras seperti menina-bobokan seorang gadis kecil. Nampaknya dia menikmati sekali ayunan tanganku. Matanya setengah terpejam dengan mulut merekah. Aku dekatkan mulutku ke bibirnya, lalu perlahan aku gigit bibirnya lalu aku hisap dengan lembut.<br />
<br />
“Aahh…” Laras mendesah ketika lidahku menjilat langit-langit mulutnya. Kami berciuman sambil menggendong tubuh Laras. Desahan dan erangan Laras bersaing dengan suara kecupan bibirku pada bibirnya. Lalu kami saling lumat dan saling hisap. Aku bawa Laras ke tempat tidurku dan aku baringkan dia, sementara lidahku terus menghisap dan mengait lidahnya. Aku ingin mencoba suasana baru dalam persetubuhanku dengan Laras.<br />
<br />
Perlahan aku buka tali lingerie yang mengikat bahunya dengan mulutku. sesekali mulutku mengecup pundaknya sambil lidahku menjilat-jilat pundak Laras yang lunak tapi kenyal itu. Tali terlepas, tapi lingerie itu masih melekat pada tubuh Laras. kembali mulutku menurunkan sedikit lengerienya sampai dadanya terbuka, lalu aku kulum putingnya. Lidahku berputar dan mengait puting Laras yang sudah bertambah kenyal dan sekitar puting itu berubah berbintil-bintil. Nafsuku sudah mendekati puncak. Aku ingin menikmati Laras dengan cara lain. Aku berubah menjadi liar dan kasar. Kasar namun tidak sampai membuat Laras merasa sakit. Aku ingin memuaskan nafsuku dengan caraku sendiri. Dengan penuh semangat dan cepat aku cium leher Laras. Melihat kekasaranku, Laras agak terkejut. Aku semakin liar dan rakus menetek payudaranya. Rupanya Laras ikut terbawa suasana. Nafasnya terengah-engah terdengar di sela-sela erangannya.<br />
<br />
“Sshh… Ayah… aahh… sshh”<br />
<br />
Dengan tak kalah liar dia merengkuh kepalaku dan mencari-cari bibirku, lalu melumat bibirku sambil memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. kupeluk Laras dengan erat sambil beradu lidah. Kami saling hisap dan saling sedot sambil saling mengait-kaitkan lidah dengan penuh nafsu dan liar. Aku menumpukan berat badanku pada tubuh Laras, sehingga tubuh kami saling melekat dengan erat. Kulepas ciumanku pada bibir Laras, lalu aku susuri leher Laras, kemudian berpindah ke payudaranya kembali. Dengan kasar aku cium dan aku hisap payudara dan putingnya. Laras menggelinjang seperti ingin berontak melepaskan diri dari pelukanku. Aku tahu Laras tidak ingin aku yang mengendalikan permainan. Laras menginginkan dia yang mengendalikan permainan seperti tadi siang.<br />
<br />
Laras ternyata memang tipe wanita agresif, selalu ingin menguasai permainan seks yang dilakukan. Dalam setiap berhubungan sex, wanita seperti dia tidak hanya ingin dibuat orgasme dan dipuaskan, tapi juga ingin memuaskan pasangannya. Wanita seperti dia juga dengan mudah muncul birahinya, seperti waktu melihat aku telanjang dada tadi siang.<br />
<br />
Tapi aku tak peduli. Aku tidak memberi kesempatan kepadanya untuk bertindak lebih jauh. Aku masih ingin mengendalikan permainan ini. Kedua tanganku meremas-remas payudara Laras. Mulutku menyusuri perutnya yang rata dan kenyal. Lidahku merayap dipermukaan kulit perutnya yang halus dan licin karena ludahku. Kecupan dan jilatan lidahku makin cepat, liar dan kasar. Aku merangkak mundur sehingga bibirku menyentuh perut bawahnya, tepat di atas vagina, lalu aku jilat dan aku kecup sambil menghisapnya. Laras melenguh dan menggelinjang. Aku ingin memberi tanda pada perut bagian bawah ini. Segera aku kecup lalu kusedot dengan kuat sambil menggigit pelan. Laras mengerang ketika aku menghisap dan menggigit perutnya. Beberapa saat kemudian, nampak bercak merah karena pembuluh darah di bagian itu melebar. Lima buah cupang aku letakkan berjajar membentuk huruf V di perut Laras.<br />
<br />
Setelah puas memberi cupang di perut bagian bawah, aku melepaskan lingerienya, tidak dengan tanganku, tapi tetap dengan mulut dan gigiku. Ada sensasi lain yang aku rasakan ketika bibirku menyentuh kulitnya saat melepas lingerie itu. Sensasi lain dengan kalau aku sekedar mencium seluruh tubuhnya. Sensasi sentuhan bibirku pada kulit Laras saat melepas lingeri juga dirasakan Laras. Berkali-kali suara lenguhan dan desisan kami bersahut-sahutan. Demikian pula saat melepas G-string yang melekat di selakangannya. Bibirkuku pun bersentuhan dengan vagina Laras. Kami kembali merintih, mengerang dan mendesah.<br />
<br />
Setelah seluruh tubuh Laras terbuka, dengan cepat aku pagut vagina Laras yang sudah basah berlendir. Lidahku dengan mantap menjilat dan bergetar pada klitorisnya, lalu vagina Laras aku hisap dan aku kilik-kilik dengan lidahku. Vaginanya mengeluarkan aroma berbeda dari tadi siang atau tadi sore. Itu karena Laras memakai lotion untuk vagina yang dia beli di mall. Aroma wangi menyusup hidungku membuat aku makin bersemangat untuk mengulum vagina dan klitorisnya. “Ahh… sshh” hanya itu kata-kata yang berkali-kali keluar dari mulut Laras, tak ada yang lain.<br />
<br />
Laras benar-benar menikmati permainanku. Badannya menggelinjang bergerak seperti ular yang menari karena mendengar tiupan seruling. Lidahku aku getarkan dengan cepat menyentuh bibir vagina Laras bagian dalam, sambil sesekali aku masukkan dan aku getarkan di dalam lubang vaginanya yang sangat sempit. Sesekali pula aku sedot saat kurasakan lendir vaginanya meleleh keluar sambil memasukkan klitorisnya ke dalam mulutku. Lalu aku masukkan hidungku ke dalam vaginanya. Sambil aku tekan, hidungku aku gesekkan di dalam lubang vagina Laras. sementara itu lidahku menjilat kulit antara anus dan vaginanya.<br />
<br />
“Auw…sshh… Ayaahh…” Laras menjerit saat lidahku menjilat kulit antara anus dan vaginanya. Sejenak dia bergetar, lalu Laras mengangkat badannya seperti akan duduk. Mulutnya mendesis dan mengerang. “Ssshh… Laras diapain Yah… ?” tanya Laras di sela-sela desisan bibirnya. “Aahh… nikmat bangeettt…” katanya lagi lalu kembali terlentang dan bergerak liar. Aku tak menjawab.<br />
<br />
Aku lebih peduli dengan vagina dan klitoris Laras. Lebih peduli pada kulit antara anus dan vaginanya. Aku terus menjilat dan menghisap. Membiarkan Laras menikmati setiap rangsangan yang aku berikan.<br />
<br />
Kedua kaki Laras aku angkat dan aku lipat di perutnya dengan posisi membuka, sehingga pantatnya terangkat dan vagina serta anusnya nampak sangat jelas. Ledir yang meleleh tampang cukup banyak dan deras. Vaginanya tampak berkedut-kedut pelan, klitorisnya menonjol ke depan seperti penis kecil yang sedang ereksi. Sedangkan anusnya yang berkerut ikut berkedut pula. Anusnya basah mengkilat karena terkena lelehan cairan vaginanya.<br />
<br />
Aku tusukkan hidungku ke lubang anus Laras lalu aku goyangkan sambil aku tekan. Tercium bau khas anus bercampur wangi lotion vagina membuatku nyaman muntuk terus menjilat dan memasukkan lidahku. Mungkin bagi orang lain jijik menjilat anus partner seksnya, tapi bagiku bau itu menimbulkan sensasi tersendiri, apalagi bercampur dengan lotion vagina. Lidahku dengan cepat menari mengorek anus Laras. Bibirku mengecup dan dan menjepit kerut-kerut anusnya kuat-kuat. Tak kuduga. Laras dengan cepat mencapai orgasme yang pertama malam ini. Tubuhnya meliuk-liuk tak terkendali lalu mengejang dengan kuat, mulutnya mendesis-desis.<br />
<br />
“Aahh… Ayah… Laras dapet lagi… aahh…” Laras berteriak kencang.<br />
<br />
Tangan Laras mencengkeram kepalaku lalu rambutku diremas. Aku berhenti sejenak mengamati Laras. Mata Laras terpejam dengan nafasnya terengah-engah. Kedua betis dan pahanya menjepit kepalaku ketika aku susupkan kembali di antara kedua pahanya. Aku teruskan jilatanku pada anusnya, namun tidak secepat dan sekaras tadi. Perlahan dan lebut seluruh permukaan lidahku aku oleskan ke anusnya beberapa kali, lalu aku ganti menghisap lembut dan pelan klitorisnya. Aku ingin Laras dapat menikmati orgasmenya sepanjang mungkin. Aku merangkak menindih Laras. dengan lembut dan pelan aku kecup payudaranya. Laras memeluku lalu mencium bibirku. Dia agak kaget mencium bau anusnya yang masih menempel di bibir dan lidahku, lalu tersenyum sambil memejamkan mata.<br />
<br />
“Ayah nggak jijik mencium dan menjlat anus Laras?” “Enggak tuh…” jawabku. Laras menjawab dengan memelukku lalu mencium bibirku dengan ganas. “Kalau gitu Laras juga enggak jijik.” “Enggak jijik apa?” “Ada deh… eh tapi Ayah nakal terus…?” “Nakal gimana Sayang?” “Laras inginnya Ayah yang ejakulasi, bukan Laras yang orgasme duluan” “Ya sudah… sekarang terserah Laras.” kataku lalu berbaring di samping kanannya sambil menyusupkan tangan kiriku di bawah kepalanya, lalu memeluknya.<br />
<br />
Perlahan Laras bangkit lalu menindih tubuhku, lalu dengan ganas dan liar dia mencium sekujur tubuhku. Leherku basah kuyup karena jilatannya. Hebat sekali gadis ini. Tujuh kali orgasme dalam sehari masih memiliki tenaga dan nafsu yang luar biasa dalam berhubungan sex. Mau tak mau aku membadingkan dengan isteriku yang hanya mampu bertahan dua kali orgasme sekali bersetubuh, kemudian menunggu dua atau tiga hari baru berhubungan sex lagi. Tapi Laras benar-benar tinggi stamina dan nafsunya. Laras tetap saja masih liar, menjilat-jilat tubuhku, dan meremas putingku dengan bibirnya. Putingku digigit-gigit dan dihisap bergantian kiri dan kanan. Sementara, penisku yang sudah tegang sejak mengamati Laras berganti pakaian dengan lingerie, dimasukkan kedalam vaginanya. Laras memang tidak menggoyangkan pantatnya untuk mengocok penisku, tapi gerakannya waktu menjilat dan mengisap tubuhku membuat pantatnya juga bergerak, sehingga penisku serasa dipilin dan dipijat vagina Laras. Ingin aku mengimbangi gerakan Laras, tapi setiap aku merespon, Laras melarangku.<br />
<br />
“Ayah diam dulu ya… biar Laras yang muasin Ayah…”<br />
<br />
Akhirnya aku diam menikmati permainannya yang semakin agresif dan liar. Aku hanya menggeliat dan mendesis nikmat. Laras memundurkan badannya, sehingga penisku terlepas dari vagina, namun bibir dan lidahnya tetap menjilat dan meremas kulit dada dan perutku. Bibir dan lidah Laras diseret dan bergeser di permukaan kulitku, lalu berhenti dan berputar-putar di tempat, diseret dan bergeser lagi, berkali-kali. Perpindahan lidah dan bibir Laras makin ke bawah ke aras penisku. Ketika sampai di pangkal penisku, lidahnya menekan dan menari-nari membasahi batang penisku. Kemudian lidah Laras mengitari selakanganku sebelah kiri dan kanan lalu berhenti di bagian bawah menjilat, mengecup dan memijat scrotumku dengan lembut sehingga aku melayang dibuatnya. Tiba-tiba Laras menjadi liar ketika dengan penuh nafsu, penisku dilahapnya lalu dihisap dan dipuntir dengan lidahnya.<br />
<br />
“Ssshh… Laras… sshh…” aku mendesis dan mengerang. “Nikmat kan Yah…?” kata Laras ketika berhenti menghisap penisku. “Iyyyaa… Terusin Sayang…aahh” aku minta Laras untuk meneruskkan aksinya.<br />
<br />
Sebenarnya, tanpa kusuruh pun Laras pasti terus mengulum dan mengocok penisku dengan mulut dan lidahnya, karena begitu selesai mengucapkan kata-kata itu, Laras dengan sigap langsung mengulum penisku kembali dengan intensitas lebih tinggi.<br />
<br />
Tangannya menggenggam pangkal penisku sambil digerakkan seolah sedang memutar gas sepeda motor dibarengi dengan gerakan mengocok dengan erat dan mantap namun lembut, sehingga penisku terasa nikmat sekali. Beberapa saat kemudian, aku sudah hampir ejakulasi. Laras mempercepat kocokannya dan memperkuat hisapannya. Namun tiba-tiba dilepaskannya penisku dari mulutnya. Bibirnya menyusuri pangkal pahaku, lalu berputar-putar di pahaku bagian dalam. Kakiku kemudian diangkat sehingga tubuh dan kakiku membentuk sudut sembilan puluh derajat. Kemudian Laras meneruskan jilatannya sambil menyeret lidahnya dipermukaan kulit paha belakangku, lalu pantatku menjadi sasaran lidahnya. Giginya mengigit-gigit pelan pantatku dibarengi dengan hisapan dan jilatan lidahnya. Laras tidak berhenti di pantatku. Belahan pantatku pun ikut dijilat, dikecup dan dihisapnya. Anusku juga tak lepas dari korekan dan pijatan lidah Laras, sementara tangannya terus mengosok penisku.<br />
<br />
“Uhh… ssshh” hanya itu kata-kata yang mampu aku ucapkan menikmati jilatan, hisapan dan kecupan Laras di anusku. Baru kali ini seumur hidupku pantatku dijilat orang, apalagi sekarang dijilat dan dihisap gadis muda yang cantik seperti Laras. Aku benar-benar puas atas permainan Laras. lama sekali dia menjilat anusku sampai-sampai aku kembali hampir ejakulasi. Penisku yang ada dalam kocokan Laras terasa berkedut hebat, tapi dia berhenti mengocok penisku dan menjauhkan mulutnya dari anusku.<br />
<br />
“Laras… Masukin penis Ayah ke dalam…” kata-kataku terhenti.<br />
<br />
Aku berharap agar Laras segera mengulum penisku, namun lagi-lagi Laras membuat aku semakin penasaran. Laras malah menjilat betisku.<br />
<br />
“Sabar Ayah… ejakulasinya nanti dulu ya…” kata Laras sambil tersenyum mengejek. Aku makin penasaran. segera aku raih kepala Laras dan aku sodorkan ke penisku, namun Laras mengelak dengan gesit.<br />
<br />
“Eit… sabar dong… Ayah nikmatin aja dulu seperti siang tadi Laras menikmati permainan Ayah… hihihi…” kata Laras sambil tertawa. Rupanya dia ingin membalas, ketika tadi siang orgasmenya aku tunda sampai beberapa kali.<br />
<br />
Selesai berkata begitu, lidahnya lincah menari menyusuri betis belakangku, lalu lipatan lututku. Jilatan Laras terus turun ke arah telapak kakiku. Memang, geli dan nikmat rasanya, namun tentu saja lebih nikmat jika Laras mengisap penisku, bukan betis, lipatan lutut atau telapak kakiku. Kekecewaan karena ejakulasiku yang tertunda dua kali membuat penisku sedikit mengendur, walapun masih cukup keras untuk masuk ke vagina Laras. Rupanya Laras tahu kalau penisku jadi sedikit mengendur.<br />
<br />
Laras berhenti menjilat telapak kakiku, lalu merangkak menindih tubuhku. Tubuhnya dengan ketat menghimpit tubuhku. Payudaranya melesak karena menekan dadaku, sedangkan vagina dan klitorisnya digesek-gesekkan di penisku. Kembali penisku ereksi dengan sempurna. Tegang, keras, dan kekar. Dengan sekali gerakan pinggulku, ujung penisku sudah menempel di mulut lubang vagina Laras. aku angkat pantatku agar penisku segera melesak kedalamnya, namun vagina Laras benar-benar sempit, sehingga aku kesulitan dan gagal memasukan penisku. Nafsuku benar-benar memuncak, ingin segera terpuaskan.<br />
<br />
“Ayah… kok enggak sabaran sih…?” kata Laras sambil tertawa ketika aku gagal memasukkan penisku. “dibilang nanti ya nanti dong… Ayah sabar ya…” katanya lagi “Laras… ayo dong… Ayah udah nggak tahan, Sayang…” kini aku yang merengek minta segera dipuaskan oleh Laras. Laras menjawab permintaanku dengan mengulum putingku. Bibir dan lidahnya kembali menjilat-jilat dadaku, leherku dan melumat bibirku. Penisku yang sudah hampir meledak terjepit vaginanya. Laras menggerakkan pantatnya, penisku pun dikocok bibir vaginanya. Bibir vagina dan klitoris Laras yang basah terasa hangat mengocok, menjepit dan meremas penisku. Aku hampir gila diperlakukan Laras seperti ini.<br />
<br />
“Uh… ssshh…” Laras mendesis sambil menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya erat-erat. Rupanya gesekan penisku di klitoris dan vaginanya telah membuat Laras terangsang hebat dan tak mampu membendung nafsunya sendiri. Nampak sekali gerakan Laras sudah tak teratur. Akhirnya Laras mengendurkan pelukannya. Penisku diraihnya lalu dikocok sebentar sebelum dimasukkan ke dalam vaginanya. Dengan susah payah, akhirnya setengah penisku amblas ke dalam vagina Laras. Laras berusaha memasukkan semua penisku ke dalam vaginanya dengan menduduki penisku, lalu mengangkat pantatnya dan menekannya ke bawah.<br />
<br />
“Ayaahh… ssshh… aahh” Laras mendesah dan mengerang ketika akhirnya penisku masuk semuanya ke dalam vaginanya.<br />
<br />
Dengan pelan dan lembut Laras bergerak memutar pinggulnya. Putaran dan goyangan laras membuat penisku terasa dipijat dan diremas. Lalu aku merasakan sesuatu yang belum aku rasakan selama bersetubuh dengan Laras atau dengan isteriku. Aku merasakan penisku disedot dengan kuat beberapa kali, lalu seperti dikocok biasa, kemudian disedot lagi beberapa kali, lalu biasa lagi… Aku tatap mata Laras yang terpejam menikmati persetubuhan yang kami lakukan. Aku merasa melayang. Berkali-kali sedotan vagina Laras membuatku segera menuju ejakulasi. Aku berusaha menahan, karena Laras saat ini belum meunjukkan tanda-tanda akan orgasme. Tiba-tiba Laras mencabut penisku dari vaginanya, lalu duduk sambil tangannya meremas dan mengocok penisku.<br />
<br />
“Jangan buru-buru dikeluarin Ayah… Ayah tadi janji sama Laras…” “Janji apa sayang…” aku benar-benar lupa apa yang suydah aku janjikan kepada Laras.<br />
<br />
“Masa lupa Yah…”jawab Laras tanpa memberi penjelasan apa janjiku, Laras mengulurkan kedua tangannya menyuruh aku bangkit. Setelah aku duduk, Laras membelakangi aku dan nungging. “Dari belakang Yah… Laras ingin disetubuhi dari belakang” “Oh… Laras… kamu bukan gadis kelas 3 SMA… kamu benar-benar wanita. Wanita dewasa yang matang dan selalu ingin mencoba yang baru…” kataku dalam hati.<br />
<br />
Tanpa menunggu lebih lama segera aku merangkak mendekati Laras dan memegang pantatnya. Dengan pelan aku masukkan penisku ke dalam vaginanya. Laras menyambut penisku dengan tidak sabar. Dihentakkannya pantatnya ke belakang dengan keras dan cepat. Vagina Laras yang sudah sangat basah dan agak melebar karena terangsang hebat, serta posisi doggy ini membuat penisku tak terlalu sulit memasuki vaginanya. setelah masuk semuanya Laras memutar pantatnya. Penisku serasa dipilin-pilin, diremas dan dipijat.<br />
<br />
“Ahh… Ayaahh….” Laras menjerit. “Nikmat sekali…aahh ssshh”<br />
<br />
Aku raih payudara Laras yang bergoyang-goyang karena gerakannya untuk mengocok penisku. Kuremas dan kupilin putingnya, sambil terus bergerak maju mundur mengocok penisku di dalam vagina Laras. Dengan posisi doggy ini membuat tulang vagina Laras yang bagian depan mengesek batang penisku bagian bawah. Nikmat dan nikmat. Itu yang aku rasakan ketika penisku keluar masuk dalam vagina Laras yang bergerak dan berputar. Entah kenapa aku yang tadi sudah hampir ejakulasi kini aku merasa sangat segar dan kuat. Tak sedikit pun tanda-tanda aku akan segera ejakulasi. Mungkin karena dengan posisi doggy ini aku merasa dapat mengendalikan persetubuhan, bukan dikendalikan oleh Laras, sehingga aku masih mampu bertahan. Apalagi aku melihat Laras menikmati persetubuhan dengan gaya yang pertama dia lakukan. Aku makin merasa nyaman dan mampu bertahan untuk tidak ejakulasi dengan cepat.<br />
<br />
Dengan mantap dan kencang aku sodokkan penisku ke dalam vagina Laras. tubuh Laras tergundang-guncang maju mundur karena goyanganku. Kedua tanganku memegang dan pantat Laras. empat jari tangan kanan dan kiri meremas pantat Laras, sedangkan jempolku aku selipkan di belahan pantatnya, mengorek dan mengelus anusnya.<br />
<br />
“Ayah… nikmat sekali…” kata Laras sambil menoleh ke belakang dan berusaha melihat apa yang aku lakukan terhadap anusnya.<br />
“Iya… Sayang… Ayah juga merasa nikmat…”<br />
“Jempol ayah… sshh… aahh… Jempol ayah…” Laras mendesiskan kata-kata dengan cepat sambil terengah-engah.<br />
“Hmmm…? Kenapa… ? Nikmat kan…?”<br />
“Iya… aahh… ssshh…” Laras makin mendesis dengan mata melotot. “Masukin Ayah… Masukin penis Ayah di anus Laras… Cepat Ayaahh…” Laras berteriak kesetanan.<br />
<br />
Rupanya dia ingin melakukan anal seks. Laras benar-benar gadis yang luar biasa di bidang seks. Dia nampaknya selalu ingin mencoba hal-hal yang baru. Sedangkan aku, ini pertama kali aku melakukan anal sex. Aku belum pernah memikirkan untuk melakukan anal sex, sementara isteriku juga tak pernah meminta. Memang kami melakukan hubungan sex dengan berbagai macam gaya, tapi yang namanya anal sex belum pernah kami coba lakukan. Kami tidak pernah mengeksplor anus waktu melakukan foreplay. Sejenak aku ragu, tapi Laras kembali meminta untuk melakukan anal sex. Perlahan aku lepaskan penisku dari vagina Laras.<br />
<br />
“Kenapa berhenti Ayah…?” tanya Laras “Kalau gitu cepat masukin penis Ayah dalam anus Laras…” kata Laras sambil meremas dan mengocok vagina serta klitorisnya sendiri.<br />
<br />
Aku turun dari tempat tidur untuk mengambil botol lubricant gel yang biasa aku gunakan untuk bersetubuh dengan isteriku. Karena dia sudah mengalami menopause, lubricant gel ini sangat menolong untuk membuat vagina isteriku basah. Kelenjar yang mengeluarkan cairan vaginanya tidak produktif lagi. Kami gunakan lubricant gel agar isteriku tidak kesakitan waktu bersetubuh. Dengan demikian isteriku dapat menikmati persetubuhan yang kami lakukan.<br />
<br />
Kuminta Laras untuk nungging lagi. Perlahan aku elus anus Laras sambil sedikit-demi sedikit aku masukkan jariku agar otot-otot anusnya mengembang. Aku tahu, Laras akan kesakitan karena anusnya dimasuki penisku untuk yang pertama kali. Bagaimanapun juga otot anus berbeda elastisitasnya dengan otot vagina yang lebih mudah melebar saat dimasuki penis. Aku mencim dan menjilat anus Laras dengan lahap guna memberi rangsangan. Dengan jilatanku, aku berharap Laras akan merasa nikmat sehingga pada saat aku lakukan penetrasi, Laras tidak akan begitu kesakitan.<br />
<br />
“Aahh… aahh… sshh… Ayah… cepat masukin dong…” Laras merintih dan merengek agar aku cepat-cepat memasukkan penisku. Rupanya Laras benar-benar penasaran untuk menikmati anal sex.<br />
<br />
“Iya Sayang…” jawabku sambil terus menjilat dan mengorek anus Laras dengan lidahku. “Sabar sebentar… tunggu sampai anus Laras bener-bener siap menerima penis Ayah.” “Auw… ssshh nikmat. Ayah… masukin sekarang dong…”<br />
<br />
Aku tidak mau langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Laras. aku tidak ingin dia terlali kesakitan karena pertama kali melakukan anal sex. Aku meraih botol lubricant gel lalu memasang tabung aplikatornya. Perlahan aku tusukkan tabung aplikator ke dalam anus Laras sambil menekan botol itu.<br />
<br />
“Ups… sshh ya… gitu dong Ayah… penisnya dimasukin”<br />
<br />
Laras tidak menyadari kalau yang aku masukkan kedalam anusnya bukan penis melainkan aplikator. Setelah cukup gel yang masuk ke dalam anus Laras, aku tuang dan aku oleskan pada telunjuk tangan kananku. Kemudian telunjukku yang basah karena lubricant gel perlahan-lahan aku tusukkan ke dalam anus Laras, aku tarik sedikit, lalu aku tusukkan lebih dalam lagi.<br />
<br />
“Ahh… terusin Yah…”<br />
<br />
Dengan perlahan aku kocok jariku di anus Laras, sementara tanganku yang lain meremas vagina Laras. Klitorisnya aku pilin-pilin dan pencet dengan lembut dengan jempolku, sedangkan dua jariku memasuki lubang vaginanya lalu bergerak keluar masuk di dalam vaginanya. Dua lubang sumber kenikmatan seksual Laras aku korek, aku tusuk-tusuk. Pantatnya aku jilat dan aku gigit-gigit pelan. Laras terus merintih dan mendesah menikmati setiap remasan, kocokan dan gigitanku. Anus Laras sudah siap sekarang, karena jariku dengan leluasa dapat keluar masuk memompa anusnya. Perlahan penisku yang sudah sangat keras dan tegang aku tempelkan di pantatnya. Jariku terus mempompa anus dan vaginanya.<br />
<br />
“Kok belum masuk sih…? Tadi yang masuk apa dong Yah…” tanya Laras setelah tahu penisku belum menyentyh anusnya<br />
<br />
Perlahan telunjuk kananku aku lepas dari anus Laras. Kembali aku tuang lubricant gel lalu aku oleskan di penisku. Perlahan penisku aku coba masukkan ke dalam anusnya. Susah sekali memasukkan penisku, walaupun lubrikan gel cukup membantu. Laras mengerti kesulitanku lalu menoleh ke belakang.<br />
<br />
“Sshh… Aahh… Susah masuknya ya Yah?” tanya Laras lalu dia merendahkan bahunya dan membuka lebar-lebar pahanya sehingga posisinya semakin nungging, pantatnya dan anus membuka lebih lebar. “Sabar ya Sayang…” kataku. “Agak sakit nanti pada awalnya” “Iya… Yah… nanti pasti sakit, tapi sesudah itu jadi nikmat” kata Laras sambil tersenyum.<br />
<br />
Aku paksa penisku agar bisa masuk ke dalam anus Laras dengan mendorongnya kuat-kuat. “Auw…” Laras menjerit kesakitan saat seperempat bagian penisku berhasil memasuki lubang anusnya. “Sakit sekali Yah…”<br />
<br />
Aku berhenti sejenak untuk membiarkan otot anusnya melebar secara alami agar tidak terlalu menyakitkan bagi Laras.<br />
<br />
“Kenapa berhenti Ayah…?” tanya Laras sambil menggoyangkan pantatnya. “Supaya Laras tidak kesakitan…” jawabku. “Terusin dong yah…” kata Laras lalu mendorong mundur sehingga penisku tertekan dan melesak beberapa senti lagi ke dalam anusnya. Akibatnya sungguh luar biasa bagiku.<br />
<br />
Pantat Laras yang berputar membuat penisku serasa dijepit dengan ketat oleh benda yang kenyal sambil diremas-remas. Nikmat. Sungguh nikmat!<br />
<br />
“Aahh…” kami mengerang hampir bersamaan. “Sakit Sayang?” tanyaku mendengar Laras merintih “Sakit sedikit … tapi nikmat sekali, Ayah” kata Laras. Kemudian Laras dengan semangat menggoyangkan pantatnya.<br />
<br />
Mendengar desahan dan erangan Laras yang dapat merasakan nikmat saat penisku bergoyang karena gerakan pantatnya, aku tarik penisku keluar sedikit lalu aku masukkan lagi dengan pelan tapi mantap. Setelah tiga empat kali penisku keluar masuk, aku tekan dengan sedikit keras sehingga penisku melesak sepenuhnya ke dalam anus Laras.<br />
<br />
“Auw…” Laras kembali menjerit<br />
“Sakit Sayang…?”<br />
“Enggak…” kata Laras sambil dengan semangat dia memutar pantatnya mengimbangi gerakan maju mundur yang aku lakukan. “Ahh… Nikmat sekali Ayah… sshh… aahh… sshh…”<br />
<br />
Aku membungkuk untuk meraih klitoris Laras lalu memilin dengan dua jariku, sementara tanganku yang lain meremas-remas payudaranya. Kami mengerang bersahut-sahutan. Belum lima menit, tubuh Laras mengejang sambil mengerang keras.<br />
<br />
“Ayaahh… auw… aahh…” teriakan Laras mengagetkan aku. Laras meliukkan badannya, pantatnya disodok-sodokkan ke belakang dengan keras dan cepat.<br />
“Kenapa Sayang…?” aku bertanya karena mengira dia kesakitan.<br />
“Laras…aahh…ssshh… Laras orgasme lagi….”<br />
<br />
Aku tak menduga Laras sudah orgasme. Rupanya benar informasi yang aku baca, anal sex lebih nikmat, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Dengan anal sex, penis terjepit lebih kencang sedangkan bagi wanita, sodokan penis di dalam anus dapat dengan mudah mendorong otot-otot usus besar menekan G-spot. Itu sebabnya kenikmatan yang ditimbulkan luar biasa. Demikian pula Laras. Hari pertama melakukan persetubuhan disertai dengan anal sex. Hal ini rupanya yang menyebabkan Laras dengan mudah memperoleh puncak kenikmatan. Laras ambruk tersungkur di atas tempat tidur sehingga penisku terlepas dari anusnya. Sebenarnya aku juga hampir ejakulasi, kalau saja Laras dapat bertahan lebih lama sedikit lagi. Laras membalik tubuhnya hingga terlentang, nafasnya memburu terengah-engah sedangkan matanya terpejam.<br />
<br />
“Nikmat sekali Ayah…” katanya lalu diam tidak bergerak sampai beberapa saat. “Ayah-bener-bener hebat…” katanya lagi.<br />
<br />
Aku segera berbaring miring di sampingnya, kemudian memeluk dan mencium bibirnya. Saat membuka matanya Laras tersenyum sambil tangannya menggapai ingin memeluk aku. Cukup lama kami berciuman. Bibir dan lidah kami saling beradu, saling mengecup dan saling menghisap. Kemudian Laras kembali memelukku kencang sekali.<br />
<br />
“Laras bener-bener puas hari ini, Ayah…”<br />
“Ayah juga puas Sayang…”<br />
“Belum… Ayah belum puas…” kata Laras sambil meraih penisku lalu dikocoknya dengan lembut. “Ayah juga harus merasakan kepuasan yang Laras rasakan malam ini.” Katanya lagi sambil memilin-milin penisku.<br />
“Laras capek, kan?”<br />
“Enggak! Laras enggak capek!” jawab Laras tegas sambil bangkit lalu nungging lagi. “Laras ingin dimasukin lagi dari belakang, tapi di vagina Laras aja supaya Ayah yang duluan ejakulasi…” kataLaras sambil meraih tanganku meminta aku bangun.<br />
<br />
Penis yang sangat keras dan tegang diremas dan dikocok Laras, lalu dituntunnya penisku menuju lubang vaginanya. Lagi-lagi vagina Laras terasa terlalu sempit untuk penisk, tapi cairan vaginanya yang melimpah akibat orgasme yang baru saja dialaminya, serta sisa-sisa lubricant gel di penisku, membuat penisku akhirnya amblas di dalam vaginanya. aku pegang kedua pantat Laras pada bagian samping lalu aku goyangkan pantatnya maju mundur untuk mengocok penisku. Laras mengimbangi dengan memutar pantatnya.<br />
<br />
“Ssshh… Aahh” kami mendesah dan mengerang berkali-kali. Laras bersemangat sekali menggoyangkan pantatnya.<br />
“Ayyaahh…” Laras mendesah dengan erotis.<br />
<br />
Terus terang aku agak kewalahan melayani nafsu anak asuhku ini. Rasa lelah perlahan-lahan menyerang tubuhku. Sejak isteriku menopause, aku tidak pernah bersetubuh berkali-kali seperti dengan Laras. Fisikku yang berusia 58 tahun mulai menunjukkan reaksi. Rasa lelah makin menguasai sekujur tubuhku, walaupun penisku masih tegar berdiri dengan gagah. Aku bergerak perlahan memompa vagina Laras. Suara kecipak akibat tubrukan pantat Laras dengan perutku sudah tak sesering tadi. Tapi aku masih ingin Laras mencapai orgasmenya. Aku tidak ingin babak-babak persetubuhanku dengan Laras tak memuaskan dirinya. Naluri laki-laki ku menuju G-spot Laras. Kemudian, posisi tubuh Laras agak aku tegakkan sedikit, lalu aku mengatur posisi penisku agar dapat mengarah ke G-spot nya yang telah aku pelajari dan aku hafal dengan baik letaknya waktu persetubuhan kami tadi siang. Namun tiba-tiba aku rasakan penisku kembali disedot vagina Laras beberapa kali.<br />
<br />
“Akkk….” Aku menjerit tertahan mengekspresikan kenikmatan yang aku rasakan. Entah apa yang dilakukan Laras sehingga penisku terasa disedot-sedot seperti ini, sampai-sampai aku hampir lupa tujuanku menegakkan tubuh Laras tadi. Segera aku hentakkan penisku ke depan dengan arah agak mengangkat ke atas, saat aku angkat, aku tekan pantat Laras ke bawah sambil aku tarik ke belakang.<br />
<br />
“Ayaahh…” Laras memekik sambil menoleh ke belakang. Matanya melotot menahan nikmat yang dia rasakan. Rupanya tujuanku tercapai. G-spot Laras sedikit tersentuh penisku.<br />
<br />
“Ayyaahh…! Ayahh enggak boleh nakalll…” kini Laras merengek. Badan Laras meliuk-liuk… kocokan pada penisku menjadi tak teratur, kadang cepat, kadang lambat. Kadang berputar, kadang maju mundur. Kuulangi lagi gerakan menhentakkan penisku sambil mengangkat seperti tadi. Kini tarikan pada pantat Laras aku perkuat, setelah pantatnya menyentuh perutku, aku tekan pantat Laras ke bawah.<br />
<br />
“Ayyaahh….” Laras melolong seperti serigala. Kepalanya digoyang ke kiri dan ke kanan. Pantatnya bergoyang tak karuan. Tiba-tiba tubuhnya mengejang. “Ayah jahat banget… sshh… aahh… ” kata Laras sambil mengerang “Laras orgasme lagi kan… aahh” kata Laras dengan manja lalu tersungkur ambruk dan penisku terlepas dari vaginanya lagi.<br />
<br />
Aku masih jongkok di sela-sela kedua paha Laras, ketika Laras bangun lalu dengan cepat tanpa aku duga mulutnya menyambar penisku yang sangat keras, lalu disedotnya kuat-kuat. Aku menggelinjang karena nikmat. Laras mendorong tubuhku. Laras sama sekali tidak melepaskan penisku dari mulutnya saat aku jatuh terletang. Dengan penuh nafsu, dia melahap dan menghisap penisku. Penisku seluruhnya masuk ke dalam mulutnya sehingga sebagian masuk ke dalam kerongkongannya. Rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhku. Rasa nikmat itu perlahan-lahan mengalir menuju satu titik: menuju penisku yang berada dalam hisapan dan pilinan mulut dan lidah Laras. Aku mendekati ejakulasi. Perlahan aku berusaha melepaskan penisku dari kuluman Laras, agar tidak ejakulasi di dalam mulutnya. Namun Laras menggeleng protes sambil melotot.<br />
<br />
“Laras… Ayah nikmat sekali… Ayah mau ejakulasi Sayang…”<br />
<br />
Laras tidak peduli. Dia makin rakus melumat penisku. Lidahnya berpytar-putar mengelus dan menghisap penisku. Tangan kanannya mengocok penisku sedangkan jari-jari tangan kirinya mengelus dan meremas anus dan scrotumku secara bergantian. Akhirnya aku tak tahan, aku ejakulasi dengan penis di dalam mulut Laras. Laras menghisap makin kuat saat spermaku menyemprot tenggorokannya. Kocokan tangannya juga makin kencang. Aku terkulai lemas.<br />
<br />
“Makasih Ayah….”<br />
“Mmmm…?” cuma itu kata-kata yang keluar dari mulutku karena menahan rasa nikmat uang luar biasa akibat penisku disedot Laras saat ejakulasi.<br />
“Ayah udah nepatin janji Ayah…?”<br />
“Oh ya…? Janji apa?”<br />
“Kasi minum Laras!”<br />
“Minum…?”<br />
“Iya, Ayah… Ayah udah kasi Laras sperma yang banyak. Laras udah minum…” kata laras sambil bangkit menuju wastafel di depan kamar mandi, lalu berkumur beberapa kali.<br />
“Kenapa kumur-kumur, Sayang? Jijik ya…?” tanyaku saat Laras kembali ke tempat tidur untuk berbaring di sampingku.<br />
“Kalo jijik, Laras enggak mau Ayah ejakulasi di dalam dong…” katanya sambil tersenyum lalu memeluk dan mencium bibirku. “aku kan cuma mau cium Ayah. Makanya Laras kumur biar gab au sperma” katanya lagi lalu memeluku dengan erat.<br />
<br />
Kami tetap tidak memakai pakaian. Lingerie dan G-string Laras tergeletak di lantai. Demikian pula baju, singlet, jeans dan celana dalamku. Semuanya berserakan di lantai. Tapi tidak kami peduli, kami juga tidak peduli dengan seseorang yang mengintip persetubuhan kami tadi siang.. Kami terlalu lelah. Satu-satunya yang ingin kami lakukan adalah tidur. Tidur yang nyenyak sekali karena kami sama-sama kelelahan. Ya… lelah dan puas. Sangat puas.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-91250662933973942372013-09-01T04:18:00.002-07:002013-09-01T04:20:52.032-07:00Hanna<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">Aku masuk dalam rumah, aku perhati ada dua orang tidur kat depan tv. Berderau darah aku </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">bila nampak kawan adik aku terbujur tidur depan tv. Kepala otak aku dah mula fikir bukan-</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">bukan. Aku terus pegi mandi bersihkan diri. Dalam kepala ni asyik dok terfikir, sape pulak budak </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">perempuan tu.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">Siap mandi aku masuk dapur. Aku buat air nescefe panas. Aku bakar sebatang rokok, sambil </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">kepala aku merewang melayang siapa budak tu? memikirkan macam mana aku nak </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">projekkan budak ni?. Kang aku meraba budak ni, dia tersedar, menjerit, mampus aku. Sape </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">pulak tumpang tidur rumah aku? Nak kata mashitah bukan, kecik je budak ni. Entah-entah </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">hanna tak? mustahil... rumah dia belakang rumah aku je.Kalau hanna memang cantik sangat. </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">Hanna memang canti, putih... Aku mula tak tentu arah. Aku cuba meredakan gemuruh </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">dalam diri aku. Panic punya pasal sampai menggigil bila pegang cawan. Aku relax... susun </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">strategy... Bila dah ok aku bertindak. Benda-benda macam ni kena ada strategy dan perlu </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">berhati-hati. Kantoi makan tak abis woooo...</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">Aku menuju ruang tamu. Aku perhatikan keadaan sekeliling. Aku intai bilik, mak bapak aku </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">bergolek tidor dengan adik aku yang kecik. Aku intai adik perempuan aku yang tidur kat ruang </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">tamu, dah tak sedarkan diri. Adik aku sorang tu memang tido mati. Cantik... Line clear... Aku </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">duduk kat sofa memerhatikan sapa yang tidor kat situ. Sah! Hanna...</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">Aku perhatikan dulu cara dia tidur.. Dada dia berombak sekata sambil tangan dia letakkan </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">keatas... Cantik... dia tidur terlentang. Aku merapati Hanna. Aku nak test dia sedar ke tak kalau </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">aku sentuh dia. Aku tenggok Hanna baring tak berbantal. Aku angkat kepala Hanna dan aku </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">letakkan atas bantal. Hanna cuma bergerak sikit je membetulkan keselesaan dia berbaring. </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">Cantik... dia tak sedar... Aku mula menyentuh tudun pepek Hanna dari luar seluar dia... Aku </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">dapat rasakan bentuk tudun pepek Hanna cukup tembam. Aku gosok perlahan-lahan </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">kawasan pepek Hanna. Kali ni aku nak sentuh pepek Hanna. Aku tarik seluar track Hanna </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">kebawah dengan seluar dalamnya sekali. Yes... Aku dapat tengok pepek Hanna, putih </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">melepak, tembam... walaupun dalam keadaan samar...tak dapat dibayangkan dengan </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">kata-kata macam mana cantiknya pepek Hanna. Pepek anak dara yang baru berusia 11 </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">tahun. Aku menikmati saat melihat dan menyaksikan pepek Hanna yang menghairakkan. </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">Kemudian aku tarik ke atas semula seluar track Hanna menutupi pepek dia. Aku baring </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">mengiring sebelah Hanna, dan aku seluk tangan aku ke dalam seluar track Hanna. Aku gosok </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">pepek Hanna dengan tangan, aku letakkan jari tengah di bibir pepek Hanna sambil </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">merasakan kenikmatan meraba kelentit dan alur pepek Hanna. Sedapnya dapat sentuh </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">pepek anak dara. Lembut... Tembam... takde bulu... halus kulit pepek Hanna. Aku menikmati </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">lurah pepek anak dara yang tak pernah disentuh mana-mana lelaki. Bibir pepek Hanna </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">hangat dan lembut... </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">Tiba-tiba Hanna bergerak... aku pun bingkas bangun dan terus masuk dalam bilik. Aku </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">perhatikan dari tingkap bilik. Alamak... Hanna tengah duduk... Aku mula cuak... Sudah... terdetik </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">kat hati aku, Hanna sedar kot perbuatan aku... Mampos aku esok pagi. Kalau dia mengadu kat </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">orang tua aku, bungkus lah aku. Tak lama lepas tu Hanna baring semula. Aku masih belum </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">puas... tapi takut... kalau dia tak tidur tak dapat ape-ape jugak. Aku harap sangat Hanna tak </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">mengadu ape-ape.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">Esok pagi Hanna bangun awal. Dia lepak kat dapur dengan mak aku.. Habis lah aku pas ni... </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">tapi bila tengok keadaan mak aku macam takde riaksi marah ke ape ker... macam biasa je... </span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 18px;">Aku pun tarik nafas lega... Fuhhhh selamat....</span></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-12338405551562726522013-09-01T04:09:00.002-07:002013-09-01T04:09:54.439-07:00Anak dibawah umur orgyDasar anak-anak aku jadi penasaran. Akhirnya mereka semua kuminta telanjang dan aku ingin melihat adegan ulang.<br />
Vivi dan Vera kusuruh telanjang. Mereka malu, katanya. Tetapi setelah aku ancam akan menunjukkan rekaman itu, mereka tidak berdaya dan menuruti kemauanku. Ricky juga telanjang. Ketiganya bugil. Vivi dan Vera payudaranya belum tumbuh, sementara Ricky kemaluannya belum disunat. Mereka dari keluarga yang menganut agama tidak harus bersunat.<br />
Penis Ricky masih kulup dan lemas. Mungkin dia takut, sehingga tidak terangsang. Aku memerintahkan Vivi melakukan adegan oral seperti yang terekam dalam HP. Vivi menurut dan mulai mengulum. Sementara Vera bersimpuh di atas mulut Ricky dan menghadapkan memeknya ke mulut Ricky. Dengan tangkasnya lidah Ricky menjilati belahan memek Vera. Baik Vera maupun Vivi, memeknya masih polos belum sedikitpun ditumbuhi bulu.<br />
Kemaluan Ricky mulai menegang. Aku lalu menyuruh Vivi melakukan adengan bersenggama. Aku memperhatikan bahwa memang penis Ricky tidak sampai masuk ke lubang vagina Vivi. Kemaluan mereka hanya beradu dan berhimpitan saja. Ketika adegan yang sama dilakukan Vera keadaannya juga sama.<br />
Menurut Vivi, Ricky tidak mau jika penisnya dipaksakan masuk ke lubang memek mereka. Ricky mengatakan bahwa penisnya ngilu kalau ditancapkan ke lubang memek Vivi atau Vera.<br />
Aku dapat memahami. Penis Ricky masih belum siap melakukan senggama. Sehingga jika kulupnya dipaksa dibuka ketika menerjang lubang vagina, maka kepala penis yang telanjang itu akan merasa ngilu. Dengan posisi berhimpitan kedua kelamin lain jenis ini bagi mereka sudah menimbulkan kenikmatan. Namun aku yakin bahwa mereka mungkin belum mengenal orgasme.<br />
Kesempatan langka ini aku manfaatkan sekalian untuk memberi pendidikan sex kepada mereka bertiga.<br />
Vera kuminta tidur telentang dan melebarkan kakinya. Memeknya agak terbuka sedikit, sehingga terlihat bagian dalamnya agak merah. Di belahan memek itu terlihat menjembul kecil lipatan bibir dalamnya (labia minora). Ricky kuberi petunjuk bagian yang harus dia jilat. Ricky menurut dan ujung lidahnya menjilati ujung lipatan labia minora, dimana terdapat clitoris Vera. Vera menjerit lirih geli. Dia bergelinjang-gelinjang sehingga Ricky kerepotan mengikuti geraknya. Vera kuminta tenang sehingga Ricky bisa konsentrasi menjilat itil Vera. Vera merintih merasakan nikmatnya clitorisnya di jilat. Cukup lama juga sampai Ricky minta adegan itu disudahi. Tidak ada keberatan dari Vera. Namun Vivi penasaran ingin merasakan juga. Agak susah juga membujuk Ricky yang sudah bosan mengoral Vera. Tapi akhirnya dia mau karena Vivi membujuknya. Vivi seperti juga Vera menggelinjang-gelinjang. Tapi akhirnya bertahan tenang dan dia mendesis-desis. Tidak lama Ricky mau melakukan itu, karena kata dia lehernya pegal dan lidahnya sudah lelah.<br />
Ricky aku minta istirahat dan tidur telentang. Giliran berikutnya aku mengajari mereka mengoral penis Ricky. Penis Ricky sudah menyusut. Vivi yang mendapat giliran pertama. Aku memberi pengarahan bagaimana cara mengoral kemaluan Ricky. Mulai menjilati batang penis, kantung zakar sampai mengulum dan menghisap penis. Ricky merasa nikmat sehingga akhirnya penisnya menegang. Vera penasaran, sehingga Vivi diminta minggir dan Vera meneruskan mengulum penis Ricky.<br />
Vera belajar dengan cepat dia menghisap, menjilat sampai akhirnya Ricky mengejang dan mengusir kepala kakaknya agar menjauh dari penisnya. Tampaknya Ricky mencapai orgasme. Berhubung dia masih belum memproduksi sperma, maka orgasmenya tidak menyemburkan sperma. Dia mendorong kepala Vera, karena kata Ricky penisnya menjadi sangat geli.<br />
Setelah adegan itu mereka duduk bersila di tempat tidur dalam keadaan masih tetap telanjang. Aku membrif mereka bertiga mengenai apa yang mereka lakukan tadi serta seebutan-sebutanny. Aku juga menunjukkan bagian-bagian dari kelamin perempuan dan kelamin pria dengan menunjukkan langsung kepada mereka.<br />
Aku ingatkan, jika Ricky telah cukup umur, maka ketika mencapai puncak kepuasan akan menyemburkan mani. Sperma itu jika masuk ke dalam vagina wanita yang sudah mendapatkan mensturasi, maka pada saat-saat subur akan membuahkan janin dan menjadi bayi.<br />
Aku pun menjelaskan cara-cara pencegahan agar hubungan dua jenis itu tidak sampai mengakibatkan hamil. Selain itu aku menjelaskan berbagai penyakit kelamin sampai dengan AIDS.<br />
Mereka kelihatannya menyimak. Aku tidak tahu apakah Vivi yang kelas 4, Vera yang kelas 3 dan Ricky yang kelas 1 SD bisa memahami seluruh keteranganku.<br />
Aku jelaskan bahwa penis Ricky tidak bisa masuk ke memek jika belum di sunat, kecuali Ricky sudah cukup umur atau dia disunat. Dengan sunat maka ujung penis Ricky tidak lagi terasa ngilu. “ Jadi oom Ricky harus disunat ya,” tanya Vera.<br />
“ Ya sebaiknya dia disunat,” kataku.<br />
Mereka pun menanyakan apa yang dimaksud disunat. Aku terpaksa menunjukkan kulup penis Ricky yang harus dipotong dalam proses sunat.<br />
Ricky kemudian mengatakan ingin sunat. Aku ingatkan kepada kedua kakaknya agar jangan sekali-kali mengatakan kepada orang tua mereka soal sunat terhadap Ricky. Biarkan Ricky sendiri yang meminta. Karena kalau kedua kakaknya campur tangan soal sunat, akan menimbulkan kecurigaan. Mereka akhirnya memahami.<br />
Sekitar 3 bulan kemudian Fredy dan Lia memberitahukan bahwa mereka akan menyunatkan Ricky. “ Entah kenapa tuh Ricky tiba-tiba merengek-rengek minta disunat, kayaknya dia ngotot banget,” kata Lia.<br />
Mereka tidak mengetahui alasannya, tetapi aku paham. Aku mendukung agar Ricky segera disunatkan, karena bagus untuk kesehatan juga.<br />
Ketika acara sunatan itu, aku kembali menginap di rumah Fredy. Dalam kesempatan itu ketika kami berkumpul Aku, Vivi, Vera dan Ricky, aku menjelaskan bahwa untuk beberapa saat kemaluan Ricky tidak boleh disentuh-sentuh, sampai lukanya sembuh.<br />
“ Habis itu kita bisa nyoba masukin ke memek ya Oom, “ kata Vivi.<br />
“ Ya nanti bulan depannya baru bisa,” kataku.<br />
“ Nanti ajari ya oom, “ kata Vera menimpali.<br />
“ Ya nantilah,” kataku.<br />
Tepat sebulan kemudian aku mendapat undangan lagi untuk menginap di rumah Fredy.<br />
Ketika aku sampai disana kudapati anak-anak ramai. Selain ketiga mereka, ada pula Mariska dan Febri.<br />
Mereka berdua sudah diceritai soal aku memberi pendidikan sex. Rupanya mereka penasaran untuk mendapat pendidikan itu juga. Mariska kelihatannya tubuhnya agak lebih besar. Dia setahun lebih tua karena pernah tidak naik kelas. Mariska usianya hampir 11 tahun. Di balik bajunya terlihat teteknya agak menyembul kecil. Febri badannya lebih tinggi meski usianya masih 10 tahun. Teteknya tidak terlihat sudah tumbuh.<br />
Setelah Fredy berangkat kerja, aku segera digeret anak-anak itu masuk ke dalam kamar. Mereka sudah tidak sabar ingin mencoba penis yang baru disunat milik Ricky.<br />
Aku berlagak ogah-ogahan beralasan urusan memberesi rumah belum selesai. Mereka merajuk sampai akhirnya semua berjanji nanti akan membantuku memberesi rumah.<br />
Aku setuju tapi mensyaratkan bahwa semua mereka di dalam kamar harus telanjang, sehingga aku lebih mudah memberi pelajaran.<br />
Vivi, Vera, dan Ricky tidak keberatan dan langsung meloloskan pakaian mereka. Namun Mariska dan Febri kelihatan agak ragu-ragu. Mungkin mereka malu terhadap ku. Vivi dan Veralah yang berperan membujuk sehingga akhirnya mereka menyerah membuka bajunya satu persatu sampai telanjang bulat juga. Ternyata tetek Febri sudah mulai mancung, tetapi masih kecil. Tetek Mariska kelihatan sudah membengkak. Namun mereka semua masih polos kemaluannya. Belum ada sehelai jembut pun yang tumbuh. Memek Mariska paling tembem.<br />
Penis Ricky sudah menegang. Aku menentukan giliran pertama yang mencoba penis Ricky adalah Mariska, karena dialah biang keroknya.<br />
Mariska menurut dan mengangkangkan kakinya di tepi tempat tidur. Ricky sambil berdiri mengarahkan penisnya ke belahan memek Mariska. Aku membantu menguak belahan memek Mariska dan menunjukkan arah untuk dituju penis Ricky. Yang lainnya ikut memperhatikan proses itu. Kelihatannya Mariska belum siap, karena belahan memeknya masih kering. Aku lalu membubuhkan ludahku ke lubang memeknya dan membantu Ricky memasukkan penisnya ke lubang memek Mariska. Ricky pelan-pelan mendorongkan penisnya. Mariska mengeluh, katanya memeknya perih . Beberapa kali dicoba tidak juga berhasil dan Mariska akhirnya minta berhenti.<br />
Giliran berikutnya adalah Febri. Dia mengambil posisi yang sama dengan Mariska. Febri menangis karena tidak tahan memeknya disumbat penis Ricky. Akhirnya dia minta disudahi. Selanjutnya giliran Vivi. Kejadiannya sama Vivi pun tidak tahan sakit. Apalagi Vera baru masuk sedikit saja dia sudah menjerit sakit. Keperawanan mereka semua masih utuh. Aku lalu mengatakan bahwa siapa yang ingin dioral memeknya harus mengoral penis ricky dulu. Vivi mengambil giliran pertama, setelah itu baru Ricky mengoral Vivi, lalu Vera. Menjelang Febri dan Mariska. Ricky sudah menolak karena dia sempat orgasme ketika dioral Vera.<br />
Pelajaran sex akhirnya berakhir sampai di situ saja. Aku berusaha menahan diri tidak ikut memanfaatkan situasi itu, karena khawatir, jika kejadian semacam itu terbongkar, aku tidakbisa membayangkan betapa malunya aku di tengah keluarga besarku.<br />
Di hari-hari berikutnya usaha mencoba memasukkan penis Ricky ke memek Vivi dan Vera masih juga belum berhasil. Maksimal hanya kepala penis Ricky saja yang terbenam di belahan memek Vivi dan Vera. Sementara selama aku menginap di rumah Fredy, Mariska tidak lagi berkumpul.<br />
Sekitar 2 bulan kemudian aku kembali diminta menginap di rumah Fredy. Kali itu aku mendapat kabar yang mengejutkan. Menurut cerita Vivi dan Vera, ayah mereka akhirnya tahu kegiatan intim mereka di kamar, tetapi ibu mereka masih belum tahu.<br />
Aku jadi berdebar-debar, karena khawatir ketiga anak ini membongkar cerita bahwa aku melakukan pendidikan sex kepada mereka. Ternyata mereka pandai juga menyimpan rahasia, sehingga sampai sejauh ini, aku aman.<br />
Namun ada berita yang lebih mengejutkan. Fredy ternyata juga memberi pendidikan sex bahkan ikut berpartisipasi. Kata Vivi ayahnya ikut mencobai memasukkan penisnya ke memek Vivi dan Vera. “ Oom memekku sampai berdarah dan aku nangis, sakit banget sih abisnya,” kata Vivi. Vera juga membuat pengakuan yang sama.<br />
Berarti Fredy memerawani kedua anak kandungnya.<br />
Menurut mereka, terbongkarnya rahasia permainan intim mereka karena mereka lupa mengunci pintu. Ketika Ricky sedang coba-coba memasukkan kelaminnya ke memek Vera, Fredy masuk ke kamar. Anak-anak terkejut dan Fredy juga kaget.<br />
“ Main apaan kalian kok pada telanjang semua, itu Vera ama Ricky ngapain tindih-tindihan, “ hardik Fredy seperti ditirukan Vivi.<br />
Tapi ayahnya kemudian tidak marah, malah Ricky disuruh meneruskan yang dilakukan tadi. “Ricky hanya nempel-nempeli kontolnya ke memek Vivi dan Vera, oom, papa ngajari caranya biar kontol Ricky bisa masuk, tapi tetep nggak bisa,” tutur Vivi.<br />
“ Papa terus ngasih contoh, kontol papa gede deh oom,” kata Vera.<br />
Menurut Vivi, ayahnya melumasi cairan seperti jelly ke memek dan kontolnya lalu dicoba-coba dimasukkan ke memek. Pertama yang digarap adalah Vivi. Menurut Vivi dia disuruh menahan sakit. “ Sakit sedikit, tapi nanti lama-lama enak,” kata Fredy seperti ditirukan Vivi.<br />
“Sakit banget oom sampai aku nangis, memek Vivi sampai berdarah, dan nggak ada enaknya, abis perih banget rasanya,” kata Vivi.<br />
Aku tanya sebanyak apa kontol ayahnya masuk. “ Nggak tau deh, orang rasanya sakit dan kayaknya memek Vivi keganjel gitu,” katanya<br />
“Eh kontol papa terus ngeluarin lendir kayak kencing di dalam memekku, memekku penuh lendir sampai tumpah ke sprei, Papa kok ngos-ngosan ya oom,” kata Vivi.<br />
Vera juga bercerita bahwa di dipaksa ayahnya sehingga memeknya juga berdarah dan Vera nangis lama sekali karena sakit.<br />
Setelah itu selang seminggu menurut Vivi, Fredy mencoba lagi memek anaknya. Menurut Vivi memeknya sudah tidak berdarah lagi, tapi ketika kontol papanya dimasukkan, rasanya masih sakit. “ belum ada enaknya oom,” kata Vivi.<br />
Memek Vera pun dijajal lagi. Seperti Vivi, Verapun bercerita memeknya masih perih, tapi tidak berdarah lagi.<br />
Selain ayahnya menurut cerita mereka Ricky juga coba-coba memasukkan kontolnya. “ Kalau kontol Ricky yang dimasukkan kata mereka nggak sakit, Cuma terasa geli-geli dan mengganjal.<br />
“Enak oom kalau kontol Ricky udah masuk, gak ngilu lagi kaya dulu waktu belum disunat,” kata Ricky.<br />
Fredy menurut mereka sampai 5 kali melakukan persenggamaan dengan anaknya. Yang terakhir rasa sakit itu tinggal sedikit, tapi nggak ada enaknya, kata mereka. “ Papa kalau jilatin memek Vivi, malah lebih enak Oom “ kata Vivi.<br />
“Iya oom,” sambung Vera.<br />
Sambil mendengarkan kisah mereka, aku antara terangsang dan bingung. Sebab terus terang aku juga ingin merasakan memek kecil mereka. Tapi aku berusaha menahan diri saja.<br />
Aku memuaskan dengan mengambil film ketiga anak itu melakukan hubungan sex. Ini merupakan dokumentasi yang langka dan bersejarah.<br />
Ketika aku sedang sibuk membersihkan rumah, aku digamit Vera. “Oom Mariska dan Febri mau dateng, tadi barusan nelpon,” katanya.<br />
Menurut mereka Febri dan Mariska belum tahu bahwa mereka sudah diperawani papanya. Kedua anak itu ingin kembali belajar sex, sehingga ketika mendengar aku sedang berada bersama Vera dan Vivi, mereka ingin bergabung.<br />
Sekitar jam 2 siang Kedua anak itu muncul di drop supirnya.<br />
Aku sedang santai menonton tayang HBO di televisi. Anak-anak itu seperti biasa main di dalam kamar. Sekarang aku sudah tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan, karena hal yang paling buruk pun sudah ada di rekaman HP ku.<br />
“Oom dipanggil Mariska,” kata Vivi menggamit lenganku dan menarikku masuk ke kamar.<br />
Aku berdiri dan mengunci pintu depan terlebih dahulu untuk jaga-jaga jangan sampai ada yang mergoki kami.<br />
“Oom si Mariska ama Febri minta diajari ngentot tuh,” kata Vera polos.<br />
Disebut begitu Mariska dan Febri tertunduk malu.<br />
“Vivi udah cerita oom main ama papa, jadinya Mariska dan Febri penasaran deh,” kata Vivi.<br />
Aku duduk di pinggir bed, Mariska kupanggil dan aku pangku tetapi posisinya berhadapan dengan ku. Kupegang tangannya terasa dingin. Dia nervous juga ternyata.<br />
Kusibakkan rambutnya lalu aku cium keningnya, lalu pipinya, belakang telinganya. Mariska mulanya badannya kaku, tetapi setelah kusarankan agar melemaskan badannya baru dia bisa melemaskan dan mengikuti gerakanku.<br />
Setelah bertubi-tubi aku menciumi kening, pipi dan lehernya, dengan gerakan tiba-tiba aku langsung mencucup bibirnya. Mariska kaku dan bibirnya dibiarkan terkatup. Aku mengolah ciumanku dan memasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Akhirnya dia agak membuka mulutnya dan menerima ciumanku. Mungkin “mesin” Mariska mulai panas, sehingga dia mulai bereaksi.<br />
Sambil mencium mulutnya aku mulai membukai bajunya satu persatu. Setelah T shirtnya terbuka aku meloloskan celana pendeknya. Di bagian atas masih tersisa miniset bergambar kartun. Kuremas-remas sebentar dengan gerakan lembut tetek yang mulai membengkak itu, lalu tanganku kuselipkan ke balik minisetnya dan kembali meremas diselingi dengan pelintiran ke pentil susunya.<br />
Nafas Mariska mulai mendengus agak cepat. Isyarat bahwa dia terangsang mulai terlihat. Aku meloloskan minisetnya dengan menarik ke atas melalui kepalanya dan meloloskan celana dalamnya.<br />
Mariska aku baringkan lalu kedua puting susunya aku jilati. Dia menggelinjang sambil memegangi kepalaku. Kalau sudah dalam urusan sex begini, tidak dipedulikan lagi perbedaan umur. Padahal umur kami terpaut 45 tahun.<br />
Ciuman menurun ke arah perut lalu ku kangkangkan kedua kakinya. Aku berpindah posisi di antara selangkangan dan langsung menangkupkan mulutku ke belahan memeknya. Terasa belahan memeknya sudah berlendir dan terasa sedikit bau pesing. Namun rangsangan di otakku sudah mengabaikan rasa jijik dan aroma pesing, sehingga lidahku masuk membuka lipatan memeknya dan menerjang tonjolan clitoris. Mariska mendesis dan menggelinjang setiap kali lidahku menyapu ujung itilnya. Tonjolan clitorisnya makin mengeras, terasa di ujung lidahku. Aku menengarai, wanita yang clitorisnya mengeras seperti ini biasanya sudah mendekati puncak orgasmenya. Benar juga tidak lama kemudian Mariska merintih dan kedua kakinya menjepit kepalaku dan rambutku dijambaknya. Terasa memeknya berdenyut beberapa kali lalu cairan makin banyak keluar dari vaginanya.<br />
Kondisi memek Mariska sudah siap mendapat penetrasi penis, karena pelumasannya sudah sempurna. Mata Mariska masih terkatup, dia masih hanyut dengan gelombang orgasmenya. Aku meloloskan celana pendekku sekaligus dengan celana dalamnya.<br />
Jelly yang biasa dipakai Fredy sudah kusiapkan dan sekujur batang penisku ku lumuri, begitu juga seluruh bagian lubang luar memeknya ku basahi dengan jelly.<br />
Dengan posisi bersimpuh, penisku kuarahkan menuju gerbang vaginanya lalu ku geser-geserkan ke memeknya sambil membuka jalan untuk menancapkan kepala penisku yang ukurannya tidak seimbang dengan lubang memeknya yang terlihat merah mengkilat dan ukuran lubangnya masih kecil.<br />
Ku tekan sedikit, kepala penisku agar bisa agak tertanam ke lubang memeknya. Mariska manarik badannya, karena dia merasa lubangnya agak perih. Kutekan sedikit lagi, tetapi dia menahan dan dia mengejangkan sekujur otot di bagian kemalauannya. Aku memintanya dia mengendurkan, dia menurut dan begitu terasa agak kendur aku majukan lagi penisku. Mariska menggit bibir bawahnya menahan rasa perih.<br />
Kepala penisku berhasil masuk ke lubang sempit yang kecil. Lubang itu melebar mengikuti ukuran penisku. Kutarik sedikit lalu kumajukan lagi sampai agak lancar gerakan itu lalu ke dorong lagi sampai akhirnya masuk agak dalam lagi dan tertahan selaput daranya.<br />
Aku memainkan gerakan kegel, dengan mengencangkan dan mengendurkan otot penisku. Lubang memeknya mulai bisa beradaptasi dengan ukuran penisku dan aku menggerakkan mundur dan maju sedikit sampai agak lancar.<br />
Aku mengubah posisi dengan tiarap menindih tubuh kecil Mariska, tetapi tidak melepaskan berat badanku ke tubuhnya, karena aku berstumpu dengan kedua siku ku.<br />
Pada posisi itu aku lebih mudah memaju dan memundurkan penisku di lubang dangkal memeknya. Untuk menerjang masuk memecahkan selaput perawannya aku kembali melakukan gerakan kegel sambil agak menekan. Ketika gerakan dorong disertai mengeraskan otot penisku, terasa penisku berhasil menerobos. Mariska berteriak lirih dan air matanya meleleh di kedua sisi matanya.<br />
Penisku perlahan-lahan dengan gerakan maju mundur bisa terus maju sampai tinggal sedikit lagi yang tersisa. Dengan gerakan hati-hati aku melakukan tarik dorong . Terasa sempit sekali lubang memek anak umur 11 tahun. Batang kontolku terasa agak nyeri juga karena jepitan yang terlalu ketat.<br />
Sekitar 10 kali gerakan maju mundur, lubang vagina Mariska mulai bisa menerima ukuran batang penisku dan lubangnya terasa semakin licin. Aku terus menggenjotnya sampai sekitar 10 menit, aku tidak mampu lagi bertahan dan kulepaskan semburan mani ke dasar memeknya.<br />
Aku menunggu sampai penisku menyusut baru perlahan-lahan ku tarik keluar. Tampak mani bercampur darah warna merah muda.<br />
“Sakit sih tapi enak juga, “ kata Mariska ketika menjawab pertanyaanku.<br />
Ritual tadi ditonton oleh anak-anak.<br />
Aku berlalu keluar dari kamar sambil menenteng celana dan CD ku menuju kamar mandi membersihkan bekas mani dan darah.<br />
Ketika aku kembali Mariska masih tidur telentang bertutup selimut. Dia terlihat seperti tertidur.<br />
Febri yang menonton dengan rasa antusias tanpa malu-malu menuntut ingin mencobanya.<br />
Namun senjataku masih belum siap bertempur lagi. Normalnya perlu waktu jeda sekitar sejam untuk mulai bisa bangun lagi.<br />
Aku membuka celanaku dan telentang di sebelah Mariska. Aku minta Febri mengoralku, sambil kuajari cara yang benar melakukan oral.<br />
Dari keadaan lemas, perlahan-lahan penisku mulai membengkak lagi. Sebetulnya untuk bertempur dengan wanita dewasa, tingkat ereksi 75 persen, sudah bisa kumasukkan ke memek. Tetapi karena tugasku adalah kembali memerawani, maka perlu menunggu sampai tegang 100 persen.<br />
Untuk menambah rangsangan aku meminta Febri, Vivi dan Vera serta Ricky bertelanjang. Pemandangan anak-anak kecil bertelanjang itu menambah daya rangsang dan membantu penisku makin mengeras.<br />
Aku bangkit setelah penisku makin keras dan Febri kubaringkan untuk kuciumi dulu tubuhnya. Sebelum memulai menciuminya aku memeriksa belahan memeknya. Terasa agak berlendir, menandakan dia terangsang.<br />
Susu Febri yang bentuknya mancung aku jilati dan putting susunya ku hisap pelan-pelan. Febri masih merasa agak geli menerima jilatanku. Setelah puas bermain dengan tetek kecil aku turun kebawah dan mengangkangkan kakinya. Aku menjilati memeknya.<br />
Febri meski tahu memeknya akan ku jilat, tetapi dia sempat terkejut ketika lidahku mengenai clitorisnya. Dengan gerakan pelan dan hati-hati kumainkan itilnya dengan lidahku. Febri menggelinjang sambil tangannya mencengkeram sprei.<br />
Clitorisnya mulai mengeras dan menandakan dia segera mencapai orgasme. Tidak lama kemudian Febri mengerang seperti orang kesetanan. Aku menunggunya sampai dia reda dari gelombang kenikmatan tertingginya.<br />
Setelah itu kukangkangkan dan aku juga melumuri jeli seperti pada Mariska. Aku menerapkan kiat yang sama terhadap Febri. Dia menurut saja dan pasrah mengikuti arahanku. Sampai kepala penisku terbenam Febri masih belum menyerah. Artinya dia mau bertahan dengan rasa sakitnya karena penasaran.<br />
Agak lama juga waktu yang kuperlukan untuk menerobos selaput daranya. Febripun meneteskan air mata menahan rasa sakit. Aku memompanya pelan-pelan dan Febri merasakan terobosan penisku sambil mengernyit-ngernyitkan menahan rasa perih. Aku terus memompa sampai aku pun mencapai ejakulasi.<br />
Penisku kembali belepotan mani dan darah. Lalu kubersihkan di kamar mandi. Febri masih tergolek telanjang. Sementara itu Ricky sudah menggarap Vera berganti-gantian dengan Vivi.<br />
Aku membiarkan mereka istirahat dikamar setelah itu mereka kuminta membersihkan diri. Tidak terdengar suara dari dalam kamar, Ketika kuintip mereka, sudah tertidur pulas semua.<br />
Aku meneruskan pekerjaan rumah. Sedang asyik-asyik nonton TV aku dikejutkan oleh getaran HP ku, kulihat di layar ternyata Fredy yang menelepon. Dia mengabarkan harus menginap karena ada kerjaan yang harus di selesaikan dan ke esokan paginya dia harus segera memimpin anak buahnya menyiapkan jamuan pesta di rumah pejabat.<br />
Ketika anak-anak bangun ku kabari bahwa papanya malam ini tidak pulang. Yang bereaksi pertama adalah Vera. “ yessss,” katanya.<br />
Vivi dan Vera membujuk Mariska dan Febri menginap saja malam ini. Keduanya setuju lalu menelopn ke orang tuanya. Kelihatannya mereka mendapat restu karena terlihat air mukanya senang.<br />
Malam itu setelah makan malam dan menjelang waktu tidur mereka kugiring semua masuk kamar. Kasur kuhamparkan di bawah agar bisa memuat anak-anak lebih banyak.<br />
Aku memilih tidur di sofa ruang keluarga sambil menonton TV. Sofa di ruang itu bisa diubah menjadi bed, sehingga aku leluasa.<br />
Sekitar jam 11 ketika sedang asyik meonton, aku dikejutkan oleh Vivi yang menyelinap dan langsung menindih dan menciumiku yang sedang telentang dengan bantal agak ditinggikan. Anak ini langsung menciumiku lalu menarik celanaku dan langsung mengoralnya.<br />
Aku masih belum siap sehingga penisku masih kuyu. Apalagi tadi siang aku bertempur menerobos dua benteng.<br />
Aku diam saja menunggu apa saja yang akan dilakukan Vivi. Dia membuka celananya saja dan membiarkan kaus tidurnya tetap terpakai. Vivi mengangkangiku dan memegang penisku ke arah memeknya dimasukkan penisku yang sudah agak mengeras. Agak susah rasanya, karena penisku belum mengeras sempurna dan memeknya yang masih sempit. Tapi Vivi tidak putus asa, dia lebarkan belahan memeknya dengan tangan yang satu dan tangan lain membimbing penisku menerobos memeknya. Perlahan-lahan penisku memang akhirnya berhasil dijepit dan tenggelamg di lubang memeknya.<br />
Vivi lalu menggenjotku dengan gerakan semau dia. Kadang-kadang naik turun, kadang-kadang maju mundur. Kubiarkan saja. Sambil terus menggerakkan pinggulnya dia menutup matanya. Aku merasa kami melakukan hubungan cukup lama. Aku terkejut karena tanpa suara Vera sudah berada di dekat kami menonton kakaknya menggenjotku.<br />
Kakaknya makin semangat dengan gerakannya sampai akhirnya dia ambruk dan orgasme. Penisku seperti dijepit-jepit oleh denyutan orgasmenya.<br />
Vivi menarik memeknya sehingga meninggalkan penisku yang berdiri tegak. Dia ikut berbaring di sampingku. Vera terangsang oleh adegan kami dia mengambil alih posisi kakaknya dan hanya membuka celananya saja. Berkali-kali dia berusaha memasukkan penisku tetapi tetap gagal. Aku membantu dengan memegangi penisku dan kedua tangannya melebarkan belahan memeknya. Setelah kepala penisku tepat di lubang memeknya Vera menekan tubuhnya kebawah dan perlahan-lahan penisku ditelan memeknya.<br />
Aku merasa kedua memek mereka ini sama sempitnya meski sudah berkali-kali di kerjai ayahnya. Vera kupegangi kedua sisi pinggulnya untuk mengarahkan gerakan. Dia akhirnya menguasai gerakan yang kuinginkan dan terus melakukan. Dia juga cukup lama menderaku sampai akhirnya mencapai orgasme.<br />
Luar biasa juga anak-anak ini bisa mencapai orgasme seperti wanita dewasa. Mungkin nafsu yang bergolak di dirinya yang membantu sehingga mereka bisa mencapai orgasme.<br />
Sementara itu aku masih bertahan dan aku memang malam ini tidak ingin menuntaskan kepuasanku. Karena kalau malam ini kupancutkan lagi spermaku, tenagaku bisa habis dan besok pagi mungkin tidak kuat bekerja.<br />
Aku bangkit ke kamar mandi sambil membersihkan diri kuambil handuk kecil lembab. Dengan handuk kecil itu kubersihkan kedua memek mereka lalu celana mereka ku kenakan kembali.<br />
Kami sampai pagi tidur bertiga di sofa ruang keluarga.<br />
Aku terjaga sekitar pukul 7 pagi. Kedua anak-anak itu masih lelap.Aku berjalan mengendap dan pelan-pelan kubuka pinta kamar tempat anak-anak tidur. Ternyata di dalam sudah terjadi pertempuran. Ricky sedang menindih Mariska yang sudah telanjang bulat. Sementara itu Febri melihatku langsung bangkit dan menarikku masuk.<br />
Aku dipaksa lagi bermain dengan dia dan itu kuturuti. Aku tidak menyangka Febri kemudian bisa orgasme aku tindih. Setelah selesai Febri, Mariska dengan manja menarikku untuk menindih dia juga. Aku melanjutkan permainan dengan Mariska sampai akhirnya aku orgasme. Kurasa Mariska belum mencapai orgasme, karena ketika mengerjai Mariska aku tidak cukup lama menggarapnya.<br />
Sejak itu, hampir setiap bulan aku diminta menginap menemani anak-anak. Kalau aku sudah di sana, maka Febri dan Mariska pun minta izin orang tuanya untuk menginap di rumah Vivi.<br />
Seperti biasa aku diminta melayani keinginan mereka, dan mereka makin mahir bermain. Sehingga jika aku mendapat tugas menjaga anak-anak sebelumnya aku sudah mempersiapkan berbagai food suplemen sampai obat-obatan untuk menambah vitalitas.<br />
Aku kemudian mulai berhati-hati setelah mereka mendapatkan mensturasi. Vivi tumbuh menjadi gadis cantik berkulit putih dengan rambut lurus tergerai sampai punggung. Badannya padat berisi, dengan tetek yang proporsional dan pantat tonggek. Vera teteknya lebih besar dari kakaknya, meski kalah tinggi, tapi mukanya manis dengan rambut agak bergelombang.<br />
Sejujurnya aku agak menyesal menyeritakan semua hal ini. Namun ini aku anggap dokumentasi sejarah hidupku. Jika tidak aku tulis, mungkin banyak hal yang terlewatkan karena sudah lupa.***<br />
<br />
Mereka semua telanjang, sementara aku masih lengkap mengenakan pakaian. Febri yang angkat bicara protes didukung Mariska lalu Vivi dan Vera. Mereka menuntut aku juga ikut telanjang. Alasan mereka ingin melihat penis dewasa.<br />
Aku sempat berpikir berbagai risiko yang akan kuhadapi kalau menuruti kemauan anak-anak ini. Tapi otakku sudah agak miring, karena aku terus terang terangsang juga oleh adegan yang berlangsung. Pertahananku melemah dan aku turuti kemauan mereka.<br />
Penisku masih setengah menegang.<br />
Anak-anak itu mengamati kemaluanku dari dekat. Mariska memberanikan diri menyentuh penisku. Sentuhannya seperti mengandung aliran listrik sehingga perlahan-lahan penisku membengkak.<br />
Tanpa disuruh Mariska mengambil inisiatif mencium kontolku. Aku jadi agak kelojotan juga diperlakukan Mariska. Aku mengehntikan sebentar, karena sebetulnya aku hampir mencapai puncak. Aku memberi petunjuk bagaimana cara yang benar melakukan oral. Febri ikut-ikutan pula dan ingin belajar. Mereka berdua bergantian melomoti penisku. Sementara itu Vivi, Vera dan Ricky hanya menonton saja.<br />
Sebetulnya aku sudah hampir keluar, tetapi aku buru-buru menghentikan. Aku berlagak ingin menunjukan cara mengoral memek dengan memilih memek Mariska . Mereka menyima apa yang aku lakukan. Aku menjilati clitoris Mariska. Dia menggelinjang-gelinjang dan terus mengerang nikmat. Tanpa kuketahui Febri tiba-tiba meremas-remas kemaluankuUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-32670962066542084902013-09-01T04:08:00.002-07:002013-09-01T04:08:50.925-07:00JennyKeakrabanku makin erat kala Jenny memintaku memberikan les privat kepada adiknya yang masih SMP, namanya Elrika, Tipe-tipe orangnya sama dengan Jenny, hanya bodynya agak kurus. Jadi setiap pagi sebelum sekolah, aku harus memberikan private kepada adiknya, memang khusus matematika dan fisika, Elrika tergolong lemah, namun berkat kesabaran dan teknik mengajarku yang baik, aku berhasil membuat Elrika menyukai pelajaran fisika dan matematika, bahkan nilai-nilainya setelah aku pegang menjadi sangat baik.<br />
<br />
Pagi itu, Kalau tidak salah hari Sabtu, seperti biasa aku memberikan privat kepada Elrika, Namun kali ini Jenny tidak ada, Mungkin sedang jalan-jalan dengan cowoknya, karena setahuku cowoknya Jenny libur kerja hari sabtu, memang cowoknya Jenny baik sekali, orangnya royal, meskipun agak pendek, tapi penampilannya selalu rapi.<br />
<br />
Pagi itu ternyata jadwal pelajaran Biologi yang membahas tentang alat reproduksi pria dan wanita, Aku agak grogi juga neranginnya, apalagi Elrika selalu tersenyum nakal seolah menggodaku, wajahnya yang lebih manis dari Jenny memerah saat aku terangkan bahwa Penis adalah bagian vital tubuh pria yang berperan dalam memperoleh bayi, pada wanita disebut vagina. Tau bahwa aku grogi Elrika malah menggodaku.<br />
<br />
“Kak, Rika belum pernah liat penis, Rika boleh lihat tidak?”<br />
<br />
Aku tak bisa bayangkan betapa mukaku saat itu malu, namun tercampur dengan nafsu, Membayangkan itu penisku langsung saja berontak dalam celanaku, namun aku berusaha tenang.<br />
<br />
“Memang Rika mau lihat penis siapa?” tanyaku.<br />
“Penis kakak saja, kan kakak yang ngajarin Rika?”<br />
“Berani juga nih anak!” pikirku, Aku yang sudah nekatpun tak kalah berani, kuusir perasaan malu dalam diriku.<br />
“Kalau mau lihat di kamar mandi sekarang!” sahutku.<br />
“Ah disini saja” jawab Rika manja.<br />
“Nanti kalau ketahuan mama kamu gimana?”<br />
“Biar saja, kan Rika lagi belajar!”<br />
<br />
Aku sempat bingung dan ragu, Apakah Rika polos? Atau ingin menggodaku? Akhirnya dengan ragu-ragu aku keluarkan penisku yang sudah tegang dari celanaku.<br />
<br />
“Nih, lihat baik-baik” kataku.<br />
<br />
Rika mendongakkan kepalanya untuk melihat lebih jelas bentuk penisku, mungkin pandangannya terhalang oleh meja dihadapannya, Aku berdebar-debar menanti kelanjutannya..<br />
<br />
“Kok lain ya sama anak kecil?”<br />
“Rika boleh pegang, Kak?”<br />
<br />
Aku hanya mengangguk, Elrika berdiri mendekatiku dan langsung menggenggam senjataku, aku merasakan nikmat yang luar biasa saat tangan Rika mengenggamnya, Rika pun aku lihat agak memerah mukanya..<br />
<br />
“Kok keras ya Kak?”<br />
“Oh ini namanya penis kakak sedang ereksi” terangku dengan nafas yang memburu<br />
<br />
Untunglah atau mungkin tepatnya sialnya! Rika tak meminta lebih jauh, terpaksa pulang dari rumah Rika aku langsung ke kamar mandi menuntaskan hasrat yang belum tersalurkan.<br />
<br />
Senin pagi, aku sudah siap untuk memberikan privat, namun ternyata Elrika nya tidak ada, Jenny bilang mungkin hari ini tidak les, karena ada keperluan mendadak, dan sekarang sedang pergi dengan mamanya.<br />
“Ya udah, gua balik ya Jen?” pamitku<br />
“Ntar dulu Yud, sini kita bicara ke kamar gua!”<br />
<br />
Aku deg-degan, jangan-jangan Rika cerita peristiwa sabtu kemaren ke Jenny, namun aku berusaha setenang mungkin, setelah aku dikamarnya, tanpa basa-basi lagi Jenny pun menanyakan peristiwa kemaren sabtu, pas dengan dugaanku!<br />
<br />
“Yud, kemaren bener loe ngasih unjuk penis loe ke adik gua?”<br />
<br />
Aku jawab apa adanya dan aku jelaskan sejujurnya bahwa Rika lah yang meminta! Untunglah Jenny tidak marah, malah dia pesan kepadaku untuk berhati-hati dengan adiknya!, aku jadi bingung sendiri!<br />
<br />
“Yud, sekarang kalau gua yang minta ngelihat penis loe boleh?” aku terkejutnya bukan main, aku pandangi wajahnya yang cantik, aku lihat tidak ada nada bercanda di sinar matanya,<br />
“Memang kenapa Jen?” sahutku ragu<br />
“Terus terang aja, gua penasaran, kata Rika penis loe gede, panjang lagi!” sahutnya tanpa malu-malu.<br />
Aku jadi terbawa berani.<br />
“Ah, bohong Jen, biasa aja!”<br />
“Ya udah sekarang buka, gua mau lihat!”<br />
<br />
Mungkin karena terbawa rasa takut, penisku tidak mau ereksi, aku keluarkan penisku yang masih loyo dihadapannya, ternyata reaksi Jenny cukup mengagetkanku.<br />
“Wow, gede banget Yud!”<br />
“Apanya yang gede, orang lagi tidur”<br />
“Punya pacar gua aja kalau lagi bangun tidak sepanjang dan segede ini Yud! Suer!”<br />
“Coba lu bangunin Yud!” pinta Jenny<br />
Kali ini aku yang sudah bisa menguasai diri dari rasa takut, berbalik menggodanya<br />
“Lu dong yang bangunin!” sahutku<br />
<br />
Jenny diam, mungkin ragu, tapi tak lama, jari-jarinya yang lentik sudah menggenngam senjataku, tidak lebih dari 5 detik, senjataku langsung membengkak kaku dalam genggaman tangannya, aku perhatikan muka Jenny agak memerah, mungkin menahan gairah nafsunya,<br />
<br />
“Yud, terus terang, gua udah kenal 3 kontol sampai sekarang!, dan kontol loe yang paling gede!” sambil bicara Jenny dengan trampilnya mengocok senjataku.<br />
<br />
Aku merasakan nikmat yang luar biasa, aku mengerang tak sadar, dan tiba tiba saja Jenny memelukku, bibirnya yang sensual menerobos mulutku, Aku yang sudah dikuasai birahi pun tak kalah siap, Aku balas melumat bibir Jenny, lidah kami saling mendorong dan mengait, sementara tangan Jenny masih terus mengocok senjataku yang terasa semakin kaku dan membengkak, Sebenarnya aku sudah tak tahan ingin memuncratkan kenikmatan, namun aku ingat bahwa dalam cerita stensilan yang aku baca, aku sebagai lelaki tidak boleh keluar lebih dulu sebelum pasangan main kita keluar.<br />
<br />
Aku lepaskan pelukannya, aku serang Jenny dengan imajinasi-imajinasi yang aku dapat dari cerita dan film, aku rebahkan Jenny dikasurnya, kini aku yang menyerangnya, Aku cium seluruh wajahnya, dari dahi, hidung, bibir, pipi, lehenya, dan telinganya, sambil saling melumat bibir Jenny membuka kemejaku, aku pun tak mau kalah, membuka kaos tanktopnya, apalagi melihat rimbunnya bulu ketiak Jenny, nafsuku semakin tak terbendung, satu persatu pakaian kami bertebaran dilantai, kini tubuh kami berdua bagaikan bayi, polos tanpa sehelai benangpun.<br />
<br />
“Yud, tolong kunci pintu kamar dulu” pinta Jenny, suaranya agak serak mungkin karena terbawa gairah.<br />
<br />
Setelah mengunci pintu kamar, Aku kembali menciumi seluruh tubuh Jenny, buah dadanya yang montok menjadi sasaran mulut dan jari-jariku, Tak puas-puasnya aku mencumbui seluruh permukaan tubuh Jenny, Aku keluarkan seluruh imajinasiku yang selama ini belum pernah tersalurkan, aku puaskan keinginanku tentang tubuh wanita, kekenyalan buah dada Jenny membuat aku betah berlama-lama di dadanya, Lidahku yang hangat mengecup puting buah dadanya yang masih merah, satu tanganku aku gunakan memilin puting buah dadanya yang satunya, sementara tanganku satu lagi menggosok-gosok memeknya yang sudah basah! Entah sudah berapa kali Jenny mengerang dan memintaku memaasukkan kontolku yang pentolnya sudah mengkilap oleh cairan nafsu! Namun aku belum puas, aku tak tahu berapa lama aku mencumbu dadanya, menciumi keteknya, apalagi menjilati memeknya! Akupun tak tahu berapa kali Jenny mengejang kaku melepaskan orgasmenya! Yang aku tahu aku harus selama mungkin mencumbunya! Memuaskannya, dan memuaskan seluruh keingintahuanku!<br />
Setelah seluruh tubuh Jenny dari leher sampai ujung kaki penuh dengan bekas cupanganku, akhirnya aku baru memasukkan senjataku yang kaku ke dalam memeknya yang sudah basah, Beberapa kali aku gagal memasukkan kontolku, akhirnya Jenny menggenggam senjataku menuntunnya pada lubang yang benar sambil berkata, “Tekan sekarang, Yud!”.<br />
Perlahan aku tekan kontolku, akhirnya sedikit demi sedikit aku merasakan pertama kalinya kontolku memasukki memek, sungguh nikmatnya luar biasa, Aku lihat Jenny yang sudah kelelahan kembali bergairah.<br />
“Terus Yud!, tekan yang dalam!”<br />
<br />
Aku mulai menggerakkan pinggangku seiring dengan keluar masuknya kontolku dalam celah sempit memek Jenny, Sekitar 5 menit aku memompa memek Jenny dengan nafsu, Aku berusaha keras semampuku menahan semprotan pejuku, tak lama Jenny mengapit pinggangku dengan dua pahanya yang gempal, matanya terbalik, dan tubuhnya mengejang disertai dengan jeritan kuat!<br />
<br />
Mungkin Jenny sudah keluar pikirku! Aku langsung mempercepat pompaanku, kontolku terasa semakin membengkak dalam memek Jenny yang sempit, akhirnya akupun tak tahan, aku segera cabut kontolku dari memek Jenny (sampai mengeluarkan bunyi “Plop”) dan kusemprotkan cairan nikmatku diatas perutnya.. aku memejamkan mata menikmati seluruh rasa nikmat diseluruh tubuhku, aku takpeduli spermaku berhamburan sampai kebuah dada Jenny bahkan saampai ke mukanya..<br />
<br />
“Gila, loe hebat banget, Yud!” Jenny menciumku mesra, aku yang baru pertama merasakan nikmatnya dunia, masih penasaran, Aku kembali melumat bibir Jenny dan meremas-remas lembut buah dadanya!<br />
“Udah, Yud! Gua cape, lagian udah siang! Bentar lagi kan sekolah!”<br />
aku lihat jam sudah menunjukan 11.30 berarti bentar lagi harus sekolah, aku ngalah, aku kenakan pakaianku kembali!<br />
“Jen, terus terang gua baru pertama kali ngewe”<br />
“Gua tahu, loe masih kaku tapi jujur, loe termasuk hebat!, cowok gua paling kuat 10 menit! Dan biasanya gua paling top sekali keluar! Bahkan sering tidak keluar! Tapi dengan loe tadi gua sampai 5 kali keluar!, dengkul gua sampai gemeter nih!”<br />
“Tapi ada yang gua nggak suka dari loe! Besok-besok jangan bikin cupangan kaya gini! Ntar kalau ketahuan pacar gua gimana? Untung masih hari senin!”<br />
Aku hanya mengangguk dan tersenyum..<br />
<br />
Sejak itu keakraban aku dengan Jenny semakin tak terpisahkan, Di sekolah sudah tertanam image bahwa dimana ada Jenny pasti ada yudas! Aku bangga bisa memiliki Jenny meskipun aku tahu tidak mungkin 100%, Hari-hari yang aku lewati dengan Jenny semakin seru, tiada hari tanpa seks, bahkan pernah Jenny bicara dengan mamanya hanya dengan mengeluarkan kepalanya dari hordeng kamar, sementara aku dibelakangnya sedang asyik menusuk memeknya dengan gaya doggy.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-67292711404503522342012-06-21T08:29:00.003-07:002012-06-21T08:29:56.143-07:00DesiPeristiwa ini aku alami ketika aku masih duduk di kelas 1 SMP dan kejadiannya sudah lama sekali dan anak itu sekarang sudah menikah dan punya anak 1 kira-kira berumur 6 tahun. Cerita aku mulai dari ketika Mama aku menerima les anak-anak SD di daerah aku berada, ada satu siswanya yang cantik putih agak bongsor dan sukanya membuka tabir kamar aku dan melihat aku waktu di kamar tidur, aku cuma senyum manis dan dia pun tersenyum sambil mengedip-ngedipkan matanya yang masih berbinar-binar seperti usia anak SD kelas 5, terus Mama aku memanggilnya untuk menuju meja dan belajar lagi.<br /><br />Suatu hari ketika ibu dinas ke luar kota dan menginap di suatu kota propinsi datanglah anak kecil SD ini menuju ke rumah aku untuk les karena memang rumahnya cukup dekat dari rumah aku. Dan dia dengan tersenyum masuk ke rumah , kak Mama kamu ada tidak ? tanya Desy si kecil..Oh, mungkin mama lupa memberi tahu pada kamu des, mama pergi rapat dinas jawabku dengan tersenyum padanya. kamu aja ya yang menjadi guru lesnya kata desy sambil melihat aku serius.ok deh......., jawabku aku................dan diapun masuk ke rumah.......................<br /><br />Baru sebentar aku dan desy membahas soal matematikahujan deras sekali datang dan aku menuju berdiri dan menyalakan lampu karena ruangannya gelap dan kita mulai lagi membahas soal-soal matematika tanpa sadar selintas aku memandang ke bawah dan aku perhatikan celana dalam Desy kelihatan dengan jelas , kecil mungil aku perhatikan isi didalamnya dan agak sedikit menonjol kenyal. aku jadi agak nggak kosentrasi sampai ketika Desy tanya suatu soal aku cuma eh..............apa...........itulah kak soal nomor 21.....................dengan agak kaget aku mulai menjelaskan dan mulai dia aku kasih soal 10 untuk dikerjakannya....................aku melirik lagi ke bawah meja sambil pura-pura membaca buku matematika Desy....................kontol aku menegang ough......................kaki kecil Desy di gerakkan keluar masuk membuat aku berdesir..............aku perhatikan tonjolan kecil diantara selakangannya ikut menonjol dan merata menyesuikan gerakan kakinya ough......................kontol aku sampai ngiler melihatnya............<br /><br />Apalagi aku waktu membayangkan tangan aku meraba bagian mungil yang sedikit menonjol yang belum berbulu itu ough............................ough..........................aku rasa kontol aku ngiler lagi...........dan aku mulai memperhatikan paras ayu desy yang masih polos eh.............ternyata dia juga memperhatikan aku.....................dia tersenyum dan dengan polosnya..................ada apa kak......................aku jagi sedikit grogi...................udah punya pacar belum goda aku.................belum katanya pacarnya kakak balik Desy mengodaku.....................asem ternyata anak ini berani juga batin aku....................<br /><br />Aku mulai berani mendekati tubuh kecilnya ketika dia menanyakan satu soal yang sulit...................ini gimana ya kak cara mengerjakannya.......................yang mana jawabku sambil berdiri menuju ke kursi sebelahnya..................sambil membantu dia aku pepetkan badanku ke arah tubuh kecilnya....................dia menoleh ke arah aku manis dan polos............aku juga melihat ke arahnya................kamu cantik dan manis................Desy malu dan masih menatap aku.............tubuh kecilnya aku peluk dan berusaha untuk melumat bibirnya yang masih merah dengan agak gemetar...................Desy aku lihat memejamkan matanya dan tanpa membalas lumatan bibir aku dan aku rasakan badannya sedikit bergetar..............dan...................Desy agak mendorong aku.................dan berbisik aku takut kak................................memohon dengan polosnya...................<br /><br />Dan aku mulai di dorong nafsu lelaki yang begitu mengelora...............nggak apa sayang...........tidak ada yang melihat............cuma kita berdua..............kan diluar hujan deras..........dan aku bopong Desy yang kecil menuju ke kamar aku................desy sedikit meronta sambil agak gemetar memegang tangan aku..................dan mulai aku tidurkan dia desy melihat polos ke atas dan berbisik lagi...............aku takut kak.......................kagak apa sayang................sambil aku mulai melumat bibirnya yang merah...................aku rasakan Desy mulai menikmati dan tanpa sadar aku buka bajunya dan aku lihat..............ough...............buah dada Desy................masih ranum....................kenyal kecil dan puting susunya agak menonjol sedikit...............................aku mulai meremas-remas dengan halus masih.............melumat bibirnya yang lembut..........Desy hanya bisa mengelinjang-gelinjangkan badannya yang kecil di bawah tubuh aku ...................sambil kepalanya kesana kemari...............<br /><br />Nafsu birahiku sudah tak terkontrol lagi dan aku selusupkan salah satu jemariku ke arah memek desy yang masih kecil...................aku raba-raba halus....................sambil meneliti semua sudut memeknya dengan jemariku.....................ough....................kontol aku mulai ngiler lagi ketika jemariku berhasil mengerayangi memek Desy yang masih ranum..............dia memegang dengan gemetar tubuh aku sambil mengelinjang.........................kira-kira panjangnya sepanjang jari telunjuk aku yang kecil dan masih sulit di buka....................dan aku rasakan ada tonjolan kecil di bagian sedikit atas memek Desy............................<br /><br />Aku kaget ketika Desy mendorong aku dan berusaha berdiri dan berbisik sambil ketakutan dan memeluk erat tubuh aku............................aku takut kak.......................aku mengelusnya dengan sayang dan sambil berbisik...................tak usah............takut..........enak nggak..............dia mengganggukkan kepala masih dengan ketakutan......nanti tambah enak sayang percayalah padaku....................rayuku................dan Desy mulai aku tidurkan lagi dan aku mulai melepaskan celana dalam desy.................................ough...........................begini bentuk memek.................dan aku lihat dengan teliti memek Desy yang masih kecil yang belum ditumbuhi rambut sedikitpu..................aku mulai membuka celana dalam dan mulai berusaha memasukkan kontol ke arah memek Desy................aduk....................sakit................dey merintih................ketika aku berusaha memasukan kontol aku kedalam memeknya yang kecil..............tetapi masih aku paksakan...................kira-kira 1/3 kontol aku masuk dan desy.................menjerit..............dan agak setengah berdiri berpegangan pada dua tanganku..................ough.................sakit kak............<br /><br />Kita pelan-pelan ya sayang...................................rayuku....................dan desy menganggukkan kepala mungkin walau kesakitan merasakan nikmat juga.............aku tambah lagi dan aku rasakan separo kontol aku masuk ke dalam memek desy...........................ough.............saki......................t jerit Desy......................dan dengan kuat mendorongkan pantatnya menjauh dari aku tapi ternyata kontol aku tak mau lepas juga dan aku rasakan ada sesuatu yang hangat mengalir di kontol aku setelah aku lihat ternyata darah............aku dekap erat desy dan masih sambil memasukkan kontol aku lebih dalam.........................................dan mulai aku bisa masukkan lebih dalam lagi............................Desy cuma merintih.................ough...................ough.............gimana bisik aku ditelinganya.............................enak tapi masih sakit......................bisik Desy dengan lugu aku rasa aku sudah tidak tahan lagi dan ough.................crot..................crot..................air muncrat sampai ke wajah Desy ............................dia tersenyum sambil mengelap wajahnya yang kena muntahan air maniku.............................ough...................nikmat sekali mencicipi memek anak sd yang masih perawanUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-47701941868969291042012-06-21T08:27:00.001-07:002012-06-21T08:27:02.518-07:00Derita Seorang PedofilAku, panggil aja Aloy. Umur 30 tahun sekarang ini. Aku seorang pedofil. Bekerja sosial pd sebuah LSM tentang Hak-hak Anak.<br /><br />Di antara gadis-gadis pra remaja yang pernah menjadi korban obyek seksual pedofilia-ku, ada yang bernama MNYSe.<br /><br />Sebut saja: Tria (bukan nama sebenarnya). Baru berumur 9 tahun duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah ANT. Badannya mungil. Berhidung mancung. Masih keturunan Arab juga seperti saya. Tingginya 155 sentimeter. Ia berkacamata minus 2. Kasihan sekali aku melihatnya. Dia kutu buku. Cerdas. Pandai. Namun berkepribadian tertutup. Aku adalah kekasih gelapnya yang paling ia percaya sesudah Abi dan Ami-nya. Kami berpacaran. Dan sering bercinta di sebuah kebun salak milik penduduk kampung kami.<br /><br />Tria cantik sekali. Kulitnya putih, tidak kuning langsat. Badannya wangi. Padanya belum nampak tanda-tanda kedewasaan dan kematangan, baik fisik dan kejiwaan. Namun aku melihat gairah Tria ketika untuk kesekian kalinya kami bertemu di tengah luas dan rimbunnya kebun salak pondoh di kampung.<br /><br />Jujur aja aku agak canggung dalam urusan yang satu ini: Bercinta. Apalagi ama anak semuda dia. Lengan-lengan halusnya yang memeluk pinggangku dengan mesra, kubiarkan terus menggantung. Sementara, kedua telepak tanganku menengadahkan kepalanya dengan posisi siap mengecup bibirnya yang sedikit membuka pasrah.<br /><br />Ahh, mengapa ini terjadi pada kami, batinku mengucap sambil kukecup hidungnya lalu berlangsung mengecup bibirnya kemudian menghisap mulutnya. Bibir kami berpagutan.<br /><br />Lama kami bercium mesra. Dan masing-masing tangan kami sudah bergerilya hingga--bukan baju koko saya saja--pakaian muslimah dan kerudung yang dia kenakan pun terlihat lusuh dan lecak-lecak di sana sini. Kancing baju Tria sendiri sudah lepas semua. Yang terlihat hanya kaus dalam dengan ceplakan puting dadanya yang sedikit meruncing karena rangsangan birahi yang kami timbulkan.<br /><br />Waktu demi waktu, tak terasa kami lewati di petang hari yang mulai merambat ke pukul lima. Kami kini sudah masing-masing terlentang di sehelai tikar yang berada di saung kebun salak tersebut.<br /><br />Kami menatap langit-langit saung itu, dengan nafas yang memburu karena kecapaian. Tria terlihat segar wajahnya karena telah mencapai orgasmenya yang kesekian kali. Tangan kirinya meremas lembut tangan kananku. "Bang, Tria cinta Abang. Abang cinta Tria, 'kan?"<br /><br />Pertanyaan Tria ini, hanya kutanggapi dengan senyuman. Sambil kumiringkan ke kanan, kukecup bibirnya. Dan kukatakan, "Cinta dong. O ya... Sudah sore, nih! Pulang, yuk? Abi dan Ami dan Adik-adik Tria udah nungguin kayaknya."<br /><br />"Ayuk deh, Bang, kita pulang. Tapi, Jumat depan, kita bercinta lagi ya?" pintanya sambil masih menatap langit-langit saung.<br /><br />Ya Allah, nih anak. Bikin gemas. Nafsunya gede banget. "Tentu sayang!"<br /><br />Kami pulang. Dan aku mengantar Tria hingga ke pintu halaman rumahnya. Hafiza, ibundanya, menyambut Tria dengan suka cita. Hafiza melambaikan tangannya kepadaku dengan senyum manisnya yang mengembang, "Terima kasih Ustad, sudah mengantar Tria dari Mesjid."<br /><br />"Sama-sama, Kak Fiza!" seruku dengan senang. Ah, Kak Fiza. Kau pun menggairahkan sekali. Tidak anak, tidak ibundanya, sama saja. Kau menyiksaku terus tiap hari.<br /><br />Mandi soreku kali itu kembali berulang, dengan masturbasi membayangkan Tria. Dan juga, Kak Fiza ibundanya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-88592666921776687172012-06-21T08:25:00.004-07:002012-06-21T08:25:41.949-07:00AnisPerkenalkan, nama ku arie... Sekarang aku berusia 40 tahun, aku bekerja sebagai juru parkir. Aku bekerja dari jam 5 sore sampai jam 12 malam. Aku belum menikah. Aku tinggal bersama kakak ku dan anak-anaknya. Kakakku sudah mempunyai 2 orang anak, Dua-duanya perempuan. Ia sudah bercerai dengan suaminya saat anak keduanya berusia 2 tahun. Sebagai kepala keluarga kakakku kerja keras membanting tulang, ia membuka warung kopi di terminal di kotaku.<br /><br />Ia pulang menutup warungnya jam 5 sore dan aku bergantian kerja setelah kakakku pulang. Keseharianku disaat kakakku tidak ada dirumah akulah yang menjaga keluargaku. Anak pertamanya bernama Anis, 15 tahun dan yang keduanya bernama angel, 11 tahun. Keduanya sangat berbeda sikap dan tingkah lakunya. Namun sama sama manja. Cuma bedanya yang sulung manja nya tidak segan-segan denganku dan yang bungsu manjanya tidak keterlaluan.<br /><br />Suatu hari, saat jam 12 siang. Aku bangun tidur dan setelah selesai mandi dan makan aku biasanya suka sekali bermain game di laptopku. Keponakanku sudah pulang sekolah, dan ketika aku ingin bermain kau lihat keponakanku, Anis sudah mulai main game duluan. Sebagai Paman aku mengalah dengan keponakanku. Ketika Anis sudah merasa bosan akhirnya ia menyerahkan laptop kepadaku.<br /><br />Akupun memulai permainan, ketika sedang asyik Keponakanku, Angel datang menggangguku, seakan ingin juga ikut bermain. Namun setelah kutanya Angel tidak mau main. Angel berbaring di sofa sambil melihatku bermain, Angel suka sekali menghisap jempolnya dan baring sambil mengangkangkan kedua kakinya. Terlihat jelas dimataku celana dalam putih yang dipakainya karena ia masih menggunakan rok sekolahnya.<br /><br />Aku pura-pura pergi mencari Anis, namun kutemukan dia sudah dalam keadaan pulas dikamarnya. Aku kembali ke laptopku dan melanjutkan permainan. Tiba-tiba saja setan merasuki otakku untuk menjamahi Angel, langsung saja mataku melotot melihat pemandangan indah dari angel. Sedangkan Angel sangat suka bila ia diperhatikan gayanya berbaring. Karena ia sering dimarahi ibunya kalau ia seperti itu di mata ibunya, ia senang karena aku tidak marah seperti ibunya malahan aku membiarkannya bebas.<br /><br />Akupun merasa ingin sekali meraba kemaluannya apalagi ini kesempatan emas buatku. Langsung saja tanganku pura-pura menyentuh pahanya dan menyandarkan tanganku di pahanya. Setelah tidak ada reaksi aku meraba-raba pahanya sambil bercanda dengannya agar ia tidak marah dan membiarkanku saja meraba-raba kemaluannya.<br />" Angel, mau main gak? " pancingku<br />" Gak ah, Angel gak tahu cara mainnya " katanya<br />" Om ajarin mau gak? " tanyaku<br />" Om main aja, Angel senang liat Om main, Om jago main game " katanya<br />" Oh ya, celana dalamnya bagus, baru deh kayaknya " kataku sambil menyentuh celana dalamnya<br />" Iya om, baru di beliin mama kemaren " katanya<br />" Sayang donk di pake, lepasin aja celana dalamnya " kataku<br />" Ih om, malu donk Om, ntar Om malah pandangin pepek Angel terus, dari tadi aja Om pelototin pepek Angel terus walaupun masih pake celana dalam " katanya<br />" Emang, Om pengen tahu aja pepek angel udah ada bulu atau belom " kataku sambil menyelipkan jariku ke dalam cd nya<br />" Belom donk Om, angel kan masih kecil, kalo kak Anis bulu pepeknya lebat kayak bulu ketek Om " katanya<br />" Dari mana kamu tahu? " tanyaku<br />" Udah sering Om Angel liat kak Anis telanjang di kamarnya " katanya<br />" Buka aja ya celana dalamnya ? " kataku sambil melepaskan celana dalamnya<br />" hehehe.. " ia tersenyum kala iya melihatku serius melihat jelas pepeknya<br />" Aduh, burung Om pengen keluar nih " kataku sambil melepaskan celanaku<br />" Ih, Om.. malu donk om, burungnya besar banget " katanya<br />" Daripada kamu isap jempol terus mendingan isap burung Om " kataku<br />" Hmmm... hehehe.. Besar amat burungnya.. om, tapi coba sini Angel mau coba rasain... " katanya penasaran<br /><br />Angel benar-benar menganggap kontolku sebagai jempol yang sering dihisapnya. Aku menikmati sekali hisapannya, apalagi sedotannya di kepala penisku. Beberapa menit kemudian cairan spermaku keluar didalam mulutnya.<br />" Aggghhh... yeeaaaahhhh aaahhh aahhh " erangku<br />" hiiii, hueeekkk... air apa nih om, kok kental amat gak enak lagi rasanya, eneg banget rasanya om " katanya<br />" Itu vitamin Angel, telan aja.. sehat kok " kataku sambil mengatur nafas<br /><br />Setelah selesai dan aku kembali mengenakan celanaku aku pergi kewarung untuk memebeli rokok. Sambil berjalan aku membayangkan bahwa Angel kali ini gampang sekali dan sudah bisa aku taklukkan. Nanti aku akan mencoba Anis, apa Anis bisa ku taklukkan atau tidak. Setelah itu aku pulang kerumah dan kembali bermain game, Angel aku beri pengarahan.<br />" Angel, kamu tidak boleh bilang sama siapa-siapa ya kamu hisap burung om tadi, apalagi sama mama dan kak Anis, pokoknya ini rahasia. Ini ada uang 5 ribu buat kamu, ambil aja sebagai hadiah " kataku<br />" Sip deh om, nanti kalo Angel perlu uang buat jajan, angel hisap lagi burung om, mau gak ? " katanya lugu<br />" Iya, mau donk.. udah pergi main aja sana sama teman-temanmu " kataku<br />" Om mau ke kamar kak Anis, mau bangunin dia makan " kataku<br /><br />Angelpun keluar bermain sama teman-temannya, aku kembali masih belum puas setelah ejakulasi pertama, aku ingin ngentot sama Anis. Aku pergi kekamar Anis, ku lihat ia sedang tidur dengan posisi kaki sebelah terangkat keatas dan ia tidur berbaring. Jelas sekali di mataku Anis memakai celana dalam hitam. Kudekati Anis dan pura-pura untuk membangunkannya tidur. Tapi Anis sudah sangat pulas dan tidak sadar sama sekali dengan sentuhan tanganku.<br /><br />Segera saja aku melepaskan celanaku dan celana dalamku. Aku naik ketempat tidur dan memegang kontolku dengan tangan kiri, tangan kanan ku membuka sedikit celana dalamnya dari samping. Kuarahkan kontolku ke pepeknya. Langsung saja kupaksakan kontolku masuk kedalam pepeknya dan akhirnya masuk.<br />" Awww...aduuuuhhh... sakit... " katanya sadar dan melihatku menindih tubuhnya<br />" Om... kenapa Om? Apa-apaan ini? Aduh Om... kenapa mau memperkosa Anis? Aduh... sakit sekali Om... lepasin Om kontolnya donk Om " katanya kesakitan, heran dan sedih...<br />" Tanggung Nis, lanjutin aja.. lagian perawan kamu udah jebol dengan kontol Om.. buat apa disesali lagi " kataku<br />" Om... please... jangan om. " katanya<br />" Ah masa bodoh " kataku sambil memompa pepeknya<br />Beberapa menit kemudian Anis mengerang dan mendesah nikmat, namun airmata nya mengalir di pipinya... Setelah puas memompa pepek Anis akhirnya aku menyemburkan spermaku ke dalam pepek Anis.<br /><br />" Agghhh ahhhhh...aahhhh yeaahhh " erangku<br />" Om, aduhhh... di masukkin kedalam lagi tuh, ya ampun om.. kalo Anis hamil gimana? " katanya<br />" Gak bakalan hamil, soalnya sperma Om udah keluar tadi di hisap sama Angel " kataku<br />" Ya ampun Om, mama... om ma.. tolongin om udah gila " Katanya pelan<br />" Enak aja kalo ngomong, om belom gila... Udah mandi aja sana " kataku sambil memakai pakaianku<br />" Om, sinting.. om gila.. tega perkosa keponakan sendiri " katanya<br /><br />Setelah kejadian itu aku akhirnya Anis menutup diri denganku, namun ia tidak menceritakan kelakuanku terhadap dirinya dan adiknya. Walaupun ia menutup diri tetapi aku tidak, aku tetap memperkosanya lagi saat aku merasa konak.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-84249555624412236942012-06-21T08:24:00.001-07:002012-06-21T08:24:41.334-07:00GembalaPembaca yang tidak pernah tinggal di desa atau di kampung akan sulit membayangkan situasi dimana aku bercerita. Sedangkan mereka yang masa kecilnya tinggal di desa mungkin akan lebih mudah mencerna ceritaku.<br />Aku bukan berasal dari keluarga berada. Orang tuaku adalah petani biasa yang memiliki sebidang tanah dan 2 ekor sapi. Sepulang sekolah dasar, aku menggiring sapi-sapiku ke lahan di tepi hutan. Disana biasanya sudah ada Adi dan Sumadi. Mereka juga menggembalakan sapi. Sambil menunggu sapi-sapi merumput kami bertiga melakukan berbagai aktivitas, seperti mencari ikan di sungai, atau menguras parit-parit kecil ( kami menyebutnya nawu)yang ada ikannya, mencari buah-buahan yang dapat dimakan seperti jambu biji, petai cina atau tebu. Anak gembala memang agak rakus, yang kami biasa menyebutnya nggragas.<br />Aku, Adi dan Sumadi kira-kira sebaya lah antara 9 sampai 11 tahun. Aku sendiri umurnya 10 tahun. Jika hari libur sekolah kami bisa seharian berada di daerah penggembalaan. Pada jam-jam makan saja kami kembali ke rumah yang memang tidak terlalu jauh.<br />Selain kami bertiga kami juga sering bermain dengan anak perempuan . Mereka adalah Ina dan Rini. Kedua mereka setiap hari mencari kayu bakar di hutan dekat kami menggembala. Kadang kala kalau kami mendapat ikan, dan kami bakar, mereka ikut makan. Aku dan teman-teman juga sering membantu mereka mengumpulkan kayu bakar. Pada waktu itu tidak ada perasaan perbedaan gender. Mungkin karena kami masih anak-anak.<br />Bahkan kalau kami mandi di sungai mereka ikut bergabung. Kami kalau mandi tidak pernah pakai basahan, atau celana. Kami mandi telanjang. Biasanya ketika melepas celana, burung kami tutup dengan menangkupkan tangan ke bagian kemaluan lalu buru-buru terjun ke air. Ina dan Rini mereka mandi masih pakai basahan, yaitu celana dalam mereka.<br />Meskipun mereka tidak menutup bagian dada mereka, tetapi kami tidak tertarik memandangi tetek mereka. Seingatku tetek mereka berdua belum besar, meski agak sedikit lebih bengkak dari milik kami yang laki-laki.<br />Mungkin karena kami orang desa yang jauh dari informasi kota, jadi tidak ada rasa malu kami mandi bersama. Pada waktu itu, televisi masih terbatas hitam putih, dan masih sangat jarang orang yang memiliki. Aku sesekali menonton televisi di balai desa. Itupun di layarnya seperti banyak semutnya.<br />Aku ingat pada waktu itu Ina dan Rini masih duduk di kelas empat. Aku juga kelas empat tetapi beda sekolah.<br />Kami berlima sangat kompak dan saling membantu. Meski mereka cewek, tetapi mereka mau membantu menarik atau menggiring-sapi-sapi gembalaanku.<br />Namun kekompakan kami tidak berlangsung lama, karena ketika aku naik ke kelas lima Sumadi tidak lagi memiliki sapi, karena dijual orang tuanya. Sumadi sendiri kemudian diminta membantu bertani oleh ayahnya. Adi juga tidak lagi menggembala, karena orang tuanya ikut transmigrasi.<br />Tinggallah aku dan Rini serta Ani. Kami masih kompak bertiga. Karena aku tidak mempunyai teman menggembala, maka mereka sering menemani main di daerah gembalaan. Kuingat waktu itu orang tuaku menukar sapinya dengan 3 ekor kerbau. Aku lebih senang menggembala kerbau karena lebih menurut dan yang paling asyik bisa kami naiki. Rini dan Ani paling senang ikut jalan pulang sambil menaiki kerbauku.<br />Kegiatan kami bertiga masih seperti dulu termasuk mandi di sungai sambil menunggu kerbau berendam di air.<br />Ada yang agar berbeda setelah kedua cewek itu kelas 5, mereka sekarang kalau mandi pakai basahan atasan seperti singlet atau kaus oblong. Aku mulanya tidak menghiraukan, tetapi akhirnya mataku menangkap bahwa dibalik basahan atas itu ada menyembul tetek mereka yang mungkin tumbuh lebih besar.<br />Kedua cewek itu meski suka mandi di sungai, tetapi mereka tidak bisa berenang. Sedang aku sangat mahir berenang, terutama gaya bebas atau gaya berenang kali. Sungai yang suka kami jadikan tempat mandi bukanlah sungai yang terlalu besar. Lebarnya hanya sekitar 10 meter dan juga tidak terlalu deras dan banyak bagian yang dangkal. Aku bersama kedua cewek itu sering mencari kijing, semacam kerang yang hidup di sungai. Kami mencarinya dengan meraba-raba dibagian bawah pasir. Jika dapat banyak kami bawa pulang dan menyerahkan ke emak untuk dibuat masakan. Tetapi jika tidak banyak biasanya kami kumpulkan di bagian tepi sungai lalu kami pagari agar tidak hanyut.<br />Mencari kijing sering kali di area yang agak dalam yakni airnya setinggi dada anak-anak. Aku biasanya harus menyelam dan hasilnya aku berikan kepada mereka yang menunggu sambil berdiri.<br />Pada waktu menyelam aku sering memandangi kemaluan mereka yang terbungkus celana dalam putih. Jika terendam air, maka belahan kemaluan mereka terlihat agak jelas. Entah kenapa aku senang melihat belahan memek mereka yang terendam air. Kalau mereka mentas aku tidak bisa leluasa menatap ke memek mereka. Mungkin dengan pertambahan usia ada dorongan lebih besar untuk mengetahui kemaluan lawan jenis serta mungkin rangsangan sex mulai tumbuh juga. Dulu ketika kelas 4 aku masih tidak peduli dengan perempuan. Tapi setelah kelas 5 ada rasa malu, tapi ada rasa penasaran ingin tahu.<br />Kebetulan badanku agak bongsor dibanding Ani dan Rini meskipun usia kami sebaya, tetapi tinggiku sejengkal lebih dari mereka.<br />Karena badanku agak tinggi maka mereka sangat mengandalkan aku mencari kayu bakar. Aku bisa memanjat pohon untuk menarik dahan-dahan kering, atau menarik batang kayu lalu memotongnya dengan golok. Entah kenapa menurut anggapanku, tenaga perempuan sangat lemas, sehingga untuk memotong kayu kering mereka kelihatannya kurang kuat. Pertolonganku sangat mereka berdua dambakan.<br />Tidak ada pamrih apa-apa atas pertolonganku kepada mereka, Aku hanya senang bersahabat, senang menolong mereka. Aku kadang-kadang membawa jajanan, seperti ubi rebus, pisang rebus buatan emak. Keluarga ku termasuk lebih baik ekonominya dibandingkan keluarga Ani dan Rini.<br />Di luar areal penggembalaan, kami juga berteman akrab. Beberapa kali aku membantu menimba air dari sumur di rumah Rini dan Ani. Maklum orang tua mereka janda. Aku jadi akrab dengan keluarga mereka.<br />Cerita erotisnya bermula dari kejadian ketika seperti biasa aku mengajak mereka mandi sungai setelah selesai mengumpulkan kayu dan aku sekalian menunggu kerbau berendam. Ani menolak, karena katanya dia tidak punya ganti. Dia tidak pakai daleman, artinya tidak pakai celana dalam dan kaus singlet.<br />Pada waktu itu aku berpikir polos saja, tanpa maksud macam-macam. Aku menawarkan bertiga mandi telanjang. Mulanya Rini dan Ani agak keberatan karena katanya malu. Aku beralasan tidak perlu malu karena tidak ada orang lain di situ. Selain itu kita bertiga kan sudah lama kenal bahkan sejak kecil. Jadi sudah biasalah melihat masing-masing telanjang.<br />Mereka tetap merasa malu. Namun sebenarnya mereka memang ingin mandi karena badannya gatal, mungkin karena tadi terkena bulu bambu (lugud) Mereka malu terhadapku. Waktu itu aku menemukan solusi. Aku menawarkan untuk menjauh dari mereka ketika mereka buka baju dan masuk ke air. Aku berenang ke hilir, menghampiri kerbauku dan aku waktu itu memulai membuang rasa malu dengan langsung telanjang di depan mereka. Ani dan Rini membuang muka ketika tahu aku mau bertelanjang Aku berenang ke hilir.<br />Jaraknya tidak terlalu jauh, tetapi karena sungainya berbelok, jadi aku memang tidak bisa melihat mereka. Setelah mereka memberi aba-aba telah nyemplung ke air, barulah aku kembali menghampiri mereka.<br />Kami bercanda, siram-siraman air, dan yang istimewa hari itu kami bertiga telanjang mandi di sungai. Aku mengajari mereka ciblon ( atau main air yang menimbulkan suara). Untuk bisa melakukan ciblon badan harus terendam air paling tinggi sepinggang, sehingga leluasa melakukan gerakan.<br />Mereka ingin melakukan ciblon, tetapi malu karena tetek yang baru numbuh akan terlihat oleh ku. Aku biarkan saja mereka bertahan dengan rasa malu, karena tidak mungkin dipaksa mereka agar tidak malu.<br />Nah sejak itu di hari-hari berikutnya kami bertiga jadi terbiasa mandi telanjang. Kami lebih suka karena tidak ada baju basah yang kami pakai sampai kerumah. Karena terbiasa telanjang, lama-lama jadi berkurang rasa malunya. Ani dan Rini mulai berani keluar dari air sampai setinggi pinggang. Artinya mereka membiarkan aku melihat tetek mereka yang baru tumbuh.<br />Sejujurnya aku tertarik melihat tetek-tetek itu, tetapi agar mereka tidak malu, aku bersikap seolah tidak pernah menatap tetek mereka.<br />Kami jadi tidak terhalang lagi oleh rasa malu. Mereka hanya masih menyembunyikan kemaluan mereka. Sedang aku entah karena ada bakat exhibionis atau apa aku bebas saja melepas celana ku dan masuk ke air. Sedang mereka saat itu tidak mensyaratkan aku berpaling, mereka hanya menutup memeknya dengan tangan lalu masuk ke air.<br />Kami bercanda di air. Aku sering menyelam dan tiba-tiba muncul diantara kedua kaki Ani atau Rini. Jadinya mereka seperti tergendong di pundakku lalu menjatuhkan diri sambil berteriak-teriak.<br />Aku ingat pada waktu itu, jika aku sering bersentuhan dengan tubuh mereka, penisku jadi mengeras. Kadang-kadang aku malu kalau sedang ngaceng begitu, sehingga mentasnya agak lama. Tapi yang sering meski ditunggu mentas lama sampai kedinginan , penisku tidak bisa turun dari ketegangan. Mereka bertanya-tanya kenapa ketika mentas aku menutup kemaluanku, sedang tadi waktu masuk ke air tidak malu.<br />Aku nggak bisa beralasan kecuali jujur ku katakan bahwa kemaluanku ngaceng. Keduanya saling berpandang-pandangan karena tidak ngerti arti ngaceng. Aku bilang saja bahwa burungku tegang. Mereka malah makin bingung. Maklumlah anak desa yang masih polos dan belum banyak mengerti soal sex.<br />Rini dan Ani rupanya penasaran dan memaksa aku menunjukkan burungku yang tegang. Aku awalnya menolak, karena malu. Entah ide dari mana aku kemudian mau dengan syarat barter. Artinya kalau aku menunjukkan kepada mereka kemaluanku yang tegang, aku harus diperbolehkan melihat kemaluan mereka juga.<br />Mereka keberatan dengan tawaran itu. Jadinya aku tetap tidak memperlihatkan. Tapi Ani rupanya lebih penasaran dibanding Rini, sehingga dia mengalah lalu membujuk Rini agar ikut memperlihatkan memeknya juga.<br />Posisi kami pada waktu itu sudah memakai celana sehabis mandi. Maka kami sepakat bersama-sama membuka kemaluan kami pada hitungan ketiga. Kami sama-sama menghitung dan pada hitungan ke tiga Aku, Ani dan Rini menurunkan celana. Tetapi Rini dalam sekejap sudah menaikan lagi lalu diikuti Ani, maka aku pun ikut menaikkan celana. Sehingga baik aku maupun mereka sama-sama tidak jelas melihat kelamin lawan jenis.<br />Kami tidak puas dan membuat aturan baru bahwa setelah hitungan ketiga, kami memperlihatkan diri dan tetap terbuka sampai hitungan ke sepuluh yang dimulai dari angka satu lagi. Akhirnya kami saling memperlihatkan kemaluan kami masing-masing dalam waktu sekitar hanya kurang dari 10 detik.<br />Aku sebenarnya kurang puas, karena harus melihat 2 memek sekaligus dan bentuknya hanya seperti belahan pantat yang kecil saja. Sedangkan kemaluan ku bisa terlihat semua tidak ada yang disembunyikan. Tapi aku mau protes, tidak tahu apa yang harus kukatakan, karena pada waktu itu aku mengira ya memang sesederhana itu saja kemaluan cewek.<br />Ternyata yang protes malah Ani. Dia ingin melihat lebih jelas lebih dekat, Dia bertanya, kenapa penis yang tadinya kuyu bisa mengeras dan membesar. Dia juga merasa lucu melihat kepala penisku yang seperti topi baja. Waktu itu aku memang sudah sunat.<br />Ani meminta aku membuka lebih lama dan memperbolehkan dia melihat lebih dekat, karena penasaran saja. Aku setuju adalah mereka juga mau memperlihatkan lebih lama.<br />Ani yang penasaran memaksa Rini untuk menerima syaratku. Rini meski kelihatan berat hati karena malu akhirnya setuju juga.<br />Giliran pertama aku harus berbaring dan membuka celanaku. Merasa akan diperhatikan, penisku menegang. Ani dan Rini cekikikan melihat profil penisku. Dia menanyakan kantong zakar, lalu kepala penis. Yang cilaka aku diminta mereka untuk melemaskannya. Permintaan itu tidak mungkin aku bisa lakukan. Sampai saat itu aku belum mengenal onani.<br />Aku tidak bisa menjawab ketika ditanya kenapa. Aku hanya mengatakan bahwa penis ini mengeras dan mengendur sendiri bukan karena keinginanku.<br />Dari hanya memperhatikan dari dekat, akhirnya Rini malah penasaran ingin memegang. Dia ingin tahu sekeras apa penisku. Tanpa ngomong apa-apa dia menekan batang penisku dengan ibu jari dan telunjuk. Aku terkejut dan badanku seperti dialiri listrik karena merasa kenikmatan disentuh. Melihat aku terkejut, Rini pun terkejut dan melepas sentuhannya. Ketika mereka mengira aku kesakitan, aku terus terang mengatakan bahwa sentuhan itu rasanya enak dan nyetrum ke seluruh tubuhku. Aku lalu minta Rini menyentuh lagi, Ani malah ikut-ikutan menekan penisku. Tanpa kusadari aku mendesah nikmat. Mereka jadi seperti disemangati oleh desahanku. Tiba-tiba ada dorongan kuat dari dalam diriku dan aku mencapai orgasme untuk yang pertama kali dalam hidupku. Waktu itu aku belum mengeluarkan sperma, sehingga penisku hanya berkedut-kedut saja. Aku segera menyingkirkan kedua tangan mereka karena tiba-tiba penisku terasa sangat geli kalau disentuh. Aku membekam penisku sampai orgasmenya reda. Mereka terheran-heran melihat aku seperti kesurupan. Setelah reda orgasmenya aku mengatakan bahwa baru saja aku merasakan suatu kenikmatan yang amat sangat dan belum pernah aku rasakan. Pelan-pelan penisku melemah dan akhirnya kempis. Proses itu diikuti oleh mereka dan ketika sudah melemah mereka kembali menekan-nekan penisku yang lembek.<br />Aku lalu ingat janji mereka untuk memperlihatkan organ mereka. Ketika mereka kutagih, keduanya ingkar dan berusaha menyembunyikannya. Aku tentu sangat kesal, tapi tidak mungkin memaksa mereka.<br />Aku diam saja dan mengatakan kepada mereka bahwa aku marah, karena Ani dan Rini tidak adil. Keesokan nya aku tidak mau membantu mereka mencari kayu bakar. Aku bahkan menjauh dari mereka.<br />Hanya dua hari mereka bisa bertahan berjauhan dengan ku. Pada hari ketiga Ani dan Rini mendekatiku dan merayuku untuk rujuk kembali dan mereka mengaku salah. Bukan itu saja mereka mau menepati janjinya, asalkan aku mau membantu mereka kembali mencari kayu bakar.<br />Aku menerima pertemanan mereka dan langsung menuntut janji mereka. Pertama aku minta Ani berbaring dan membuka celana dalamnya. Ani berbaring dan langsung mengangkang. Terlihat belahan memek dan di bagian dalamnya agak berwarna merah. Aku mencoba menyibak belahan memeknya, terlihat ada seperti gelambir kecil dan lubang kecil di bawahnya. Di situ aku baru tahu bahwa memek tidak mempunyai lubang di depan, tetapi di bagian bawah. Di bagian depan lipatan memek malah tidak ada apa apa. Aku menyentuh gelambir kecil yang sekarang ku tahu bahwa itu adalah labia mayora. Ani terjungkat ketika bagian itu kusentuh. Dia mengatakan geli, sehingga dia menepis tanganku. Puas melihat memek Ani aku menuntut r<br />Rini juga menunjukkannya.<br />Memek Rini sama dengan Ani, hanya yang mengesankan bagiku, gundukan memeknya lebih gemuk. Rini pun berjungkat ketika gelambir kecil memeknya aku sentuh.<br />Ketika aku mengobservasi memek mereka, kemaluanku tegang sekali.<br />Mereka kemudian menuntut untuk melihat kembali kemaluanku. Aku tanpa menunggu lama langsung memelorotkan celanaku sambil berdiri. Ani dan Rini jongkok di depanku sambil tangannya menyentuh kemaluanku. Rini meremas kantong zakarku. Aku berteriak karena sakit. Mereka kucegah menekan bagian itu kuat-kuat. Keduanya lalu seperti pertama dulu menekan-nekan penisku sampai aku kembali orgasme. Ani dan Rini senang melihat proses penisku menyusut.<br />Sejak saat itu tidak ada lagi rasa malu di antara kami. Namun keakraban itu sangat kami rahasiakan. Meskipun aku ingin sekali bercerita kepada banyak orang mengenai pengalamanku dengan perempuan karena pengalaman ini kurasakan sangat luar biasa, tetapi aku terpaksa menahannya dan menyadari kalau cerita itu terbuka keluar maka aku akan menghadapi masalah dan membuatku juga malu.<br />Aku jadi rajin mengembala, dan Ani serta Rini rajin pula mencari kayu bakar. Kegiatan diakhiri dengan mandi di sungai bersama-sama. Kami tidak lagi merasa perlu mandi dengan basahan, sebab sudah tidak ada lagi rasa malu diantara kami bertiga. Aku bahkan tidak hanya mandi bersama tetapi biasa bermain diair sambil bergulat memeluk dan memegang tetek maupun kemaluan mereka. Aku pun begitu. Kadang-kadang aku digeret dari pinggir sungai sampai masuk ke air dengan memegang penisku.<br />Kegiatan selalu diakhiri dengan aku mencapai orgasme setelah dipegang-pegang oleh tangan kedua cewek. Entah karena naluriku atau juga naluri dari cewek-cewek itu, akhirnya kami menemukan permainan mengocok penisku sampai aku orgasme. Sebabnya penisku tak kunjung mencapai orgasme hanya dengan dipegang-pegang saja. Lama-lama jadi agak Imun.<br />Selanjutnya aku menemukan kenikmatan ketika memeluk salah satu dari cewek itu dari belakang. Penisku yang menegang menusuk belahan pantat. Rasanya nikmat sekali.<br />Sampai sejauh itu baik aku maupun kedua cewek itu belum mengetahui hubungan sex antara pria dan wanita. Aku menemukan permainan baru yang menimbulkan kenikmatan lebih tinggi dengan menggesek-gesek penisku di belakang belahan pantat mereka.<br />Ani maupun Rini senang dibegitukan meskipun mereka sering mengeluh merasa geli. Aku juga paling senang meremas-remas susu mereka yang baru tumbuh, karena rasanya kenyal dan nikmat sambil aku memeluk dari belakang.<br />Mereka berdua mengaku merasa nikmat jika aku meremas-remas gundukan kemaluan mereka. Hanya saja mereka marah jika ketika aku meremas memek mereka lalu jariku yang terperosok ke dalam belahan memeknya aku cium. Menurutku bau memek mereka agak aneh. Apalagi sebelum mandi, baunya agak pesing. Tetapi setelah mandi, nyaris tidak ada baunya. Jariku kadang-kadang terkena lendir yang kalau sudah gitu aku mencucinya dan membersihkannya dengan pasir. Aku merasa geli jika lendir itu terkena di jariku. Tapi anehnya aku suka mengorek-ngorek memek mereka meski risikonya terkena lendir.<br />Bahasa kami waktu itu adalah turuk untuk menyebut memek, dan peli untuk menyebut penis.<br />Sebagai penggembala kerbau aku terbiasa melihat kerbau melakukan hubungan kelamin. Namun kali ini aku tertarik melihat hewan peliharaanku melakukannya. Entah kenapa, kemaluanku jadi menegang. Aku memperhatikan apa yang dilakukan kerbauku ketika kawin. Semula aku mengira, batang penis kerbau dimasukkan ke lubang pantat betinanya. Namun kemudian setelah aku amati lebih jeli ternyata bukan masuk ke lubang pantatnya.<br />Ketika aku mengamati kerbauku kawin aku sempat diejek Rini dan Ani. Kata mereka aku melihat apa kok serius sekali. Aku katakan, penasaran ingin tahu apa yang dilakukan kerbau kawin.<br />Rini dan Ani ternyata lebih tahu. Baru kutahu ketika Ani menceritakan bahwa binatang kawin itu dengan memasukkan kelamin prianya ke lubang kelamin betinanya. Dengan begitulah mereka kemudian punya anak.<br />Entah kenapa sejak penjelasan itu aku jadi punya keinginan seperti yang dilakukan kerbau-kerbauku. Jika sebelum ini kami bermain peluk-pelukan di dalam air dan aku menyelipkan penisku di pantat mereka, sekarang aku punya ide permainan, kawin-kawinan.<br />Masih di dalam air baik Ani maupun Rini aku suruh menunduk dengan bertopang pada lutut, lalu aku menusukkan penisku di belahan pantat mereka. Mulanya Ani dan Rini tidak mau, tetapi karena aku terus membujuk mereka akhirnya mau. Mereka katanya takut punyak anak.<br />Aku jadi ketagihan main kawin-kawinan. Setelah berkali-kali dan ternyata Ani dan Rina tidak punya anak akhirnya kami jadi sering main begituan. Kalau dulu kami mainnya di dalan air, setelah itu kami main di luar. Aku tidak tahu waktu itu bahwa penis itu harus dimasukkan ke dalam lubang vagina. Sebab dengan menyelipkan penisku diantara lipatan memeknya sudah terasa nikmat sekali.<br />Rini dan Ani sering menolak aku ajak main kawin-kawinan, karena mereka merasa memeknya geli.<br />Aku ingat suatu waktu ketika kami sedang mengumpulkan kayu, di tengah hutan menemukan semacam bangku, bekas orang membuat papan di hutan. Aku tidak ingat apakah Rini atau Ani yang memulai. Tapi dia mencopot celananya dan tidur telentang dibangku itu lalu aku diminta buka celana. Penisku dipegangnya lalu seperti dioles-oleskan ke belahan memeknya. Katanya penisku menimbulkan kenikmatan. Aku memang melihat dia kadang-kadang mengejang. Sementara aku diam saja karena aku juga merasa nikmat. Tapi perbuatan mereka itu tidak bisa mengantarkan aku sampai orgasme. Kedua-duanya melakukan itu dan reaksinya sama, mereka kadang-kadang mengejang.<br />Aku sebenarnya kurang suka karena penisku kena lendir mereka dan baunya agak pesing, Tapi karena mereka terlihat nikmat aku jadi mengalah saja.<br />Berkali-kali kami melakukan adegan itu, sampai aku melihat lubang di memek yang kelihatan memerah. Aku pikir lubang itu yang bisa dimasuki penisku seperti kerbau memasukkan penisnya kelubang belakang betinanya.<br />Aku katakan akan mencoba menusuk lubang itu. Mulanya mereka mau mencoba, tetapi ketika di coba mereka mendorongku karena terasa sakit. Aku sampai hampir jatuh kejengkang ketika Ani mendorongku. Ketika kucoba ke Rini dia juga akhirnya mendorongku, karena katanya memeknya perih.<br />Meski mereka tidak mau tapi, aku tetap penasaran. Mereka masih tetap ketagihan mengoser-oser penisku di belahan memeknya. Jika semula tangan mereka yang memegangi penisku, kini kuambil alih akulah yang mengoser-oser. Aku perhatikan jika lama aku mengoser-oser ke memek Ani, dia lama-lama ngompol karena memeknya jadi makin basah. Si Rini sama juga. Ani mulai kejang-kejang jika aku menggesekkan kepala penisku ke belahan memek mereka. Aku sudah bertekad mengambil kesempatan untuk menusukkan penisku ke dalam lubang memek Ani ketika dia sedang mengejang. Saat Ani mulai mengejang aku terus menggesekkan penisku sampai dia mendesis desis. Kepala penisku sudah tepat di depan lubang memek yang merekah merah. Dengan gerakan tiba-tiba aku tekan sekuat tenaga. Penisku yang keras itu masuk seluruhnya ke dalam lubang Ani. Dia menjerit dan menangis, tetapi tangannya menahan pinggulku . Padahal aku ingin mengeluarkan penisku dari lubang itu, takut nyangkut seperti anjing. Ani menahannya, katanya memeknya perih. Tapi ketika aku bilang kalau tidak dilepas nanti takutnya gancet (istilah kelamin anjing yang tak bisa lepas sesaat ketika habis bubungan kelamin). Ani akhirnya melemaskan pegangannya dan aku diarahkan menariknya pelan-pelan. Aku lega karena penisku bisa lepas dari lubang memeknya, tetapi aku takut, karena penisku berdarah. Hari itu Ani marah dia mengajak pulang Rini sambil tertatih-tatih membawa kayu bakar.<br />Keesokan harinya Aku tidak melihat kedua cewek itu. Aku sebetulnya ingin minta maaf jika mereka datang. Ani masih cemberut ketika kutemui bermain dekat rumahnya. Dia tidak mau banyak bicara ketika kuajak bermain.<br />Aku akhirnya pasrah dan membiarkan Ani membenciku. Padahal aku pun tidak tahu kalau perbuatan itu mengakibatkan dia berdarah. Tadinya aku kira penisku yang luka. Tetapi setelah aku cuci tidak ada bagian yang terluka. Aku jadi mengingat-ingat kejadian berdarah itu. Penisku terasa terjepit oleh memek Ani dan nikmat sekali. Tapi aku sempat kalut ketika tiba-tiba teringat anjing kawin bisa gancet.<br />Di hari ketiga Ani dan Rini kembali muncul. Ani kelihatannya sudah melupakan marahnya dan mengajak aku mencari kayu. Entah dia terpaksa berbaikan dengan aku atau memang dia bisa menerima kesalahanku. Tapi bisa saja dia terpaksa, karena tanpa bantuanku dia tidak bisa mendapat banyak kayu bakar. Atau mungkin juga dorongan Rini yang juga merasakan tidak bisa mengumpulkan kayu bakar lebih banyak tanpa bantuanku.<br />Namun kali itu mereka tidak mau ketika kuajak mandi bareng. Mereka berdua memilih pulang lebih cepat. Aku kemudian juga kehilangan selera mandi di sungai sendirian. Aku memilih nanti saja mandi di sumur di rumah.<br />Seminggu kira-kira hubungan kami agak renggang. Setelah itu hubungan kami kembali normal dan keduanya mau mandi bareng lagi di sungai dengan telanjang. Aku tidak berani memeluk keduanya dari belakang seperti yang aku lakukan sebelumnya. Aku takut Ani marah. Jadi kami hanya bercanda dengan bermain air dan saling siram. Aku sempat heran juga ketika kami mentas, Ani berinisiatif mengocok penisku sampai aku memuncak.<br />Entah dorongan nafsu atau ingin mendapat kenikmatan lagi Ani meminta pinjam penisku untuk dioles-oleskan di belahan memeknya. Si Rini pun juga minta begitu. Posisi kali ini bukan di hutan yang ada bangkunya, tetapi di pinggir kali. Aku membuat tatakan dari daun-daunan di balik kerimbunan semak sehingga jika ada orang lewat tidak bisa langsung melihat kami. Aku khawatir, meskipun di tempat itu jarang sekali ada orang melintas.<br />Aku duduk bersimpuh sementara Ani tidur telentang dan mengangkangkan kedua kakinya lalu dilipat. Penisku diraihnya lalu dia menggesek-gesekkan ke belahan memeknya. Aku melihat dengan seksama apa yang dilakukan Ani. Dia sebenarnya menekan-nekankan penisku di belahan memeknya, sehingga aku merasa penisku seperti ditarik-tarik. Aku mencoba mengikuti irama gerakannya. Ketika dia menekan ke memeknya aku ikut membantu dengan mendorongkan penisku. Berkali-kali melakukan gerakan itu, kepala penisku seperti terbenam. Rasanya nikmat sekali sehingga aku menginginkan mendorong terus. Memek Anik terasa licin sehingga ketika kuperhatikan penisku agak banyak terbenam ke dalam lubang memek Ani. Ketika sudah mencapai separuh penisku berada di dalam memeknya, Ani kutanya apakah dia merasa sakit. Dia hanya menggeleng. Aku tidak mengatakan bahwa penisku sudah masuk ke dalam memeknya, karena kupikir dia pasti bisa merasa. Aku merasa kenikmatan yang luar biasa karena penisku berada di dalam lubang hangat dan terasa sangat menjepit. Tangan Ani kuangkat dan aku minta untuk menggantikan kerja tangannya. Sambil kugerak-gerakkan aku mendorong terus penisku masuk ke dalam memeknya. Herannya penisku masuk terus sampai seluruhnya tenggelam. Pada waktu itu aku teringat lagi soal anjing gancet. Maka kutarik pelan-pelan penisku . Terasa sekali nikmatnya. Ketika akhirnya bisa terlepas, baru aku yakin bahwa kami tidak gancet, sehingga aku masukkan lagi penisku dan kali ini agak mudah masuknya. Aku terus mendorong sampai mentok. Kulihat reaksi ani bukan kesakitan. Ani kutanya pa yang dia rasakan, kata dia enak banget, karena memeknya terasa penuh dan mengganjal. Malah katanya lebih enak dari pada hanya dioles-oleskan di belahan memeknya. Aku menarik kembali pelan-pelan tapi tidak sampai lepas. Kuraksakan kenikmatan menjalari seluruh batang penisku dan ke seluruh tubuh. Aku teringat gerakan kambing dan anjing kalau kawin. Hewan itu jantannya melakukan gerakan maju mundur, maka aku kemudian melakukan gerakan itu dengan ritme yang cepat. Ani mendesis-desis, sambil berkata,” aduh enak banget……”<br />Rini yang memperhatikan apa yang kami lakukan bolak balik nanya ke Rini, enak gimana. Ani yang terus dicecar pertanyaan menjawab rada kesal sambil berteriak lirih “ Enaaaaak banget..”<br />Aku pun merasa enak sekali, jauh lebih enak dari pada dikocok pakai tangan. Aku tidak lagi bersimpuh tetapi sudah telungkup dan berstumpu pada siku, sambil terus melakukan gerakan maju mundur sampai akhirnya ada gelombang nikmat yang luar biasa. Saat yang kemudian aku kenal dengan orgasme aku menancapkan dalam-dalam penisku di memek Ani. Agak lama aku melepaskan denyutan penisku sampai akhirnya kenikmatan itu berangsur-angsur menurun. Aku menarik pelan-pelan penisku. Sempat kuperhatikan, tidak ada darah di penisku, tetapi penisku penuh dengan lendir.<br />Ani masih tidur telentang di semak persembunyai kami. Sementara aku keluar dari semak langsung nyebur ke sungai dan membersihkan penisku dari lendir-lendir dari memek Ani.<br />Ketika sedang asyik mandi, Rini memanggilku. Dia minta aku memeriksa Ani karena tidak bisa bangun. Aku sempat terkesiap. Ani aku datangi di semak persembunyian. Ketika kutanya dia ternyata bisa menjawab. Ani minta aku memasukkan lagi penisku. Aku yang baru mentas dari sungai dan masih telanjang, penisku belum tegang. Ketika aku coba memasukkan ke lubang memek Ani, tidak bisa masuk karena masih lemas. Tapi lama-lama makin mengeras sampai akhirnya keras seperti semula. Pada saat mengeras itulah aku baru berhasil memasukkan kembali penisku ke dalam memek Ani. Aku kembali merasakan kenikmatan seperti tadi. Aku sudah agak mengerti melakukan gerakan . Kali ini kenikmatan yang memuncak terasa lama sekali sampainya. Aku terus menggenjot. Ani mendesis-desis lalu tiba-tiba ia peluk aku erat-erat dan kedua kakinya melingkar ke badanku. Aku tidak bisa bergerak. Penisku terasa seperti diremas-remas oleh memek Ani. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata enaakk banget. Setelah melongarkan pelukan aku kembali menggenjotnya lebih cepat. Aku bersemangat, tetapi dalam hati bertanya, kenapa lama sekali gak nyampe kenikmatan seperti yang pertama tadi. Tiba-tiba Ani berteriak, terus-terus. Teriakan itu merangsangku sehingga aku makin cepat bergerak sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan lagi. Ani kembali memelukku erat sekali dan kakinya juga merangkul tubuhku.<br />Aku merasa lemas dan penisku ketika kutarik keluar dari memeknya sudah agak menciut.<br />Aku berbaring di samping Ani. Setelah istirahat sebentar kami lalu nyebur ke sungai. Ani berubah manja terhadapku. Dia berkali-kali minta aku gendong di dalam air.<br />Ani menceritakan kenikmatan yang baru dia dapatkan tadi kepada Rini. Ani memaksa Rini mencoba. Rini masih takut karena melihat Ani dulu berdarah dan kesakitan. “Sakitnya Cuma sebentar saja, sesudah itu enaknya luar biasa,” kata Ani.<br />Sebetulnya selepas mandi itu aku diminta Ani melakukannya ke Rini, tetapi karena hari sudah semakin sore, kami urungkan dan kami berjanji besok akan kami lakukan.<br />Aku sudah yakin bahwa manusia berbeda dengan anjing. Karena tidak bisa gancet. Oleh karena itu ketika aku melakukannya ke Rini aku sudah lebih percaya diri. Lubang memek Rini agak susah dimasuki, karena penisku berkali-kali terpeleset.<br />Berbeda ketika melakukan dengan Ani, Kepada Rini aku menekan penisku pelan-pelan sampai penisku bisa masuk. Saat penisku tidak bisa masuk lagi, padahal sudah hampir separuh berada di jepitan memeknya, aku pikir lubang memek Rini dangkal. Rini merasakan sakit, tapi katanya dia masih bisa tahan. Karena lubangnya dangkal aku jadinya melakukan gerakan dengan tidak sampai penisku separuh terbenam. Aku mulai merasakan nikmat sampai-sampai aku lepas kontrol. Tekanan penisku ke dalam memek Rini mungkin terlalu kuat sehingga Rini menjerit dan menangis. Aku terkejut juga dan meraba penisku, ternyata mentok alias masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Rini menahan gerakanku karena dia merasa memeknya ngilu. Aku menuruti kemauannya, meski pelan-pelan melakukan gerakan maju dan mundur. Merasa pegangan Rini melonggar aku mempercepat gerakan sampai akhirnya aku mencapai kenikmatan yang luar biasa. Aku biarkan sebentar penisku di dalam memek Rini sampai kenikmatan penisku reda.<br />Aku kembali takut ketika penisku berdarah. Aku memeriksa seluruh batang penisku, tetapi tidak ada yang terluka. Berarti darah itu berasal dari memek Rini. Aku makin yakin karena Rini mengeluh memeknya perih. Aku dan Ani membimbing Rini masuk ke sungai dan mencuci memeknya. Rini masih meringis, katanya memeknya perih kena air sungai.<br />Ani mengatakan pada Rini bahwa pada awalnya memang perih, tapi setelah itu enak banget.<br />Penisku digenggam-genggam Ani dan dia menyeretku masuk ke semak-semak. Ani minta aku memasukkan kembali penisku ke dalam memeknya. Penisku baru setengah tegang. Agak susah jadinya memasukkan ke dalam lubang Ani. Setelah dicoba berkali-kali dan dengan bantuan tuntunan tangan Ani penisku bisa masuk. Aku kembali menggenjot Ani. Dia merintih-rintih dan berkali-kali minta aku berhenti sebentar sambil memelukku dan aku merasa memeknya berdenyut-denyut. Aku terus menggenjot sampai akhirnya ak mencapai puncak kenikmatan.<br />Tiga hari kemudian baru Rini mau mencoba lagi penisku memasuki memeknya. Dia mengatakan masih agak sakit, tetapi terasa agak enak. Aku menggenjotnya sampai aku mencapai kenikmatan. Aku ingat kemudian aku mengulangi lagi. Pada ronde kedua itu Rinia sudah kurang merasakan sakit. Dia juga mendesis desis seperti Ani dan sempat memelukku erat sekali dan aku merasakan penisku dicengkeram oleh memeknya. Rini baru mengakui ke Ani bahwa permainan ini nikmat sekalai.<br />Sejak itu kami selalu main kawin-kawinan . Ketika aku menyelesaikan kelas 6 dan akan masuk SMP, orang tuaku memboyong aku pindah ke kota. Kami akhirnya berpisah dengan Ani dan Rini. Aku sering merindukan mereka, terutama keinginanku main kawin-kawinan. Kalau diantara pembaca ada yang merasa sebagai Rini atau Ani tolong tinggalkan email kalian. Aku ingin bertemu kalian. Janji aku tidak menuntut kita main kawin-kawinan lagi.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-91416989359206490012012-06-21T08:20:00.002-07:002012-06-21T08:20:33.978-07:00Dua Orang SepupukuCerita ni berlaku semasa umur aku 13 tahun.<br />cerita ni masih segar di ingatan. aku mempunyai 2 org sepupu perempuan yg cukup aktif dan comel. seorang berumur 8 tahun. seorang lg berumur 11 tahun. sorang nama ina..sorang lg nama ayu.<br />mereka ni mempunyai adik kecil lelaki yang berumur 4 tahun. aku dh anggap mereka ni mcm adik beradik sebab mmg rapat..orang tua kami pun memang tidak kisah dgn perhubungan kami. dari kecik mmg kami rapat bila bertemu.<br />waktu tu raya ke-3. dan sudah menjadi kebiasaan orang tua aku tidur di rumah sepupu2 aku ni. aku mmg suka memandangkan aku ni anak tunggal jadi bila jumpa sepupu2 aku ni ada la jugak teman utk aku bermain.<br />waktu tu kitaorang tgh main saidina. mak bapak aku ngan mak long aku pegi beraya kat umah sebelah waktu tu. paklong aku plak keja.<br />tengah syok2 main saidina, adik kecik dia plak datang mengacau cakap nk kencing. nasib baik la bilik tempat kami main tu ada toilet. si ina yg umur 8 tahun ni pun bukakkan la suar adik dia pastu dia pegi pimpin ke toilet. waktu dia nk cuci kencing adik dia tetiba getah paip tu tercabut. abis basah sluar dia. aku ngan ayu hanya mampu gelak berdekah2 melihat situasi tersebut.<br />kerana geram dgn gelak tawa kami, dia bukak sluar ngan baju dia yang basah dan campak dlm ke arah kami. nasib baik kami sempat elak. abis berterabur permainan saidina kami. dalam keadaan separuh bogel, dgn selamba si ina berjalan ke almari mengambil baju yang kering. tapi si ayu menyuruh si ina mengemas kembali permainan kami yg berterabur tu. sementara si ayu pula cuba memakaikan seluar adik kecik dia yg baru lepas kencing tadi. tapi adik dia tanak pakai plak..<br />eii..tk malu ke dgn abang tu nampak burung tu..si ayu cuba meyakinkan adiknya yg tak mau pakai seluar. sementara si ina pula duduk depan aku dgn pakai spender je plak kemas saidina ni. mungkin sebab mereka menganggap aku mcm adik beradik. jadi tiada rasa malu. yang si ayu ni plak boleh pulak bergurau senda sambil cuba pegang2 burung adik dia. adik kecik dia hanya tergelak2 sambil mengelak. aku yang tengok ni tetiba jadi stim plak. ayu pun marah adik kecik dia tadi suruh pakai seluar jugak, kalau tidak dia sunat nanti.<br />mungkin takut dgn perkataan sunat tersebut terus adik dia nk pakai seluar. lepas pakai seluar adik dia terus keluar berlari ke umah jiran sebelah. aku hanya tergelak melihat gelagat adik kecik mereka ni.<br />sambil2 tu aku duk tgk ina yg tk berbaju mengemas saidina yg berterabur tu. tetek ina belum tumbuh lagi. mungkin belum baligh lg agaknya. tengah2 berkemas tu tetiba terpacul soalan dari ina pada aku. dia tanya aku dh sunat ke? kalau belum dia cakap ayu boleh tolong sunatkan dalam nada gurauan sebab ayu bercakap begitu terhadap adiknya tadi. ayu yang ada disebelah aku pun mengiyakan sahaja sambil cuba bergurau untuk membuka seluar aku.<br />aku pegang seluar aku supaya tidak ditarik oleh ayu. dalam pada itu ina datang membantu sambil bergelak tawa. aku pulak cuba menahan seluar aku dari terbukak dlm keadaan malu.<br />sambil mencucuk2 pinggang aku, mereka cuba menarik seluar aku. tk tertahan aku menahan geli dicucuk sehinggakan aku tk dpt menahan mereka dari membuka seluar aku. akhirnya berjaya juga mereka membuka seluar aku. terpampangla batang aku yang ketika itu hanya berukuran 4 inci tanpa bulu lagi. aku segera menutup batang aku dgn bantal yang ada. mungkin tergamam dgn situasi tersebut, masing2 senyap seketika.<br />tiba2 ani menyuarakan sikap ingin tahu dan ingin melihat bagaimana rupa batang aku lepas disunat. aku cakap tidak adil jika aku yg dilihat sahaja.<br />aku pun mahu melihat bagaimana perempuan disunat. tanpa segan silu ani terus membuka spender yang dipakainya. maka terpampangkan lurah indah yg sebelum ini aku tk penah tgk. aku tgk ayu dah macam malu dgn keadaan tersebut. bila tgk ina dh bukak spender, aku pun bersetuju untuk mempamerkan batang aku yg dh bersunat tu.<br />ayu tanya aku kalau dia nk pegang boleh tak, aku cakap boleh, tapi aku nk tgk dia bogel jugak. mulanya dia tak mau, tapi ina meyakin kan dia yang takde orang lain tau sambil dia pegi tutup pintu bilik. ayu pun bukak satu persatu pakaian dia, terpampangkan dua bukit yg baru nk tumbuh. bila dia bukak spender, nampak la lurah dia yg ada bulu baru nk tumbuh. bila tgk pemandangan tersebut serta merta batang aku stim. tergelak ayu dan ina melihat situasi tersebut. batang aku yang dari 4 inci bangun jadi 5 inci.<br />dia tanya sakit ke sambil membelek batang aku waktu tu. aku cakap tk..rasa geli je waktu dia pegang batang aku tu. syok pun ada. aku cakap ngan dia macam ni la rupa yg dh sunat. dia potong kulit yang lebih. aku suruh dia gentel2 batang aku tu. waktu tu aku tk tau melancap lg. jadi aku suruh dia gentel2 batang aku tu gilir2 dgn ina..aku cuba memegang belahan ayu waktu tu..ayu cakap geli. sambil mereka gentel batang aku, tangan kanan aku pegang ayu punya, tangan kiri pulak pegang ina punya. syok jugak main gentel2 ni.<br />tiba2 terdengar suara mak bapak aku ngan mak long aku dh balik.<br />kami pun cepat2 pakai baju dan seluar..siap pakai baju dh seluar permainan saidina tadi kami bukak kembali. konon2 tengah bermain saidina.<br />begitula ceritanya waktu pertama aku tengok perempuan punya.<br />nantikan cerita selanjutnya antara aku dgn ayu pada malam berikutnya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-67533591743690236462012-02-04T09:41:00.001-08:002012-02-04T09:41:22.005-08:00Wife LessonNovi sedang melamun ketika kakaknya, Santi, datang berkunjung ke rumahnya. Sebenarnya rumah mereka berdua tidaklah berjauhan. Namun karena satu-dua hal belakangan ini mereka jarang bertemu.<br /><br />"Duuuh, pengantin baru kok melamun sih?" Santi menggoda.<br /><br />"Eh, Ka Santi. Tumben mampir nih?"<br /><br />"Iya, jadi ga enak. Aku mau minta tolong."<br /><br />"Minta tolong? Untuk kakakku satu-satunya pasti aku tolong," ujar Novi dengan wajah yang lebih ceria.<br /><br />"Kamu ini bisa aja. Begini, Nov. Hari Senin depan aku harus pergi ke luar kota selama 3 hari. Biasa deh, tugas kantor. Jadi, kamu bisa bantu-bantu Tomy menjaga Kirani?"<br /><br />"Hmmm... bagaimana yah? Aku jadi bingung...," wajah Novi berkerut seperti sedang berpikir keras.<br /><br />Melihat hal ini, Santi menjadi agak kecewa. Novi adalah satu-satunya keluarganya yang tinggal di Jakarta. Kedua orang tua mereka sudah meninggal sekitar 12 tahun yang lalu. Setelah kedua orang tua mereka meninggal, mereka diasuh oleh nenek mereka di Bandung. Mereka berdua sangat akrab. Bagaimana tidak, mereka harus saling bantu selama tinggal bersama neneknya. Namun sejak kecil Novi selalu bergantung kepada Santi. Baru belakangan ini, sejak berpacaran dengan Ferry dan akhirnya menikah dengannya, Novi mulai bisa sedikit demi sedikit melepaskan ketergantungannya kepada Santi. Dan kali ini, giliran Santi yang meminta bantuan kepada Novi dan kelihatannya ia harus mencari jalan keluar lain untuk masalahnya ini.<br /><br />"Hahaha... Ka Santi polos yah? Tentu saja aku akan bantu," tiba-tiba saja wajah Novi berubah menjadi ceria lagi.<br /><br />"Iihh kamu ini. Awas yah, aku balas nanti," kata Santi sambil mencubit lengan Novi. Lalu mereka berdua tertawa ringan.<br /><br />[+/-] tutup/baca lebih jauh...<br /><br />Setelah memberi semua petunjuk yang diperlukan oleh Novi, Santi beranjak untuk pergi.<br /><br />"Kamu ga kenapa-kenapa, kan, Nov?" Santi bertanya.<br /><br />"Oh! Enggak, Ka Santi. Enggak apa-apa, kok. Toh, aku masih menganggur, jadi pasti bisa bantu kakak."<br /><br />"Bukan, bukan itu yang kumaksud. Kelihatannya kamu sedang ada masalah. Pikiranmu seperti sedang menerawang. Ada apa sih? Apakah masalah uang?" tanya Santi lagi.<br /><br />"Tidak, Kak. Aku tidak apa-apa, kok," Novi menjelaskan.<br /><br />"Ah, kamu. Kamu itu sejak kecil aku yang urus, mana mungkin kamu bisa menyembunyikan perasaan kamu terhadapku. Aku ini kakakmu. Kakak satu-satunya. Masa sih kalau kamu ada masalah aku tidak akan bantu?"<br /><br />"Sungguh, Kak. Aku tidak apa-apa."<br /><br />Santi merogoh tasnya mencari-cari sesuatu lalu berkata, "Ini aku titipkan kamu uang. Tidak seberapa jumlahnya. Aku tahu kamu lagi ada masalah. Tapi karena kamu ga mau bicara, aku cuma bisa bantu ini." Santi menyodorkan amplop putih tebal berisi uang kepada Novi.<br /><br />"Ini bukan masalah uang, Kak!" Novi menjawab setengah berseru. Lalu ia menutup mulutnya dengan tangannya, seakan telah mengucapkan hal yang salah.<br /><br />"Nah..., lalu apa? Kalau bisa aku bantu, pasti aku bantu. Setidaknya kamu cerita dong kepadaku, Nov."<br /><br />"Anu..., ini masalah aku dengan Ferry..."<br /><br />"Oala, masa pengantin baru sudah bermasalah? Eh... tunggu, jangan-jangan... masalah hubungan intim yah?" canda Santi.<br /><br />Novi hanya tertunduk dan diam seribu bahasa. Wajahnya memerah karena malu. Santi yang tidak menyangka candaannya barusan ternyata benar. Pipi Santi menjadi panas dan mulutnya ternganga, tak bisa berkata apa-apa juga.<br /><br />Akhirnya Santi memberanikan diri untuk bertanya lebih lanjut. "Kita ini sudah dewasa, Nov. Tidak usah malu. Jadi utarakan saja masalahmu. Barangkali aku bisa kasih jalan keluar."<br /><br />Semenit berlalu tanpa ada kata-kata yang keluar dari mulut Novi. Dan akhirnya Novi mengeluarkan suara. "Beberapa hari yang lalu, Ferry meminta aku untuk menghisap kemaluannya, Kak," katanya dengan suara yang hampir tidak terdengar.<br /><br />"Lalu?" tanya Santi tidak sabar.<br /><br />"Aku tidak tahu caranya. Lagipula aku jijik melakukannya. Akhirnya aku berbohong kepada Ferry bahwa aku sedang sariawan. Namun kelihatannya Ferry tahu kalau aku berbohong dan sejak hari itu ia bersikap dingin kepadaku, Kak."<br /><br />"Masa kamu tidak tahu caranya? Ya tinggal dimasukkan ke dalam mulut saja," Santi menjelaskan.<br /><br />"Aku sudah berpikir seperti itu juga. Tapi aku takut kalau-kalau aku salah melakukannya. Selain itu aku juga takut kalau-kalau aku menjadi mual di tengah jalan. Kalau aku berhenti tiba-tiba atau... kalau aku muntah bagaimana perasaan Ferry nantinya?"<br /><br />"Hmmm..., kalau begitu sih yang harus kamu lakukan adalah latihan."<br /><br />"Latihan? Dengan memakai pisang atau mentimun? Aku sudah coba, Kak. Namun semuanya itu beda," jawab Novi.<br /><br />"Iya juga yah. Tapi kalau begitu...," Santi terdiam tiba-tiba.<br /><br />Lalu ia bangkit berdiri dan berjalan memutari sofa sambil menimbang-nimbang sesuatu di otaknya.<br /><br />"Oke. Begini deh. Hari ini hari apa yah? Oh iya, hari ini kan hari Jumat, berarti kita masih ada waktu sebelum aku berangkat ke Surabaya Senin depan. Besok sekitar jam 10 malam aku akan jemput kamu. Oke?"<br /><br />"Eh, kita mau kemana? Hei, aku tidak mau melakukannya dengan gigolo yah!" ujar Novi setengah bercanda.<br /><br />"Tenang saja deh. Jangan bilang apa-apa dulu ke Ferry," Santi menjelaskan.<br /><br />* * *<br /><br /><br />Keesokan malamnya, sejak jam setengah sepuluh malam, Novi mulai cemas. "Apa yang sebenarnya direncanakan kakakku ini?" pikirnya terus menerus. Jam di dinding telah menunjukkan pukul sepuluh lewat 30 menit, namun belum ada tanda-tanda kedatangan Santi. Melihat gelagat aneh Novi, Ferry bertanya, "Kamu sedang menunggu siapa, Nov?"<br /><br />"Eh, anu... Aku... umm.... Kak Santi...," kaget ditanya seperti itu Novi gugup dan tidak bisa memberi jawaban.<br /><br />"Ada apa sih?"<br /><br />"Anu... Kak Santi... dia ada masalah...," jawab Novi sekenanya. Bertepatan dengan itu, terdengar ketukan pintu depan.<br /><br />"Oh untung saja, dia datang," pikir Novi dengan lega.<br /><br />Ferry membukakan pintu. Lalu Novi datang menyusul.<br /><br />"Fer, aku pinjam Novi sebentar yah. Ada hal yang perlu aku diskusikan secara pribadi dengan dia. Boleh, kan?" Santi bertanya dengan wajah yang serius.<br /><br />"Ummm... bo-boleh saja, tapi...," Ferry menatap wajah Santi dengan bingung.<br /><br />"Tenang, Fer. Kamu tidur saja. Nanti kalau sudah selesai, pasti aku akan mengantarkan Novi kembali ke mari," kata Santi sambil memaksa masuk lalu menarik Novi keluar.<br /><br />"Bye, Fer," dengan keadaan bingung Novi berpamitan dengan suaminya sambil setengah berlari menuju ke mobil Santi.<br /><br />"Kenapa tidak berdiskusi di sini saja?" Ferry bertanya kepada dirinya sendiri setelah ia melihat mobil Santi berbelok ke jalan raya.<br /><br />* * *<br /><br /><br />"Hahaha... kamu lihat tidak tampang Ferry?"<br /><br />"Iya, tampangnya seperti orang bodoh," kata Novi.<br /><br />Novi tidak dapat menahan rasa ingin tahunya lagi dan akhirnya bertanya, "Kita pergi kemana, Kak?"<br /><br />"Sebentar lagi kamu juga pasti tahu."<br /><br />Dua menit setelah itu, Santi membelokkan mobilnya ke jalan menuju rumahnya. Novi tambah bingung, "Ini kan...?"<br /><br />Belum sempat menjawab, Santi telah memarkirkan mobilnya di pekarangan rumahnya. "Kamu tunggu di sini dulu, Nov," kata Santi sambil meraih ke kursi belakang dan mengambil beberapa kantong belanjaan.<br /><br />Kurang lebih Novi menunggu selama sepuluh menit sebelum akhirnya pintu rumah Santi terbuka. Ia melihat Santi telah berganti pakaian. Santi mengenakan daster seperti yang Novi kenakan saat itu. Santi berjalan tergopoh-gopoh menghampirinya. Setengah berbisik, ia berkata, "Ayo, masuk. Cepat tapi jangan bersuara, yah."<br /><br />Novi hanya dapat mengikuti permainan Santi. Ia mengangkat sedikit kain daster yang ia kenakan agar tidak kotor mengenai lantai lalu melangkah dengan sigap masuk ke dalam rumah mengikuti Santi dari belakang.<br /><br />Santi berpaling ke arah Novi lalu meletakkan telunjuk di bibirnya. Terdengar sayup-sayup suara musik mengalun lembut dari dalam kamar. Santi menggandeng tangan Novi lalu masuk ke dalam kamarnya bersama-sama.<br /><br />Betapa terkejutnya Novi melihat Tomy, kakak iparnya, duduk di kursi dengan keadaan terikat kaki dan tangannya. Pada kepalanya terikat kain berwarna hitam yang menutupi kedua matanya. Santi langsung menahan mulut Novi dengan tangannya agar ia tidak berteriak. Dengan nada genit Santi berkata, "Aku sudah siap, Tom. Kamu sudah siap, belum?"<br /><br />"Wah aku sih sudah menunggu dari tadi, San," jawab Tomy tanpa mengetahui keberadaan Novi.<br /><br />Santi menarik lengan Novi secara paksa sambil berjalan menghampiri Tomy. "Baik. Karena kamu tidak bisa bergerak, jadi kamu tidak bisa berbuat banyak selain menikmati saja. Benar, kan Tom?" Santi berkata sambil mengisyaratkan Novi untuk duduk tak jauh darinya agar dapat melihat apa yang ia kerjakan.<br /><br />"Oke, tapi nanti kamu akan melepaskan semua ikatan ini, kan? Kamu ga akan membiarkan aku tidur dalam posisi seperti ini, kan?"<br /><br />"Hihihi... lihat saja nanti," kata Santi sambil perlahan-lahan membuka celana suaminya. Ia menurunkan celana itu sampai ke pergelangan kaki Tomy. Santi berdiri menghampiri Novi yang tidak berani melihat kakak iparnya dalam kondisi seperti itu.<br /><br />Lalu ia berbisik di telinga Novi, "Nov, ini kesempatan kamu untuk memperhatikan apa yang akan aku lakukan terhadap Tomy. Jangan malu-malu, anggap saja seperti menonton film porno. Hanya saja bedanya kali ini kamu bisa melihatnya dari dekat dan secara langsung. Jadi jangan sia-siakan kesempatan ini. Karena kesempatan seperti ini tidak akan terulang lagi. Oke?"<br /><br />Santi kembali berjongkok di antara kedua paha Tomy dan mulai mengelus-elus kemaluan suaminya yang masih tertutup celana dalam. Setelah 4-5 belaian, kemaluan Tomy mulai membesar. Novi memberanikan dirinya menyaksikan 'pertunjukan' yang disuguhkan oleh kakaknya.<br /><br />Setelah merasa penis suaminya sudah cukup besar, Santi berhenti mengelus-elus. Dengan gerakan perlahan, ia meraih lingkar celana dalam suaminya. Sebelum menariknya ke bawah, dengan pandangan nakal, ia menoleh ke arah adiknya yang tertegun menunggu apa yang akan terjadi berikutnya.<br /><br />Seperti dalam gerakan otomatis, saat Santi mulai menurunkan celana dalamnya, Tomy mengangkat pantatnya sedikit agar celana dalamnya dapat lolos dengan mudah. Tiga detik kemudian, penis Tomy sudah bebas berdiri tegak di hadapan kedua wanita ini.<br /><br />Santi kembali mengelus-elus batang kemaluan suaminya dengan lembut. Dengan gerakan naik... lalu turun..., terkadang dengan gerakan melingkar.<br /><br />Setelah itu Santi berdiri lagi menghampiri Novi yang sejak tadi memperhatikan semua gerakan Santi dengan seksama. Beberapa kali ia harus berkonsentrasi agar perhatiannya tidak berpindah ke penis Tomy yang seakan kian membesar.<br /><br />Santi berbisik di telinga Novi, "Sebelum memulai, ada baiknya kita menggodanya supaya baik dia maupun kita sebagai istri juga siap."<br /><br />Santi mulai berceloteh seperti memberi ceramah seks kepada adiknya. Padahal sehari-harinya, ia sendiri hampir tidak pernah mempraktekkan apa yang ia ajarkan kepada adiknya. "Lebih baik aku mengajarkan hal yang seharusnya dilakukan daripada main asal tubruk saja," pikirnya dalam hati.<br /><br />"Ayo sekarang kamu yang coba," buat Novi bisikan itu bagaikan petir yang menggelegar di siang bolong.<br /><br />"Ha?" tanpa sadar Novi mengeluarkan suara tanda tak percaya.<br /><br />Serta merta Novi dan Santi menahan nafas dan menengok ke arah Tomy. Walau sebagian wajah Tomy tertutup kain hitam, namun mereka berdua dapat memastikan bahwa ia mendengar suara Novi tadi. Raut wajahnya terlihat bingung.<br /><br />Tak kehabisan akal, Santi berpura-pura berdehem dan batuk. Lalu tanpa berpikir panjang, ia menarik lengan adiknya sampai hampir menyentuh penis suaminya. "Ayo cepat, sebelum aku berubah pikiran."<br /><br />Dengan sedikit gemetar, Novi menyentuh kepala penis Tomy dengan ujung jari tengahnya. Pandangan Novi melekat pada penis Tomy yang berdenyut-denyut di hadapannya. Selama hidupnya ia belum pernah melihat penis laki-laki sejelas ini. Bahkan saat bersama suaminya, ia selalu melakukan hubungan seks dalam keadaan gelap. Melihat penis Tomy yang begitu haus menanti belaian seorang wanita, membuat wajah dan telinganya menjadi merah.<br /><br />Setelah menarik nafas panjang, Novi menempelkan ketiga ujung jari-jari telunjuk, tengah dan manisnya di kepala penis itu. Tomy terlonjak kaget, "Wow, apa tuh? Kok dingin-dingin?"<br /><br />Santi bergerak memposisikan wajahnya di samping wajah Novi lalu berkata, "Ah, kamu mau tau aja deh. Kalau dikasih tahu, kan ,jadinya ga surprise lagi?"<br /><br />Santi menarik tangan Novi lalu menggenggam jemari itu. "Tangannya dingin sekali," pikir Santi. "Jangan terlalu tegang, nanti bisa-bisa ketahuan. Santai saja," bisik Santi.<br /><br />Setelah itu ia menggosok-gosokkan tangannya ke tangan Novi supaya menjadi lebih hangat. Santi memberi isyarat agar Novi melanjutkan lagi.<br /><br />Jantung Novi berdegup dengan kencang. Tangannya masih gemetar karena gugup. Dengan satu gerakan yang mantap, akhirnya ia mulai membelai sepanjang batang kemaluan Tomy.<br /><br />"Jangan terlalu cepat. Lebih lembut sedikit," Santi memberi petunjuk.<br /><br />Novi terus membelai dan mengelus. Lama kelamaan, Novi terlihat dapat menguasai teknik belaian ini dengan baik sampai akhirnya sebuah erangan keluar dari mulut Tomy yang terbuai oleh belaian Novi.<br /><br />Santi terbelalak dan hampir tanpa suara berbisik pada dirinya sendiri, "Waaaaw..."<br /><br />"Oke, kelihatannya kamu sudah menguasai teknik ini." Novi melempar senyum dengan perasaan tak menentu kepada kakaknya. Entah apakah ia harus bangga atau malah malu. "Sekarang kamu kembali ke samping dan perhatikan aku lagi," lanjut Santi.<br /><br />Santi mendekatkan bibirnya ke batang kemaluan suaminya lalu menggesek-gesekkan bibirnya ke sepanjang penis itu secara perlahan dan lembut. Sesekali ia membuka mulutnya dan meniupkan hawa hangat melalui mulutnya. Tomy menggeliat-geliat mendapat perlakuan seperti ini.<br /><br />Sekarang giliran Novi. Ia mulai dapat membiasakan diri. Kegugupan yang pada awalnya begitu jelas terlihat kini sedikit demi sedikit mulai hilang.<br /><br />Novi mencoba mengikuti gerakan Santi pada penis Tomy. Bibirnya dikecupkan dengan lembut di kepala penis tersebut. Dengan lembut ia menggesekkan bibirnya ke sepanjang batang penis kakak iparnya itu. Turun lalu naik lagi. Begitu seterusnya. Sesekali Novi juga menghembuskan hawa hangat dari mulutnya. Tomy kembali menggeliat-geliat menahan gejolak birahi dalam dirinya. Perlahan-lahan Novi menutup kedua matanya sambil meneruskan sentuhan-sentuhan bibirnya pada penis itu. Lalu Novi mengelus-elus batang penis itu dengan pipinya. Pertama yang kiri kemudian berpindah dengan perlahan ke pipi yang kanan. Novi sudah terbawa suasana.<br /><br />Melihat hal ini, Santi sedikit terkejut. Ia tidak terlalu terganggu dengan kelakuan adiknya itu. Namun yang mengganggu pikirannya adalah bahwa kelihatannya Tomy lebih terbuai oleh permainan Novi daripada sentuhan yang ia berikan.<br /><br />Belum selesai pikirannya menerawang lebih jauh, Santi dikejutkan oleh Novi yang membuka besar-besar mulutnya yang mungil itu. Detik berikutnya kepala penis Tomy sudah dilahap masuk ke dalam mulut Novi. Dengan gerakan refleks, Santi menyenggol lengan Novi. Novi membuka matanya seperti baru terbangun dari lamunan. Novi mendapati Santi sedang menatapnya dengan pandangan tak percaya.<br /><br />Langsung saja Novi bangkit berdiri dan berusaha menjelaskan apa yang baru terjadi. Santi juga tidak tahu apa yang harus ia perbuat. Apakah ia harus marah atau malah bangga melihat keberhasilan adiknya mengatasi rasa takutnya, ia sama sekali bingung. Setelah menghela nafas, Santi tersenyum kepada adiknya. "Ga kenapa-kenapa, Nov. Aku hanya kaget saja melihat kamu langsung menelan kemaluan Tomy begitu saja. Ayo kita lanjutkan lagi," bisik Santi.<br /><br />Santi kembali berjongkok di antara paha Tomy dan membuka mulutnya. Sebelum melanjutkannya, Santi melirik ke arah Novi yang sedang memperhatikannya dengan seksama. Santi menjulurkan lidahnya lalu dengan lembut menjilat kepala penis tersebut. Setelah beberapa menit menjilatinya, Santi melanjutkan dengan menjilati buah pelir suaminya. Tomy menggeliat-geliat lagi. Novi tersenyum melihat respon yang diberikan Tomy atas perlakuan istrinya.<br /><br />Kemudian Santi memasukkan penis Tomy ke dalam mulutnya. Pertama hanya bagian kepalanya. Dengan lembut kepala penis itu dikemutnya. Lalu ia mundur sejenak dan berbisik kepada Novi, "Kamu harus menggunakan lidah kamu pada waktu penis berada di dalam mulutmu. Mengerti? Kamu akan melihat bagaimana reaksi dia saat aku bermain-main dengan lidahku."<br /><br />Santi kembali mengulum penis Tomy. Dengan penis di dalam mulutnya, Santi menengok ke arah Novi seperti memberi isyarat bahwa pertunjukan akan segera dimulai. Detik berikutnya, Tomy mengerang sambil menarik kepalanya ke belakang dan membusungkan dadanya. Dan begitu pula detik-detik selanjutnya, Tomy terus menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan dan sesekali erangan terdengar keluar dari mulutnya.<br /><br />Makin lama deru nafas Tomy semakin cepat. Begitu pula dengan nafas Santi. Keduanya seperti berpacu untuk meraup udara masuk ke dalam paru-paru mereka. Santi berhenti dan berkata dengan suara yang mendesah, "Aku akan buka ikatan tanganmu. Tapi kamu tidak boleh membuka penutup mata kamu. Oke?"<br /><br />Tomy tidak dapat mengeluarkan suara dan hanya mengangguk dengan cepat. Santi segera melepaskan ikatan pada kedua tangan Tomy, lalu melanjutkan dengan mengulum penis suaminya lagi. Tomy terlihat lebih rileks dengan kedua tangannya dapat diletakkan di mana saja ia inginkan. Dan Tomy meletakkan kedua tangannya di belakang kepalanya.<br /><br />Lima menit berlalu begitu cepat bagi Novi yang tanpa sedetikpun melepaskan pandangannya dari mulut Santi yang bertubi-tubi melahap batang penis itu. Dengan tangan kanannya, Tomy membelai dengan lembut rambut Santi.<br /><br />Santi menghentikan hisapan pada penis Tomy dan berkata kepadanya, "Sebentar yah, Tom. Jangan bergerak sama sekali."<br /><br />Lalu Santi menyuruh Novi untuk menggantikan posisinya lagi. "Oke, sekarang giliran kamu untuk memperlihatkan apa yang sudah kamu pelajari," terdengar ada sedikit nada mengejek dalam kalimat itu.<br /><br />Tanpa berpikir macam-macam, Novi berlutut di antara paha Tomy dan memulai serangannya. Sama seperti Santi, Novi juga memulai dengan menjilati kepala penis Tomy. Novi sudah semakin menguasai permainan ini. Ia terlihat lebih berani dalam melakukan manuver-manuver yang sensual, seakan ingin memperlihatkan kemampuannya kepada Santi dan kepada Tomy (walau ia tidak dapat melihatnya).<br /><br />Setelah menjilati penisnya, Novi berpindah ke buah zakar Tomy. Dua menit setelah itu, Novi menutup matanya dan menarik nafas panjang. Lalu dengan mata terpejam, ia membuka mulutnya dan memasukkan kepala penis itu ke dalam mulutnya. Dikemut dan dikulumnya kepala penis itu. Tak lama setelah itu, tiba-tiba saja Tomy terlonjak dan mengerang cukup keras. Kedua tangannya ditekankan ke bagian belakang kepala Novi. Santi tahu apa yang baru saja terjadi. Selama ini hanya ia yang tahu titik sensitif Tomy, namun malam ini rupanya Novi tanpa sengaja menjelajahi daerah emas itu.<br /><br />"Ooohhh...," lirih Tomy setelah Novi terdiam karena kepalanya ditekan oleh kedua tangan Tomy. Tangan Tomy mulai membelai-belai rambut Novi. Dan sangat kebetulan Novi dan Santi mempunyai panjang rambut yang sama sehingga Tomy sama sekali tidak dapat membedakan antara keduanya. Novi kembali mengulum penis Tomy sambil memain-mainkan lidahnya.<br /><br />Tak lama kemudian, Tomy kembali mengejang dengan menarik kepalanya ke belakang dan membusungkan dadanya. Ini kedua kalinya tanpa sengaja Novi mengenai titik sensitif Tomy. Novi terdiam sejenak sebelum meneruskan permainannya. Novi belajar dengan cepat lalu dengan lembut ia menyapu lagi titik sensitif Tomy dengan lidahnya. Tomy kembali mengejang sambil mengerang.<br /><br />Santi takjub melihat permainan Novi yang tergolong hebat untuk kategori pemula. Setidaknya ia sudah dapat mengatasi rasa jijiknya terhadap penis.<br /><br />Dalam lamunannya Santi kembali masuk ke dunia nyata setelah mendengar desahan yang keluar dari mulut Novi. Lagi-lagi ia dikejutkan dengan pemandangan di depannya. Kedua tangan Tomy sudah masuk ke dalam daster Novi. Tangan-tangan nakal itu sedang berusaha menyelinap masuk ke dalam BH yang dikenakan Novi. Novi berusaha menghindari tangan Tomy namun ia masih terus menjilati titik sensitifnya.<br /><br />Santi bergerak maju untuk menarik tubuh adiknya agar tangan suaminya tidak mencapai payudara Novi. Belum lagi sempat meraih pundak Novi, Santi melihat tubuh suaminya menggelinjang yang diikuti dengan teriakan yang cukup keras. Setelah itu Santi mendengar suara orang tersedak, "BRMPHZPHH!"<br /><br />"Ohoug! Ohoeg!!" Novi terbatuk. Novi mengatupkan mulutnya dengan cairan sperma meleleh dari kedua ujung bibirnya dan sebagian dari hidungnya. Novi berusaha menadahkan tangannya di bawah dagunya agar lelehan sperma Tomy tidak terjatuh di lantai kamar sementara ia tidak menelan cairan sperma yang masih di mulutnya.<br /><br />Santi hanya dapat melotot melihat semua ini. Tidak pernah suaminya mencapai klimaks secepat ini. Namun ia harus segera bertindak karena permainan sudah selesai. Ia berpikir cepat lalu menarik adiknya dan menyuruhnya membersihkan dirinya di WC tamu di luar.<br /><br />Baru saja Novi melangkahkan kakinya menuju ke pintu kamar, Santi teringat akan sesuatu dan kembali menarik tangan Novi. "Cepat! Kasih kepadaku! Cepat!" bisik Santi tak sabar.<br /><br />Melihat Novi yang tidak mengerti apa yang ia katakan, Santi menunjuk-nunjuk ke arah mulut Novi, "Itu yang di mulutmu! Cepat!"<br /><br />Novi mulai mengerti maksud dan tujuan Santi yang meminta sperma Tomy dari mulutnya. Namun Novi malah semakin gugup dan bingung karena tidak tahu harus berbuat apa.<br /><br />Tanpa membuang waktu, Santi langsung menarik tubuh Novi lalu mengatupkan mulutnya ke mulut Novi. Novi secara refleks malah menutup rapat bibirnya. Santi akhirnya berhasil membuka mulut Novi setelah menggunakan lidahnya menyeruak masuk ke antara bibir mungil itu. Santi mulai menyedot cairan sperma suaminya dari mulut adiknya. Dengan bantuan lidah mereka berdua yang aktif meliuk-liuk untuk mentransfer lelehan sperma Tomy, proses itu berlangsung cukup cepat.<br /><br />Akhirnya Santi melepaskan mulutnya dari mulut Novi. Novi masih terbelalak memandangi Santi yang baru saja 'menciumnya'.<br /><br />Santi berdiri di hadapannya dengan nafas tersengal dan puting susu yang terlihat menonjol dari balik dasternya. Mereka berdua saling bertatapan. "Apa yang baru aku lakukan?!" pikir Santi dalam hati.<br /><br />"San, kamu kemana?" terdengar suara Tomy memanggil dengan pelan.<br /><br />Santi langsung berbalik dan sengaja melelehkan cairan sperma yang diperoleh sedapatnya dari mulut Novi keluar dari kedua sisi mulutnya lalu duduk di pangkuan Tomy.<br /><br />"Uhuk! Uhuk! Aduh, Tom! Semprotannya kenceng banget sih! Sampai tersedak nih!" Santi bersandiwara.<br /><br />Santi menengok sebentar untuk melihat apakah Novi sudah keluar. Setelah memastikan hanya mereka berdua di dalam kamar itu, Santi membuka penutup mata Tomy.<br /><br />"Bagaimana, Tom?"<br /><br />Tomy menatap mata Santi dalam-dalam sejenak lalu tersenyum. "Luar biasa, San!" Tomy memeluk tubuh Santi erat-erat dan Santi juga balas memeluknya. Sambil mengelus-elus punggung Santi ia berkata, "Terima kasih, ya, San."<br /><br />"Ah pakai acara berterima kasih segala. Sudah hakikatnya seorang istri melayani suami, iya kan?"<br /><br />Tomy hanya mengangguk.<br /><br />Novi masuk ke WC. Ia membasuh wajah dan berkumur beberapa kali. Walaupun cairan sperma yang tertelan oleh Novi tidak banyak namun perasaan mual sudah memenuhi otaknya. Akhirnya Novi muntah di wastafel. Tubuhnya menjadi sangat lemas tak bertenaga. Novi terduduk di lantai selama beberapa menit kemudian ia terlelap.<br /><br />Sekitar pukul 12 malam, Santi membangunkan Novi. "Nov, ayo bangun. Aku antar kamu pulang," katanya sambil mengguncang-guncangkan bahunya.<br /><br />"Ferry pasti cemas menunggu kamu di rumah."<br /><br />Novi yang baru bangun tidak menjawab. Tanpa perlawanan ia membiarkan dirinya dibimbing oleh Santi ke luar rumah dan masuk ke mobil. Tak lama setelah itu, mereka berdua telah melaju pulang ke rumah Novi.<br /><br /><br />Keesokan paginya saat Tomy sedang di kamar mandi, Santi menelpon Novi.<br /><br />Santi: Halo?<br />Novi : Halo.<br />Santi: Nov, Ferry ada di sana?<br />Novi : Enggak. Memangnya kenapa?<br />Santi: Oh, aku tidak mau Ferry mendengar pembicaraan kamu.<br /> Jadi, bagaimana kemarin malam?<br /> Apa saja yang Ferry tanyakan?<br />Novi : Aduh, untung deh, Ka Santi.<br /> Waktu aku masuk ke kamar,<br /> Ferry ternyata sudah tertidur<br /> pulas.<br /> Dan tadi pagi aku bertanya kepadanya: kapan kamu tidur?<br /> Dia jawab: nggak tau yah, lupa. Hahaha...<br />Santi: Wah, untunglah kalau begitu.<br /> Aku khawatir kamu mendapat masalah.<br />Novi : Tapi kok dia tidak menanyakan kapan aku pulang yah?<br />Santi: Masa? Jangan-jangan dia tahu kapan kamu pulang.<br />Novi : Ah, aku yakin kemarin waktu aku masuk ke kamar,<br /> dia sedang tertidur pulas.<br /> [ Mereka berdua terdiam sejenak ]<br />Novi : Terima kasih, Kak.<br />Santi: Sama-sama, Nov. Aku senang kamu sudah bisa mengatasi<br /> rasa jijik kamu.<br /> (Novi terdiam)<br />Novi : Umm..., sebenarnya masih belum, Kak.<br />Santi: Maksud kamu?<br />Novi : Kemarin setelah keluar dari kamar Ka Santi,<br /> aku muntah di WC.<br />Santi: Oh ya? Lalu?<br />Novi : Iya. Dan setelah aku sampai di rumahku,<br /> aku berniat untuk mempraktekkan<br /> apa yang baru aku pelajari.<br /> Aku pikir mumpung Ferry sedang tertidur,<br /> mungkin tekanan dalam diriku lebih berkurang.<br /> Tapi jangankan dimasukkan ke dalam mulut,<br /> baru melihatnya saja aku sudah mual.<br /> Mungkin karena trauma kemarin muntah itu, Ka Santi.<br />Santi: Tapi kemarin kelihatannya kamu begitu...? ...<br /> Kok... bisa...? Jadi...?<br />Novi : Aku juga tidak tahu, Kak. Maafkan aku, Kak.<br /> Aku memang istri yang tak berguna.<br />Santi: Hush! Jangan ngomong seperti itu.<br /> Kamu hanya butuh waktu dan latihan.<br /> Jadi tidak perlu khawatir.<br /> Begini, deh. Nanti malam, kamu persiapkan Ferry<br /> seperti aku menyiapkan Tomy kemarin.<br />Novi : Apa??<br />Santi: Iya, siapkan semuanya sebelum aku datang.<br /> Jam berapa yah aku bisa datang?<br /> Hmmm...<br /> Baik, jam 10 malam aku akan datang ke rumahmu. Oke?<br /> Malam ini yah.<br /> Hei, Tomy sudah keluar dari kamar mandi, nih.<br /> Sampai nanti ya, Nov.<br /><br /><br />[+/-] tutup/baca lebih jauh...<br /><br />Novi berusaha untuk menjawab namun Santi sudah meletakkan gagang teleponnya. Novi tidak habis pikir Santi memberikan ide seperti itu. "Bagaimana aku melakukannya di depan kakakku? Bukannya malah tambah risih? Tapi, kemarin pun aku melakukannya di depan Ka Santi. Apa yang membuatku jadi enggan melakukannya sekarang yah?" Semua pertanyaan ini bermunculan silih berganti di dalam otak Novi.<br /><br />Pukul 10 kurang 10 menit, Novi merangkul bahu Ferry. "Fer, malam ini aku ingin mencobanya."<br /><br />"Mencoba apa?"<br /><br />"Itu, lho..., ah, kamu jangan berlagak bodoh."<br /><br />"Sungguh, aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan."<br /><br />Novi menundukkan kepalanya lalu berkata dengan suara pelan, "Oral seks."<br /><br />"Benar kamu ingin melakukannya? Kalau kamu belum siap untuk melakukannya, aku juga tidak bermasalah kok, Nov."<br /><br />"Sungguh, Fer. Setidaknya biarkan aku mencobanya malam ini. Tapi...,"<br /><br />"Tapi apa?"<br /><br />"Aku akan mengikat tangan dan kaki kamu di kursi dan juga akan menutup mata kamu dengan kain. Bagaimana?"<br /><br />"Ooo, jadi aku tidak boleh melihat dan bergerak? Begitu?"<br /><br />"Oh iya, kamu juga tidak boleh mendengar apa-apa. Aku akan pasang headphone di telinga kamu. Oke?"<br /><br />"Terserah kamu deh, Nov," jawaban ini merupakan penutup dari pembicaraan mereka.<br /><br />Novi segera keluar dari kamar. Ia melirik ke arah jam dinding. Sudah pukul sepuluh tepat. Ia mengintip ke jendela untuk melihat apakah Santi sudah datang. Rupanya belum. Novi bergegas mengambil beberapa helai kain untuk digunakan sebagai pengikat dan penutup mata.<br /><br />Saat masuk ke kamar, Novi mendapati suaminya sudah siap dengan keadaan telanjang duduk di kursi dekat ranjang mereka. Novi tersipu malu sedangkan Ferry hanya balas tersenyum.<br /><br />Novi menghampiri Ferry lalu mulai mengikat tangannya. Setelah itu ia mengikat kedua kakinya dan mengikat kain hitam di sekeliling matanya.<br /><br />Novi berlari menyalakan musik karena ia tidak ingin Ferry mendengar suara mobil Santi yang mungkin sebentar lagi akan tiba. Setelah memasang CD lagu klasik, ia menggunakan headphone yang terhubung dengan stereo system di kamarnya untuk menutupi telinga Ferry.<br /><br />Novi memandangi suaminya yang dalam keadaan telanjang bulat terikat di kursi dan dengan penutup mata terikat di sekeliling kepalanya. Dengan penuh harap cemas Ferry menunggu tak bergeming. Namun karena pikirannya terus memikirkan apa yang akan terjadi, penis Ferry mulai mengalami perubahan.<br /><br />Novi melihat perubahan yang terjadi. Penis itu mulai bergerak seperti mengangguk-angguk. Sedikit demi sedikit besarnya semakin bertambah sampai akhirnya tidak bertambah besar lagi. Pada saat itu, Novi mendengar suara mesin mobil memasuki halaman rumahnya.<br /><br />Ia bergegas ke luar kamar dengan menjaga agar gerakannya tidak diketahui oleh Ferry. Setelah dibukakan pintu, Santi masuk ke ruang tamu. Belum sempat Santi melangkah lebih jauh, Novi membuka suara, "Aku jadi tidak begitu yakin akan semua ini, Kak."<br /><br />"Lho kenapa? Apakah Ferry tidak bisa diajak kerja sama? Di mana dia sekarang?" tanya Santi.<br /><br />"Dia ada di dalam kamar. Tapi bukan itu maksudku."<br /><br />"Apakah dia sudah tidur?"<br /><br />"Belum."<br /><br />"Apakah kamu sudah mengikat dan menutup matanya?" tanya Santi lagi.<br /><br />"Sudah."<br /><br />"Lalu tunggu apa lagi?" katanya sambil masuk ke dalam kamar.<br /><br />Novi tidak sempat mencegahnya lagipula ia tidak ingin menimbulkan banyak kebisingan karena takut kalau-kalau suara mereka masih terdengar di balik suara musik dari headphone.<br /><br />Melihat adik iparnya berada dalam kondisi yang vulgar, Santi hampir saja berteriak dan langsung memalingkan wajahnya secara refleks. Perlahan-lahan Santi meluruskan pandangannya ke depan lalu berbisik ke Novi, "Hei, kamu lupa pasang musik, yah?"<br /><br />"Aku memasang CD instrumental klasik dan menggunakan headphone di telinganya."<br /><br />"Oh, aku kaget karena baru tersadar tidak mendengar suara musik sama sekali. Oke, kamu bisa memulainya. Kalau tidak dia pasti bingung kenapa kamu belum memulainya juga."<br /><br />"O,o, b-baik...," Novi tergagap.<br /><br />Novi berjongkok di antara paha Ferry. Novi memulainya dengan membelai dengan lembut penis suaminya itu. Mulai dari bagian kepala turun sampai ke pangkal penisnya lalu naik lagi dengan perlahan. Turun, naik, turun, naik. Tidak lama setelah itu, tubuh Ferry sudah memberi respon. Otot-otot perutnya menegang dan penisnya terlihat semakin mengeras. Urat-urat nadi di sepanjang penisnya terlihat menonjol.<br /><br />Perhatian Santi melekat pada tubuh Ferry. Diam-diam Santi mengagumi bentuk tubuh adik iparnya. Tubuh Ferry memang jauh lebih atletis di banding Tomy, suaminya. Namun penis Ferry terlihat lebih ramping dan lebih pendek dibanding penis suaminya.<br /><br />Ini merupakan pertama kalinya buat Santi melihat secara langsung penis lain selain penis Tomy. Penis Ferry terlihat sangat gelap karena sudah dipenuhi darah yang mengalir deras akibat dorongan birahi dalam dirinya.<br /><br />Novi menempelkan bibirnya di kepala penis Ferry lalu menggesek-gesekkannya ke sepanjang batang penis itu. Ferry mendesah dengan cukup keras. Tubuhnya menggeliat-geliat seakan sedang berusaha melepaskan ikatan pada tangan dan kakinya.<br /><br />Dari kepala penis Ferry keluar lelehan cairan bening yang keluar secara normal pada saat tubuh pria sudah siap melakukan penetrasi. Santi kaget melihat banyaknya cairan yang keluar. "Sungguh berbeda dengan Tomy," pikirnya dalam hati.<br /><br />Sampai saat itu, Santi masih melihat bahwa semuanya berjalan dengan lancar. Namun keadaan ini tidak berlanjut lama.<br /><br />Novi mulai masuk ke tahap berikutnya. Ia membuka mulutnya lalu menjulurkan lidahnya. Novi menjilat kepala penis Ferry yang sudah basah oleh cairan pelumas dari tubuhnya sendiri. Satu jilatan, dua jilatan, dan pada jilatan ke tiga Novi berhenti lalu berpaling ke Santi.<br /><br />"Aku tidak bisa, Kak. Aku tidak bisa melakukannya," bisiknya.<br /><br />"Ayo, kamu pasti bisa. Sudah sampai sejauh ini, pasti kamu bisa."<br /><br />"Aku..., aku merasa ingin muntah, Kak," bisiknya dengan mata berkaca-kaca.<br /><br />"Tarik nafas dalam-dalam. Ayo, tarik nafas yang dalam," Santi berusaha menengangkan Novi.<br /><br />Novi menarik nafas dalam-dalam namun dalam otaknya terus berkecamuk perasaan mual itu. "Aku tidak bisa (hmmph)...," katanya lagi sambil bangkit berdiri. Tangan kanannya menahan mulutnya lalu bergegas ke WC meninggalkan Santi berduaan dengan Ferry di kamarnya.<br /><br />Santi tidak tahu harus berbuat apa. Tapi instingnya mengatakan bahwa ia harus membantu adiknya. Santi bangkit berdiri dan berjalan keluar kamar. Belum sempat Santi sampai ke pintu, Novi sudah masuk ke dalam kamar lagi.<br /><br />"Aku sungguh tidak sanggup melakukannya, Kak..," bisiknya sambil terisak. Air mata sudah mengalir dari matanya. Santi memeluk Novi dan membelai rambutnya untuk menenangkannya.<br /><br />"Tidak apa-apa, Nov. Tidak apa-apa..., kita masih bisa mencobanya lain kali," Santi berbisik dengan nada datar.<br /><br />"Tapi bagaimana dengan Ferry sekarang? Aku tidak mungkin membiarkannya seperti ini, kan?"<br /><br />Santi menoleh melihat ke arah Ferry. Penisnya berdenyut-denyut menanti belaian dari sang istri.<br /><br />"Kamu lanjutkan saja dengan make-love seperti biasanya dan aku akan pergi dari sini," jawab Santi.<br /><br />"Tapi aku tidak ingin membuat Ferry kecewa, Kak. Aku sudah menjanjikannya oral seks hari ini."<br /><br />"Aku yakin Ferry pasti mengerti. Jangan takut, deh."<br /><br />"Iya tapi Ka Santi tidak harus menghadapi tatapan Ferry yang kecewa. Aku tidak akan berani memandangnya lagi, Kak," isak Novi berlanjut.<br /><br />Sambil mendekap Novi, Santi masih membelai-belai rambutnya. Ia berpikir keras mencari jalan keluarnya.<br /><br />Lalu Santi mendorong pundak Novi agar ia dapat menatap wajahnya. Santi menatap dalam-dalam kedua mata Novi. Ia tidak melihat apa-apa selain keputusasaan.<br /><br />Dengan langkah perlahan namun pasti, Santi berbalik dan menghampiri Ferry. Novi masih tenggelam dalam kesedihannya sendiri dan tidak sadar apa yang hendak Santi lakukan.<br /><br />Santi berjongkok di hadapan penis Ferry. Penis Ferry berdenyut lalu melelehkan cairan pelumas lagi tepat di hadapannya. Santi menutup matanya, meraih batang penis adik iparnya itu, lalu membuka mulutnya.<br /><br />Lingkar mulutnya memayungi kepala penis Ferry lalu Santi menyodorkan lidahnya keluar menyentuh kepala penis tersebut.<br /><br />Baru menyadari apa yang sedang diperbuat kakaknya, Novi segera menarik bahu Santi. "Ka Santi sedang apa?!" tanyanya penuh kebingungan.<br /><br />Santi berbisik lembut sambil meneteskan air matanya, "Aku sedang melakukan apa yang harus aku lakukan. Jadi jangan ganggu aku, yah?" Air mata Santi berderai. Ia tahu bahwa Novi mungkin tidak setuju dengan apa yang ia lakukan dan sudah pasti berusaha untuk mencegahnya. Namun jika Santi membuat seakan-akan semua ini ada di luar kemampuan Novi untuk mencegahnya, mungkin Novi akan lebih mudah menerimanya.<br /><br />"Semakin cepat aku buat dia ejakulasi, semakin cepat semua ini berakhir," pikir Santi.<br /><br />Tanpa berpikir banyak, Santi menjebloskan penis Ferry masuk ke dalam mulutnya. Santi yang sudah ahli, tahu bagaimana memperlakukan lelaki. Santi memulainya dengan lembut dan penuh perasaan. Mata Novi melotot dan mulutnya ternganga melihat kakaknya melahap penis suaminya.<br /><br />Ferry menggelinjang lalu mengerang panjang. "Wah, dia menyukainya," pikir Novi.<br /><br />Lidah Santi mulai bergerilya dibalik tangkupan bibir mungilnya itu. Dan nafas Ferry semakin memburu. Santi menggunakan jemarinya untuk bermain dengan buah zakar Ferry. Desahan-desahan Ferry terdengar semakin cepat dan semakin keras.<br /><br />Dengan menggunakan tangannya yang masih bebas, Santi mulai mengocok batang penis itu. Mulut, bibir dan lidahnya masih menari-nari memberikan sensasi tiada tara pada penis Ferry yang sudah menjadi sangat sensitif itu.<br /><br />Lalu Santi menggerakkan kepalanya naik turun. Tangannya bermain dengan batang penis dan testis Ferry. Lidahnya terus membalut kepala penis Ferry tanpa henti. Santi mulai ikut mendesah. Tanpa sengaja ia juga ikut terbakar dalam nafsu birahi yang ia ciptakan untuk Ferry.<br /><br />Saat itu ia baru tersadar bahwa penis yang masuk ke dalam mulutnya tersebut bukanlah penis suaminya. Penis itu tak lain milik lelaki lain yang ternyata adalah adik iparnya sendiri. Timbul secercah perasaan binal dalam hatinya. Hal ini justru malah membuat Santi merasa seksi. Payudaranya mulai mengencang terutama pada bagian puting. Vaginanya juga turut berdenyut dan terasa panas.<br /><br />Perlahan-lahan ia merasakan cairan dalam tubuhnya pun ikut meleleh dan merembes ke seluruh permukaan liang kewanitaannya. Wajahnya terasa panas. Bahkan kini seluruh tubuhnya terasa panas. Gelora birahi yang dirasakannya saat itu sangat berbeda dengan gejolak yang ia rasakan saat bersama suaminya. "Inikah gejolak birahi yang terlarang?" pikirnya lagi.<br /><br />Novi hanya dapat menunggu dengan perasaan yang bercampur aduk. Di satu sisi, ia merasa cemburu. Di sisi lain, ia ingin agar suaminya dipuaskan. Di satu sisi, ia melihat ini sebagai perselingkuhan. Namun di sisi lain, ia justru tidak yakin apakah ini dapat disebut selingkuh berhubung suaminya justru mengira bahwa istrinya sendirilah yang sedang mengoralnya.<br /><br />Desahan Ferry dan Santi terdengar seperti saling bersahutan.<br /><br />"Hhhhhh...." "Ooohhhh...." "Hmmmhhhhh...." "Uuuuhhhh"<br /><br />Tiba-tiba Ferry berteriak, "Arrrgghhh!!!" Secara serentak seluruh otot tubuhnya terlihat menonjol kemudian tubuhnya bergelinjang.<br /><br />Santi merasakan semprotan pertama dari sperma Ferry. Semprotan itu seperti ledakan lahar gunung berapi, begitu kental dan terasa hangat menghajar langit-langit mulutnya. Semprotan demi semprotan terus menghujani mulut Santi. Dan tanpa sadar ia menelan cairan itu.<br /><br />Santi kaget. Ini pertama kalinya ia menelan sperma laki-laki. Walaupun sejak berpacaran, Santi sudah sering memberikan oral seks kepada Tomy namun baru kali inilah ia benar-benar meneguk cairan lambang keperkasaan lelaki. Ia sudah tahu bahwa cairan sperma yang terasa asin itu tak lain adalah kumpulan protein (yang sering didengungkan dapat menghaluskan kulit wajah). Akan tetapi tetap saja ia enggan untuk menelan sperma suaminya dengan alasan kebersihan atau kesehatan.<br /><br />Namun kali ini berbeda. Bukan saja satu tegukan, melainkan Santi meneguknya lagi, lagi dan lagi sampai semuanya habis disedotnya dari saluran penis Ferry. Birahi yang kali ini ia rasakan seakan membangunkan karakter perempuan binal yang sedang tertidur di dalam dirinya.<br /><br />Hanya membutuhkan waktu satu menit lebih, sejak Santi mulai menghisap penis Ferry sampai ia berejakulasi. Tidak lebih dari dua menit. Novi keheranan melihat kejadian yang begitu cepat. Ia juga heran kemana perginya semua sperma Ferry dan tak habis pikir Santi sampai menelan semua tetes sperma suaminya.<br /><br />Lalu Santi mengeluarkan penis Ferry yang masih keras dan besar itu dari dalam mulutnya. Santi membuka kedua matanya. Ia takjub melihat penis Ferry yang masih keras dan besar itu. Memang biasanya setelah berejakulasi, seorang pria pasti akan kehilangan ereksinya dan baru bisa kembali berereksi setelah beberapa saat. Namun penis Ferry masih tegak berdiri dengan lantang di hadapan wajahnya. Lalu tiba-tiba penis Ferry berkejut dan memuntahkan cairan sperma yang terakhir sekali lagi. Cairan itu jatuh ke atas baju Santi.<br /><br />Santi terkekeh lalu berbisik kepada Novi, "Oke, tugasku sudah selesai. Sekarang tinggal kamu yang menyelesaikan semua ini. Aku pulang, yah?"<br /><br />"Oh iya jangan lupa besok kamu harus datang ke rumahku untuk menjaga Kirani. Oke?" Santi mengingatkan Novi sebelum ia keluar dari kamar.<br /><br />Novi yang pikirannya belum sepenuhnya kembali ke alam nyata hanya bisa mengangguk dengan mulut yang terus menganga sejak tadi.<br />Novi berpikir keras apa yang harus ia kerjakan sekarang agar Ferry tidak curiga sedikitpun atas apa yang baru saja berlalu. Santi, kakak kandungnya sendiri, menggantikan posisinya sebagai istri Ferry dalam melayani suaminya secara badaniah. Memang saat itu mata Ferry ditutup oleh kain hitam dan kedua telinganya ditutup dengan headphone yang mengalunkan musik instrumental klasik. Namun Novi terus mencari kemungkinan celah bobolnya rahasia ini.<br /><br />Novi masuk ke kamar mandi yang berada di dalam kamar lalu membuka keran air di wastafel. Ia menadahkan air di tangannya lalu berkumur beberapa kali. Setelah itu Novi keluar menghampiri suaminya yang duduk terkulai lemas setelah seluruh energi keperkasaannya disedot Santi.<br /><br />Novi melepaskan headphone dari kepala Ferry lalu membuka ikatan kain hitam yang menutup kedua matanya. Kedua mata Ferry terpejam dan Novi melihat beberapa kerutan di antara alis matanya. Raut wajahnya terlihat begitu lepas walau masih terbesit sedikit kelelahan juga.<br /><br />Saat bibir Novi menyentuh bibirnya, Ferry membuka matanya. Karena sekian lama matanya tertutup gelap, Ferry harus memicingkan matanya saat cahaya kamar yang terang menghujani kornea matanya. Matanya berkedip-kedip beberapa saat. Setelah dapat melihat dengan normal, Ferry melepaskan ciumannya dengan Novi.<br /><br />"Wah, Nov. Aku ngga nyangka kamu bisa melakukannya. Bukan hanya itu, bahkan melakukan dengan mahir."<br /><br />Hati Novi menjadi kecewa karena ia tahu kepuasan seks yang baru saja didapat suaminya berasal dari Santi, bukan dari dirinya. Namun demikian Novi mencoba untuk tersenyum lalu melingkarkan kedua lengannya di leher suaminya.<br /><br />"Aku masih harus belajar banyak," kata Novi tidak ingin berdusta.<br /><br />"Ah, omong kosong. Dengan kemahiran seperti itu aku tidak yakin apakah kamu perlu belajar lagi," Ferry berkata sambil menempelkan hidungnya dengan hidung Novi.<br /><br />"Kamu bisa aja deh, Fer."<br /><br />"Tapi aku jadi ingin tahu...," Ferry menghentikan kalimatnya.<br /><br />Ferry sebenarnya ingin menanyakan dari mana Novi belajar melakukan oral seks. Karena dari sepengetahuannya, sejak pertama kali mengenal Novi di SMA, Novi termasuk gadis alim. Novi termasuk murid berprestasi karena selain pintar ia juga rajin. Walau memakai kacamata, kecantikan Novi tidak dapat ditutupi. Banyak teman laki-lakinya yang mengejarnya. Singkat kata, Novi adalah primadona sekolah.<br /><br />Walaupun dirinya bukan pacar Novi yang pertama, namun Ferry yakin Novi belum pernah melakukan hal-hal semacam ini dengan pacar-pacar terdahulunya. Pada malam pertama mereka, Ferry mendapati Novi masih perawan (dari darah yang keluar dari liang kewanitaannya). Jadi Ferry benar-benar tidak dapat mengira-ngira sedikitpun darimana Novi belajar melakukan oral seks. Dan Ferry mengurungkan niatnya untuk bertanya.<br /><br />[+/-] tutup/baca lebih jauh...<br /><br />Novi yang dapat membaca arah pikiran Ferry segera bangkit dan menjawab nakal, “Ada deh.”<br /><br />Novi tidak ingin memperpanjang hal ini sehingga ia mengganti topik pembicaraan, “Besok pagi-pagi jangan lupa antar aku ke rumah Ka Santi, yah.”<br /><br />Ferry yang juga tidak ingin memperdalam penyelidikannya terhadap masalah tadi menjawab, “Oh, iya. Dia besok keluar kota yah? Kenapa mereka tidak mencari suster baru saja sih?”<br /><br />“Ka Santi mendadak mendapat dinas ke luar kota. Dan kebetulan sekali suster yang mereka pakai sekarang harus pulang menjenguk orang tuanya yang sakit. Lagipula hanya tiga hari saja kok. Ka Santi sudah sering menolongku,” kata-kata Novi terhenti sejenak sementara pikirannya kembali menerawang pada ‘bantuan’ Santi dalam dua hari ini, “dan aku rasa sudah sepantasnya jika aku membalas kebaikannya.”<br /><br />“Selain itu, dia itu kakakku satu-satunya. Kalau bukan aku, siapa lagi yang dapat dia harapkan?”<br /><br />“Yah terserah kamu, deh,” jawab Ferry. “Kalau begitu lebih baik kita tidur sekarang. Jam berapa kita harus tiba di rumah mereka?”<br /><br />“Jam tujuh pagi.”<br /><br /><br />“Kamu ikut turun dong, Fer. Kamu ini seperti orang luar saja. Ini kan keluargamu juga,” wajah Novi cemberut karena Ferry enggan turun dari mobil.<br /><br />“Baik, baik. Aku ikut turun. Tapi aku tidak janji bisa bertandang lama. Aku harus pergi kerja,” kata Ferry dengan wajah yang sengaja dibuat ikut cemberut.<br /><br />“Sekarang kan baru jam 7 kurang 5 menit. Setiap hari kamu berangkat kerja hampir jam 9 dan itu berarti dua jam lagi. Jangan cari-cari alasan, deh,” kata Novi sambil mencubit lengan Ferry dengan manja.<br /><br />Novi menekan bel dan tak lama pintu depan dibuka oleh Santi. Pagi itu Santi sangat terlihat cantik, bahkan Novi dan Ferry merasa Santi bertambah cantik. Santi mengenakan padanan blazer dan rok pendek berwarna merah menyala. Di dalam blazer itu, Santi mengenakan camisole berwarna putih. Rambutnya yang panjang disanggul sehingga menonjolkan keindahan lehernya yang jenjang.<br /><br />“Hai, Nov, Fer. Terima kasih yah, Fer, sudah mau mengantarkan Novi ke mari,” kata Santi sambil meletakkan tangannya di bahu Ferry.<br /><br />Novi melirik sekilas ke tangan Santi yang masih berada di atas bahu suaminya lalu memandang kakaknya. Novi hampir tidak dapat mempercayai penglihatannya saat Santi tanpa sadar memberikan tatapan menggoda pada Ferry. Santi membasahi bibirnya dengan lidahnya tanpa melepaskan tatapannya pada Ferry.<br /><br />Novi menyentuh lengan Santi sambil berkata, “Ah, sudah menjadi kewajiban dia kok sebagai suamiku.”<br /><br />Seperti terkejut dari lamunan, Santi menarik tangannya lalu tersipu memalingkan wajahnya dari Ferry dan terutama dari Novi.<br /><br />“Ka Santi baik-baik saja?” tanya Novi.<br /><br />“Aku baik-baik saja. Hanya sedikit tegang dengan tugas dinas seperti ini,” kali ini Santi berkata sambil tersenyum menatap adiknya.<br /><br />Kemudian Santi mengajak Novi ke dapur untuk memberi tahu letak semua yang ia butuhkan untuk memasak. Tomy mengajak Ferry bergabung untuk menikmati sarapan. Ferry menolak dengan sopan, “Novi sudah menyiapkan sarapan untukku di rumah. Thanks, Tom.”<br /><br />Setelah memberi tahu semua informasi yang dibutuhkan oleh Novi, Santi mengajak Novi untuk duduk di ruang tamu di mana Tomy dan Ferry sedang mengobrol tentang pertandingan tinju hari Minggu kemarin.<br /><br />“Jadi jam berapa kamu berangkat, Kak?” tanya Novi.<br /><br />“Sebentar lagi rekan kerjaku akan datang menjemput. Jam setengah delapan.”<br /><br />“Wah baik sekali dia mau menjemput?”<br /><br />“Oh dari sini kami akan langsung ke airport. Jadi aku tidak sendirian kali ini,” jawab Santi.<br /><br />Walau Novi dan Santi sedang mengobrol berdua, namun Ferry dapat mendengar pembicaraan mereka. “Jadi rekan kerjamu ini laki-laki, yah?”<br /><br />Santi menoleh ke Ferry untuk menjawab pertanyaannya. Saat ia menatap wajah Ferry, kejadian kemarin malam di kamar Novi kembali berkelebatan dalam otaknya. Langsung saja wajah Santi terasa panas. Kedua pipinya merona merah.<br /><br />“Oh, iya. Namanya Hermanto. Tahu dari mana kalau teman kerjaku ini laki-laki?”<br /><br />Semua yang ada di ruangan itu mengira Santi tersipu karena ketahuan pergi berdua dengan pria, teman kerjanya. “Ah aku cuma menebak saja, deh. Ngga usah malu begitu, San. Kita kan sudah dewasa, jadi pasti tahu cara menjaga diri. Iya kan, Tom?” kata Ferry.<br /><br />“Iya, Fer. Aku tidak cemburu kok Santi pergi berduaan dengan lelaki lain. Lha wong ini kan kewajiban dalam pekerjaannya?” sanggah Tomy sembari tersenyum pada Santi.<br /><br />Lalu bel rumah berbunyi. “Itu pasti Hermanto. Baik, berarti sudah waktunya aku untuk pergi,” kata Santi. “Nanti setelah Kirani bangun sekitar jam delapan, tolong paksa dia untuk sarapan dulu baru setelah itu diberi obat batuk,” katanya kepada Novi.<br /><br />“Baik, Kak. Tenang saja, kalau ada yang aku lupa, aku pasti telpon kamu atau Tomy. Oke?”<br /><br />Tomy mengangkat koper Santi dan membuka pintu. Hermanto sudah berdiri menunggu Santi. “Selamat pagi,” katanya.<br /><br />“Selamat pagi,” jawab mereka hampir bersamaan.<br /><br />Dari belakang Santi bergerak ke luar menghampiri Hermanto lalu memperkenalkan dirinya, “Perkenalkan, ini Hermanto. Hermanto, ini keluargaku.”<br /><br />Hermanto mempunyai postur tubuh tipikal pria setengah baya. Walau umurnya baru 45 tahun, namun karena perutnya yang membuncit dan rambutnya yang sudah menipis membuatnya kelihatan lebih tua. Belum lagi ditambah dengan model kacamata tebal yang dipakainya benar-benar sudah ketinggalan jaman.<br /><br />“Halo. Santi selalu bercerita tentang keluarganya di kantor. Baru kali ini aku mendapat kesempatan untuk bertemu langsung.”<br /><br />“Mudah-mudahan dia tidak bercerita yang jelek-jelek, nih,” celetuk Novi.<br /><br />“Oh, tidak. Santi selalu bercerita yang baik-baik tentang kalian.”<br /><br />“Baik. Aku pergi dulu yah, Tom. Hati-hati di jalan,” kata Santi sambil mengecup pipi Tomy.<br /><br />“Iya. Kamu juga hati-hati di jalan,” jawab Tomy.<br /><br /><br />Santi sudah pergi sekitar 15 menit yang lalu dan Ferry pulang tidak lama setelah itu. Kini Novi hanya tinggal berdua dengan Tomy. Kirani masih tertidur di kamarnya.<br /><br />“Aku harus bersiap-siap untuk pergi ke kantor yah, Nov,” Tomy berkata kepada Novi yang sedang menyiapkan sarapan untuk Kirani.<br /><br />“Baik, Tom. Kamu lakukan apa saja yang biasa kau lakukan, dan anggap saja aku tidak ada di sini,” jawab Novi.<br /><br />Tomy masuk ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap untuk kerja. Lima belas menit kemudian ia keluar dari kamar dan mendapati Kirani sedang duduk di ruang keluarga menonton TV.<br /><br />“Kirani, kok pagi-pagi begini sudah bangun?” tanya ayahnya.<br /><br />Kirani, putrinya yang masih berumur 3 tahun, dengan nada kecewa berkata, “Aku mau mengantarkan mama tapi mama sudah pergi.”<br /><br />“Oh tidak apa-apa, Rani sayang. Nanti tante Novi akan membantu kamu untuk menelpon mama. Oke?” kata Tomy sambil memandang Novi yang masuk bergabung dengan mereka.<br /><br />“Oke,” jawab Kirani dengan lantang.<br /><br />Tomy menghampiri Novi lalu berbisik, “Sembunyikan telponnya setelah menelpon Santi. Aku tidak mau tagihan telponku membengkak gara-gara ia terus menerus menelpon mamanya.”<br /><br />“Oh baik, Tom,” jawab Novi. Jantung Novi berdegup kencang ketika wajah Tomy berada dekat dengan wajahnya saat ia berbisik di telinganya.<br /><br />Tomy menghirup dalam-dalam wangi lembut dari rambut Novi. “Wangi sekali,” pikirnya. Tiba-tiba saja ingatan Tom kembali pada kejadian kemarin malam. Dengan wajah masih berada dekat dengan wajah Novi, otak Tomy memutar ulang setiap adegan satu per satu secara berurutan.<br /><br />“Ada apa ini?” pikir Novi bingung. “Mengapa dia berdiri diam di dekatku seperti ini?”<br /><br />“Ummm, Tom…,” Novi membuka suara.<br /><br />Tomy terlonjak karena lamunannya dibuyarkan oleh suara lembut Novi.<br /><br />“Oh, aku harus segera berangkat, Nov. Jangan sungkan untuk makan makanan di kulkas atau lemari. Kalau ada apa-apa, telpon HP-ku saja. Bye,” Tomy berpamitan sambil bergerak ke luar rumah dengan cepat.<br /><br /><br />Tomy membuka pintu dan mendapati Novi berbaring di sofa sedangkan Kirani tertidur di lantai. Tomy berjingkat masuk berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikit pun. Dengan perlahan Tomy mengangkat tubuh mungil Kirani dan menggedongnya masuk ke kamar. Kirani masih terlelap saat Tomy keluar dari kamarnya.<br /><br />Setelah tangannya menutup daun pintu kamar itu, mata Tomy melihat ke arah meja makan dan melihat botol orange juice berada di atas meja. Ia tersenyum lebar mengetahui semuanya berjalan sesuai dengan rencananya. Ia meraih botol orange juice itu dan senyumnya semakin melebar. Botol itu sudah kosong.<br /><br />“Dengan dosis yang kumasukkan tadi pagi, obat itu akan bekerja selama 8 jam. Ia pasti meminumnya saat makan siang tadi, berarti aku masih mempunyai waktu sekitar 2 jam,” otak Tomy berputar.<br /><br />Tomy menghampiri Novi yang terbaring lelap di sofa. Tanpa membuang waktu Tomy meremas payudara Novi, ia langsung menyantap hidangan utama yang selalu menggoda hatinya. Sejak menikah dengan Santi, Tomy selalu mempunyai pikiran-pikiran cabul terhadap adik iparnya. Setiap kali Novi berkunjung ke rumahnya, dengan sembunyi-sembunyi Tomy memperhatikan bentuk lekuk tubuh Novi dan membayangkan tubuh Novi tanpa pakaian. Dan dua bagian tubuh yang selalu menggetarkan hatinya tak lain adalah buah dada dan pantat Novi.<br /><br />Saat ini Novi terbaring terlentang di hadapannya dan menjadikan payudaranya sebagai hidangan utama. Setelah meremas-remas payudara itu beberapa menit, Tomy menyelusupkan tangannya masuk ke balik baju Novi dan membuka BH yang dipakainya. Tomy benar-benar tidak ingin membuang waktu sedikitpun. Setelah menarik BH Novi lepas dari tubuhnya, Tomy dengan lebih leluasa meremas-remas payudaranya. Novi tidak bergeming. Ia tergolek seperti mayat tanpa reaksi.<br /><br />“Nanti setelah selesai dengan tubuhnya, berarti aku harus mengenakan BH itu kembali ke tubuhnya. Dan berarti aku harus membuka bajunya terlebih dahulu. Kalau begitu mengapa tidak aku buka saja bajunya saat ini juga?” pikirnya lagi.<br /><br />Dengan gerak cepat, Tomy menanggalkan baju Novi. Walau berukuran lebih kecil dari milik istrinya, bentuk payudara Novi sama indahnya dengan payudara Santi dan terlihat lebih padat. Puting susunya tidak sebesar puting susu Santi, namun warna puting Novi tidak segelap puting Santi. Walau secara keseluruhan tubuh Novi sekilas terlihat sama dengan tubuh Santi (karena memang kakak beradik), namun Tomy menjadi sangat terangsang melihat tubuh adik iparnya yang bukan tubuh istrinya yang sudah biasa dilihatnya.<br /><br />Tomy langsung melahap puting susu Novi. Sementara tangan kanannya bermain-main dengan putingnya yang lain, lidah Tomy menjilat, menekan, berputar, dan memilin puting itu. Tak lama kemudian, Tomy merasakan puting itu mengeras di bawah permainan lidahnya. Rupanya tubuh Novi baru mulai bereaksi. Pergerakan naik turun dadanya akibat volume pernafasan yang bertambah mulai terlihat. Melihat hal ini, penis Tomy melejit dan mengeras di balik celananya.<br /><br />Tangan kanannya meremas-remas payudara Novi dengan lebih bertenaga karena nafsu yang telah bergelora. Sementara itu, Tomy terus melancarkan serangan lidahnya atas puting susu Novi yang lainnya. Sesekali Tomy menggigit lembut puting yang sudah mengeras itu.<br /><br />Setelah puas meremas-remas payudaranya, tangan kanan Tomy menyelusup masuk ke balik celana dalam Novi dan bergerilya ke daerah selangkangan Novi. Ia merasakan bulu-bulu halus terusap pada jari-jarinya yang berarti tangannya berada pada jalur yang benar. Kemudian jari-jari itu mendapati celah lembab di ujung penjelajahannya yang menyatakan bahwa pencariannya sudah berakhir. Jari-jari itu kini bersemayam di atas bibir kemaluan Novi. Tomy mengusap-usap jari-jarinya di sepanjang bibir vagina Novi. Tak lama setelah itu terdengar suara erangan dari mulut Novi dan deru nafasnya sudah terdengar dengan jelas. Pergerakan naik turun dadanya juga semakin jelas terlihat dan semakin bertambah intensitasnya. Di balik hisapan dan permainan lidahnya, Tomy tersenyum lebar setelah tubuh liang senggama Novi melelehkan cairan cinta keluar ke bibir vaginanya.<br /><br />“Kalau di luarnya saja sudah basah seperti ini, apalagi bagian dalamnya yah?” pikir Tomy lagi.<br /><br />Tanpa pikir panjang Tomy langsung menyelusupkan jari tengahnya masuk ke dalam liang kemaluan Novi. Tiba-tiba mata Novi terbuka, terbelalak dan menatap kosong ke langit-langit dan tanpa mengeluarkan suara, mulut mungilnya juga membentuk huruf “A” dan kepalanya terangkat dari sofa. Semua itu hanya berlangsung sepersekian detik sehingga Tomy tak dapat berbuat apa-apa. Jari tengahnya masih berada di dalam tubuh Novi dan mulutnya masih mengatup di atas payudaranya. Tomy berusaha memutar otaknya dengan cepat untuk mencari-cari alasan namun tentu saja usahanya sia-sia. Tubuh Novi mengejang masih pada posisi yang sama.<br /><br />“Belum juga satu jam berlalu, mengapa efek obatnya sudah hilang?” otaknya terus berputar.<br /><br />Sekitar lima detik kemudian, bola mata Novi mulai bergerak dan melirik ke arah dadanya. Begitu melihat mulut Tomy melahap payudaranya, Novi langsung bangkit berdiri dan menutupi dadanya dengan kedua tangannya. Mereka berdua saling bertatap-tatapan lalu Novi mulai memandang ke sekelilingnya. Ia mencari-cari pakaiannya. Setelah menemukan bajunya, Novi segera mengenakan baju itu tanpa mengenakan BH terlebih dahulu.<br /><br />“Apa yang sedang kamu lakukan, Tom?” tanya Novi setengah berbisik namun tegas. Ia tidak ingin suaranya terdengar oleh Kirani yang ia tahu sedang berada di kamarnya.<br /><br />“Ah.. anu… aku… a-anu…,” Tomy belum menemukan kata-kata yang dapat digunakan untuk menutupi semua perbuatannya itu.<br /><br />“Kamu sudah hilang akal, yah? Aku ini kan adik Santi, istrimu?”<br /><br />“Jangan salah paham, Nov…, a-aku…,” Tomy masih berusaha menenangkan Novi.<br /><br />“Kamu sudah mempunyai istri bahkan sudah mempunyai seorang putri. Apa jadinya kalau mereka tahu apa yang kau perbuat barusan? Aku juga sudah bersuami!” tambah Novi dengan suara bisikan yang lebih tegas.<br /><br />Merasa terpojok dan tidak dapat membela diri, Tomy malah balas menyerang, “Ah, kamu tak perlu menggunakan alasan sudah bersuami dan jangan berpura-pura, deh. Aku tahu kamu juga menikmatinya, kan?”<br /><br />Novi tidak dapat mempercayai pendengarannya. “Apa maksudmu? Aku tidak tahu menahu apa yang sedang kau lakukan saat aku tertidur. Yang aku tahu saat aku terjaga kamu sedang melakukan perbuatan hina terhadap tubuhku.”<br /><br />Memang benar Novi tidak tahu apa yang dilakukan Tomy terhadap dirinya, akan tetapi tubuhnya masih berfungsi dengan normal dan memberi respon sesuai dengan rangsangan yang diberikan. Nafas yang memburu, puting yang mengeras, dan cairan yang keluar dari vaginanya merupakan reaksi normal saat tubuh seorang wanita mendapat rangsangan seksual.<br /><br />“Tak perlu berbohong, Nov. Tubuhmu sendiri yang berkata demikian. Kamu pasti merasakan vaginamu mengeluarkan cairan pelumas dan kamu juga dapat merasakan betapa kerasnya puting susu kamu. Itu tandanya kamu sudah terangsang. Pria manapun yang kau tanya pasti tahu hal itu,” Tomy menjelaskan.<br /><br />Novi terdiam dan kini ia baru merasakan kebenaran kata-kata Tomy. Walau sudah tidak banyak, namun Novi masih dapat merasakan vaginanya basah dan saat ia mendapati tubuhnya merespon terhadap perbuatan bejat Tomy, ia merasakan putingnya semakin mengeras. Wajahnya langsung menjadi merah padam.<br /><br />Tomy yang melihat Novi tidak dapat menyangkali pernyataannya barusan menjadi semakin bersemangat, “Nah, betul, kan Nov? Tidak perlu malu untuk mengakuinya. Lagipula hari Sabtu kemarin kamu juga tidak malu-malu menghisap penisku.”<br /><br />Seperti mendengar halilintar di siang bolong, Novi tidak dapat mempercayai pendengarannya, “APA?!?!”<br /><br />“Sudahlah, tidak perlu bersandiwara lagi. Aku tahu permainan kalian berdua,” kata Tomy.<br /><br />“T-t-tapi, kamu… bagaimana… a-apakah Ka Santi yang memberi tahu?” tanya Novi tak habis pikir.<br /><br />“Oho, tidak, tidak. Dia tidak bercerita sedikit pun. Apa kau ingat saat aku menyentuh payudaramu malam itu? Malam itu aku mendapati payudara itu masih tertutup BH namun pada kenyataannya Santi tidak mengenakan BH malam itu. Jadi aku tahu ada sesuatu yang tidak wajar. Dan pagi ini saat aku mencium wangi rambutmu aku tahu bahwa yang mengoralku Sabtu lalu tak lain adalah kau, Novi.”<br /><br />Wajah Novi menjadi pucat, kerongkongannya terasa kering dan kepalanya terasa berputar-putar. Detik berikutnya ia sudah mendapati tubuhnya terduduk di sofa dengan Tomy duduk di sampingnya.<br /><br />“Aku tidak tahu kalau kau begitu menginginkan diriku sampai kau meminta Santi untuk mengatur permainan ini. Begini saja, Nov. Aku berjanji tak akan mengadukan hal ini ke Ferry asal kau melakukan apa yang kusuruh,” usul Tomy.<br /><br />“Bukan, bukan begitu ceritanya. Aku… aku bukan wanita seperti itu,” bantah Novi.<br /><br />“Ah aku tidak perduli. Apa pun alasannya, aku yakin Ferry tidak tahu menahu atas perbuatanmu. Oleh karena itu demi tersimpannya rahasiamu dari Ferry, aku menganjurkan kamu untuk menuruti perintahku. Mengerti, Nov?”<br /><br />Novi tidak dapat menjawab. Ia menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menangis tersedu-sedu.<br /><br />Tomy membelai-belai kepala Novi untuk menenangkannya, “Sudah, sudah. Tidak perlu menangis seperti itu. Ayo kita nikmati saja bersama semua ini. Santi jelas-jelas menyetujui hubungan kita berdua. Lagipula ia sedang tidak berada di sini. Dan kau juga tidak perlu khawatir atas Ferry. Ia tidak akan menjemputmu malam ini. Aku tadi sudah menelponnya dan memberi tahu bahwa aku akan mengantarmu pulang.”<br /><br />Dalam waktu lima menit ke depan, Novi masih terus menangis. Tomy beberapa kali masih mencoba untuk menenangkan Novi. Dan akhirnya Novi menyadari bahwa keadaannya tidak akan bertambah baik jika ia tidak menuruti kemauan Tomy. Novi tidak ingin menerima kenyataan ini. Ia terus berusaha mencari celah agar ia dapat keluar dari jerat Tomy dan usahanya mencapai jalan buntu. Novi mencoba pasrah dan berhenti menangis.<br /><br />Melihat hal ini Tomy segera memulai permainannya. Dengan lembut ia mengecup pipi Novi. Secara refleks Novi menghindari kecupan itu. Tomy mencoba sekali lagi namun kali ini Novi malah mencoba mendorong tubuh Tomy menjauh darinya.<br /><br />“Hei, bukankah kita sudah sepakat?” sergah Tomy.<br /><br />Tomy meraih wajah Novi lalu mengatupkan bibirnya ke atas bibir Novi. Bibir Tomy melumat bibir Novi dengan penuh nafsu. Novi yang diam saja, membiarkan bibirnya dilumat oleh Tomy.<br /><br />Pandangan Novi kosong sementara pikirannya penuh dengan kekhawatiran. Apa jadinya jika Ferry mengetahui hal ini? Apalagi jika ia tahu kejadian Sabtu malam itu, saat mulutnya membungkus batang kemaluan lelaki lain. Lalu bagaimana kalau ia tahu bahwa lelaki lain itu adalah Tomy, kakak iparnya sendiri? Apa jadinya hubungan keluarganya dengan keluarga Santi? Bagaimana pula hubungannya dengan Ferry?<br /><br />Semakin dipikir semua kekhawatiran itu terasa semakin mengambil alih setiap sel dalam otaknya. Dan tanpa disadari, mulut Novi sudah terbuka dan menyerah terhadap ciuman Tomy. Bukan hanya itu, lidahnya malah ikut menari-nari membalas liak-liuk lidah Tomy di dalam mulutnya. Tomy meraih bagian bawah baju Novi dan menariknya ke atas melewati kepala Novi. Hal ini membuat kedua tangan Novi terangkat naik.<br /><br />Tersadar dengan apa yang sedang terjadi, secepat kilat Novi menarik lidahnya dan menutup bibirnya serta menurunkan lengannya agar bajunya tidak ditanggalkan oleh Tomy. Namun terlambat sudah. Tomy melemparkan baju itu jauh-jauh supaya Novi tidak berusaha untuk mengambilnya lagi.<br /><br />Dengan hanya mengenakan celana dalam, Novi terduduk dengan kedua lengannya bersilangan di depan dadanya untuk menutupi payudaranya dari Tomy. Novi melihat Tomy sedikit mundur dan sambil terus memandangi tubuhnya dengan tatapan cabul Tomy membuka baju dan celananya satu persatu. Saat sampai Tomy hendak melepaskan celana dalamnya, Novi menoleh ke samping dan memejamkan matanya karena tidak berniat untuk melihat kemaluan kakak iparnya.<br /><br />“Kenapa, Nov? Kamu tidak mau melihat penisku?” tanya Tomy dengan bercanda sambil terus menanggalkan celana dalamnya.<br /><br />“Ayo Nov, tidak perlu malu. Apalagi takut. Kamu toh sudah pernah mencicipi batangku?” Novi semakin rapat memejamkan matanya berusah untuk mengusir gambaran penis Tomy dari pikirannya.<br /><br />Kesempatan ini digunakan sebaik-baiknya oleh Tomy. Melihat Novi yang sedang lengah langsung saja ia meraih celana dalam Novi dan menariknya sehingga lepas dari tubuhnya. Novi terpekik kaget dan saat membuka matanya, ia mendapati mereka berdua sudah telanjang bulat.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-15195653164583330522012-02-04T09:40:00.000-08:002012-02-04T09:40:20.424-08:00Mel. Revi, GrisaNama saya Vito, 35 tahun. Berawal dari hobby saya berenang, kira-kira 3 minggu yang lalu, saya memulai hubungan lagi dengan seorang ibu rumah tangga, kali ini beserta putrinya yang masih kelas 2 SMP. Ceritanya begini,... Waktu itu saya berenang di kolam renang milik sebuah Country Club, dimana saya tercatat sebagai membernya. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 5. Saya baru saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukkan. Saya melihat ada seorang gadis mungil bersama anak perempuan kecil, gadis itu kira-kira berusia antara 14-15 tahun. Karena gadis itu berdiri tidak jauh dari saya, saya liatin aja dia. Untuk usia segitu, badannya bolah dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, rambut panjang, swimsuit yang benar-benar sexy dan sekilas saya lihat bibir dan dadanya yang menantang sekali. Setelah saya perhatikan baik-baik, tiba-tiba 'adik kecil' saya bangun, bagaimana tidak,... ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Hal ini nyata sekali dari belahan vaginanya yang tercetak di baju renangnya itu. Eh,...ngak disangka-sangka, si anak kecil (yang ternyata adiknya), menghampiri saya, lalu dia bilang "Om, mau main bola sama Grisa gak ?" "Eh,... mmh,... boleh,... kamu sama kakakmu ya ?" tanya saya gugup. "Iya,... itu kakak !" katanya sambil menunjuk kakaknya. Lalu saya hampiri dia dan kami berkenalan. Ternyata, gadis manis itu bernama Revi, dan juga, dia baru kelas 2 SMP. "Mmh, Revi cuma berdua sama Grisa ?" tanya saya mencoba untuk menghangatkan suasana. "Nggak Om, kami sama mami. Mami lagi senam BL di Gym diatas!" kata Revi sambil menunjuk atas gedung Country Club. "Ooo,... sama maminya, toh" kata saya,"Papi kamu ndak ikut Rev ?" "Nggak, Papi kan kalo pulang malem banget, yaa,... jam-jam 2-an gitu deh. Berangkatnya pagiii bener" katanya lucu. Saya tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama maminya, "Mmh, mami kamu bawa mobil Rev ? kalo ndak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau ndak ? Sekalian Om kenalan sama mami kamu, boleh kan ?" "Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar. Grisa katanya mau makan McD." "O,.. ya udah ndak apa-apa. Om boleh ikut kan ? Nanti pulangnya Om anterin" Tapi yang menjawab si kecil Grisa, "Boleh,... Om boleh ikut,...." Sekitar 1/2 jam kami mengobrol, mami mereka datang. Dan ternyata, orangnya cantik banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar indah. Buah dada yang besar dan ranum, leher dan kulit yang putih,... pokoknya mirip. Singkat cerita, kami pun berkenalan. Revi dan Grisa berebut bercerita tentang awal kami semua berkenalan, dan mami mereka mendengarkan sambil tersenyum-senyum, sesekali melirik ke saya. Nama mami mereka Imel, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya,... 20 tahun. Ngobrol punya ngobrol, ternyata Imel dan suaminya sedang pisah ranjang. Saya dalam hati berkata, wah,... kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, saya memberanikan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah, dan ternyata Imel tidak berkeberatan. Setelah sampai di rumahnya di bilangan Cilandak, saya dipersilahkan masuk, langsung ke ruang keluarganya. Waktu itu sudah hampir jam 8 malam. Grisa yang sepertinya capek sekali, langsung tidur. Tapi saya, Imel dan Revi ngobrol-ngobrol di sofa depan TV."Mel, suamimu sebenarnya kerja dimana?", tanya saya. "Anu mas,... dia kontaraktor di sebuah perusahaan penambangan gitu," jawab Imel ogah-ogahan. "Iya Om, jangan nanya-nanya Papi.Mami suka sebel kalo ditanya tentang dia," timpal Revi, yang memang kelihatan banget kalo dia deket sama maminya.Mendengar Revi bicara seperti itu, Imel agak kaget, "Revi, nggak boleh bicara gitu soal Papi, tapi bener mas, aku ngak suka kalo ditanya soal suamiku itu". "Iya deh, aku nggak nanya-nanya lagi,..." kata saya sambil tersenyum."Eh Iya,... Mas Vito mau minum apa ?" tanya Imel sembari bangkit dari sofa, "Kopi mau ? "Eh,... iya deh boleh,... " jawab saya.Tak lama kemudian Imel datang sambil membawa 2 cangkir kopi."Ini kopinya,..." katanya sambil tersenyum. Revi yang sedang nonton TV, dengan mimik berharap tiba-tiba berkata, "Om, malem ini nginep di sini mau ya ? bolehkan mam ?" Imel yang ditanya, menjawab dengan gugup, "Eh,... mmh,... boleh-boleh aja,... tapi emangnya Om Vito mau ?" Merasa dapat durian runtuh, saya menjawab sekenanya, "Yah,... mau sih,... " Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam 1/2 12 malam ketika Imel berdiri dari sofa dan berkata, "Mas Vito,aku mau ganti baju tidur dulu ya ?" "Eh, iya,... " jawab saya, "kamu ndak tidur Rev, kan besok sekolah ?""Mmh, belom ngantuk,... " jawabnya lucu.Tak lama kemudian, Imel datang lagi ke ruang TV dengan mengenakan busana tidurnya yang tipis sekali. Di dalamnya dia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan Bra tanpa tali. Revi yang sedang tidur-tiduran di karpet terbelalak kaget melihat maminya memakai baju se-sexy itu."Ya ampun,... mami,... bajunya itu lho, gak sopan banget." "Gak papa Rev', mami udah lama nggak pake baju ini. Sekalian nyobain lagi," kata Imel sambil tersenyum ke arah saya, "Om Vito aja nggak keberatan, masa kamu keberatan sih ?" Saya yang masih terkagum-kagum dengan kemulusan body Imel, tidak bisa bicara apa-apa lagi." Rev' kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah,... mami masih mau ngobrol sama Om Vito,... sana tidur!" kata Imel.Saya yang memang sudah pingin sekali mencoba tubuh Imel, juga ikut-ikutan ngomong, "Iya, Rev' besok telat masuk sekolahnya,... kamu tidur duluan sana."Revi sepertinya kesal sekali di suruh tidur, "Aaahh,... mami nih. Orang masih mau ngobrol sama Om Vito kok,..." tapi dia masuk juga ke kamarnya. Setelah ditinggal Revi, saya mulai melakukan agresi militer."Mel, kok kamu pake baju kaya gitu sih ? kamu tidak malu apa sama aku, kita kan baru kenal. Belum ada 1 hari,... kamu ndak takut apa kalo' aku apa-apain ? "Mas, aku memang sudah lama nggak pake baju ini. Kalaupun toh pake, suamiku sudah nggak peduli lagi kok sama aku. Dia lebih memilih sekretarisnya itu," kata Imel dengan mimik muka sedih."Berarti suami mu itu tolol. Dia nggak liat apa, kalo istrinya ini punya badan yang bagus, kulitnya putih, bibirnya tipis,... wah, kalo aku jadi suamimu, thak perem kamu ndak boleh keluar kamar," kata saya bercanda. "Dan lagi kamu punya 'itu' mengkel banget,..."Si Imel menatap saya dengan wajah lugu, "Itu apa mas ?""Mmh, boleh aku jujur tidak ?""Boleh,... ngomong aja ""Anu,... payudaramu itu lho,... mengkel banget, dan lagi aku yakin kalo 'anu'mu pasti seukuran satu sendok makan" kata saya sambil melakukan penetrasi dengan mengelus pahanya."Ooo,... ini," kata Imel sambil memegang buah dadanya sendiri, "Mas Vito mau ? terus apaku yang seukuran..."Belum selesai Imel berbicara, langsung saja aku potong dengan memegang dan mengelus kemaluannya, "Ini,.. mu,... buka dong bajumu !" kata saya asal. Imel yang sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kain tipis yang menutupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yang tipis dan hangat, saya langsung membuka bra-nya. Imel dengan gerakan spontan yang halus sekali, membiarkan celana dalamnya saya lucuti."Mas, aku sudah telanjang. Sekarang gantian ya,..." kata Imel tanpa memberi saya kesempatan bicara, Imel langsung melepas baju dan celana serta celana dalam saya, akibatnya dia shock setengah mati melihat batangan saya yang sudah terkenal itu. Hebatnya lagi, dia tanpa minta ijin, langsung jongkok di bawah saya dan mengulum si 'adik' dengan beringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruh saya untuk menjilati bibir vertikalnya. Imel kelojotan setengah mati, ketika lidah saya menyapu dengan kasar klitorisnya. Imel saya suruh terlentang di karpet dan membuka kakinya, 'Veggy'nya yang sudah basah itu, saya hajar dengan gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, saya meremas buah dadanya yang besar, dan menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulut saya. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, kemudian dia berdiri dan membelakangi saya dengan posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, dia membuat jalan masuk dengan menggunakan kedua jarinya. Langsung saya pegang pantatnya dan saya tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakan makin cepat karena licinnya liang surga itu. Tak lama kemudian, Imel bergetar hebat sekali,... dia orgasme, tapi cairan sperma saya belum juga mau keluar. Saya percepat gerakan saya, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Imel, dalam hati saya berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tak lama kemudian saya sudah ndak tahan. Saya tanya : "Mel, aku mau keluar,... dimana nih ?"Di tengah cucuran keringat yang amat banyak, Imel mendesah sambil berpaling ke arah saya, "Di dalam aja mas ! biar lengkap "Benar saja, akhirnya cairan saya, saya semprotkan semua di dalam liang vaginanya. Banyak sekali, kental dan lengket. Setelah itu, kami duduk di sofa sambil dia saya suruh menjilati 'Mr. Penny' saya. Hisapan Imel tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang lengket di kepala 'Mr. Penny' saya.Sekitar 5 menit, Imel menikmati si 'vladimir', sebelum dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun."Mas, aku ke kamar mandi dulu ya," katanya, "Aku mau nyuci 'ini' dulu," sambil dia mengelus vaginanya sendiri."Ya,... jangan lama-lama,... " kata saya.Karena sendirian, saya kocok saja sendiri batangan saya. Tiba-tiba si Revi keluar kamar,... dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan saya. Saya kaget sekali."Loh, Rev... kamu belum tidur ?" tanya saya setengah panik."Belum." Jawabnya singkat. Lalu dia berjalan ke arah saya, sementara saya berusaha menutupi 'Mr. Penny' saya dengan bantal sofa. "Om, tadi ngapain sama mami ?" tanyanya lagi."Eh,... anu,... Om sama mami lagi... " belum selesai saya menjelaskan, Imel masuk ke ruang TV. Dia kaget sekali melihat Revi ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi vaginanya dan tangan kirinya menyilang menutupi buah dadanya yang ranum (tidak semua tertutupi sih...),Imel berkata, "Rev kamu ngapain, kok belum tidur ?"Revi berpaling menghadap Maminya, "Aku nggak bisa tidur, Mami tadi berisik banget. Ngapain sih sama Om Vito ?"Akhirnya saya menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Imel duduk di samping saya, dan Revi saya suruh duduk di karpet, menghadap kami."Revi, kamu kan tahu, Papi sama Mamimu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan. Sebenarnya Om sama Mami sedang melakukan kegiatan yang sering dilakukan sama Mami dan Papimu setiap malam. Om dan istri Om juga sering melakukan ini," kata saya sambil melirik Imel yang terlihat sudah agak santai. "Tapi karena sekarang ndak ada Papi, Mami minta tolong Om Vito untuk melakukan hal itu."Revi terlihat sedikit bingung, "Hal itu hal apa Om ?"Di sini, Imel mencoba menjelaskan, "Rev, Mami jangan disalahin ya,...Revi sayang Mami kan ?"Revi tersenyum, "Iya lah, mi. Revi saayyaaaang banget sama Mami. Tapi Revi mau tahu, Mami sama Om Vito ngapain ?"Saya tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Revi yang cukup besar, "Om Vito sama Mami lagi making love. Kamu tahu artinya kan ?""Mmh,... iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om,... Revi mau lihat," jawab Revi.Wah,... kaget sekali mendengar Revi bicara begitu. Lalu saya melirik Imel, dan Imel mengangguk mengerti. "Revi beneran mau lihat Mami sama Om Vito making love ?" tanya Imel.Revi menjawab dengan polos, "Iya mau. Dan kalau Om Vito mau ngajarin, Revi juga mau diajarin,... biar bisa". Saya beneran seperti ketiban durian runtuh, "Mmhh, tanya Mami ya ?! soalnya Om tidak bisa ngajarin, kalo Mamimu tidak ngijinin,... Om sih mau aja ngajarin."Revi merajuk, merayu Maminya, "Mi, boleh ya ?"Imel ragu-ragu menjawab, "Kamu lihat aja dulu deh ya ?!"Sambil tersenyum Revi menjawab, "Iya deh,...," senang sekali ia. Setelah itu, Revi saya suruh mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memperhatikan dengan serius, ketika saya 'memamerkan' batangan besar saya. Dan Revi hanya bisa melongo ketika saya mengulum bibir Maminya sambil mengelus-elus vagina yang tanpa bulu itu. Tak lama kemudian, Imel saya suruh untuk melakukan pekerjaan menghisap lagi. Sambil Imel disibukkan dengan pekerjaannya itu, saya menyuruh Revi untuk duduk mendekat disamping saya."Lihat Rev, Mami seneng banget kan ?" kata saya. Sementara Imel melirik kami sambil terus menjilati 'Mr. Penny' saya. "Revi sudah pernah ciuman belom ?" tanya saya."Belum Om.""Mau Om ajarin ndak ?" tanya saya lagi sambil melingkarkan tangan saya di lehernya."Mau !" jawabnya singkat."Ya sudah,... Revi ikutin Om aja ya,... apa yang Om Vito lakukan, diikutin ya ?!"Belum sempat Revi menjawab, saya langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali si Revi. Ketika saya menarik lidah saya dengan lembut di dalam mulutnya, Revi terasa berusaha mengikuti, walaupun dengan gerakan yang tidak beraturan. Imel terus menghisap batangan saya, ketika saya melucuti tubuh anaknya yang putih bersih dan mulus itu. Buah dada Revi memang belum begitu besar, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, sudah cukup ranum. Puting susunya masih berwarna merah muda dan ketika saya memilin-milinnya, si Revi bergelinjang kegelian. Tak lama kemudian, Imel berlutut di depan saya dan membantu Revi melepas celana dalamnya yang berwarna hijau muda. Revi menurut aja ya sama Om Vito "kata Imel. Sementara saya meremas-remas toketnya, Imel menyuruh Revi untuk menggenggam batang 'Mr. Penny' saya."Rev, sekarang kamu jongkok disini ya " kata Imel, "Kamu hisap 'Mr. Penny'nya Om Vito, seperti Mami tadi. Jangan dihisap terus, nanti kamu kehabisan nafas, " Imel tersenyum sayang kepada Revi, "Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Mami tadi. Bisa kan ?"Revi menjawab singkat, "Bisa, mam "Saya mengarahkan si 'adik' ke mulut Revi, sambil mengelus rambutnya yang hitam legam. "Pelan-pelan Rev, jangan ditelan semuanya ya !" Revi tersenyum.Imel memperhatikan cara Revi menghisap, kadang dia memberikan instruksi. Tak lama setelah itu, saya menyuruh Revi berdiri. Saya tersenyum memandang vaginanya yang masih rapat, tampak bulu-bulu halus menghiasi lubang sempit yang berwarna putih kemerahan itu. Terus terang saya tidak tega untuk menembusnya. Ya sudah, saya ciumi dan jilati saja 'Veggy' muda itu. Revi benar-benar kegelian. Akhirnya, Imel menyuruh Revi istirahat. Pekerjaannya dilanjutkan oleh Imel. Tanpa berbasa-basi, Imel langsung menduduki 'Mr. Penny' saya, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali. Sambil Imel terus mengerjai 'Mr. Penny' saya, saya meremas-remas toketnya. Setelah itu, kami pindah tempat. Saya berbaring di karpet, dengan Imel masih menduduki si 'adik', kali ini dia membelakangi saya. Revi yang hanya diam melihat aksi kami, saya suruh mendekat ke arah saya. Saya menyuruh dia untuk jongkok, dengan posisi 'Veggy'nya di mulut saya. Sambil saya remas pantatnya, saya tembus liang sempit itu dengan lidah, terkadang, saya sapu dengan jari, sampai akhirnya, setengah jari tengah saya, masuk ke 'Veggy'nya dan direspon dengan gerakan yang sangat liar. Revi mulai mendesah tidak karuan, sementara pada saat bersamaan, Maminya mendesah keenakkan. Saya mulai serius menanggapi Imel. Revi saya suruh menyingkir. Setelah itu, saya membalik tubuh Imel, sekarang dia yang dibawah. Saya lebarkan kakinya dan saya tusuk dengan tajam dan tanpa ampun. Kali ini, Imel bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dengan tusukan-tusukan saya. Akhirnya Imel tidak tahan juga, begitu juga saya. Dia orgasme, berbarengan dengan saya yang kembali memuntahkan sperma ke dalam liang kemaluannya. Setelah melepas si 'vladimir', Revi saya suruh menjilatinya."Mmmhhh,..... Om... kok asin sih rasanya ?" protes Revi.Imel sambil terengah-engah menjawab, "Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan ? Mami bagi dong ?!"Saya senyum-senyum saja melihat anak beranak itu berebut menjilati 'Mr. Penny' saya. Saya memegang kepala ibu dan anak itu, dan dengan maksud bercanda, kadang saya buat gerakan yang memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masing-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban. Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, saya hanya berdua saja dengan Revi, yang benar-benar telah merelakan keperawanannya saya ambil. Tapi kalau dengan Imel,... wow, jangan ditanya berapa kali, kami sering janjian di sebuah restoran di PIM, dan Grisa, anak bungsu Imel, selalu diajak. Pernah suatu saat, ketika saya dan Imel sedang 'perang alat kelamin' di kamar mandi rumahnya (tanpa menutup pintu), Grisa tiba-tiba masuk dan menonton dengan bingung adegan saya dan Maminya yang sedang nungging di bathtub. Dia bertanya kepada Maminya (walaupun tidak dijawab, karena sedang 'sibuk' "Mami diapain Om Vito, kok teriak-teriak ?" katanya. Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yang saya senggamai di ruang TV, di samping Maminya yang telanjang bulat, dengan sperma di buah dadanya yang besar itu (bila saya buang di luar, dia tidak mau membersihkan sendiri, selalu menyuruh Revi untuk menjilatinya). Kami masih sering melakukan itu sampai sekarangNama saya Vito, 35 tahun. Berawal dari hobby saya berenang, kira-kira 3 minggu yang lalu, saya memulai hubungan lagi dengan seorang ibu rumah tangga, kali ini beserta putrinya yang masih kelas 2 SMP. Ceritanya begini,...<br /><br />Waktu itu saya berenang di kolam renang milik sebuah Country Club, dimana saya tercatat sebagai membernya. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 5. Saya baru saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukkan. Saya melihat ada seorang gadis mungil bersama anak perempuan kecil, gadis itu kira-kira berusia antara 14-15 tahun. Karena gadis itu berdiri tidak jauh dari saya, saya liatin aja dia. Untuk usia segitu, badannya bolah dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, rambut panjang, swimsuit yang benar-benar sexy dan sekilas saya lihat bibir dan dadanya yang menantang sekali. Setelah saya perhatikan baik-baik, tiba-tiba 'adik kecil' saya bangun, bagaimana tidak,... ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Hal ini nyata sekali dari belahan vaginanya yang tercetak di baju renangnya itu.<br /><br />Eh,...ngak disangka-sangka, si anak kecil (yang ternyata adiknya), menghampiri saya, lalu dia bilang "Om, mau main bola sama Grisa gak ?"<br />"Eh,... mmh,... boleh,... kamu sama kakakmu ya ?" tanya saya gugup.<br />"Iya,... itu kakak !" katanya sambil menunjuk kakaknya. Lalu saya hampiri dia dan kami berkenalan. Ternyata, gadis manis itu bernama Revi, dan juga, dia baru kelas 2 SMP. "Mmh, Revi cuma berdua sama Grisa ?" tanya saya mencoba untuk menghangatkan suasana.<br />"Nggak Om, kami sama mami. Mami lagi senam BL di Gym diatas!" kata Revi sambil menunjuk atas gedung Country Club. "Ooo,... sama maminya, toh" kata saya,"Papi kamu ndak ikut Rev ?"<br />"Nggak, Papi kan kalo pulang malem banget, yaa,... jam-jam 2-an gitu deh. Berangkatnya pagiii bener" katanya lucu.<br />Saya tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama maminya, "Mmh, mami kamu bawa mobil Rev ? kalo ndak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau ndak ? Sekalian Om kenalan sama mami kamu, boleh kan ?"<br />"Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar. Grisa katanya mau makan McD."<br />"O,.. ya udah ndak apa-apa. Om boleh ikut kan ? Nanti pulangnya Om anterin" Tapi yang menjawab si kecil Grisa, "Boleh,... Om boleh ikut,...."<br /><br />Sekitar 1/2 jam kami mengobrol, mami mereka datang. Dan ternyata, orangnya cantik banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar indah. Buah dada yang besar dan ranum, leher dan kulit yang putih,... pokoknya mirip. Singkat cerita, kami pun berkenalan. Revi dan Grisa berebut bercerita tentang awal kami semua berkenalan, dan mami mereka mendengarkan sambil tersenyum-senyum, sesekali melirik ke saya. Nama mami mereka Imel, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya,... 20 tahun. Ngobrol punya ngobrol, ternyata Imel dan suaminya sedang pisah ranjang. Saya dalam hati berkata, wah,... kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, saya memberanikan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah, dan ternyata Imel tidak berkeberatan. Setelah sampai di rumahnya di bilangan Cilandak, saya dipersilahkan masuk, langsung ke ruang keluarganya.<br /><br />Waktu itu sudah hampir jam 8 malam. Grisa yang sepertinya capek sekali, langsung tidur. Tapi saya, Imel dan Revi ngobrol-ngobrol di sofa depan TV."Mel, suamimu sebenarnya kerja dimana?", tanya saya.<br />"Anu mas,... dia kontaraktor di sebuah perusahaan penambangan gitu," jawab Imel ogah-ogahan.<br />"Iya Om, jangan nanya-nanya Papi.Mami suka sebel kalo ditanya tentang dia," timpal Revi, yang memang kelihatan banget kalo dia deket sama maminya.Mendengar Revi bicara seperti itu, Imel agak kaget, "Revi, nggak boleh bicara gitu soal Papi, tapi bener mas, aku ngak suka kalo ditanya soal suamiku itu".<br />"Iya deh, aku nggak nanya-nanya lagi,..." kata saya sambil tersenyum."Eh Iya,... Mas Vito mau minum apa ?" tanya Imel sembari bangkit dari sofa, "Kopi mau ?<br />"Eh,... iya deh boleh,... " jawab saya.Tak lama kemudian Imel datang sambil membawa 2 cangkir kopi."Ini kopinya,..." katanya sambil tersenyum. Revi yang sedang nonton TV, dengan mimik berharap tiba-tiba berkata, "Om, malem ini nginep di sini mau ya ? bolehkan mam ?" Imel yang ditanya, menjawab dengan gugup, "Eh,... mmh,... boleh-boleh aja,... tapi emangnya Om Vito mau ?" Merasa dapat durian runtuh, saya menjawab sekenanya, "Yah,... mau sih,... "<br />Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam 1/2 12 malam ketika Imel berdiri dari sofa dan berkata, "Mas Vito,aku mau ganti baju tidur dulu ya ?"<br />"Eh, iya,... " jawab saya, "kamu ndak tidur Rev, kan besok sekolah ?""Mmh, belom ngantuk,... " jawabnya lucu.Tak lama kemudian, Imel datang lagi ke ruang TV dengan mengenakan busana tidurnya yang tipis sekali. Di dalamnya dia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan Bra tanpa tali. Revi yang sedang tidur-tiduran di karpet terbelalak kaget melihat maminya memakai baju se-sexy itu."Ya ampun,... mami,... bajunya itu lho, gak sopan banget."<br />"Gak papa Rev', mami udah lama nggak pake baju ini. Sekalian nyobain lagi," kata Imel sambil tersenyum ke arah saya, "Om Vito aja nggak keberatan, masa kamu keberatan sih ?"<br /><br />Saya yang masih terkagum-kagum dengan kemulusan body Imel, tidak bisa bicara apa-apa lagi." Rev' kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah,... mami masih mau ngobrol sama Om Vito,... sana tidur!" kata Imel.Saya yang memang sudah pingin sekali mencoba tubuh Imel, juga ikut-ikutan ngomong, "Iya, Rev' besok telat masuk sekolahnya,... kamu tidur duluan sana."Revi sepertinya kesal sekali di suruh tidur, "Aaahh,... mami nih. Orang masih mau ngobrol sama Om Vito kok,..." tapi dia masuk juga ke kamarnya.<br />Setelah ditinggal Revi, saya mulai melakukan agresi militer."Mel, kok kamu pake baju kaya gitu sih ? kamu tidak malu apa sama aku, kita kan baru kenal. Belum ada 1 hari,... kamu ndak takut apa kalo' aku apa-apain ? "Mas, aku memang sudah lama nggak pake baju ini. Kalaupun toh pake, suamiku sudah nggak peduli lagi kok sama aku. Dia lebih memilih sekretarisnya itu," kata Imel dengan mimik muka sedih."Berarti suami mu itu tolol. Dia nggak liat apa, kalo istrinya ini punya badan yang bagus, kulitnya putih, bibirnya tipis,... wah, kalo aku jadi suamimu, thak perem kamu ndak boleh keluar kamar," kata saya bercanda.<br />"Dan lagi kamu punya 'itu' mengkel banget,..."Si Imel menatap saya dengan wajah lugu, "Itu apa mas ?""Mmh, boleh aku jujur tidak ?""Boleh,... ngomong aja ""Anu,... payudaramu itu lho,... mengkel banget, dan lagi aku yakin kalo 'anu'mu pasti seukuran satu sendok makan" kata saya sambil melakukan penetrasi dengan mengelus pahanya."Ooo,... ini," kata Imel sambil memegang buah dadanya sendiri, "Mas Vito mau ? terus apaku yang seukuran..."Belum selesai Imel berbicara, langsung saja aku potong dengan memegang dan mengelus kemaluannya, "Ini,.. mu,... buka dong bajumu !" kata saya asal.<br />Imel yang sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kain tipis yang menutupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yang tipis dan hangat, saya langsung membuka bra-nya. Imel dengan gerakan spontan yang halus sekali, membiarkan celana dalamnya saya lucuti."Mas, aku sudah telanjang. Sekarang gantian ya,..." kata Imel tanpa memberi saya kesempatan bicara, Imel langsung melepas baju dan celana serta celana dalam saya, akibatnya dia shock setengah mati melihat batangan saya yang sudah terkenal itu. Hebatnya lagi, dia tanpa minta ijin, langsung jongkok di bawah saya dan mengulum si 'adik' dengan beringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruh saya untuk menjilati bibir vertikalnya. Imel kelojotan setengah mati, ketika lidah saya menyapu dengan kasar klitorisnya.<br /><br />Imel saya suruh terlentang di karpet dan membuka kakinya, 'Veggy'nya yang sudah basah itu, saya hajar dengan gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, saya meremas buah dadanya yang besar, dan menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulut saya. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, kemudian dia berdiri dan membelakangi saya dengan posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, dia membuat jalan masuk dengan menggunakan kedua jarinya. Langsung saya pegang pantatnya dan saya tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakan makin cepat karena licinnya liang surga itu. Tak lama kemudian, Imel bergetar hebat sekali,... dia orgasme, tapi cairan sperma saya belum juga mau keluar. Saya percepat gerakan saya, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Imel, dalam hati saya berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tak lama kemudian saya sudah ndak tahan. Saya tanya : "Mel, aku mau keluar,... dimana nih ?"Di tengah cucuran keringat yang amat banyak, Imel mendesah sambil berpaling ke arah saya, "Di dalam aja mas ! biar lengkap "Benar saja, akhirnya cairan saya, saya semprotkan semua di dalam liang vaginanya. Banyak sekali, kental dan lengket.<br /><br />Setelah itu, kami duduk di sofa sambil dia saya suruh menjilati 'Mr. Penny' saya. Hisapan Imel tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang lengket di kepala 'Mr. Penny' saya.Sekitar 5 menit, Imel menikmati si 'vladimir', sebelum dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun."Mas, aku ke kamar mandi dulu ya," katanya, "Aku mau nyuci 'ini' dulu," sambil dia mengelus vaginanya sendiri."Ya,... jangan lama-lama,... " kata saya.Karena sendirian, saya kocok saja sendiri batangan saya. Tiba-tiba si Revi keluar kamar,... dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan saya. Saya kaget sekali."Loh, Rev... kamu belum tidur ?" tanya saya setengah panik."Belum." Jawabnya singkat. Lalu dia berjalan ke arah saya, sementara saya berusaha menutupi 'Mr. Penny' saya dengan bantal sofa. "Om, tadi ngapain sama mami ?" tanyanya lagi."Eh,... anu,... Om sama mami lagi... " belum selesai saya menjelaskan, Imel masuk ke ruang TV.<br /><br />Dia kaget sekali melihat Revi ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi vaginanya dan tangan kirinya menyilang menutupi buah dadanya yang ranum (tidak semua tertutupi sih...),Imel berkata, "Rev kamu ngapain, kok belum tidur ?"Revi berpaling menghadap Maminya, "Aku nggak bisa tidur, Mami tadi berisik banget. Ngapain sih sama Om Vito ?"Akhirnya saya menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Imel duduk di samping saya, dan Revi saya suruh duduk di karpet, menghadap kami."Revi, kamu kan tahu, Papi sama Mamimu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan. Sebenarnya Om sama Mami sedang melakukan kegiatan yang sering dilakukan sama Mami dan Papimu setiap malam. Om dan istri Om juga sering melakukan ini," kata saya sambil melirik Imel yang terlihat sudah agak santai. "Tapi karena sekarang ndak ada Papi, Mami minta tolong Om Vito untuk melakukan hal itu."Revi terlihat sedikit bingung, "Hal itu hal apa Om ?"Di sini, Imel mencoba menjelaskan, "Rev, Mami jangan disalahin ya,...Revi sayang Mami kan ?"Revi tersenyum, "Iya lah, mi. Revi saayyaaaang banget sama Mami. Tapi Revi mau tahu, Mami sama Om Vito ngapain ?"Saya tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Revi yang cukup besar, "Om Vito sama Mami lagi making love.<br /><br />Kamu tahu artinya kan ?""Mmh,... iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om,... Revi mau lihat," jawab Revi.Wah,... kaget sekali mendengar Revi bicara begitu. Lalu saya melirik Imel, dan Imel mengangguk mengerti. "Revi beneran mau lihat Mami sama Om Vito making love ?" tanya Imel.Revi menjawab dengan polos, "Iya mau. Dan kalau Om Vito mau ngajarin, Revi juga mau diajarin,... biar bisa". Saya beneran seperti ketiban durian runtuh, "Mmhh, tanya Mami ya ?! soalnya Om tidak bisa ngajarin, kalo Mamimu tidak ngijinin,... Om sih mau aja ngajarin."Revi merajuk, merayu Maminya, "Mi, boleh ya ?"Imel ragu-ragu menjawab, "Kamu lihat aja dulu deh ya ?!"Sambil tersenyum Revi menjawab, "Iya deh,...," senang sekali ia.<br />Setelah itu, Revi saya suruh mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memperhatikan dengan serius, ketika saya 'memamerkan' batangan besar saya. Dan Revi hanya bisa melongo ketika saya mengulum bibir Maminya sambil mengelus-elus vagina yang tanpa bulu itu. Tak lama kemudian, Imel saya suruh untuk melakukan pekerjaan menghisap lagi. Sambil Imel disibukkan dengan pekerjaannya itu, saya menyuruh Revi untuk duduk mendekat disamping saya."Lihat Rev, Mami seneng banget kan ?" kata saya. Sementara Imel melirik kami sambil terus menjilati 'Mr. Penny' saya. "Revi sudah pernah ciuman belom ?" tanya saya."Belum Om.""Mau Om ajarin ndak ?" tanya saya lagi sambil melingkarkan tangan saya di lehernya."Mau !" jawabnya singkat."Ya sudah,... Revi ikutin Om aja ya,... apa yang Om Vito lakukan, diikutin ya ?!"Belum sempat Revi menjawab, saya langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali si Revi. Ketika saya menarik lidah saya dengan lembut di dalam mulutnya, Revi terasa berusaha mengikuti, walaupun dengan gerakan yang tidak beraturan.<br /><br />Imel terus menghisap batangan saya, ketika saya melucuti tubuh anaknya yang putih bersih dan mulus itu. Buah dada Revi memang belum begitu besar, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, sudah cukup ranum. Puting susunya masih berwarna merah muda dan ketika saya memilin-milinnya, si Revi bergelinjang kegelian. Tak lama kemudian, Imel berlutut di depan saya dan membantu Revi melepas celana dalamnya yang berwarna hijau muda. Revi menurut aja ya sama Om Vito "kata Imel. Sementara saya meremas-remas toketnya, Imel menyuruh Revi untuk menggenggam batang 'Mr. Penny' saya."Rev, sekarang kamu jongkok disini ya " kata Imel, "Kamu hisap 'Mr. Penny'nya Om Vito, seperti Mami tadi. Jangan dihisap terus, nanti kamu kehabisan nafas, " Imel tersenyum sayang kepada Revi, "Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Mami tadi. Bisa kan ?"Revi menjawab singkat, "Bisa, mam "Saya mengarahkan si 'adik' ke mulut Revi, sambil mengelus rambutnya yang hitam legam. "Pelan-pelan Rev, jangan ditelan semuanya ya !" Revi tersenyum.Imel memperhatikan cara Revi menghisap, kadang dia memberikan instruksi.<br /><br />Tak lama setelah itu, saya menyuruh Revi berdiri. Saya tersenyum memandang vaginanya yang masih rapat, tampak bulu-bulu halus menghiasi lubang sempit yang berwarna putih kemerahan itu. Terus terang saya tidak tega untuk menembusnya. Ya sudah, saya ciumi dan jilati saja 'Veggy' muda itu. Revi benar-benar kegelian. Akhirnya, Imel menyuruh Revi istirahat. Pekerjaannya dilanjutkan oleh Imel. Tanpa berbasa-basi, Imel langsung menduduki 'Mr. Penny' saya, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali. Sambil Imel terus mengerjai 'Mr. Penny' saya, saya meremas-remas toketnya. Setelah itu, kami pindah tempat. Saya berbaring di karpet, dengan Imel masih menduduki si 'adik', kali ini dia membelakangi saya. Revi yang hanya diam melihat aksi kami, saya suruh mendekat ke arah saya. Saya menyuruh dia untuk jongkok, dengan posisi 'Veggy'nya di mulut saya. Sambil saya remas pantatnya, saya tembus liang sempit itu dengan lidah, terkadang, saya sapu dengan jari, sampai akhirnya, setengah jari tengah saya, masuk ke 'Veggy'nya dan direspon dengan gerakan yang sangat liar. Revi mulai mendesah tidak karuan, sementara pada saat bersamaan, Maminya mendesah keenakkan.<br /><br />Saya mulai serius menanggapi Imel. Revi saya suruh menyingkir. Setelah itu, saya membalik tubuh Imel, sekarang dia yang dibawah. Saya lebarkan kakinya dan saya tusuk dengan tajam dan tanpa ampun. Kali ini, Imel bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dengan tusukan-tusukan saya. Akhirnya Imel tidak tahan juga, begitu juga saya. Dia orgasme, berbarengan dengan saya yang kembali memuntahkan sperma ke dalam liang kemaluannya. Setelah melepas si 'vladimir', Revi saya suruh menjilatinya."Mmmhhh,..... Om... kok asin sih rasanya ?" protes Revi.Imel sambil terengah-engah menjawab, "Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan ? Mami bagi dong ?!"Saya senyum-senyum saja melihat anak beranak itu berebut menjilati 'Mr. Penny' saya. Saya memegang kepala ibu dan anak itu, dan dengan maksud bercanda, kadang saya buat gerakan yang memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masing-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban.<br /><br />Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, saya hanya berdua saja dengan Revi, yang benar-benar telah merelakan keperawanannya saya ambil. Tapi kalau dengan Imel,... wow, jangan ditanya berapa kali, kami sering janjian di sebuah restoran di PIM, dan Grisa, anak bungsu Imel, selalu diajak. Pernah suatu saat, ketika saya dan Imel sedang 'perang alat kelamin' di kamar mandi rumahnya (tanpa menutup pintu), Grisa tiba-tiba masuk dan menonton dengan bingung adegan saya dan Maminya yang sedang nungging di bathtub. Dia bertanya kepada Maminya (walaupun tidak dijawab, karena sedang 'sibuk' "Mami diapain Om Vito, kok teriak-teriak ?" katanya. Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yang saya senggamai di ruang TV, di samping Maminya yang telanjang bulat, dengan sperma di buah dadanya yang besar itu (bila saya buang di luar, dia tidak mau membersihkan sendiri, selalu menyuruh Revi untuk menjilatinya).<br />Kami masih sering melakukan itu sampai sekarangUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-30865122112504977482012-02-04T09:38:00.002-08:002012-02-04T09:38:53.756-08:00PutriPanggil aja gw Surya. gw sekolah di salah<br />satu sma negeri di jakarta. gw pengen sharing saat gw<br />pertama kali having sex sama adik sepupu gw. sori<br />klo ceritanya kurang bagus soalnya ini pertama kali gw<br />nulis cerita kayak gini.<br />Saat itu keluarga besar gw mengadakan acara kumpul<br />keluarga di daerah puncak selama 3 hari. tentu aja<br />seluruh keluarga ikut. salah satunya adik sepupu gw<br />Putri. Putri baru 12 tahun (gw sendiri 16 tahun).<br />meskipun baru 1 smp, tapi bodinya bisa dibilang lebih<br />dewasa dari umurnya (dada kira-kira 34b dengan<br />tinggi 160 cm). bisa dibilang kadang gw terangsang<br />klo ngeliat bodinya. apalagi saat berenang (kebetulan<br />dibelakang vila ada kolam renang) baju yg dipake<br />berenang pasti nyetak ma toketnya.<br />Kejadiannya berawal saat seluruh kelurga mau wisata<br />ke suatu kebun. tapi gw males dan gak ikut dengan<br />alasan ada acara tv yg pengen ditonton. kebetulan<br />Putri juga gak mau ikt karena males juga. jadilah kami<br />berdua di vila berdua. timbul niat iseng gw ngerjain<br />Putri. “Put, mau liat dvd bagus gak? kakak bawa film<br />bagus nih.” kataku. gw emang sengaja bawa fil bokep<br />buat ntn di kamar kakak sepupu gw rame2. ” dvd apa<br />kak?” “udah, liat aja”<br />Kuputar dvd itu di salah satu kamar yg ada dvd<br />playernya. “kakak ambil snack dulu ya. ntn aja<br />duluan” ” ok kak”. gw ke dapur ngambil beberapa<br />snack dan minuman lalu kembali kamar. saat kembali<br />ke kamar, gw lihat muka Putri agak memerah. dia<br />melihatku sambil berkata “kok muter film kayak gini<br />sih?”. “protes kok ditonton juga?” ku balas. gw pun<br />duduk disampingnya. tiba-tiba dia bertanya “kak,<br />gimana seh rasanya dimasukin kayak gitu?”. gw kaget<br />gara-gara ditanya kayak gitu. “kakak juga gak tau<br />soalnya kakak blm pernah coba. emang Putri mau<br />nyobain?”. sekilas dia terlihat ragu. namun kulihat<br />nafasnya agak memburu. mungkin dia juga terangsang<br />melihat adegan dari film bokep itu. “aku mau nyobain<br />deh kak”. hatikupun bersorak-sorai mendengarnya.<br />tanpa basi-basi, langsung kulumat bibirnay. awalnya<br />dia agak kaget karena tiba-tiba kucium. namun lama-<br />lama dia pun terbiasa dan ikut memainkan lidahnya.<br />sekitar 15 menit kukulum bibirnya. “dibuka ya<br />bajunya”. “terserah kakak aja deh.” kulepaslah<br />seluruh bajunya sambil terus kucium. perlahan-lahan,<br />ciumanku turun ke arah gundukan yang indah. Putri<br />pun kaget dan berkata “mau diapain kak?”. “tenang<br />aja Put. kamu bakal ngerasa enak deh.”. kujilatlah<br />liang vaginanya. dia pun mengerang keenakan.<br />apalagi saat kujilat klirotisnya. “uuhhh, terus kak. enak<br />banget.”. gw pun semakin liar menjilati vaginya. 5<br />menit kemudian ia berkata “kak, aku mau pipis nih.”.<br />“pipis aja put. gak apa-apa.”. “kak, pipisku keluar,<br />uuuhhhhhh….”. banjirlah mulutku oleh cairan hangat<br />dari vagina putri. kutelan semua cairan itu meski ada<br />yang meluber dari mulutku.<br />“nah, sekarang giliran putri yang nyenengin kakak.”.<br />“gimana caranya kak?”. “tuh, kayak di film, jilat kontol<br />kakak” sambil kukeluarkan kontolku yang berukuran<br />14 cm dari dalam boxer. “tapi aku gak ngerti.”. “udah,<br />jilat aja.” dikulumlah kontolku. meski agak kaku,<br />namun gw ngerasain kontol gw kayak diisep kuat<br />banget. mungkin dia ngeliat tekhnik di film itu. “ganti<br />posisi yuk put”. kami pun melakukan posisi 69. kujilat<br />vaginanya secara buas sementara dia mengulum<br />kontolku. “kak, aku mau pipis lagi.”. tumpahlah cairan<br />vaginanya ke mulutku. “kakak juga mau keluar put.<br />ditelen ya.”. tumpahlah spermaku di dalam mulutnya.<br />dia pun batuk karena banyaknya sperma yang keluar.<br />“Put, sekarang kakak masukin kontol kakak ke<br />memeknya putri ya. awalnya agak sakit, jadi tahan<br />ya.”. “iya kak. putri bakal coba.”. perlahan-lahan<br />kumasukkan kontolku ke dalam memeknya. awalnya<br />cuma masuk setengah bagian. setelah makin<br />kutekan, kurasakan dinding yang lunak. dengan sekuat<br />tenaga, kujebol keperawanannya. “aduuuuuuh…….,<br />sakit kak. putri gak kuat!” teriaknya. “tahan ya put,<br />sakitnya cuma sebentar kok.”. kubiarkan kontolku<br />didalam memeknya biar kebiasa dulu. setelah 2<br />menit, mulai kugenjot memeknya. kurasakan nikmat<br />yang belum pernah kurasakan karena memeknya yg<br />kecil benar-benar menekan kontolku.<br />“uuuuuuhhhhhh, enak kak. terus!”. “iya put, enak<br />banget.”. kami pun berganti posisi menjadi doggy<br />style. kugenjot terus memeknya. setelah kira-kira 20<br />menit, putri pun berkata “kak, putri udah gak tahan<br />nih. putri mau keluar!”. “tahan put, kakak juga mau<br />keluar nih.”. semakin kuat kugenjot memeknya. aku<br />pun akhirnya keluar juga. “put, kakak keluar nih.”.<br />“putri juga mau keluar kak. tumpahlah permaku di<br />dalam memeknya. kurasakn juga kontolku dialiri<br />cairan hangat.kami pun akhirnya terkulai lemas di<br />atas kasur. kulihat juga darah segar diatas kasur<br />kasur pertanda bahwa gw sudah mengambil<br />keperawanan putri.<br />“enak banget kak. lain kali putri mau lagi ya”. “iya put,<br />kapanpun putri mau, kakak bakal lakuin.”. kamipun<br />terus melakukan seks sampai sekarang.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-644134556234573522012-02-04T09:38:00.000-08:002012-02-04T09:38:02.380-08:002 SaudaraIni kisah pengalaman aku ketika pertama kali mengenal seks. Aku seorang wanita saat ini usiaku sudah 25 tahun. Kisah ini terjadi pada waktu dulu dalam keluargaku yang marginal yang biasa hidup di pinggiran hutan dari keluarga perambah hutan yang hampir primitif. Saat itu kami hidup hanya menggantungkan diri pada alam. Aku punya keluarga berempat orang, ayah, ibu dan satu orang lagi kakakku laki-laki.<br /><br />Oh, ya, namaku Munah. Saat itu mungkin usiaku sekitar 7 tahun dan kakakku, namanya Antan, usianya sudah kira-kira 10 tahun. Kami selalu membantu orang tua berladang menanam padipadian dan sayuran untuk makan kami sekeluarga. Kakakku, Antan, kadang-kadang diajak oleh ayah pergi berburu dan mencari ikan. Kehidupan kami waktu itu begitu primitif sekali. Kami tidak begitu mengenal dunia luar. Hanya kadang-kadang kami bertemu pemburu yang tersesat ke ladang kami, itulah cuma kami mengenal orang luar.<br /><br />Semua kebutuhan hidup kami dapatkan dari hutan di sekitar kami tinggal. Pakaian kami gunakan lebih banyak kulit kayu dan daun-daunan tertentu. Meskipun masih ada juga sisa pakaian dari kain yang didapatkan oleh ayah dulu ketika dia pergi ke perkampungan. Hutan tersebut memang berbahaya, ayah dan ibu selalu mengingatkan kami akan bahaya hewan buas seperti ular, harimau dan juga binatang lainnya.<br /><br />Kejadian yang sangat menyedihkan bagi kami adalah ketika ibuku meninggal akibat penyakit yang dideritanya. Kami tidak tahu entah penyakit apa yang menyerang ibu kami, yang jelas badannya semakin kurus dan akhirnya meninggal. Kami sangat berduka sekali, seakan tidak tega rasanya kami menguburkan jasad ibu kami. Sejak itu mulailah kehidupan kami bertiga. Ayah selalu mengajarkan kami tentang cara bertahan untuk hidup, terutama sekali kepada kakakku karena dialah yang laki-laki dan kuat.<br /><br />Setelah kira-kira setahun sejak itu, terjadi kejadian yang sangat memukul perasaan kami. Ayahku diserang oleh ular cobra yang berbisa. Beberapa hari ayah tidak sanggup bergerak ke luar dangau kami dan kami kebingungan mau mengobatinya. Kami tidak tahu harus diobat pakai apa, sudah bermacam-macam dedaunan kami tumbuk untuk mengobatinya, namun tidak berhasil. Akhirnya ayah kami yang kami cintai meninggal dunia. Kami menangis sejadi-jadinya, kami berangkulan berdua dan dengan berurai air mata kami meratapi kematian ayah. Tiba-tiba kakakku tersadar dan bangun dari tangis tersebut. Dia ingat bagaimana dulu ketika menguburkan ibu. Dia kemudian mulai menggali tanah dan mengajakku membantunya. Dengan menangis aku tetap menurutinya membantu menguburkan ayah.<br /><br />Begitulah yang terjadi. Sejak itu kami mulai hidup berdua dengan kakakku. Kakak sangat menyayangiku, dia selalu bekerja keras untuk menopang kehidupan kami. Aku membantunya setiap waktu.<br /><br />*****<br /><br />Beberapa tahun kemudian kami masih dapat bertahan hidup dengan baik. Kami tidak pernah lagi bertemu dengan orang luar. Kakakku tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah dan aku sudah mulai tumbuh menjadi seorang gadis. Di gubuk itu kami tidur terpisah, biasanya Kak Antan tidur dekat pintu sedangkan aku di sudut dekat dapur dengan beralaskan tikar-tikar yang ada. Kisah ini bermula dari keadaan tubuh kami yang sudah mulai beranjak dewasa. Kakakku heran dengan pertumbuhan diriku yang berbeda dari dia. Dia selalu membandingkan perkembangan tubuhnya dengan tubuhku.<br /><br />Aku pun saat itu merasakan hal yang sama. Maklumlah kami tidak pernah lagi melihat orang luar. Pakaian yang kami kenakan cuma alakadarnya dan kadang-kadang cuma penutup aurat bawah saja, lebih banyak kami memakai kulit kayu dan dedaunan. Dia heran melihat adanya tonjolan besar di dadaku sedangkan pada dadanya tidak sebesar itu. Dia tidak tahu bahwa payudaraku itu sebagai pertanda perkembangan diriku menjadi perempuan. Menurutnya aku mestilah seperti dia, tidak ada yang bengkak di sana sini. Dia sering mempertanyakan ini kepadaku.<br /><br />"Kenapa ya, dada kamu itu bengkak dan besar, sedangkan dada Abang tidak begitu?" tanyanya.<br />"Kamu mungkin menderita penyakit," begitulah katanya.<br /><br />Aku juga tidak mengerti tentang hal ini. Aku juga waktu itu belum tahu kalau itu namanya payudara. Kami banyak kehilangan kosa kata selain yang pernah diajarkan oleh ibu dan bapak kami. Kami juga tidak begitu tertarik dengan seks karena jujur tidak tahu. Kami sering juga melihat monyet di pohon yang bersetubuh, tetapi kami tidak melihat perbedaan yang nyata antara mereka. Mereka sama-sama monyet dengan bentuk tubuh yang hampir sama. Kami tidak begitu mengerti tentang jantan dan betina.<br /><br />Keheranan kami akan hal ini semakin hari semakin bertambah seiring membesarnya payudara dan pinggulku. Kemudian ditambah lagi adanya darah kotor yang keluar dari tempat buang airku setiap bulannya (akhirnya aku tahu bahwa itu yang namanya darah haid). Kakak selalu khawatir tentang aku yang katanya kena penyakit seperti ibu dulu. Akh, aku pun merasa takut juga tentang hal ini. Akhirnya kami bermufakat untuk secepatnya mencari pengobatan untuk ini. Kata kakak, kami harus pergi mencari dukun yang bisa mengobati. Kami harus pergi keluar hutan untuk mencari perkampungan orang dan mencari dukun di sana. Kami tahu bahwa jalan ke perkampungan itu cukup jauh dan kami belum pernah ke sana.<br /><br />Namun ketakutan kami akan penyakit tersebut cukup kuat dan kami harus pergi mencari pengobatannya. Bersepakatlah kami untuk berangkat besok harinya. Hari ini kami siapkan perbekalan yang dibawa yaitu sedikit makanan dan sisa pakaian kami yang masih ada. Esok harinya kami mulai melakukan perjalanan pada pagi hari sekali. Kami arahkan perjalanan kami ke arah lembah dari hutan perbukitan itu berharap arah tersebut adalah arah yang benar. Kami terus berjalan melewati hutan-hutan dan kami menjumpai sungai. Kami mengikuti sungai ke arah hilirnya berharap rumah perkampungan tidak akan jauh dari sungai. Kami kadang-kadang menemui kesulitan melalui semaksemak yang padu di sana. Tetapi kakakku adalah seorang lelaki yang kuat, dia dengan cekatan membantuku melewati rintangan demi rintangan.<br /><br />Waktu itu matahari sudah di atas kepala dan artinya sudah tengah hari, kami berhenti di pinggir sungai dan membuka bungkusan makanan kami. Kakak segera menangkap ikan di sungai yang kebetulan ikannya banyak sekali. Kakak dengan cekatan membuat api dengan menggosokkan kayu dengan kayu. Kami langsung membakar ikan tersebut dan makan dengan lahapnya. Setelah istirahat sebentar kami pun melanjutkan perjalanan. Akhirnya sampailah kami ke sungai dengan airnya yang agak tenang dan dalam. Kakak mendapat akal untuk membuat rakit dari gelondongan kayu yang ada. Beberapa batang kayu kami ikat dengan akar membentuk rakit sederhana.<br /><br />"Dengan rakit ini kita tidak lagi susah berjalan. Pasti di hilir sungai nanti kita akan berjumpa perkampungan," kata kakakku.<br /><br />Begitulah, setelah rakit siap kami pun menaikinya dan mulai melaju ke hilir sungai. Kakak bertugas mengemudikan rakit dengan sebatang kayu galah, sedangkan aku membantu mengayuh dengan kayu. Pendek cerita, akhirnya kami menemukan sebuah gubuk di pinggir sungai. Kakak segera menepikan rakit dan kami pun mendarat ke tebing dengan baik. Setelah kami sampai di darat, kami pun menuju gubuk tersebut. Kami melihat pintu gubuk tutup dan kami mengitarinya mencari jika ada orang di sekitar gubuk tersebut. Ternyata di sekeliling gubuk itu tidak ada orang. Kami pun istirahat sebentar di samping gubuk itu. Setelah beberapa saat kami mendengar suara batuk seseorang dari dalam gubuk. Kami terkejut dan seketika tersentak dan berdiri. Oh, ada orang rupanya.<br /><br />"Maaf, ada orang di dalam?" tanya kakakku.<br /><br />Kami dengar suara pintu berdenyit dan kemudian terbuka. Kami melihat sosok orang tua di depan pintu. Pria tua berjenggot dan berkumis tebal. Ketika melihat kami dia begitu terkejut dan bertanya:<br /><br />"Kalian dari mana?"<br />"Kami dari hutan Pak, kami mau cari tukang obat," jawab kakak.<br />"Ke sini masuk dulu, kalian harus ganti pakaian," kata Bapak tua itu.<br />"Tapi, kami tidak punya yang bagus Pak," jawab kami.<br />"Masuk saja, nanti Bapak yang kasih," katanya lagi.<br /><br />Kami pun masuk dan disuruh mandi, kemudian kami diberikannya pakaian seadanya. Rupanya Bapak tua itu telah kehilangan anak mereka dan dia begitu baik kepada kami. Kami bahkan disuruh menginap di sana, namun kami menolaknya, karena kami harus mencari dukun. Bapak tua itu hanya menanyakan siapa yang sakit, namun tidak ditanyakannya apa penyakitku. Lalu, oleh Bapak tua itu kami dianjurkan untuk terus ke ujung kampung yaitu rumah yang paling ujung. Di sana katanya ada seseorang yang selama ini dianggap sebagai dukun di kampung itu.<br /><br />Kami pun meneruskan perjalanan ke rumah yang dimaksud Bapak tua itu. Hari sudah mulai senja dan matahari sudah hampir terbenam. Akhirnya kami pun sampai ke rumah yang dimaksud setelah melewati 3 buah rumah lainnya. Jarak satu rumah dengan yang lainnya berjauhan. Rumah dukun tersebut terbuat dari kayu dengan dindingnya dari anyaman rotan dan atapnya dari daun-daun yang disusun rapi. Pintu rumah dalam keadaan terbuka dan di dalamnya kelihatan gelap karena sedikitnya cahaya yang masuk akibat rindangnya pepohonan di sekitar rumah tersebut. Kakak segera memanggil orang di dalam rumah jika ada. Kami mendengar suara batuk seseorang dan derap langkah seseorang menuju pintu rumah.<br /><br />Suara langkah terdengar karena lantai rumah tersebut terbuat dari kayu dengan tinggi lantai dari tanah kira-kira satu meter. Seorang lelaki setengah baya muncul dengan hanya memakai kain sarung dan tanpa baju. Kami dipersilakan untuk masuk ke rumah gubuk tersebut. Kami disuruh duduk di atas tikar rotan yang sudah terbentang sementara dia terus ke belakang. Kami memperhatikan gubuk tersebut yang terdiri dari satu buah bilik yang berdindingkan anyaman bambu, satu ruang dapur dan satu ruang lapang di tengah.<br /><br />Ada sebuah meja dari kayu dengan jalinan rotan yang rapi dengan dua buah kursi rotan. Di sebelahnya ada lagi semacam ranjang dari rotan yang kelihatannya hanya muat untuk satu orang. Saya pikir ini sebagai tempat dukun tersebut istirahat siang. Sang dukun muncul dari belakang dengan memakai baju namun tetap memakai kain sarung. Dia duduk di depan kami dengan bersila dan mulai melakukan pembicaraan.<br /><br />"Kalian dari mana sehingga senja begini sampai ke sini?" tanyanya ramah sambil tersenyum.<br /><br />Tidak ada kesan angker dari nada bicaranya.<br /><br />"Kami sudah melakukan perjalanan dari tadi pagi dan sampai ke sini karena ada maksud hati kami yang ingin kami sampaikan," jawab kakak dengan nada datar.<br />"O, silakan sampaikan saja," jawabnya lagi.<br /><br />Setelah basah seluruhnya, dia pun mengoleskan batangan sabun tadi ke tubuhku mulai dari tanganku. Ada perasaan aneh lagi yang muncul setiap kali dia menggosokkan sabun ke badanku. Perasaan aneh ini sangat terasa sekali ketika batangan sabun dioleskan ke payudaraku yang bengkak itu. Perasaan geli yang sangat menyebabkan putik pinangku menjadi mengeras. Begitu sabun dioleskan, tangannya pun bermain mengelus lembut kulit tubuhku.<br />Aku perhatikan sang dukun berbadan gagah dengan kumis tipis dan jenggot yang mulai tumbuh sedikit. Kulitnya hitam manis seperti berminyak, mungkin karena dia pekerja keras. Lengan dan kakinya berotot dan rambutnya hitam lurus namun dipangkas sedang. Secara keseluruhan badannya cukup atletis. Penilaian ini hanya aku buat akhir-akhir ini, karena pada waktu itu aku hanya terbengong-bengong saja sebab seumurku belum pernah melihat orang seperti dia. Aku hanya bisa kagum dan terheran-heran. Mungkin dia mengerti dengan keadaanku ini. Aku jelas dapat melihat bahwa matanya selalu melirik ke arahku.<br /><br />"Oh, iya, saya lupa, namaku Atin. Orang biasa memanggilku Bang Atin," katanya lagi sambil memperkenalkan diri.<br /><br />Seterusnya kami pun memperkenalkan nama kami. Kakakku mulai menceritakan keadaan kami dan tentunya keadaan aku yang kata kakakku tidak normal. Rupanya selama hidup di hutan, banyak kata-kata yang kami tidak mengerti dari yang disampaikan oleh Bang Atin. Bang Atin pun menceritakan bahwa dia pernah mempunyai teman hidup namun saat ini sudah meninggal seperti orang tua kami. Entah mengapa kami merasa seperti senasib saja.<br /><br />Bang Atin dalam bercerita amat simpatik sekali sehingga kami merasa senang dan akrab. Hari sudah mulai malam dan kami pun ditawarkan untuk makan malam bersama Bang Atin. Kami tentu saja bersedia karena memang sudah lapar sekali. Setelah itu kakakku, Antan, ditawarkan mandi dulu baru tidur sedangkan aku harus mandi dulu sebelum pengobatan dilakukan. Akan lebih baik apabila aku mandi dengan diarahkan oleh Bang Atin. Itu yang dikatakan oleh Bang Atin. Setelah selesai kakakku mandi maka pembicaraan tentang pengobatanpun dimulai.<br /><br />"Ini Munah, aku panggil adik saja, ya! Pengobatannya tidak bisa hanya satu hari saja. Sekurang-kurangnya harus tiga hari. Kalian boleh tinggal di sini sampai pengobatannya selesai. Pengobatannya tidak perlu dibayar. Pengobatannya akan lebih baik dilakukan pada malam hari," kata Bang Atin.<br />"Yah, kalau memang begitu tidak apa-apa, yang penting adikku bisa sehat," jawab kakakku.<br />"Tetapi dia tidak bisa langsung sehat, perlu beberapa minggu baru pulih, dan yang penting kalian nanti bisa mengerti bagaimana cara menjaga kesehatannya. Aku akan ajarkan Munah nanti cara-cara olah tubuh untuk menjaga kesehatannya." kata Bang Atin lagi pada kakakku.<br /><br />Aku hanya diam saja karena tidak begitu mengerti, apalagi dengan kata-kata "olah tubuh" yang diucapkannya itu. Aku bersedia diobatinya karena aku ingin betulbetul sehat. Hari sudah berangkat malam, suara jengkrik dan belalang malam pun mulai bersahutan. Kakakku ditawarkan oleh Bang Atin untuk tidur di atas ranjang rotan yang terletak di ruang tengah. Langsung kakakku tidur karena mungkin dari tadi sudah lelah. Bang Atin, sang dukun, menyelimuti kakakku dengan selembar kain panjang. Tidak lama berselang suara dengkur kakakku pun mulai terdengar. Bang Atin mulai berbicara kepadaku tentang cara-cara pengobatan yang akan dilakukannya.<br /><br />"Munah, kamu harus mandi dulu, Abang akan membantu kamu membersihkan tubuhmu, supaya penyakit tidak mudah lengket," katanya.<br /><br />Kemudian dia tersenyum manis kepadaku dan mengajakku ke perigi di ruang belakang rumahnya. Aku mengikutinya dengan keadaan yang masih terheran-heran. Aku melihat dia mengambil semacam batangan dan selembar serabut. Akhirnya aku baru mengerti bahwa itu yang dinamakan sabun dan sabut penggosok. Setelah sampai di perigi yang disekelilingnya dipagari oleh bambu, aku pun disuruhnya berdiri. Sambil menunduk dia mendekatkan hidungnya ke bahuku namun belum menyentuhku. Aku ukur tinggi badanku kira-kira sebahunya.<br /><br />"Kamu jarang mandi, ya? Tubuhmu masih bau keringat. Kamu tidak perlu takut kepada ku," katanya.<br /><br />Aku pun berusaha tenang dan pasrah terhadap apa yang dilakukannya. Dia mulai menyentuh tanganku dengan menggenggam jemari kananku. Aku terkejut, ada getaran baru yang belum pernah kurasakan. Aku belum pernah disentuh selembut itu oleh seorang lelaki lain. Getaran demi getaran meletup dari dalam dadaku ketika semakin erat Bang Atin menggenggam jemari tanganku.<br /><br />"Kamu harus buka dulu pakaian biar Abang mudah memandikan kamu," pintanya.<br /><br />Aku masih bingung dan diam. Kemudian tangannya mulai membuka simpul kain sarungku dan melepaskannya ke bawah. Kain sarungku pun jatuh ke lantai dan langsung basah oleh sisa-sisa air. Selanjutnya baju ku pun dibukanya dan dijatuhkan lagi di lantai. Terpampanglah tubuhku tanpa sehelai benangpun, karena aku tidak pernah memakai yang namanya celana dalam, singlet dan beha. Barang-barang itupun baru kutahu akhir-akhir ini. Di keremangan sinar bulan ditambah sedikit cahaya lampu togok yang redup tubuhku diperhatikannya dengan seksama.<br /><br />Beberapa kali kulihat dia memandangku penuh perasaan dari atas sampai ke bawah. Aku semakin bingung saja, perasaan aneh berkecamuk dalam diriku. Dia merangkul pundakku dan menarikku ke arah baskom besar berisi air. Aku disuruhnya berjongkok dan dia pun mulai menyiramkan air ke tubuhku mulai dari rambut kepalaku. Akh, dingin sekali malam itu. Rambutku yang panjang lebat dan hitam pun sudah basah. Seluruh tubuhku tak lepas dari guyurannya.<br /><br />Tubuhku bergetar dan menggelinjang ketika jemari tangannya mengusap-usap payudaraku yang belum pernah disentuh itu. Tidak lepas satu inci pun kulit tubuhku yang luput dari olesan sabunnya. Setelah itu dengan lembut digosokkannya sabut lembut itu ke tubuhku. Aku semakin kegelian saja. Aku tak sadar lagi perasaan yang kurasakan saat itu. Aku telah lupa dengan dinginnya malam itu, berganti dengan geli akibat sentuhannya. Setelah selesai memandikan aku dia mulai melap badanku dengan sehelai kain tebal yang akhirnya kutahu namanya handuk.<br /><br />Rambutku dikeringkannya dan seluruh tubuhku kering dilapnya. Aku masih tetap terdiam dan terpana dengan perlakuannya yang sangat lembut tersebut. Kemudian dia menyelimutkan handuk tersebut ke sekeliling badanku yang m, enutupi dadaku dan pinggulku. Selanjutnya dia menarik tanganku untuk terus ke ruang tengah. Sambil lewat aku melihat kakakku Antan masih tertidur sangat pulasnya di atas ranjang rotan kecil itu. Bang Atin mendekati kakakku dan memperhatikannya, sepertinya dia memastikan apakah kakakku betul-betul tertidur atau tidak.<br /><br />Kemudian Bang Atin kembali mendekatiku dan dia menempatkan satu tangannya pada pinggulku dan satunya lagi di tengkukku. Aku terkejut dan menghindar sedikit, namun dengan cepat dia mengangkatku sehingga aku pun berada dalam gendongannya. Aku digendong ke kamarnya. Aku pasrah saja dan ada perasaan senang yang muncul ketika dia memperlakukan begitu. Aku betul-betul tidak mengerti dengan keadaan ini, sudah sekian lama aku belum mendapatkan kasih sayang dari seseorang seperti itu. Kemudian dia mendudukkan aku di pinggir ranjang yang ukurannya kira-kira muat 2 orang tersebut. Dia sibuk menambah alas ranjang itu dengan beberapa lembar tikar dari daun pandan.<br /><br />Sekarang ranjang itu kelihatan sudah tebal (mungkin maksudnya agar serasa di atas kasur dan jelas aku tambah tidak mengerti). Aku perhatikan kamar itu cukup sederhana sekali, dengan satu ranjang dari kayu dan lantainya di alas tikar. Di dindingnya bergantungan kain-kain yang sepertinya sudah dipakai oleh Bang Atin. Aku melihat satu lemari yang hanya menyerupai kotak sebagai tempat kain-kainnya.<br /><br />Kemudian satu buah kelambu yang tergantung di atas ranjang yang belum terpasang. Aku merasakan bau yang kurang menyenangkan di kamar itu, namun Bang Atin tampaknya mengerti dengan pikiranku. Dia keluar kamar dan tak berapa lama kembali lagi dengan membawa satu mangkok yang berisi dedaunan. Kemudian dia menyiramkan dengan ujung jarinya air dalam mangkok tadi dan suasana pun menjadi wangi. Rupanya dia membawa wewangian dari dedaunan.<br /><br />"Sekarang coba adik berbaring di atas ranjang ini!" perintahnya.<br /><br />Aku pun menurut dan dia pun naik ke ranjang dan menggeser aku ke tepi sebelah dinding. Kulihat dia pun menurunkan kelambu dan memasangnya pada pinggir-pinggir ranjang. Jadilah kami berdua saja yang berada dalam kelambu jarang tersebut. Cahaya temaram lampu minyak itu menampakkan perbedaan kulit kami. Aku tampak seperti sosok putih sedangkan dia seperti sosok kehitaman namun masih jelas ku lihat lekuk-lekuk tubuh kami.<br /><br />Aku yang hanya memakai handuk sementara dia masih dengan kain sarungnya. Perlahan dia membuka singletnya dan tampaklah olehku kulit dadanya yang bidang. Kemudian dia memiringkan tubuhnya ke arahku dan dadaku terasa berdegup keras kembali menantikan apa yang akan dilakukannya kepadaku.<br /><br />"Munah, mungkin kamu belum mengerti apa kegunaan milik kamu itu. Sebenarnya banyak kegunaannya. Abang akan jelaskan padamu," begitu katanya memulai bicara.<br />"Sekarang Abang buka handuk kamu ya?" pintanya.<br /><br />Aku menurut saja, perlahan dibukanya simpul handukku dan disingkapkannya ke samping. Terbukalah tubuh telanjangku di hadapannya. Tubuh gadis 14 tahun yang sedang subur-suburnya. Kalau boleh aku misalkan sekarang mungkin seperti tubuh Marshanda, artis sinetron itu, tetapi buah dadaku mungkin lebih besar dan rambutku tentunya lebih panjang.<br /><br />"Kamu tahu kan, ini namanya payudara," katanya seraya tangannya mulai menyentuh dan menggenggamnya. Kembali tubuhku bergetar kegelian.<br />"Yang ini namanya itup," katanya lagi saat dia memegang ujung puting susuku.<br />"Kamu pasti merasakan kegelian dan lama-lama akan terasa enak," lanjutnya lagi.<br />"Ya, Bang," jawabku singkat.<br /><br />Dia malah meneruskan meremas payudaraku kiri dan kanan. Sesekali di putarnya "itup" atau pentilku. Dengan lembut tangannya mengelus dadaku dan meremas-remas payudaraku hingga aku menggelinjang hebat sehingga menimbulkan suara derit pada ranjang kayu tersebut.<br /><br />"Sshshhsshh," aku hanya sanggup mendesis atas perlakuannya yang memberikan sejuta rasa nikmat yang belum pernah kurasa. Kemudian jari tangannya terus meraba sampai ke leherku dan aku tidak sadar ketika merasakan ada rasa lembut di dadaku, rupanya dia telah mengulum itup ku dengan mulutnya serta memainkan lidahnya pada putingku.<br /><br />"Ohh, akh, ohh, ssh," rintihku saat itu.<br />"Aku harus membetulkan itup kamu dulu dengan cara melemaskannya pakai mulut," katanya sambil berbisik dan tangannya terus meraba-raba dadaku.<br /><br />Aku mendengar lenguhan nafasnya yang keras dan membuatku seperti senang begitu saja. Aku betul-betul terpedaya dengan perlakuan yang diberikan oleh Bang Atin. Aku tidak tahu apakah kakakku di luar mendengar atau tidak suara kami di kamar itu apalagi suara derit ranjang kayu itu. Perlahan kemudian jemari Bang Atin berpindah menyusuri perutku ke bawah dan kemudian naik lagi ke atas dan begitu berulang-ulang hingga aku merasakan sesuatu yang enak di pangkal pahaku.<br /><br />"Dik, ini kamu tahu namanya?" tanyanya padaku ketika tapak tangannya ditempelkan pada gundukan pangkal pahaku.<br />"Itu tempat kencing aku Bang," jawabku karena memang aku belum tahu namanya.<br />"Ya, namanya epot, dan gunanya bukan untuk kencing saja," terangnya.<br /><br />Aku diam sambil menunggu gerakan tangannya yang kurasa semakin berkurang.<br /><br />"Abang akan tunjukkan cara menggunakannya dan pasti kamu senang," katanya lagi.<br /><br />Kemudian kurasakan tangannya mulai mengelus-elus milikku itu yang baru ditumbuhi bulu-bulu halus tersebut. Aku merasa sensasi yang aneh dan nikmat. Sesekali ujung jemarinya menyentuh lubang vaginaku dan terasa sangat geli sekali. Ada rasa pancaran energi kejutan listrik yang muncul saat itu. Kemudian Bang Atin kulihat membuka kain sarungnya dan kulihat dari selangkangnya keluar benda besar panjang. Aku terpana melihatnya dalam keremangan cahaya saat itu. Aku terkejut ketika tangannya mencoba mengangkat tanganku dan meyentuhkannya ke batang besar tadi.<br /><br />"Oh, tidak apa-apa Munah, ini namanya Kitang, milik laki-laki," katanya.<br />"Kitang Abang ini gunanya untuk mengobati kamu," tambahnya lagi.<br /><br />Aku diam dan mencerna kata-katanya. Aku merasa benda itu panas dan berdenyut, tetapi aku tidak menggenggamnya karena aku masih gugup. Akh, aku tidak mampu berpikir logis lagi. Aku percayakan saja kepadanya. Kemudian Bang Atin menggeser posisinya. Dia merangkak di atasku dan kulihat benda besar itu tergantung keras di atas pinggangku. Kemudian dia merendahkan kepalanya dan aku hanya pasrah sambil memejamkan mata.<br /><br />Tiba-tiba kudengar dengus nafasnya semakin dekat saja dan kurasakan mulutnya mulai melumat bibirku. Aku semakin terkejut dan seperti tersengat arus listrik saja. Beberapa kali bibirnya melumat-lumat bibirku, kadang-kadang lidahnya menerobos masuk menyapu-nyapu langit-langit rongga mulutku. Aku merasa kegelian sangat. Tiba-tiba ujung lidahnya menggoyang-goyang lidahku. Aku semakin terpana dan merasa semakin aneh dengan itu. Aku merasa tubuhnya semakin rendah saja dan akhirnya kurasakan semakin merapat ke badanku dan terasa sudah menindih tubuhku. Dadaku serasa sesak dan degup nafasku hampir tak terkendali lagi.<br /><br />Aku merasakan ada sesuatu yang membelah celah pahaku yang terasa panas dan lembut. Aku berpikir mungkin itu benda besar tadi yang dikenalkannya dengan nama "kitang" Bibirnya masih tetap menggumuli mulutku. Tidak henti-hentinya lidahnya menyapu tenggorokanku dan aku pun mulai mencoba untuk menggerakkan lidahku mencari rasa yang lebih enak. Kadang-kadang dia mengisap lidahku hingga aku merasa seakan putus saja namun kemudian dilepasnya.<br /><br />Sementara itu tangannya merengkuh punggung ku, dan menghimpitkan dadaku dengan dadanya. Sedangkan benda yang dibawah tadi berdenyut-denyut dan semakin panas saja. Aku semakin tersiksa ketika dia mulai menggerakkan pahanya menggeser-geser pahaku. Rasa yang aneh lagi muncul pada gundukan epotku itu, akhirnya kutahu itu yang namanya terangsang berat. Kitangnya mulai menyundul lubang epotku dan terasa enak sekali. Kemudian seluruh tubuhnya kurasakan bergerak-gerak di atasku yang menimbulkan rangsangan hebat pada bibirku, dadaku dan tentu saja epotku. Aku merasa diriku tidak terkendali lagi, bergerak ke kiri dan kanan menahan kenikmatan yang pertama itu.<br /><br />Sementara suara derit ranjang semakin menjadi-jadi dan kelambu pun bergoyang-goyang serta enguh nafas Bang Atin dan aku pun tidak beraturan lagi. Tubuhku bergetar hebat dan pinggulku menghentak-hentak dan aku merasakan seakan mau pipis yang tertahan. Sensasi yang tidak terbendung akhirnya kualami, tubuhku menegang dan akhirnya lemas setelah menghentak-hentak sejadi-jadinya. Rupanya aku telah mengalami yang namanya orgasme pertama dalam hidupku.<br /><br />Bang Atin melepaskan kuluman bibirnya dan aku pun lega dapat bernapas kembali, namun dia masih tetap di atasku. Aku masih merasakan benda itu dicelah pahaku yang kurapatkan. Kulihat Bang Atin tersenyum kepadaku. Aku merasakan itu suatu senyuman indah yang merasuki hatiku. Mungkin adalah senyuman kemenangan baginya.<br /><br />"Munah, kamu pasti tadi rasakan nikmat sangat, bukan?" tanyanya padaku.<br />"Ehm, ya," jawabku sambil menahan deru nafasku yang belum normal.<br />"Masih ada kenikmatan lain yang harus kau dapatkan," katanya lagi.<br /><br />Aku terdiam dan kucoba mencerna kata-katanya. Kenikmatan macam apa lagi yang akan diberikannya. Namun kemudian dia berguling dan dengan cepat dia menyambar handuk dan melilitkannya di pinggangnya. Selanjutnya dia turun dari ranjang dan menyibakkan kelambu serta terus keluar. Aku masih terdiam dan perlahan kuraba-raba tubuhku, hingga aku tersadar bahwa aku rupanya telanjang bulat. Aku mencoba membuka pikiran dan akhirnya aku ingat kakakku, Antan, yang tidur di luar.<br /><br />Aku pun duduk dan segera kuambil handukku, kulilitkan dipinggangku. Aku menyibakkan kelambu dan suara derit ranjang pun bergema kembali dan aku terus berjalan ke dekat pintu, rencanaku akan keluar melihat kakakku. Tiba-tiba Bang Atin sudah kembali masuk dan aku terkejut ketika kami hampir bertabrakan di pintu. Secepat kilat Bang Atin memelukku dan berbisik kepadaku.<br /><br />"Ayo ke dalam lagi, kakakmu masih tidur pulas!" ajaknya.<br /><br />Aku terpaksa menurut saja. Dengan cekatan dia mengangkatku dan menggendongku ke ranjang. Kulihat dia menanggalkan handuknya dan melemparkannya ke lantai, kemudian giliran handukku yang dilemparkannya ke lantai. Jadilah aku kembali bugil di hadapannya. Aku beranikan mataku yang sayu menatapnya dan kulihat matanya tajam seperti ingin memakanku hingga timbul juga rasa ngeriku. Namun dia menenangkanku.<br /><br />"Kamu jangan takut, Abang tadi janji akan mengobatimu," bisiknya.<br />"Sebentar lagi Abang akan gunakan kitang Abang mengobatimu, dan kamu akan merasa senang," tambahnya lagi.<br /><br />Aku kembali pasrah ketika mulutnya mulai mengulum bibirku, terus dilumatnya dan semakin lama mulutnya kurasakan berpindah ke leherku dan melumuri leherku kiri dan kanan. Aku merasakan kegelian seperti tadi yang mulai melanda. Kemudian dia menaikiku dan menindihku kembali. Benda panas tadi kembali membelah celah pahaku. Bibirnya terus bergerak ke bawah dan berlabuh di itupku sebelah kanan, sementara jemari kirinya memutar-mutar itup kiriku. Begitu lama mulutnya bersarang di situ sambil menyedot-nyedot itupku. Aku sempat berpikir mungkin itu cara pengobatan supaya payudaraku mengecil. Tetapi aku heran kenapa pengobatannya menjadi enak begini.<br /><br />Kemudian Bang Atin beralih ke payudara satu lagi yang membuatku semakin dilanda kenikmatan. Dia malah terus menyonyot itupku. Aku hanya mampu mendesis menahan gejolak nafsu. Bang Atin kemudian menyusurkan lidahnya melewati pusarku dan terus ke bawah, kemudian naik lagi ke atas dan menggelitik pusarku. Setelah itu kurasakan lidahnya telah sampai ke gundukan epotku. Lidahnya menjalari kitaran selangkanganku dan terus memandikan bulu-bulu halus yang tumbuh di sana hingga aku merasakan kegelian sangat dan menyebabkan aku merasa ada cairan yang keluar.<br /><br />Sesekali lidahnya menerobos masuk ke dalam lubang epotku dan terasa seperti mengadukaduk seluruh isinya. Kemudian dia menggerakkan ujung lidahnya pada kacangan dalam epotku (aku tahu namanya kemudian sebagai klitoris) hingga membuatku berkelojotan dan kembali pinggulku menghentak-hentak kuat menahan kenikmatan hebat yang sedang kurasakan. Semakin kuat aku mengerang semakin kuat lidahnya mengaduk-aduk epotku dan malah kedua tangannya pun memegang pantatku dan meremasnya kuat-kuat sampai akhirnya kenikmatan luar biasa kembali melanda diriku.<br /><br />Aku merasa pipis kembali, seluruh tubuhku menegang dan aku menangkap kepalanya dan dengan erat kutekan ke epotku. Aku sudah dua kali merasakannya. Pastilah ranjang dan kelambu kami itu bergoyang seperti gajah yang dikasih selimut. Bayangkan betapa gaduhnya suara ranjang, dan bisa saja membangunkan kakakku. Aku kemudian tersadar melihat kelambu kami rupanya tersingkap dan pintu kamar tidak tertutup. Rupanya Bang Antan tadi lupa menutupnya.<br /><br />Aku merasa lemas sekali saat itu, kemudian kulihat Bang Atin menegakkan kepalanya dan tersenyum kepadaku. Kemudian dia berkata: "Sekarang Abang mau mengobatimu. Abang akan memasukkan obat ke dalam dirimu"<br /><br />Aku terdiam dengan nafas yang ngos-ngosan. Kulihat bibirnya kembali mendekati mulutku dan kemudian kembali berlabuh melumat bibirku. Aku berusaha melepaskan diri dan menunjuk-nunjuk ke arah pintu, berharap Bang Atin sadar dan tahu bahwa kakakku masih di luar. Dengan cepat dan dalam kondisi telanjang Bang Atin melangkah ke pintu dan melongok ke luar kemudian masuk lagi langsung menutup pintu. Mungkin Bang Atin masih tidur. Kira-kira waktu itu sudah hampir tengah malam.<br /><br />Dia pun naik ke ranjang dan menutup kelambu yang tersingkap, kemudian kembali dia merangkak ke atasku. Dia merendahkan pinggulnya dan mulai kurasakan sentuhan benda panasnya itu pada selangkanganku. Kemudian dia menindihku rapat sekali hingga dadaku dihimpit oleh dada bidangnya. Tangannya bergerak ke bawah menggapai pahaku dan menyibakkan pahaku yang tadi kurapatkan hingga kurasakan pinggulnya berlabuh di antara dua pahaku.<br /><br />Terasa kitangnya semakin menekan epotku dan dia tidak henti-hentinya menggesekkan pahanya dengan pahaku. Selanjutnya dia mengangkat dadanya dan mengubah posisi sehingga kurasakan ada sesuatu yang menusuknusuk epotku. Epotku yang sudah basah karena campuran lendir dan ludahnya itu, kembali dicucuk-cucuk dan kemudian dia diam sejenak. Sebentar kemudian dia menekan lagi hingga kurasakan ada benda yang mau memasuki liang epotku. Benda itu menyundul-nyundul lubang milikku itu.<br /><br />"Abang akan masukkan obat ke dalam diri kamu, kamu harus bantu Abang dan jangan takut. Kamu tenang saja dan rasakan saja jika nanti agak sakit katakan pada Abang tapi jika enak nikmati saja," katanya setengah berbisik di sela-sela nafasnya yang bergemuruh.<br /><br />Aku tetap diam menunggu apa yang akan dilakukannya. Aku terus terang merasakan kenikmatan ketika benda miliknya itu menyentuh bibir epotku. Kemudian dia mulai lagi menggerak-gerakkan pinggulnya dan terasa kitangnya tepat persis di liang milikku, dia mulai mendorongnya sedikit dan aku merasakan bibir epotku telah menjepit benda itu. Dia mendiamkannya sambil mengatur posisi tubuhnya dengan bertumpu pada sikunya. Kemudian lidahnya dijulurkannya ke mulutku dan terus dilumatnya bibirku. Cukup lama juga dia melumat bibirku hingga membuatku terangsang kembali.<br /><br />Seketika kemudian pinggulnya ditekannya hingga kitangnya terbenam lagi sedikit dan aku merasa agak perih di sekitar epotku. Otot-otot epotku bereaksi menerima masuknya benda asing itu walaupun mungkin baru ujungnya saja yang masuk. Dia kembali terdiam seperti membiarkan aku merasakan benda itu. Kemudian aku merasakan kegelian yang amat sangat ketika dia menjilat-jilat telinga kiriku dan kadang-kadang ujung lidahnya menjolok-jolok lubang telingaku. Entah berapa lama pula dia merangsangku dengan cara demikian dan kemudian dia berpindah pula ke telinga kananku.<br /><br />Posisinya rapat menindih tubuhku, tangannya diletakkan di bawah kepalaku dan kurasakan kepalaku diangkat-angkat olehnya. Sepertinya dia sangat geram sekali dengan aku. Rangsangan demi rangsangan itu membuatku betul-betul terlena hingga tidak sadar pinggulku kugerakkan ke kiri dan ke kanan. Menikmati gerakan-gerakanku itu, Bang Atin malah semakin gencar melumat-lumat telingaku, bibirku, hidungku dan juga pipiku tidak luput dari sapuan lidahnya. Pada saat aku begitu terlena, dengan kuat ditekannya pantatnya hingga membuatku terkejut karena kurasakan ada benda panas yang menerobos epot ku.<br /><br />"Auuw.. Ohh," teriakku.<br />"Maaf, sayang, Abang mau memasukkannya. Nanti akan terasa enak," katanya.<br /><br />Kemudian semua hening dan terdiam hanya suara nafas kami saja yang terdengar. Bang Atin membiarkan kitangnya terbenam, mungkin belum separuh miliknya masuk, agar epotku mulai menyesuaikannya. Aku masih merasakan perih dan pedih pada bibir epotku. Kemudian Bang Atin mulai lagi menjilat-jilat leherku dan kembali mengulangi lagi lumatan-lumatannya pada bibir, telinga dan semua wajahku tidak luput dari lidahnya. Aku tentu saja kembali dilanda birahi yang amat sangat, sehingga dengan tidak sadar seluruh tubuhku bergerak bergetar serta pinggulku kembali meliuk-liuk dan aku pun merasakan gerakan tubuh Bang Atin di atasku menggesekkan perut dan dadanya pada tubuhku.<br /><br />Sungguh suatu perasaan yang luar biasa sekali. Aku merasakan otot epotku mulai meremas-remas kitang Bang Atin, keadaan ini sangat nikmat sekali. Aku berharap Bang Atin menggerak-gerakkan kitangnya, tetapi dia malah diam saja. Namun rangsangan yang kuterima dari cumbuan-cumbuannya cukup membuat tubuhku menggelinjang hebat hingga sampai aku merasa tubuhku menegang dan pinggulku bergerak liar dan kembali kenikmatan orgasme mulai melandaku.<br /><br />Ketika aku tengah menikmati denyutan orgasme itu dengan tiba-tiba aku terkejut dan menjerit, "Auuww, sakiit, oohh," teriakku kuat.<br /><br />Kurasakan ada sesuatu yang membelah selangkanganku dan merobek alur epotku. Rupanya Bang Atin menunggu kesempatan ini untuk memasukkan miliknya. Menunggu aku lupa dengan benda yang menunggu di pintu epotku itu. Alangkah perihnya lubang epotku saat itu dan aku merasa ada yang robek. Ketika kulihat ke bawah ternyata pinggul kami sudah menyatu. Bang Atin malah mencari-cari bibirku untuk mendiamkan suaraku dan langsung melumatnya.<br /><br />Tetapi rasa perih dan pedih itu belum hilang ketika kurasakan Bang Atin mulai menggerak-gerakkan kitangnya di dalam milikku. Mulanya dia hanya gerakkan sedikit saja ke atas dan ke bawah, namun kemudian dia menariknya dan ditekan lagi sedikit. Aku menggigit bibir menahan sakit karena tidak terbiasa menerima benda itu. Semakin lama dia semakin gencar mendorong dan menarik milikknya keluar masuk milikku. Kadang ditekannya kuat-kuat dicabutnya perlahan, kemudian ditekan lagi dengan cepat dan ditariknya dengan cepat pula.<br /><br />Aku merasa milikku itu menguncup dan mengembang seiring keluar masuknya milik Bang Atin. Aku belum bisa menikmatinya karena keterkejutan tadi. Kitang Bang Atin semakin cepat keluar masuk menghajar epotku. Kadang-kadang dia pelintir-pelintir ke kiri dan kanan sehingga rasa perih masih tetap terasa. Kemudian dengus nafasnya semakin cepat saja dan kurasakan tubuhku terasa remuk diobrak-abriknya. Pinggulnya menghantam selangkanganku dengan keras dan bertenaga sekali sehingga bunyi ranjang berderit-derit tak beraturan. Kelambu pun bergoyang goyang.<br /><br />Aku hanya sanggup mengaduh menahan sakit, aku tidak berani menjerit. Tidak berapa lama Bang Atin mengobrak-abrik epotku dengan kitangnya akhirnya dengan gerakan yang kuat sekali kurasakan tubuhnya menghimpit dadaku dan pinggulnya menekan rapat selangkanganku hingga aku sesak. Ketika itulah kurasakan cairan panas menyemprot dalam epotku.<br /><br />"Ahh, ahh, Abang telah masukkan obatnya," katanya dengan nafas sesak.<br /><br />Kemudian kitangnya masih terus mengeluarkan cairan itu sambil berdenyut-denyut. Aku merasakan cairan itu meleleh ke bibir epotku. Dia masih mendiamkan kitangnya dalam epotku namun aneh aku masih ingin benda itu tetap di dalam. Padahal tadi aku sangat kesakitan sekali. Aku merasakan rangsangan aneh sejak cairan tadi (sperma) menyemprot ke dalam epotku, mungkin aku bergairah kembali. Bang Atin mulai mencabut kitangnya sedikit demi sedikit, tetapi aku sebenarnya tidak rela, namun aku pasrah saja. Bang Atin pun berguling ke samping. Nafasnya masih berbunyi berat.<br /><br />Kemudian dia tersenyum padaku. Kemudian dia mengatakan bahwa dia senang mengobatiku dan nanti pengobatannya akan dia lakukan lagi. Kemudian aku meraba selangkanganku dan terasa cairan yang sangat banyak sekali. Aku mencoba melihatnya dan aku terkejut karena warnanya bercampur antara putih dan merah darah. Aku kaget dan muncul rasa takut. Namun Bang Atin mengetahui perasaanku. Dia menenangkanku dengan mengatakan bahwa itu biasa saja karena aku masih perawan. Dia katakan bahwa orang perawan kalau dilakukan pengobatan akan mengeluarkan darah sedikit.<br /><br />Kemudian dia mengambil selembar kain dan mengelap cairan dan darah yang ada di selangkanganku setelah itu dia pun mengelap cairan yang ada pada kitangnya. Aku melihat kitangnya sudah tidak sebesar tadi lagi. Kemudian dia mencium pipiku kiri dan kanan.<br /><br />"Abang keluar kamar dulu, ya? Kamu tunggu saja di sini dan tidurlah!" bisiknya.<br /><br />Dia mengambil handuk dan menyelimuti tubuhku kemudian dia menyingkapkan kelambu dan terus memakai sarung dan singlet. Setelah itu dia berjalan ke pintu dan membukanya serta terus keluar. Kudengar langkah-langkahnya menuju ke perigi belakang rumah. Tidak berapa lama terdengar suara guyuran air, mungkin dia mandi setelah melakukan pengobatan tadi kepadaku. Aku masih menerawang membayangkan apa yang telah kami lakukan, sayang Kakak Antan tidak mengetahuinya karena saat ini mungkin dia masih tidur.<br /><br />Aku menjadi orang yang benar-benar bingung, bahwa seperti mimpi rasanya menikmati pengobatan tadi dengan perasaan yang senikmatnikmatnya namun kemudian malah berganti dengan rasa perih yang sangat dan saat ini aku masih menginginkan kitang Bang Atin memasuki milikku. Namun akhirnya karena keletihan tersebut aku tertidur. Entah berapa lama aku tertidur, sampai sayup-sayup kudengar suara percakapan dua lelaki di luar. Kudengar suara kakakku berbincang-bincang dengan Bang Atin. Kakakku menanyakan keadaan pengobatanku dan Bang Atin menjawabnya dengan mengatakan bahwa aku baik-baik saja dan akan segera sembuh.<br /><br />Kudengar Bang Atin mengatakan bahwa pengobatannya masih ada 2 hari lagi dan selanjutnya nanti biar kakakku yang meneruskan. Setelah beberapa lama tidak ada lagi suara mereka yang kudengar. Kemudian kulihat pintu kamar terkuak dan dari balik pintu muncul Bang Atin dengan memakai kain sarung dan singlet, kemudian dia masuk dan menutup pintu kembali.<br /><br />"Klik," kudengar suara pintu dikunci.<br /><br />Bang Atin menyibakkan kelambu dan naik ke ranjang kemudian dia langsung berbaring di sampingku. Sekilas kulihat dia tersenyum sambil membuka singletnya dan setelah itu dia miring menghadapku. Dia menatap wajahku dengan pandangan lembut yang penuh arti, seperti pandangannya saat mulai mencumbuiku beberapa waktu yang lalu. Aku hanya memandangnya dengan mata sayu. Kemudian dia mengelus pipiku dan membelai rambutku.<br /><br />"Kakakmu sudah tidur. Katanya dia baru kali ini dapat tidur nyenyak seperti ini," kata Bang Atin menceritakan kakakku, Antan. Memang selama ini aku dan kakakku tidur hanya di beralaskan tikar lusuh saja.<br />"Kamu tidak tidur ya? Apa kamu lapar, Munah? Atau kamu mau minum?" tanya Bang Atin kepadaku.<br />"Aku mau buang air, Bang," jawabku.<br />"Baiklah. Sekarang Abang antar kamu ke belakang," tawar Bang Atin.<br /><br />Tangan Bang Atin menarik lenganku dan mendudukkanku, kemudian dia membelitkan handuk di pinggangku. Diambilkannya bajuku dan disuruhnya kupakai. Aku menurutinya dengan patuh. Selanjutnya ditariknya tanganku untuk turun dari ranjang. Dia menyibakkan kelambu dan terus membimbingku menuju pintu. Aku merasakan perih di selangkanganku yang masih belum hilang. Ketika berjalan aku masih tertatih-tatih dan terpincang-pincang. Di ruang tengah memang kulihat Kak Antan tertidur pulas dengan suara dengkurnya.<br /><br />Bang Atin rupanya telah menyelimutinya sehingga pantas Kak Antan tertidur nyenyak. Setelah sampai ke perigi aku mengambil segayung air dan mulai buang air. Terasa pedih epotku ketika disirami oleh air kencingku. Mungkin luka karena kitang Bang Atin tadi masih membekas dan belum hilang. Kemudian aku menyiramnya dan semakin terasa perih dan pedih terkena air yang dingin itu. Aku harus menahan rasa itu. Bang Atin menyodorkan sabun kepadaku dan menyuruhku menyabun selangkanganku. Aku mulai mengoleskan sabun dan rasa pedih terpaksa kutahan.<br /><br />"Kamu harus bersihkan dulu, karena nanti Bang Atin akan obati lagi," katanya.<br /><br />Aku tersentak dan terbayang olehku kitang Bang Atin pasti akan mengobrak-abrik lagi epotku yang perih ini. Aku hanya mampu menurut karena aku harus sembuh. Setelah selesai Bang Atin kembali membimbing tanganku untuk kembali ke kamar. Sambil berjalan masih sempat ku melirik kakakku yang tertidur. Bagaimana reaksi kakakku nanti seandainya dia tahu Bang Atin mengobatiku seperti itu.<br /><br />Setelah membuka pintu kami pun masuk ke kamar dan Bang Atin langsung mengunci pintu. Sambil berjalan ke arah ranjang kulihat Bang Atin langsung menaggalkan sarungnya, dan terpacaklah kitangnya yang besar itu. Rupanya kitangnya kembali besar seperti saat dia mengobatiku tadi. Kemudian dilepasnya singletnya, sementara itu aku terus naik ranjang dan segera berbaring. Aku siap untuk menerima pengobatan lagi oleh Bang Atin. Bang Atin segera menaiki ranjang dan langsung merangkak ke atasku. Kitangnya yang besar tadi benar-benar mencanak dan mengarah ke selangkanganku.<br /><br />Segera dia melepaskan lilitan handukku dan dia mulai membuka kancing-kancing bajuku. Nafasku kembali sesak dan rasa cemas kembali menghantui. Sambil menolong membukakan bajuku kurasakan tubuh bagian bawahku sudah ditindihnya. Kitangnya sudah terjepit selangkanganku. Bulu romaku pun berdiri merasakan kegelian akibat sentuhan-sentuhan Bang Atin itu. Sekarang aku berada dalam dekapan eratnya. Dia membisikkan kata-kata bahwa dia sangat senang dapat mengobatiku dan katanya dia ingin terus melakukannya selama tiga hari ini. Sambil mendekap erat tubuhku, bibirnya mulai melumat-lumat bibirku yang membuatku merasa sesak.<br /><br />Kemudian lidahnya menyapu lembut pipi dan leherku dan terus ke arah telingaku dan menjolok-jolok lubang telingaku yang membuatku menggelinjang hebat. Pinggulnya pun digerak-gerakkan sehingga kitangnya yang terasa hangat itu menggesek-gesek milikku. Perasaan tubuhku saat itu dilanda kegelian yang sangat. Setelah puas memainkan bibir dan lidahnya di wajah dan telingaku, kemudian dia beralih ke payudaraku. Puting kiri dan kananku jadi bulan-bulanan Bang Atin. Kadang-kadang dihisapnya kuat-kuat kadang-kala diremas-remasnya. Semua perlakuan Bang Atin terhadap itup (puting)ku itu membuatku menggelinjang dan menahan rasa gatal yang amat sangat.<br /><br />Aku merasa epotku telah basah karena rangsangan tadi, namun Bang Atin masih belum puas menyonyot payudaraku. Dia masih sibuk meremas dan memilin-milin. Aku rasanya tak sanggup lagi menahan dan ingin segera agar kitang Bang Atin kembali mengobati epotku. Aku mendesis-desis dan akhirnya aku beranikan diri berkata kepada Bang Atin yang selama ini aku hanya diam saja.<br /><br />"Bang, Munah tidak tahan. Munah ingin diobati lagi," pintaku padanya.<br />"Oh iyya, tentu Munah," jawabnya segera dan dia langsung mendongakkan kepalanya dan tersenyum kepadaku.<br /><br />Selanjutnya kembali dia mendekapku sangat erat sepertinya terasa lengket tubuh kami. Saat itulah dia membisikkan kepadaku: "Munah, aku mencintaimu!"<br /><br />Suatu kata yang sangat asing bagiku. Aku tidak mengerti dengan kata "mencintai" tersebut. Namun aku merasakan nyaman ketika dia mengatakannya secara lembut di telingaku. Bang Atin mengatur posisinya. Ujung kitangnya tepat diarahkannya ke epotku yang sudah basah. Kemudian dia kembali mendekapku sambil kurasakan tekanan-tekanan pada epotku oleh ujung kitangnya. Aku merasa posisinya telah tepat dan sambil menunggu sodokannya aku merasakan kenikmatan yang sangat indah kala itu. Aku merasa damai dengan kedua tubuh kami yang berimpit dan terasa menyatu luar dalam. Dengan lembut Bang Atin menggesekkan tubuhnya dengan tubuhku sementara itu bibir dan lidahnya selalu bermain disekitar wajahku. Aku tidak lagi merasakan pedih pada epotku seperti waktu itu, yang ada hanyalah rasa gatal dan ingin segera dimasuki oleh Bang Atin. Bang Atin mulai menekan pantatnya menyebabkan kepala kitangnya menekan-nekan bibir epotku.<br /><br />Beberapa kali ditekan-tekannya sampai akhirnya kepala kitangnya masuk sedikit. Kemudian dia mendiamkannya sebentar dan dicoba menekan lagi hingga masuk sedikit demi sedikit. Dia menariknya kembali dan terus didorongnya dan malah semakin dalam masuknya. Karena rasa gairahku yang semakin tinggi menyebabkan rasa pedih dan perih seperti yang lalu tidak begitu terasa, walaupun ada sedikit rasa ngilu. Beberapa kali ditariksorongnya oleh Bang Atin menyebabkan epotku basah, sehingga semakin lancar saja kitang Bang Atin keluar masuk. Aku merasakan nikmat yang sangat luar biasa karena Bang Atin bukan hanya melakukan tarik sorong saja tetapi juga melumat-lumat bibir, telinga dan leherku.<br /><br />Sesekali Bang Atin menghunjamkan dalam-dalam miliknya hingga membuatku tersentak dan tubuh kami semakin rapat dan basah oleh peluh. Bang Atin semakin rajin menggenjot kitangnya yang sangat keras itu keluar masuk epotku. Ketika dia menarik keluar serasa bagian dalam epotku menjemputnya ke atas dan ketika dibenamkannya dalam-dalam terasa sisi dalam epotku menyibak dan menimbulkan rasa nikmat yang sangat luar biasa. Itulah yang kurasakan saat itu. Aku tidak sadar lagi bahwa ranjang kami berderit-derit keras dan kelambu bergoyang hebat dan kedengarannya riuh rendah suara derit, dengus nafas dan juga rintihanku bergabung satu memenuhi kamar kecil tersebut. Bang Atin sudah tidak peduli lagi dengan sekelilingnya, bahkan dengan keras dia menyodok epotku hingga aku tercungapcungap kehilangan nafas.<br /><br />Bunyi kecipak-kecipuk suara lendir epotku semakin menambah semangat Bang Atin mengobarak-abrik epot mungilku ini. Aku betul-betul kelelahan dan tekanan-tekanan dalam epotku membuatku berkelojotan dan menegang. Aku telah sampai pada orgasme, seluruh otot-ototku meregang nikmat, sementara itu Bang Atin semakin beringas menghajar milikku.<br /><br />"Ohh, ohh, Munah, Abang sayang kamu. Enak sekali Munah. Abang tidak ingin berhenti sayang. Kamu disini saja selamanya. Abang enak mengobatimu," begitulah suara racau Bang Atin ketika mengobrak-abrik milikku ini.<br />"Abang, ingin menembak obatnya, terima ya?," kata Bang Atin dengan nafas sesak.<br /><br />Aku yang sudah letih meneguk orgasme dari tadi, terkulai lemas dan terkapar tak berdaya. Melihat kondisiku seperti itu, Bang Atin malah semakin mempercepat kocokannya pada epotku dan akhirnya semburan panas itu kuterima jua. Berdenyut-denyut kitang Bang Atin menyemprotkan sisa cairannya sampai akhirnya dia terkapar di atasku dengan suara nafas yang sangat keras dan cepat.<br /><br />"Abang sangat bahagia, sayang. Kamu begitu cantik, kamu telah memberikan Abang segalanya," bisik Bang Atin kepadaku.<br /><br />Dalam diamku yang lemas, aku sempat berpikir apa memang begini pengobatan yang harus dilakukan kepadaku. Apakah betul begini pengobatan itu, akh sudahlah, aku sudah merasakan ada dunia lain yang betul-betul nikmat. Dalam merenung itu aku merasakan Bang Atin mengelap pangkal pahaku dengan selembar kain. Antara sadar dan tidak karena letih aku terus diam dan tertidur. Aku baru terbangun ketika kurasakan ada orang yang menaikiku, ketika kubuka mata ternyata Bang Atin sudah berada di atasku dalam keadaan telanjang dan begitu pula aku. Rupanya sewaktu kutidur dia bekerja membugilkanku. Dia membelai-belai rambutku dan sesekali diciumnya pipiku. Tangannya mulai mengelus dadaku dan berhenti pada puting itupku, kemudian memutar-mutarnya sehingga membuatku kegelian.<br /><br />"Munah, Abang masih ingin melakukannya lagi sebelum kita keluar," begitu kata Bang Atin padaku.<br /><br />Seperti biasa aku hanya diam dan mengangguk saja. Aku teruskan menikmati gesekangesekan yang diberikan Bang Atin. Tidak berapa lama kemudian dengan mengubah posisinya, dia mengarahkan kitangnya ke lubang epotku. Dia menekannya kemudian ditarik lagi, ditekan lagi ditarik lagi, begitu seterusnya hingga kurasakan kepala kitangnya terjepit bibir epotku. Agaknya dia begitu kesulitan memasukkan batangnya karena epotku belum basah. Dengan gigih terus disodok-sodok dan dicabut-cabut serta tekan tusuk ke lubang epotku, hingga kurasakan sedikit demi sedikit benda itu menyeruak memasuki epotku. Setelah separuh masuk dia berhenti dan mengatur nafas.<br /><br />"Oh, sempit sekali punyamu Munah. Tidak seperti tadi," katanya.<br />"Abang berkeringat dibuatnya," sambungnya lagi.<br /><br />Kemudian dia meneruskan usahanya menekan kitangnya hingga kurasakan kandas. Aku merasakan panas sekali seakan terbakar epotku dibuatnya. Dimulainya tusuk tekan pada epotku. Seiring gerakan tusuk tarik itu begitu pula kurasakan perih dan panas bibir-bibir epotku. Dia tetap terus dengan sodokan-sodokannya dan bahkan tidak peduli dengan rintihan kesakitan yang kurasakan. Semakin lama dia melakukan gerakan-gerakan itu semakin berkurang rasa perih karena epotku sudah mulai basah. Bang Atin malah semakin beringas. Bunyi derit ranjang dan lenguhannya menjadi satu. Aku pun sudah mulai menikmati. Dengan cepat diaduknya lubang epotku seakan hancur.<br /><br />"Oh, oh, Munah, Abang akan hantam punyamu. Rasakan! Abang akan lantak sampai pagi. Ohh, nikmatnya," racau Bang Atin saat itu.<br /><br />Kemudian dengan gerakan yang tidak teratur dan beringas, dia menyudahi pekerjaannya dengan menyemprotkan cairan-cairan itu ke epotku. Seperti sebelumnya kurasakan denyut-denyut kitangnya menyudahi pengobatan ini. Sebentar kemudian dia sudah terkapar dengan nafas memburu di sampingku. Dia mengecup keningku dan terus mengelap pahaku. Bang Atin bangkit dan memakai sarung serta singletnya kemudian terus ke pintu dan membukanya. Aku terkejut begitu melihat cahaya pagi sudah memasuki rumah itu. Berarti semalaman aku telah diobati oleh Bang Atin dengan penuh pengalaman yang menarik bagiku. Aku membereskan diri dan memakai sarung serta handuk dan berniat untuk terus ke kamar mandi.<br /><br />Ketika berjalan keluar, kulihat Kak Antan sedang duduk-duduk di luar rumah. Aku teruskan ke kamar mandi dan sesampainya di kamar mandi tersebut langsung kubuka handuk dan sarung dan terus mengambil air. Aku tidak sadar bahwa Bang Atin juga di situ memperhatikanku. Aku terkejut ketika mengetahuinya, namun Bang Atin begitu cepat memelukku dan menciumi pipiku.<br /><br />"Abang sangat bahagia, Munah. Maukah kau tetap tinggal di sini?," tanyanya padaku sambil berbisik di telingaku.<br />"Ehm, ooh, aku tak tahu, Bang. Terserah sama Kakak Antan," jawabku.<br />"Baiklah," balasnya.<br /><br />Selanjutnya dia meninggalkan kamar mandi dan aku terus membersihkan diri serta mandi sepuas-puasnya.<br />Hari itu Bang Atin mengajak Kak Antan untuk pergi berburu ke hutan. Bang Atin bercerita bahwa dia sering berburu dan dapat banyak hewan seperti pelanduk, kancil dan bahkan ada rusa juga. Mendengar hal itu tentu saja kakakku sangat tertarik. Setelah makan pagi mereka berdua berangkat dengan peralatan yang telah disiapkan oleh Bang Atin. Tinggallah aku sendiri di rumah itu. Di rumah tersebut aku bekerja mencuci pinggan mangkok yang sudah kotor serta juga mencuci kain-kain yang sudah kotor. Saat itu memang masih kurasakan perih di selangkanganku, apalagi bila kena air, karena pengobatan yang dilakukan oleh Bang Atin. Setelah selesai semua pekerjaan tersebut lalu aku tidur-tiduran di kamar. Aku merenung mengenang masa lalu dan memikirkan tentang apa yang baru saja kualami.<br /><br />Akhirnya dengan tanpa sadar aku pun tertidur. Aku terbangun dari tidurku setelah ada suara yang memanggilku dari luar rumah. Aku terus bangun dan keluar membukakan pintu, ternyata Bang Atin telah pulang dari berburu dengan membawa seekor pelanduk. Hari saat itu baru kira-kira tengah hari karena kulihat matahari tepat berada di atas kepala. Namun aku menjadi heran kenapa Bang Atin pulang sendirian. Seharusnya dia pulang bersama kakakku. Bang Atin tersenyum kepadaku. Setelah meletakkan hasil buruannya di lantai, dia merengkuh kepalaku dan langsung mencium pipiku. Aku terkejut karena keherananku belum terjawab.<br /><br />Akhirnya aku pun bertanya: "Bang, Kak Antan mana?" tanyaku padanya.<br />"Oo, kakakmu masih berburu di hutan. Aku tadi berjanji kepadanya pada waktu sedang dalam perjalanan ke hutan, apabila nanti dapat satu ekor hewan maka akan Abang Atin antarkan langsung pulang agar dapat dimasak oleh Adik Munah. Selain itu Abang juga sampaikan padanya bahwa Abang akan mengobatimu siang ini sebentar," cerita Bang Atin panjang lebar.<br /><br />Mendengar cerita itu tahulah aku apa yang akan terjadi. Pastilah epot mungilku ini nanti akan jadi bulan-bulanan kitang Bang Atin. Belum sempat aku berpikir tentang itu, tangan Bang Atin telah merengkuh tanganku dan menarikku ke kamar. Setelah sampai di kamar Bang Atin menyuruhku berbaring di ranjang sementara itu dia pergi keluar dan tampaknya dia pergi menutup pintu. Kemudian dia masuk lagi dan dengan tergesa-gesa dia menanggalkan pakaian berburunya satu persatu hingga akhirnya dia telanjang bulat. Dia memandangku dengan sorot mata tajam seperti hendak menelanku saja.<br /><br />Hari inilah baru pertama kali aku melihat tubuhnya dengan jelas karena semalam aku hanya melihatnya dalam keremangan sinar lampu togok. Dengan jelas kulihat raut tubuhnya yang hitam manis berminyak diselingi bulubulu halus di sekujur tubuhnya. Aku melihat jelas kitang Bang Atin yang berwarna hitam berurat itu sedang tegak-tegaknya. Dengan tersenyum dia mendekatiku dan menaiki ranjang tersebut. Hatiku terkesiap dan merasakan akan terjadi sesuatu yang di luar perkiraanku. Dia menyuruhku segera membuka pakaian.<br /><br />"Munah, tolong buka pakaianmu!" perintahnya padaku.<br />"Ii.. I.. Ya," jawabku.<br /><br />Aku segera duduk dan mulai membuka satu persatu pakaianku mulai dari baju dan terus ke sarung yang kupakai. Sambil membuka baju aku merasakan dia mempermainkan kitangnya di punggungku. Ikh, terasa benda itu menggesek-gesek pinggulku. Setelah aku bugil tanpa sehelai benang pun, dia merengkuh bahuku dan langsung membaringkanku di atas ranjang itu. Aku ditelentangkannya sambil tangannya mengelus tubuhku dari dada sampai ke perut. Kemudian dia mulai merangkak ke atasku dan bertumpu pada kedua sikunya. Sementara itu aku merasakan tubuh bagian bawahnya sudah merapat ke pahaku. Sangat nyata kurasakan kitang Bang Atin yang sudah keras itu menusuk selangkanganku. Berat tubuhnya menambah tertekannya epotku oleh kitangnya.<br /><br />"Sayang, Abang tadi waktu berburu ingat dengan Munah. Abang masih merasakan kenikmatan sewaktu mengobatimu tadi malam," katanya setengah berbisik padaku.<br /><br />Aku hanya mengangguk saja. Kemudian Bang Atin memulai operasinya pada tubuhku dengan menggelitik telingaku dengan ujung lidahnya. Seterusnya dia semakin ke bawah menggerakkan lidahnya hingga sampai pada leherku dan berputar-putar di situ. Dengan gemasnya Bang Atin melumat-lumat bibirku entah beberapa puluh kali hingga aku merasa kegelian. Selanjutnya Bang Atin mengisap-isap puting susuku bergantian kiri kanan dengan rakusnya hingga kadang-kadang aku merasa kesakitan. Sementara itu aku juga merasakan tekanan-tekanan pada selangkanganku oleh kitang Bang Atin semakin kuat saja. Bang Atin sedikit mengangkat badannya dan mulailah kitangnya menusuk-nusuk epot mungilku ini.<br /><br />Aku merasakan bibir-bibir epotku timbul tenggelam seiring tusukannya. Semakin lama dia menekan-nekan kitangnya semakin basah epotku dan semakin terasa keenakannya hingga akhirnya kitang Bang Atin yang lumayan itu mulai menyeruak ke antara bibir epotku. Masuk sedikit demi sedikit seiring tarik dorong yang di lakukannya. Cukup lama juga dia berusaha menerobos epotku dengan cara begitu sampai keringatnya membanjiri tubuhnya dan menetes di dadaku. Setelah sekian lama terasa sudah separuh kitangnya yang masuk namun dia tetap menarik dan mendorong ke keluar dan kedalam.<br /><br />"Aww, sakiit, Baang!" teriakku ketika satu hentakan yang sangat kuat menghantam epotku.<br /><br />Rupanya Bang Atin sengaja mempermainkan aku dengan menunda-nunda memasukkan kitangnya. Sekarang kitang besar itu sudah terbenam habis dan sudah bersarang dalam epotku. Selangkangan kami sudah bertaut tidak ada jarak lagi. Tubuh kami telah menyatu, keringat Bang Atin pun sudah membasahi dada dan perutku. Bang Atin merapatkan tubuhnya serapat-rapatnya sehingga aku jadi sesak untuk bernafas. Sementara itu rasa perih juga masih terasa pada epotku yang saat ini menampung benda besar itu. Benda itu masih diam di sarangnya tanpa gerak dan secara otomatis epotku menyesuaikan diri dengan kehadirannya.<br /><br />Tidak berapa lama kemudian aku sudah merasakan gerakan-gerakan kitangnya menerjang ke atas dan ke bawah. Seiring dengan itu tubuh Bang Atin bergerak lincah menggesek dan menggilas tubuhku. Semakin lama semakin kurasakan rangsangan yang enak melanda epotku. Berjuta-juta rasa nikmat melanda seiring terjangan-terjangan kitang Bang Atin dan ditambah lagi cumbuan-cumbuannya pada leher dan seluruh wajahku.<br /><br />"Alangkah nikmatnya pengobatan ini," pikirku saat itu.<br /><br />Setelah agak lama menyodok keluar masuk, aku merasakan jemari tangan Bang Atin menyelinap ke bawah bongkahan pantatku. Kemudian kurasakan tangan itu meremasremas pantatku, sehingga ada kenikmatan lain yang kurasakan. Selanjutnya kedua tangannya mendekap erat pantatku hingga kurasakan epotku merapat erat dengan milik Bang Atin. Ketika itulah dia memutar-mutar pinggulnya yang menimbulkan kenikmatan luar biasa bagiku.<br /><br />"Ohh.. Ohh.. Ohh.." rintihku saat itu karena meregang nikmat.<br /><br />Kemudian tubuhku mengejang dan bergetar sejadi-jadinya karena orgasme yang telah melanda diriku. Tidak berapa lama kemudian dengan beringasnya Bang Atin menggoyang tubuhku kuat sekali dan..<br /><br />Crot.. Crot.. semburan cairannya memenuhi ruang epotku. Kami berdua terkapar lemas, Bang Atin kemudian mencabut kitangnya dan berbisik padaku.<br /><br />"Munah, kamu istirahat di rumah ya? Masak daging pelanduk tadi dan makan sepuaspuasmu. Nanti malam Abang akan mengobatimu lagi," bisiknya lembut dekat telingaku.<br /><br />Kemudian dia bergegas berpakaian dan langsung pergi meninggalkanku. Dia kembali pergi menemui kakakku Antan yang sedang berburu di hutan. Sorenya mereka kembali dari berburu dan mendapat banyak hewan buruan seperti kancil dan pelanduk serta ayam hutan. Bang Atin dan kakakku sibuk membersihkan hasil buruan mereka dan sebagian dimasak sore itu juga. Malamnya kami pun makan bersama. Setelah selesai makan dan bercerita sebentar, semuanya bersiap-siap untuk tidur. Kakakku Antan karena sangat capek berburu langsung tertidur lelap di ranjang ruang tengah.<br /><br />Sementara itu aku mulai beringsut ke kamar dan berbaring di ranjang. Mataku menerawang membayangkan akan terjadi lagi pengobatan rutin oleh Bang Atin. Benar saja! Sebentar kemudian Bang Atin telah muncul di kamar dan naik ke ranjang. Dia langsung memelukku dan menciumiku bertubi-tubi, dia sangat rindu dan bernafsu sekali. Malam itu adalah seperti malam sebelumnya, Bang Atin sampai tiga kali mengarungi kenikmatan bersamaku hingga paginya. Pertama sekali ketika akan tidur, selanjutnya ketika aku terjaga tengah malam dia telah lebih dahulu menaiki tubuhku dan terakhir ketika pagi harinya.<br /><br />Aku terbangun paginya ketika matahari sudah meninggi. Bang Atin dan Kak Antan sudah tidak di rumah lagi, mereka telah berangkat berburu. Hari itu adalah hari kedua kami di rumah Bang Atin. Kira-kira tengah harinya kembali aku dikejutkan dengan kedatangan Bang Atin dari berburu. Herannya masih seperti hari sebelumnya hanya dia sendiri yang pulang, namun hari ini dia tidak membawa hewan buruan. Dia cuma membawa dedaunan hutan. Katanya dedaunan ini agar disayur saja sebagai obat. Ketika kutanyakan keberadaan kakakku, dia bilang bahwa kakakku lagi berburu dan menunggu di hutan. Bang Atin minta izin pada kakakku mengantarkan dedaunan tersebut untuk obatku. Aku tahu apa yang akan terjadi. Pasti sebentar lagi aku akan bergumul dengan kitang Bang Atin.<br /><br />Dan benar saja, setelah Bang Atin keluar dari kamar mandi langsung saja mengajakku ke ranjang di kamar. Dengan pasrah aku menurut perintahnya untuk membuka seluruh pakaian. Kejadian seperti hari kemarin kembali terjadi, namun hari ini aku betul-betul menikmati permainan obat Bang Atin. Hari ini aku diberikan sebuah cara yang menurutku cukup nikmat yaitu ketika kitangnya sedang enak-enaknya membenam dalam epotku, posisi kami dibaliknya sehingga aku tepat berada di atasnya. Pinggulku digoyang-goyangnya sehingga kenikmatan kitangnya dapat kuatur sesuai seleraku.<br /><br />Aku betul-betul menikmati permainan ini. Sambil mengatur kenikmatan kitang Bang Atin, aku merasakan bibir-bibirnya mengecup ganas puting susuku sehingga aku semakin berkelojotan dan akhirnya mengejang menahan kenikmatan orgasme. Melihat aku terkapar lemas, Bang Atin membalikkan posisi. Sekarang dia berada di atasku, dengan bersemangat dan bernafsu sekali dia mengerjai epotku menyudahi permainan ini. Dia menghabiskan beberapa waktu untuk mengobarak-abrik empotku hingga akhirnya aku kembali orgasme dan terakhir dia menyemprotkan cairan itu ke dalam epotku.<br /><br />Selama tiga malam dan tiga hari itu aku betul-betul diobati Bang Atin sepuaspuasnya. Ketika kakakku terlelap dan ketika berburu dia berkesempatan melakukan itu kepadaku. Malam hari entah beberapa kali aku harus pergi ke sumur untuk membersihkan epotku dari sperma Bang Atin, sambil lewat aku memperhatikan bahwa Kak Antan malah enak-enaknya tidur lelap di ruang tengah. Sementara itu aku membanting tulang melayani keperkasaan Bang Atin di ranjang. Bahkan pada saat-saat perpisahan kami di hari ketiga, siang itu Bang Atin meminta kepada kakakku untuk mengobatiku sebentar di kamar. Anehnya, kakakku malah mengiyakan hingga terjadilah kembali pergumulan perpisahan yang betul-betul dimanfaatkan Bang Atin untuk menghajar dan mengobarak-abrik milikku dengan sepuas-puasnya.<br /><br />Dengan senyum kemenangan Bang Atin berpesan padaku agar aku tetap menjaga tubuh dengan baik, kalau menginginkan hal seperti ini lagi agar aku mendatanginya. Dia malah mengajakku agar tinggal saja bersamanya, namun aku tidak mau karena memikirkan kakakku.<br /><br />*****<br /><br />Demikianlah cerita ini berakhir bersama Bang Atin saat itu. Petualangan pun kami mulai lagi bersama Kak Antan.Sekarang aku telah balik ke hutan lagi bersama kakak kandungku, Kak Antan. Di hutan ini ada lagi petualangan hidup yang kami alami. Di sini aku akan ceritakan kepada anda, semoga anda puas.<br /><br />*****<br /><br />Dalam perjalanan pulang dari rumah Bang Atin, kami menemukan kesulitan untuk kembali karena kami harus melawan arus sungai ke hulu. Kak Antan berpikir bahwa jika diteruskan maka kami pasti tidak akan mampu lagi, apalagi melihat kondisiku yang sudah payah dan letih setelah berobat dengan Bang Atin. Anda pasti tahu bahwa selama tiga hari tiga malam aku diobati Bang Atin, seluruh tenagaku terkuras untuk mengimbangi alat suntik Bang Atin yang begitu perkasa mengoabrak-abrik kemaluanku yang masih mungil dan kecil ini. Sehingga Kak Antan memutuskan untuk mencari pemukiman baru yang tidak jauh dari kampung itu.<br /><br />Di dekat pinggir sungai itu kami membuat dangau tempat tinggal. Kak Antan yang cekatan dengan tangkasnya hanya memerlukan waktu sebentar untuk membuat tempat tinggal kami. Akhirnya selesai sudah pembuatan satu buah dangau kecil yang akan kami tempati berdua. Dangau kami yang baru ini jauh lebih kecil dari dangau yang kami tempati dulu. Setelah malam tiba kami tidur. Kak Antan tidur seperti biasa dekat pintu sedang kan aku tidur di tepi dinding sebelahnya lagi. Kami tidur nyenyak sekali, apalagi aku yang sudah tiga malam kekurangan tidur akibat dibangunkan selalu oleh Bang Atin untuk melayani pengobatan yang dilakukannya padaku.<br /><br />Siang harinya seperti biasa Kak Antan pergi berburu dan mencari buah-buahan untuk makanan, sedangkan aku hanya menunggu di rumah sambil bekerja menyiangi sekitar rumah. Jika dulu aku sering ikut Kak Antan berburu namun sekarang Kak Antan malah melarangku ikut karena dia khawatir dengan sakitku. Begitulah kehidupan kami setelah menetap di dangau itu. Setelah seminggu tinggal di dangau itu aku mulai kembali mengingat Bang Atin. Ada rasa inginku untuk kembali dibelai dan dicumbuinya. Mungkin perasaan alamiah yang kurasakan, sehingga setiap hari aku selalu bermenung dan melamun. Keadaanku yang seperti ini diperhatikan oleh kakakku sehingga dia pun menanyakan padaku.<br /><br />"Munah, aku lihat kamu setiap hari hanya melamun saja, ada apa denganmu?" tanya Kak Antan suatu hari.<br /><br />Aku terkejut dari lamunanku dan mencoba biasa-biasa saja.<br /><br />"Aku mengingat Bang Atin, Kak. Sudah lama kita tidak berjumpa," jawabku jujur.<br />"Oo, jadi kamu mau diobati lagi sama Bang Atin? Bagaimana jika kakak saja yang mengobatimu? Kamu kan tahu apa bahan yang dibuat mengobatinya?" jawab kakakku.<br />"Ah, biar sajalah Kak," jawabku lagi.<br /><br />Akhirnya berlalu begitu saja. Suatu malam ketika kami mau tidur, Kak Antan mulai lagi membicarakan tentang pengobatan yang dilakukan oleh Bang Atin. Saat itu aku betul-betul merindukan Bang Atin, aku membayangkan bagaimana dia dengan lembutnya mengerjai epot mungilku. Aku membayangkan saat-saat kitang Bang Atin menembus epotku yang membuatku merasa nikmat yang luar biasa. Aku mengingat saat-saat kitang itu menyemprotkan cairan obatnya ke dalam epotku.<br /><br />"Akh, sungguh aku merindukanmu Bang Atin," hasratku.<br />"Munah, waktu kita di rumah Bang Atin, kakak mendengar suara ribut dari kamar pengobatanmu. Aku mendengar seperti suara rintihan kamu, apakah Bang Atin menyakiti sewaktu mengobatimu?" tanya Kak Antan.<br /><br />Aku berpikir bahwa rupanya Kak Antan tidak tidur waktu itu sehingga dia mendengar suara-suara kami.<br /><br />"Tidak, Kak. Malah Bang Atin membuat Munah merasa keenakan diobati," jawabku seenaknya.<br />"Kalau begitu, biar kakak saja yang mengobati Munah, ajarkan saja caranya!" pinta Kak Antan padaku.<br /><br />Karena sudah didesak seperti itu, maka aku pun bersedia.<br /><br />"Pertama, harus buka dulu pakaian kakak!" kataku memulai.<br />"Apa? Kok pakaian kakak yang dibuka? Yang diobati kan kamu!" bantah Kak Antan.<br />"Iya, aku juga," jawabku sambil menanggalkan pakaianku satu persatu.<br /><br />Kak Antan hanya melongo saja melihat aku sudah telanjang bulat. Rupanya dia belum pernah melihat aku telanjang bulat. Dari atas sampai ke bawah dipandangnya aku dengan mata tak berkedip.<br /><br />"Sekarang, buka pakaian kakak!" perintahku padanya. Namun dia hanya diam.<br />"Kakak sungguh mau mengobatiku? Jika ya, buka pakaian kakak!" perintahku lagi.<br /><br />Akhirnya dibukalah pakaiannya satu persatu. Aku memperhatikan dia mempreteli satu persatu kain-kainnya dalam terang cahaya lampu togok itu. Aku menunggu saat dia membuka celananya, membayangkan bentuk kitang Kak Antan, apakah masih seperti kepunyaan Bang Atin juga atau tidak. Aku sudah merindukan saat-saat benda itu menerobos epot mungilku dan mengoyak-ngoyak liangku. Aku tidak peduli lagi akan pengobatan diriku, yang kuinginkan sekarang adalah benda panjang itu mengaduk-aduk milikku.<br /><br />"Oops, ehh," ketika celananya terselak, ternyata punya Kak Antan masih lisut dan kempes, besarnya lebih sedikit dari jempol.<br />"Waduhh," pikirku.<br /><br />Aku tidak kehilangan akal, kusuruh Kak Antan memegang payudaraku seperti Bang Atin pernah lakukan padaku. Kak Antan bergerak mendekatiku dan sambil duduk dia mulai memegang payudaraku.<br /><br />"Remas, Kak!" kataku. Kak Antan mulai meremas-remasnya.<br />"Munah, rasanya kok lembut sekali? Malah enak meremasnya" kata Kak Antan.<br />"Terus saja Kak!" jawabku lagi.<br /><br />Akhirnya aku lihat kitang Bang Atin bergerak sendiri semakin membesar. Setelah ukurannya maksimal, aku perhatikan kok bentuknya membengkok ke kanan, tidak lurus seperti punya Bang Atin. Semakin ke ujung semakin membesar namun lingkaran pangkalnya cukup kecil dan ukuran panjangnya menyamai kitang Bang Atin. Aku tidak tahan lagi, segera kuraih benda itu. Namun Kak Antan terkejut dan menghindar.<br /><br />"Ehh, Munah, kamu mau apa?" tanyanya.<br />"Kak, waktu Bang Atin mengobatiku, dia menggunakan benda punyanya seperti punya Kakak itu. Namanya kitang," terangku kepadanya.<br />"Benda itulah yang menyalurkan obat ke tubuhku," jelasku lagi.<br />"Eh, kok bisa, bagaimana caranya?" tanya Kak Antan heran.<br />"Caranya akan Munah jelaskan asalkan Kakak menuruti perintahku," jawabku tak sabar.<br />"Baiklah, kakak akan menuruti" Kak Antan menyerah.<br /><br />Aku mulai berbaring telentang. Kak Antan kusuruh meremas-remas payudaraku, setelah agak lama, aku menyuruhnya menelungkup di atasku. Kucari bibirnya dan kukulum-kulum bibir Kak Antan. Bibirnya terasa dingin, namun aku merasakan kitangnya sudah terimpit di antara pahaku. Aku menyuruhnya memasukkan kitangnya ke epotku, karena aku tidak sabar lagi. Namun, dia malah tidak mengerti. Terpaksa aku bantu dengan tanganku.<br /><br />Bles, bles... Kitang kakakku mulai masuk dan dia langsung menekannya sekuatkuatnya. Sepertinya dia menemukan suatu kenikmatan baru yang belum pernah dirasakannya. Ampun! Suara nafasnya memburu seperti habis berlari jauh. Kemudian belum sempat aku menikmati permainan ini, dengan tergesa-gesa dia memaju mundurkan kitangnya dengan cepat sekali, sehingga terasa panas epotku dan tidak berapa lama kemudian crot.. crot... obatnya (air maninya) kurasakan menyemprot banyak sekali. Setelah itu dengan cepat langsung dicabutnya kitangnya tanpa menunggu rileks, sehingga menimbulkan rasa perih di epotku. Biasanya Bang Atin membiarkan dulu beberapa saat sebelum mencabutnya.<br /><br />"Akh, Dik, apa yang telah Kakak lakukan padamu?" tanyanya padaku.<br />"Kak, begitulah Bang Atin mengobatiku selama 3 hari itu. Namun Bang Atin bisa membuat Munah merasa enak karena dia melama-lamakannya." jawabku dengan kecewa.<br />"Apa kamu tidak merasa sakit?"<br />"Waktu pertama saja Kak sakitnya, setelah itu tidak lagi" jawabku.<br /><br />Kejadian itu merupakan pengalaman pertamaku dengan Kakak Antan, selanjutnya di gubuk kecil itu hampir setiap malam kami melakukannya. Aku mengajari Kakak Antan bagaimana yang telah dilakukan oleh Bang Atin. Aku menjadi ketagihan dan setiap hari aku selalu menunggu Kak Antan pulang dari berburu untuk kemudian berburu kenikmatan dengan dalih mengobatiku. Perbuatan ini kami lakukan berbulan-bulan, hingga suatu saat aku merasa ada keganjilan pada perut dan perasaanku.<br /><br />Perutku bertambah besar dan payudaraku pun semakin besar, padahal tujuan kami sebelumnya adalah mengobati agar payudaraku jangan membesar. Disamping itu ada perasaan aneh pada diriku, yaitu selalu mual-mual dan ingin muntah. Sedangkan darah yang selama ini selalu keluar setiap bulannya dari epotku sudah sembuh. Dalam kebingungan ini akhirnya kami putuskan untuk kembali menemui Bang Atin. Kembali kami ke rumah Bang Atin pada suatu sore dan menjumpai Bang Atin sedang duduk-duduk di depan rumahnya. Melihat kami datang Bang Atin terkejut dan kemudian tersenyum. Dia melirik nakal ke arahku. Aku kembali merasa denyut birahi yang dulu selalu diobati Bang Atin kembali muncul ketika melihat Bang Atin.<br /><br />"Apa kabar kalian sekarang," tanya Bang Atin.<br />"Bang, adikku bukannya sembuh tapi malah semakin bertambah penyakitnya," jawab Kak Antan gusar.<br />"Oh, itu masalahnya. Dik Antan jangan marah dulu. Nanti aku ceritakan," kata Bang Atin.<br /><br />Sore itu dijelaskanlah oleh Bang Atin, bahwa sebenarnya aku hamil karena telah melakukan suatu perkawinan antara lelaki dengan wanita. Terungkaplah di sana cerita kakakku bahwa kami pun telah melakukannya di rumah. Mendengar itu Bang Atin malah marah dan mengatakan bahwa yang kami lakukan itu terlarang karena kami bersaudara. Kak Antan menangis menyesali itu semua, namun Bang Atin mengatakan bahwa janin yang ada di perutku bukan milik Kak Antan tetapi miliknya.<br /><br />Penyelesaiannya saat itu adalah bahwa aku harus menjadi istri Bang Atin dan Kak Antan boleh tinggal di rumah itu dan nanti akan dicarikan pula istrinya. Malam itu kami tidur kembali di rumah Bang Atin. Setelah kakakku tertidur, Bang Atin dengan berbisik kemudian mengajakku ke kamarnya dan kami pun melepaskan rindu di sana. Jadilah malam itu merupakan malam kenikmatan yang tak dapat kulupakan. Mengingat aku yang hamil, maka Bang Atin memasukkan kitangnya dari belakang dan posisiku menungging. Sensasi lain yang kurasakan saat itu membuat aku menggapai orgasme berkali-kali. Akhirnya malam itu selesai juga, terobati pulalah rindu kami.<br /><br />Kehidupan kami selanjutnya dan sampai saat ini tetap bermukim di kampung itu. Aku telah menjadi istri Bang Atin dan telah mempunyai dua orang anak yang lucu sekali, keduanya perempuan. Sedangkan Kak Antan baru setahun dinikahkan dengan famili Bang Atin, saat ini istrinya sedang hamil tua. Kami selalu merahasiakan kisah kami kepada famili dan penduduk kampung.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-6571364207192246562012-01-29T05:28:00.001-08:002012-01-29T05:28:37.959-08:00Anak DarakuHai para chatters,ingin aku kongsikan pengalaman aku utk bacaan kamu semua yg suka membaca dilaman webmelayuboleh ni. Kejadian benar ini berlaku pada sesuatu ketika semasa isteri dan dua anak aku tiada dirumah. Kerja kerja terkutuk ini aku lakukan bersama anak dara remaja aku yg agak lincah sedikit, berusia 17 thn (baru habis spm). Anak ku ini memang manja dgn aku, body nya.. ah toksah cite lah, remaja meningkat naik, sais bodynya 32 28 30… Wajah nak kata cantik tu bukanlah ratu. Tapi jika pandang tentu memberahikan sesiape. Sebab itu aku terjebak dgn nafsu aku ape tah lagi aku jenis kuat sex…. Nama anak aku ni Raimah (bukan nama sebenar) aku panggil Imah saja. Untuk memendikkan ceritanya aku teruskan saja projek ini.<br /><br />Jam didinding menunjukan baru pukul 215 ptg.. hari itu aku tidak bekerja dan lepak saja. Didalam bilik.. dari dalam bilik aku dengar derauan air dari dalamnya berbunyi sayup sayup aku tahulah bahawa anak dara aku sedang mandi…. sebenarnya dari sebelum ini aku telah merancang utk melakukan sesuatu hari ini terhadap imah…. puas sudah aku mencari akal utk memulakan acara ini… kini dah berpeluang utk menjalankan perlakuan sumbang itu.<br /><br />Kini aku bangun dan menghampiri bilik air.. bilik air yng hanya bertutupkan dgn zink saja dindingnya. Aku mencari lubang kecil (sebelum ini aku telah servey terlebih dahulu). Aku meghendap dari lubang itu, aku dpt lihat kini dengan jelas bahawa imah sdg mandi berbogel yg sememangnya aku dah agak dari dulu lagi cara dia mandi.. begitulah. Waduh!tertelan air liur aku.. bahwa yg selama ini tersembunyi dapat aku lihat dengan jelas sekali.<br /><br />Aku lihat imah sdg mengosokan sabun kepada tundun pantatnya yg ditumbuhi bebulu halus meliputi kawasan tiga seginya… ahhh… matanya terkejam celik aku lihat bila memeinkan sabun dikawasan itu… tentu dia rasa stim juga, apa tidak stimnya sebelah tangannya lagi digesek diputing teteknya yg berukuran 32 tu… ape lagi batang aku mula lah menunjukan keegoannya.. mencodak dlm seluar aku tu….. lantas aku menghampiri pintu bilik air tu.. aku cuba tolak pintu itu..kut tak dikuncinya.. jika berkunci aku nekad akan mencubanya selepas imah mandi je… rupa rupanya benar sangkaan aku.. pintu itu hanya disendal dgn baldi saje.<br /><br />Degam...!!! pintu terbuka.. sekali jer aku tolak pintu itu. Imah terkejut.<br /><br />”Paa!”terlepas sabun yang dipegangnya, sungguh terkejut bila dia melihat aku mendadak masuk menghampirinya dgn tak sempat dia berbuat apa apa… Cuma sempat menutup kawasan pantatnya sikit jer… aku lihat dia terkejam,rasa malu lah tu.<br /><br />"Tulah... kenapa imah mandi bogel... pa stim tengoknya..!?” kataku.<br /><br />"Pa nak buat ape niii!!”katanya sambil memandang pada aku dan kearah seluar aku. "Kenapa pa hendap imah mandi!?”Tanya dia sambil menolak tangan aku yg cuba menyentuh aku.<br /><br />Aku tidak terus menjawab.. tapi aku terus dapat menangkap tubuhnya lalu aku memeluk imah yg berbogel tu. Ah alangkah sedapnya dapat memeluk anakdara remaja aku ni yg memang dah lama aku idamkan, baru kini hampir mendapat. Aku rapatkan tubuh imah yg meronta ronta tu kebadan aku… tundunnya betul betul tersentuh kearah btg aku yg sdg tegak… aku mula dapat mencium pipi imah yg sdg basah.. walaupun mulanya hanya sipi sipi saja, namun sejauh manalah kekuatan seorang perempuan!.. akhirnya dia terpaksa mengalah jua.<br /><br />“Kenapa pa buat imah cam ni pa!”rayunya cuba melepaskan diri.<br /><br />“Sebab Pa dah stim kan imah!!!! kataku sambil terus menciuminya. Kali ini aku dah mula dapat mencuri cium ke bibir imah yg comel tu, lalu aku mengucupinya. Imah agak kaku.. tak tau lah sama ada dia takut atau saja tidak mahu memberi respon. Namun aku dah mulai memainkan lidahku didalam rongga mulut imah! Tangan aku pula dah mula merayap kekawsan dua menara kembar nya.. aku dapat rasa kekerasaannya kerana dari tadi pun menang dia sendiri dah gesek menara tu….. aku lihat imah dah mula kelayuan kerana aku berbuat demikian.<br /><br />"Imah… please tolong pa.. keluarkan pa nye air ni..!!” bisik aku ketelinganya sambil mengigit manja cupingnya.<br /><br />"Mama kan ade….!” kata imah.<br /><br />"Mama lain lah…… sekarang ni pa nak ngan imah!!” kata aku.<br /><br />Sambil itu aku berterusan mengomoli seluruh badannya dari atas kebawah. Tapi yang menghairankan aku, dia dah tidak lagi cubamelawan. Bahkan dia hanya membekukan dirinya apabila aku memperlakukan begitu. Akumula beranggapan yang dia pun dah terasa seronok dengan kenakalan tangan ku.<br /><br />Dengan penuh yakin aku pun menjilati lubang sempit di kangkang imah.. aku selak lubang tu dan nampaklah seketul mutiara yg dijaga rapi selama ini.. aku menjilatnya dgn sepuas2 hati kerana tak lama lagi kesucian akan tercermar. Imah mengeliat sambil merintih kesedapan. Tangannya mengusap usap rambut ku. Bila aku terpikir dah ada respon dari imah, aku semakin ganas bermaharajalela di serata dipantat imah! Tak lama kemudian secara tiba tiba saja imah bersuara.<br /><br />”Paaa…. mari imah bantu keluarkan air pa! Imah sanggup tolong lancapkan.” Imah serupa bertanya.<br /><br />”Ermmmmm...” kata ku sambil bertindak membogelkan diri ku sendiri….<br />"Pa! Besarnya pa... panjang nya... ieee geli imah tengok!” terbeliak mata imah bila terpandang batang aku yg berdiri tegak menghala keatas….namun aku hanya tersenyum.<br /><br />"Tapi... tap pa lah... cepat pa... biar imah lancapkan pa!”katanya.<br />”Pa punya ni manalah puas kalau imah lancap jer...! Pa nak buat macam pa dengan mama tu...!”kata aku.<br />”Ha... arr... tak... ish... nanti kalau mama tau.... mampus imah!”katanya.<br />”Ala sayang.... perkara tu pandailah pa handle nanti...” Imah kelihatan ternyanga kerana dah kebuntuan untuk meneruskan hujah.<br /><br />Aku menarik imah kearahku dan mencangkungkan dia didepan aku,imah kaku kerna tak tau nak disuruh buat apa olih ku… aku terus menonjolkan btg aku yg 6 1/2in panjang 31/2lilitan besarnya kearah mulut imah yg aku lihat sdg mula terbuka tu…. mula mula imah mengelengkan kepalanya tak setuju dia disuruh berbuat begitu.. tetapi bila sudah berkali dipaksa begitu maka akhirnya batang aku terkulum juga didalam mulutnya.<br /><br />"Arghhhhh….. urghhhh…Sedapnya sayang! Lagiiii!” aku dah tak leh tahan kuluman mulut yg ngam ngam sempit dengan ukuran batang aku tu.. aku dapat rasakan kepala batang aku dah melampaui anak tekak imah. Kesian gak aku lihat imah tersekat sekat nafasnya kerana terpaksa menampung kehadiran batang aku dalam mulutnya.<br /><br />"Imah bangun sayang! Tak selesa disini.. kita masuk bilik ye sayang!” kata ku sambil melepaskan batang aku dari mulutnya. Dia nampaknya menurut saja. Matanya dah mulai kekuyuan. Aku tau yang imah juga dah dicengkami hasutan berahi setelah apa yang ku perlakukan tadi. Lebih lebih lagi bila mana itulah pengalaman pertamanya.<br /><br />Tubuh bogel imah ku dukongi dengan penuh kasih sayang. Dia kelihatan keliru menantikan hala tempat yang hendak ku bawanya. Aku bergerak memasuki bilik tidur ku, dan membaringkan imah diatas katil. Dengan wajah yang serba kerisauan imah memandang aku.<br /><br />"Kenapa pandang papa cam tu” aku cuba tanya dia.<br /><br />"Pa... please jangan pekenakan imah dengan benda tu...! Besar sangat... imah takut!” katanya sambil menuding telunjuk ke arah batang aku sedang keras terpacak didepan matanya. Bertambah geram aku apabila dia berkata begitu hinggakan berdenyut denyut batang aku dibuatnya.<br /><br />"Sakit pun tak per lah sayang! Kalau tak dengan pa.... lambat laun orang lain lak yang pekena kat imah... lebih baik pa jer yang buat sebab pa lebih tau... jadi taklah sakit sangat..." pujuk aku.<br /><br />"Napa pa nak buat imah cam ni! Arrr... imah tak nak.... please pa... jangan rosakkan imah... ” beriya iya dia merayu pada ku. Bukan sahaja aku bersikap tak mengendahkan rayuannya, malahan aku dah mula mencetuskan sentuhan asmara. Mulut imah menjadi sasaran lidah ku, manakala teteknya pula menjadi permainan jari jemari ku. Imah mengeliat liar hasil dari kesan rangsangan dengan tindakan ku itu<br /><br />"Pa… paaa… arghhhh… oooo sedapnya pa...!” Secara sepontan imah melepaskan keluhan nikmat apabila kedua dua sembulan puting menaranya itu ku jilati bersileh ganti. Tangannya pula dah mula menggengam batang papanya. Diusapnya keatas dan kebawah. Sentuhan jari jari lembutnya itu sungguh menyedapkan.<br /><br />Aku mulai rasa dah tak boleh bertangguh lagi untuk memantat imah. Cepat cepat aku bercelapak di celah kangkangnya. Tindakan pantas itu ku lakukan semasa imah sedang leka melayani hurungan onak berahi. Raut wajahnya tak sedikit pun menunjukkan tanda tanda dia menyedari yang batang papanya dah pun terselit kemas dicelahan pintu masuk cipapnya.<br />"Imah sayang... buka kangkang imah ni luas luas... senang pa nak jolok cipap imah" ujarku sambil menciumnya dengan penuh kasih sayang.<br />”Ha... oooo ampun pa.... ja... jangan masuk pa punya tu... imah tanaklah pa.. sa... sakit nanti..!" bagaikan nak menanggis imah merayu.<br /><br />Walau pun aku hanya diam membisu, namun dapat ku rasakan kebecakkan dipersekitaran alur pantat imah. Patutlah tadi dia nampak begitu lain macam hayalnya. Rupanya masa tu imah sedang mengalami klimak. Dengan itu pastilah aku yang pelicin kat pantatnya dah agak cukup lumayan. Itu juga bermakna masanya dah tiba untuk memulakan upacara memecahkan dara imah.<br /><br />Aku selakkan kedua punggung imah.. terkangkang kini… Imah terkejam atau sengaja mengejamkan matanya (mungkin kerana ketakutan), aku menghalakan kepala batang aku betul betul kelubang yg hendak dituju… ah sempitnya…. sekali tak masuk… dua pun masih lagi tak masuk… Lepas tu ni aku nekad dan terus menekannya agak kuat.<br /><br />"Sakit….ah! Sakiiiit pa!!!”… Rupa rupanya batang aku dah pun masuk separas lepas kepala takuknya.. sebab itulah imah menjerit bila lubang comelnya tu dah mula diterokai oleh batang sebesar itu… Aku hentikan jolokan buat seketika… Aku cium kedua pipi imah untuk memesongkan tumpuan imah supaya melekai kesakitan. Kesempatan dari keadaannya itu, aku pun teruskan kerja membenamkan batang aku hingga habis kepangkal. Sempena itu jugalah Imah lantang menjerit kesakitan dengan iringan esak tangis bagai anak kecil yang dicubit cubit.<br /><br />Aku mendiamkan diri sebentar kerna aku tahu masa itulah daranya telahpun musnah…. Walaupun Imah agak lincah orangnya, namun sebelum ni dia begitu rapi memelihara mahkota yang bakal dijadikan hadiah paling istimewa buat seorang lelaki yang bergelar suami... Tapi ternyata segala hajat imah itu tidak akan kesampaian... kini benteng perawannya dah pun luluh musnah diruntuhkan dek lelaki yang dipanggilnya sebagai papa….<br /><br />Lama kelamaan aku lihat air imah dah mula membasahi batang aku. Imah juga nampaknya dah semakin tenang dan dah boleh menerima hakikat akan kehadiran batang papanya yang tersumbat di dalam lubang pantatnya. Aku memulakan hayunan secara slow motion…. Selepas beberapa ketika kemudian barulah aku melajukan sikit acara jolok menjolok tu sebab kepitan dan kemutan pantat imah membuatkan air aku dah rasa amat nak terkeluar…<br /><br />"Imah.. sedapnya lubang sayang ni …. Imah naikkan ke atas sikit punggung imah ni…. pa dah tak lih tahan lama... papa nak lepaskan geram dengan sepower powernya.... Ohhh... Arrrhh... dah nak keluar sangat air ni yanggg....!" aku mengerang sambil kemas membenamkan sepanjang panjang batang ku ke dalam pantat imah.<br />"Ha... air papa tu nak bubuh kat dalam ke...? Janganla pa... jadi baby nanti...!” Dalam pada dia berkata begitu.. aku pun terpancutlah air aku…<br /><br />"Criitttttt….critttttt…criiittttttt…." Bukan saja pekat dan kencang, bahkan terasa amat banyak sekali pancutan air ku masa tu. Segenap ruang di dalam pantat imah mulai dipenuhi banjiran air mani papanya sendiri.<br /><br />"Arghhhhhhh… imahhhhh… syggggg! Ieee.. sedapnya pantat imah niiii!” kataku dalam pada batang ku masih lagi memerah sisa sisa kenikmatan berkubang di dalam pantat imah...<br /><br />Ternyata aku tidak hanya bertepuk sebelah tangan, apabila aku masih dapat merasakan pantat imah juga mengemut gemut batang aku untuk menghirup saki baki air aku..<br />Ah... memang sedap pantat Ima.... anak dara remajaku yang baru saja ku lucutkan gelaran daranya. Aku biarkan dia terbaring mengangkang di atas katil ku. Matanya semakin ku dan tak lama kemudian dia terus terlena keletihan.<br /><br />Di atas keputihan cadar tilam tu jelas berpeta tompok tompok kemerah yang secara tradisinya menjadi bukti kesahihan pemecahan dara seorang perawan. Alur pantat imah juga kelihatan agak tenggelam dikubangi cecair yang serba pekat memutih.<br />Akhirnya aku juga turut keletihan dan terlena diatas tubuh anak aku sendiri… ima…<br />Akan bersambung lagi part-2, bilamana aku sedang memantat bini aku, imah masuk ke bilik aku dan.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-20939345994258866022012-01-29T05:27:00.001-08:002012-01-29T05:27:32.819-08:00BabyBaby adalah panggilan manja bekas kekasihku. Kami berdua kerap kali<br />menikmati persetubuhan bersama. Aku sememangnya teramat geram dengan<br />Baby kerana dia mempunyai tubuh yang amat montok sekali. Buah dadanya<br />kecil dan comel seperti buah dada budak sekolah tetapi bontot Baby<br />lebar dan peha dia gebu dan bersih seperti gadis yang telah subur. Itu<br />yang membuatkan aku selalu geram padanya. Ketika dia di rumah, dia<br />sentiasa berbogel kerana lebih selesa lagi pun cuaca agak panas ketika<br />itu. Mama dan ayah dia tidak kisah walaupun Baby telah berusia belasan<br />tahun. Malah ayahnya lebih suka kalau anak daranya itu tidak berpakaian<br />di rumah kerana dia juga berahi dengan bentuk tubuh Baby yang gebu dan<br />subur itu.<br /><br /><br />Pada satu ketika dia berkemban setelah selesai mandi untuk<br />menuju ke biliknya, tuala kemban Baby terlondeh betul-betul di hadapan<br />ayahnya yang ketika itu menonton bersama Mamanya dan adik-adiknya di<br />ruang tengah. Bayangkanlah kegebuan tubuh subur belasan tahun Baby<br />terserlah di depan mata ayahnya. Apatah lagi ketika itu tubuhnya amat<br />gebu kerana baru sudah mandi.<br /><br /><br />Baby lalu mencapai tualanya lalu berlari masuk ke dalam biliknya tetapi<br />belum sempat dia menutup pintu ayahnya menahan dan masuk bersama-sama<br />Baby. Tanpa berkata-apa ayahnya menolak lembut tubuh bogel Baby ke atas<br />katil lalu Baby tertiarap menampakkan belahan bontotnya yang gebu dan<br />tembam itu. Bibir pantat Baby kelihatan sedikit merekah menampakkan<br />saluran pembiakan gadis subur itu. Tanpa dapat mengawal nafsu lagi,<br />ayah Baby lalu memeluk bontot gemuk anaknya yang sudah sedia<br />tertonggeng itu. Baby tidak melawan kerana dia sangka ayahnya berbuat<br />begitu kerana ayahnya itu terlalu sayangkan dia. Sememangnya Baby amat<br />manja dengan ayah dan Mamanya. Ayahnya lalu menyingkap kain pelikat<br />yang dipakai lalu memegang dan mengarahkan kepala zakar yang besar itu<br />ke arah bibir pantat anak gadisnya. Sambil itu dia berkali-kali berkata<br />dia sayangkan Baby. Bontot sudah membuka, pantat sudah merekah alurnya,<br />dan zakar durjana itu disumbatkan perlahan-lahan memasuki belahan<br />bontot yang subur dan matang itu. Ia tidaklah begitu sukar kerana<br />sebelum itu Baby telahpun biasa disetubuhi oleh aku.<br /><br /><br />Terjerit ayahnya kerana kenikmatan merasai keenakan tubuh anak gadisnya<br />itu. Jeritan nikmat itu telah mengejutkan Mama dan adik-adik Baby lalu<br />mereka bergegas ke bilik itu. Apa yang mereka lihat sungguh tidak<br />disangka. Kelihatan Baby sedang tertonggeng dengan tinggi sambil<br />merengek-rengek manja manakala ayahnya pula sedang begitu bernafsu<br />meratah punggung Baby yang subur dan berlemak itu. Zakar besar Pak<br />Samad kelihatan berlendir-lendir menjolok-jolok ke dalam punggung Baby<br />dengan rakus. Kehadiran Puan Kamariah tidak dipedulikan Pak Samad<br />kerana tubuh anak gadisnya jauh lebih enak daripada tubuh isterinya<br />manakala Puan Kamariah hanya tergamam melihat suaminya begitu bernafsu<br />cuba untuk membuntingkan anak gadisnya sendiri. Setelah menjamah dengan<br />puas tibalah masanya untuk Pak Samad memuntahkan benih maninya. Dengan<br />mesra dia memeluk erat bontot montok Baby lalu berbisik kepadanya "Kak<br />Long tadah ya Kak Long... Ayah nak taburkan benih pekat ayah dalam<br />bontot Kak Long...". Baby merengek manja "Mancut ayah... Ceratkan mani<br />ayah pekat-pekat dalam pantat Kak Long...".<br /><br /><br />Ayah Baby menyondol pantat subur gadis manja itu semahu-mahunya<br />sehingga anak gadis remajanya itu terkencing-kencing di atas tilam.<br />Bayangkanlah kecomelan gadis itu yang sedang menonggeng tinggi sambil<br />pantat remajanya memancutkan air kencing dengan banyak. Mama dan<br />adik-adik Baby masih tergamam melihatkan tubuh anak gadis sulungnya itu<br />diratah tanpa belas kasihan oleh ayahnya sendiri.<br /><br /><br />Serentak dengan itu, dengan disaksikan oleh Mama dan adik-adik Baby,<br />ayahnya memancutkan sepuas-puasnya benih jantan yang pekat dan banyak<br />ke dalam tubuh subur Baby yang sedia untuk dibuntingkan itu.<br />Tersengguk-sengguk zakarnya merasai kenikmatan memancut benih ke dalam<br />tubuh anak gadisnya sendiri. Benih pekat yang memutih itu meleleh<br />dengan nikmat ke dalam saluran pembiakan Baby untuk bercantum dengan<br />telur di dalam rahim subur Baby. Kelazatan bersetubuh sebegitu rupa<br />pasti yang membuntingkan gadis sesubur Baby. Semenjak daripada kejadian<br />itulah Baby sentiasa berbogel di rumah. Malah sekali-sekala dia berani<br />juga berbogel sambil menyidai pakaian atau menyapu halaman rumah.<br />Budak-budak bujang yang duduk berjiran dengan Baby memang selalu<br />mengintip setiap inci tubuh segar itu sambil melancap. Sambil itu<br />mereka juga menyimpan dendam untuk merogol Baby beramai-ramai. Mereka<br />tidak sabar untuk menjolok bontot tembam yang mereka intip setiap hari<br />itu. Mereka tidak sabar untuk merasai nikmat untuk memancut<br />sepuas-puasnya dalam tubuh yang ranum dan subur itu.<br /><br /><br />Aku juga tahu bahawa Baby pernah disetubuhi sebelum aku. Ketika itu dia<br />berumur 14 tahun dan berada di tingkatan dua. Aku tahu dia pernah<br />belajar bercinta dengan rakan sekolahnya tetapi pada asalnya aku tidak<br />tahu budak itu sempat menikmati tubuh muda Baby. Kata Baby kepada aku,<br />dia dijamah sebelum budak itu pergi ke luar negeri. Aku pernah<br />terfikir, betapa bertuahnya budak itu kerana dapat menikmati tubuh<br />segar Baby. Aku dapat bayangkan budak itu mendengus keenakan ketika<br />memancutkan keputihan benih pekatnya ke dalam pantat muda Baby ketika<br />itu. Tentu tubuhnya kejang untuk mencerat dengan deras dan banyak ke<br />dalam rongga pantat Baby yang segar dan ranum itu. Mana tidaknya, tubuh<br />budak sekolah berusia 14 tahun, tentu manis dan enak rasanya. Aku rasa<br />budak itu tentu menjerit kenikmatan sewaktu benih jantannya mencerat<br />dengan pekat ke dalam bontot matang Baby dan Baby pula mesti<br />menonggengkan duburnya setinggi mungkin untuk membenarkan benih pekat<br />itu masuk jauh ke dalam rahimnya. Kata Baby dia cintakan budak itu dan<br />sebab itulah dia menghadiahkan keenakan tubuh segarnya untuk<br />disetubuhi.<br /><br /><br />Malah Baby telah merelakan tubuhnya diratah setiap hari oleh budak itu<br />dengan harapan supaya dia dibuntingkan sebab Baby tahu membuntingkan<br />gadis adalah perkara yang paling nikmat sekali. Aku dapat bayangkan<br />Baby telah membiarkan dubur segarnya di jamah oleh budak itu atas<br />alasan cinta. Alangkah bertuahnya budak lelaki itu. Menurut Baby,<br />semenjak dia berpisah dengan aku, tubuh montoknya telah menjadi rebutan<br />ramai. Malah coursemates dia selalu berebut untuk keluar dengan dia<br />dengan harapan supaya Baby berjaya dipujuk untuk dinikmati. Aku pernah<br />bertanya samada kekasihnya selepas aku berjaya meratah tubuh dia.<br /><br /><br />"Tentu sekali!" Jawabnya. Baby bercerita bahawa lelaki itu merengek<br />meminta untuk menikmati keenakan dubur Baby hampir setiap hari. Kata<br />Baby, dia pernah bersetubuh dengan lelaki itu semasa dia masih lagi<br />bersama aku. Ketika itu aku berada di London dan dia sering keluar<br />bersama lelaki ini. Pada satu ketika lelaki ini membawa Baby balik ke<br />rumahnya lalu dia disetubuhi seramai empat lelaki di rumah kekasih<br />barunya itu. Baby kata setiap lelaki yang menyetubuhinya ketika itu<br />memancut sambil menjerit-jerit kenikmatan.<br /><br /><br />Mereka kata Baby lah gadis Melayu yang paling enak dan lazat yang<br />pernah mereka jamah. Aku percaya kerana sememangnya tubuh Baby sangat<br />enak ketika disetubuhi. Semua lelaki itu telah memancut pekat dan<br />banyak sebab mereka terlalu geram dengan belahan dubur Baby yang<br />kelihatan begitu tembam dan berlemak itu. Baby mempunyai bentuk tubuh<br />yang pastinya menjadi idaman setiap lelaki. Bontot dia lebar dan padat,<br />cukup ranum dan matang serta subur. Peha Baby padat dan gebu dan yang<br />paling cantik adalah betis dia yang putih bersih dan tembam. Paling<br />seronok kalau Baby memakai seluar pendek. Pasti mencanak zakar setiap<br />lelaki kalau melihat dia. Pengalaman menikmati tubuh seenak tubuh Baby<br />pasti tidak pernah aku lupakan. Walaupun aku telah berkahwin, rengekan<br />manja Baby setiap kali zakar aku menjolok masuk jauh ke dalam cipapnya<br />masih lagi terdengar di telingaku. Baby adalah gadis yang sangat manja.<br />Kemanjaan itulah yang pasti gagal ditolak oleh setiap lelaki untuk<br />meratah tubuhnya. Kemanjaan itu jugalah yang membuat aku terlalu geram<br />pada satu ketika lalu aku telah berjaya membuntingkan Baby.<br /><br /><br />Pancutan mani yang aku rasakan ketika membuntingkan dia adalah yang<br />paling enak yang pernah aku rasa. Penzinaan kami ketika itu telah<br />sempurna. Tubuh subur yang disertakan dengan dubur yang lazat telah<br />mencantumkan benih pekat aku bersama telur matang dia. Itu adalah<br />kemuncak nikmat dunia. Pada ketika itu setan-setan telah menyeru supaya<br />aku membuntingkan gadis itu kerana kedudukan bontot Baby yang ketika<br />itu menonggeng dengan tinggi sekali malah ketika itu dia sedang cukup<br />subur dan matang. Aku memeluk dubur tembam dia dengan erat lalu meminta<br />untuk memancut. Dia menganggukkan kepalanya lemah lalu melentikkan<br />bontot lebarnya setinggi mungkin supaya zakarku terbenam<br />sedalam-dalamnya. Ketika itu juga dia telah membuka belahan duburnya<br />supaya benih maniku boleh meleleh dan bertakung di dalam tanpa<br />tertumpah sedikit pun.<br /><br /><br />Aroma cipap dan duburnya sungguh menyelerakan dan membuatkan buah<br />zakarku menghasilkan benih mani dengan begitu banyak dan pekat sekali.<br />Pada ketika zakarku hampir sekali untuk meceratkan benih pekat yang<br />berlumba-lumba untuk memancut keluar, Baby merengek manja dan merayu<br />supaya dia dibuntingkan. Dia sempat mengugut aku kerana katanya dia<br />akan dibuntingkan dengan benih lelaki lain kalau aku sendiri tidak<br />mengambil peluang itu. Peluang ini tidak aku persiakan lalu aku<br />menyantakkan zakarku sedalam-dalamnya dan sambil aku mendengus dan<br />menggigil, benih maniku mencerat-cerat keluar melalui kepala zakarku<br />dengan deras terus ke dalam rongga cipap Baby yang sedang menadah<br />dengan setianya. Keenakan yang aku nikmati tiada taranya lalu aku<br />terjerit kenikmatan.<br /><br /><br />Baby juga menjerit-jerit dengan kuat sekali<br />memaksa aku mengepam habis air maniku ke dalam cipapnya. Maniku meleleh<br />dengan begitu pekat dan banyak sekali sehingga aku menggigil-gigil dan<br />air liurku meleleh ke atas belakang Baby yang masih lagi<br />menonggeng-nonggeng. Aku rasa ada sekurang-kurangnya 10 das pancutan<br />aku lepaskan ke dalam dubur yang ranum subur itu. Rongga cipap Baby<br />tidak mampu untuk menampung air benih aku yang begitu banyak itu lalu<br />ia meleleh perlahan-lahan melalui alur belahan duburnya. Setelah habis<br />air maniku dipancutkan Baby dengan rakus menarik keluar zakarku lalu<br />menyonyot saki-baki air mani yang masih ada. Raut wajahnya seperti<br />meminta simpati supaya aku mengeluarkan lebih banyak air mani untuk<br />dihisap dan ditelan. Buah zakarku diusap-usap lembut untuk melepaskan<br />titisan benih terakhir. Selepas itu zakarku dimasukkan semula ke dalam<br />bontotnya dan kami tertidur kepuasan sambil berbogel.<br /><br /><br />Banyak sebenarnya yang hendak aku ceritakan tentang pengalaman<br />persetubuhan Baby. Aku sebenarnya masih terasa sakit hati sebab<br />ditinggalkan dia. Mana tidaknya, aku masih belum puas menikmati<br />keenakan tubuh dia. Kita boleh rasa kesuburan tubuh dia, terutama<br />sekali di bahagian bontot dia. Rasanya sungguh enak dan berlemak. Kalau<br />tidak cukup hebat, memang cepat terpancut disebabkan kelazatan rongga<br />cipap dan dubur dia. Satu lagi perkara, Baby memang cukup comel kalau<br />bertelanjang bulat. Bahagian cipapnya berbulu lebat disebabkan dia<br />tidak pernah mencukur cipapnya selama ini. Itulah salah satu tanda<br />bahawa kemaluannya sudah cukup matang untuk dijamah dan rahimnya sudah<br />cukup subur untuk dibuntingkan. Lubang duburnya pula sangat kecil dan<br />sempit. Amat sukar untuk menembusi lubang itu tetapi jika sudah<br />termasuk ke dalam, terasa sangat keenakannya.<br /><br /><br />Bayangkanlah kenikmatan yang Syamsul pernah rasa ketika menjamah Baby<br />semasa dia masih bersekolah. Tentu Syamsul menyesal berpisah dengan<br />Baby yang akhirnya jatuh ke tangan aku. Tetapi aku tahu Baby pernah<br />bersetubuh dengan Syamsul semasa dia sudah menjadi awek aku ketika<br />lelaki itu balik bercuti. Menurut Baby Syamsul mencari dia di rumah dan<br />mengajak dia keluar. Aku masih di London ketika itu. Ketika berada di<br />hotel, Syamsul telah memujuk dia dengan kata-kata manis untuk mencari<br />jalan merasai keenakan tubuh Baby. Seperti biasa, Baby yang manja<br />mengikut saja kata-kata lelaki itu lalu dia disetubuhi ketika itu juga<br />di hadapan emak Syamsul. Baby sampai hati menceritakan betapa Syamsul<br />memancut kepuasan apabila bersetubuh dengan dia. Malah emak Syamsul<br />sanggup meramas-ramas punggung anaknya supaya pancutan benih anaknya<br />itu deras dan pekat ke dalam tubuh montok Baby.<br /><br /><br />Kata Baby, Syamsul memilih supaya dia menonggengkan duburnya setinggi<br />mungkin untuk melakukan ceratan benih maninya. Apabila dubur ranum Baby<br />telah terbuka luas, ketika itulah Syamsul melakukan jolokan yang paling<br />dalam untuk merasai kemanisan memancut di dalam dubur seorang gadis<br />yang cukup matang dan subur. Bukan Syamsul sahaja yang berjaya meratah<br />belahan bontot bekas awek aku ini. Selain daripada ayahnya, adik-adik<br />lelaki Baby juga tidak berupaya menahan nafsu jantan mereka yang<br />bergelora setiap kali mereka melihat kegebuan tubuh kakak mereka yang<br />sentiasa bertelanjang bulat di rumah. Mana tidak, Fahriz dan Fazrul<br />sentiasa dipaparkan dengan pandangan yang sangat menyelerakan setiap<br />kali mereka berada di rumah. Bila mereka ke dapur, mereka lihat kakak<br />mereka memasak sambil berbogel. Apabila mereka ke tandas, mereka lihat<br />Baby sedang kencing.<br /><br /><br />Mana tidak menegang zakar mereka bila terpandang cipap kakak mereka<br />sendiri sedang memancutkan air kencing atau melihat punggung kakak<br />mereka sendiri bergoyang-goyang ketika sedang mengacau sesuatu dalam<br />kuali ketika memasak di dapur. Aku rasa mereka juga mesti pernah<br />terlihat aku dan kakak mereka melakukan persetubuhan di rumah mereka.<br />Baby bercerita, pada satu ketika sedang dia meniarap sambil berbogel di<br />dalam bilik membaca majalah, Fahriz datang dan tanpa berkata apa-apa<br />terus menyumbatkan batang zakarnya ke dalam belahan bontotnya. Baby<br />agak terkejut tetapi dia juga memahami gelodak nafsu Fahriz selama ini.<br />Tusukan Fahriz telah membawa zakarnya jauh ke dalam bontot Baby untuk<br />merasai keenakan rongga duburnya. Zakarnya termasuk sehingga ke pangkal<br />dan Fahriz terjelepuk sambil menggigil menahan kenikmatan yang<br />dirasainya.<br /><br /><br />Baby berasa kasihan dengan kerakusan Fahriz yang tidak berpengalaman<br />itu lalu mententeramkan adiknya "Fahriz... Sabar... Jamah tubuh Kak<br />Long perlahan-lahan sampai puas ya...". Nasihat kakaknya tidak<br />diendahkan. Keenakan yang dirasai melampau-lampau. Bontot gemuk yang<br />tertonggeng itu disontot dengan rakus dan dalam. Baby hanya<br />merengek-rengek manja sambil adiknya itu terjolok-jolok ke dalam<br />bontotnya sambil menjerit-jerit kenikmatan "Kak Long! Kak Long! Enaknya<br />bontot gemuk Kak Long! Fahriz nak pancut dalam!". Apabila mendengar<br />rayuan nikmat Fahriz, Baby melentikkan duburnya ke atas dan itu<br />membenarkan zakar Fahriz tertusuk jauh ke dalam rongga duburnya yang<br />enak dan hangat itu. Telur Fahriz terasa berdenyut-denyut mengepam<br />benih mani untuk dipancutkan ke dalam dubur subur dan ranum kakaknya<br />sendiri.<br /><br /><br />Akhirnya benih jantan yang pekat itu membuak-buak dengan banyak dan<br />deras sekali ke dalam dubur kakaknya sambil dia mendengus-dengus<br />keenakan. Akhirnya dia terjelepuk sambil memeluk erat tubuh bogel kakak<br />kesayangannya. Bagi Fazrul pula, pengalaman menikmati keenakan tubuh<br />kakak sendiri pasti tidak akan dapat dilupakan sepanjang hayatnya.<br />Apatah lagi itulah kali pertama dia merasai kenikmatan bersetubuh dan<br />yang pertama kali itulah dia telah merasa tubuh seorang gadis Melayu<br />yang paling enak dan lazat sekali iaitu kakaknya sendiri! Ketika itu<br />Baby sedang duduk mencangkung di dalam tandas untuk kencing. Fazrul<br />masuk ke dapur dan terlihat tubuh montok kakaknya dari belakang lalu<br />zakarnya mencanak keras.<br /><br /><br />Dia tidak dapat mengawal nafsunya lalu<br />membogelkan diri sendiri dan masuk ke dalam tandas. Dia juga<br />mencangkung di belakang kakaknya lalu cuba untuk menjolok bontot<br />kakaknya dari belakang. Baby yang mengetahui Fazrul ada di situ untuk<br />melakukan persetubuhan menonggengkan lagi duburnya supaya lebih mudah<br />dijolok. Akhirnya zakar bertuah itu berjaya memasuki rongga dubur Baby<br />yang sedikit terbuka. Air kencing Baby yang bercampur dengan air mazi<br />Fazrul memudahkan zakarnya yang tidak berapa besar itu memasuki rongga<br />dubur yang hangat itu sehingga ke pangkal. Sambil Baby kencing dengan<br />banyak sambil itulah Fazrul tersengguk-sengguk merasai kenikmatan<br />menjolok dubur gadis yang subur itu. Terjerit-jerit budak sekolah itu<br />kerana batang zakarnya dikepit dengan kemas oleh belahan bontot<br />kakaknya yang padat dan lebar itu. Sebentar saja maka air mani pertama<br />Fazrul mencerat-cerat keluar daripada zakarnya terus ke dalam lubang<br />najis kakaknya itu. Terketar-ketar dia merasai keenakan pancutan<br />benihnya yang amat banyak tadi. Baby hanya tersenyum<br /><br /><br />Pernah sekali aku bersetubuh dengan Baby disaksikan oleh ahli<br />keluarganya. Ketika itu Mama Baby telah mengajak aku datang ke rumah<br />tanpa sebab kenapa. Sesampainya aku ke rumah Baby, Mamanya terus<br />menarik aku supaya dekat kepadanya sambil aku tertanya-tanya. Puan<br />Kamariah terus membogelkan aku dan mengusap-usap zakar aku dengan<br />lembut. Aku hanya membiarkan sahaja dan zakar aku telah menjadi tegang<br />dengan begitu cepat sekali. Selepas itu dia mengulum zakar aku dengan<br />rakus sehingga berdenyut-denyut rasanya. Pak Samad hanya membiarkan<br />sahaja isterinya berbuat begitu. Serba-salah juga aku dibuatnya.<br /><br /><br />Akhirnya Puan Kamariah memberitahu aku sebab dia mengajak aku datang.<br />Katanya dia ada hadiah untuk aku. Hadiah itu adalah anaknya sendiri -<br />Baby! Katanya, dia mahu sangat melihat aku membuntingkan anaknya.<br />Sejurus itu Baby pun keluar ke ruang tamu sambil berbogel dalam keadaan<br />yang paling segar dan gebu sekali. Tentu Baby tengah subur dan matang<br />fikirku. Serta-merta zakar aku tersengguk-sengguk dan dengan<br />serta-merta aku memeluk Baby dan meniarapkannya di atas tilam yang<br />sudah tersedia di ruang tamu itu.<br /><br /><br />Dengan rakus aku membuka belahan bontot montoknya itu lalu aku<br />menyumbatkan zakar aku sedalam-dalamnya. Ayah dan Mama Baby hanya<br />tersenyum melihatkan gelagat aku yang rakus itu. Mereka datang hampir<br />kepada kami yang sedang enak bersetubuh untuk melihat dengan lebih<br />dekat lagi bagaimana bontot anak gadis mereka membuka luas untuk<br />kemasukan batang zakarku. Aku menjolok bontot lebar Baby dengan dalam<br />dan perlahan. Sambil itu kami berdua mendengus-dengus keenakan. Lendir<br />Baby meleleh-leleh keluar menyebabkan zakar aku melekit-lekit. Mama<br />Baby pula meramas-ramas punggung aku supaya aku dapat memancut dengan<br />deras dan banyak nanti. Dia juga tidak henti-henti merayu aku supaya<br />membunting anak gadis dia yang sedang ranum dan subur itu. Pelukan aku<br />pada tubuh montok Baby semakin erat. Kenikmatan yang aku rasa semakin<br />sampai ke kemuncak. Air mani aku mula berebut-rebut untuk diceratkan ke<br />dalam rongga cipap yang lembut dan berlendir itu. Telur-telur di dalam<br />rahim Baby sudah bersedia menanti kehadiran benih jantan aku untuk<br />bercantum lalu menjadi bayi.<br /><br /><br />Air liur aku meleleh-leleh keluar menandakan keenakan yang tiada<br />tandingannya. Manis, enak, lazat, berlemak sungguh rasanya bontot gadis<br />subur ini. Akhirnya, dengan jolokan yang amat dalam dan dengan jeritan<br />yang amat kuat daripada mulutku, aku memuntahkan benih-benih jantan<br />yang amat pekat dan banyak ke dalam bontot tembam Baby.<br />Tertonggeng-tonggeng Baby menerima pancutan-pancutan deras air maniku<br />ke dalam rongga pantatnya. Kejang seluruh tubuhku untuk mencerat terus<br />ke dalam rahim subur Baby. Ketika itu Mama dan ayah Baby tersenyum<br />kepuasan melihatkan rahim anak gadis mereka telah dipenuhi dengan<br />benihku. Membuak-buak keputihan benih jantan yang subur oleh kerana<br />terlalu banyak. Aku tidak berhenti lalu meneruskan asakan-asakan nikmat<br />ke dalam dubur matang Baby pula. Kami akhirnya tertidur di situ dengan<br />kepuasan. Aku masih tidak tahu siapa yang dapat bersama Baby sekarang<br />ini. Apa yang aku tahu, mana-mana lelaki yang dapat bersama Baby pasti<br />akan dapat merasai nikmat persetubuhan dengan seorang gadis Melayu yang<br />sangat subur dan matang.<br /><br /><br />Setahu aku selepas Bob dia telah bersetubuh dengan Ramzul, rakan<br />sekelasnya daripada sekolahnya dulu. Ramzul memang telah lama<br />mengidamkan Baby. Kasihan Bob, tentu dia belum cukup puas menikmati<br />keenakan tubuh Baby. Menurut cerita, Ramzul telah dapat membelasah Bob<br />semata-mata untuk merampas Baby. Bob telah dibelasah di hadapan mata<br />Baby. Setelah berjaya 'memenangi' Baby, Ramzul terus membawa Baby pergi<br />dari situ untuk menikmati 'hadiah' kemenangannya. Bob hanya dapat<br />melihat aweknya dibawa oleh Ramzul pergi tetapi akhirnya dia membuat<br />keputusan untuk mengekori mereka berdua. Ramzul telah membawa Baby<br />pergi ke satu hotel dengan niat untuk menyetubuhi Baby sepuas-puasnya.<br />Baby pula dengan rela membiarkan Ramzul berbuat apa-apa sahaja<br />kepadanya. Sesampainya mereka ke dalam bilik, Ramzul telah dengan rakus<br />mengoyakkan baju dan membuka seluar Baby sehingga gadis itu terbogel.<br /><br /><br />Dia sudah tidak dapat mengawal nafsunya yang ditahan semenjak dia<br />terlihat Baby mandi bogel semasa perkhemahan sekolah dulu.<br />Dia telah menahan gelodak nafsunya dan hanya dapat memuaskan serakahnya<br />dengan melancap sambil membayangkan tubuh montok Baby. Mereka berdua<br />kini dalam keadaan bertelanjang bulat. Baby melihat zakar Ramzul yang<br />ketika itu sangat keras mencanak-canak. Tanpa tunggu lagi Ramzul<br />bercelapak di celah kangkang Baby dan menghunuskan zakarnya ke belahan<br />bibir cipap Baby. Baby hanya membiarkan Ramzul melepaskan geram ke atas<br />tubuhnya. Zakar itu kelihatan perlahan-lahan masuk ke dalam rongga<br />cipap Baby yang kelihatan berlengas oleh lendirnya sendiri.<br /><br /><br />Rupa-rupanya cipap subur itu sudah bersedia untuk dinikmati<br />sepuas-puasnya. Zakar Ramzul dengan mudah menusuk ke dalam dan akhirnya<br />santak ke pangkal. Ramzul mendengus kesedapan. Kali ini dia akan<br />meratah Baby puas-puas. Dia akan menjolok sehingga Baby menjerit-jerit<br />dan dia akan menceratkan benihnya sehingga gadis subur itu bunting<br />dengan bayinya. Idea-idea itu telah menambahkan geramnya lalu dia<br />merodok rongga cipap yang matang itu tanpa belas kasihan. Dia<br />menjerit-jerit kenikmatan sambil Baby menggeliat kesedapan.<br /><br /><br />Biarlah satu hotel dengar jeritan nikmat dia yang sedang berzina dengan<br />gadis montok itu. Biar satu hotel tahu bahawa dia sedang merodok cipap<br />gadis Melayu yang sangat ranum dan subur. Dia mahu semua tahu bahawa<br />sebentar lagi dia akan memancutkan benih jantannya sehingga gadis itu<br />bunting. Dia tidak berasa kasihan langsung kepada Baby yang<br />berpeluh-peluh menggelinjang diratah dengan rakus. Cipap gadis subur<br />itu bagaikan alat pemuas nafsunya. Berlendir-lendir belahan cipap itu<br />menandakan ia cukup subur untuk menerima benih lelaki. Bob akhirnya<br />sampai juga ke bilik hotel tersebut. Kebetulan pula pintu bilik itu<br />terlupa dikunci. Manakala terbuka saja daun pintu dia nampak dengan<br />jelas aweknya terkangkang sedang dirodok dengan penuh nikmat oleh<br />Ramzul.<br /><br /><br />Dia menjerit tetapi mereka berdua yang sedang berzina itu hanya<br />memandang sinis kepada Bob. Bob merayu-rayu agar Baby menghentikan<br />persetubuhan itu dan tidak membenarkan Ramzul melepaskan benihnya ke<br />dalam tubuh awek kesayangannya. Rayuan Bob itu dijawab dengan ayat-ayat<br />yang sungguh menyiksakan oleh Baby dan Ramzul. "Kau lihat sendiri<br />Bob... Kau lihat zakar aku merodok cipap awek kau. Oh! Lazatnya!". Baby<br />pula menyambung "Ramzul... Jangan pedulikan dia. Pancut Ramzul...<br />Pancutkan benih mani kau... Rasalah kenikmatan mencerat mani dalam<br />cipap aku...". Serentak dengan itu Ramzul menyondol cipap Baby dengan<br />dalam sambil Baby meluaskan kangkangannya supaya zakar sial itu menusuk<br />sehingga ke pangkal. Bob tergamam melihat tubuh gebu aweknya dipeluk<br />erat oleh lelaki itu yang hampir sangat untuk memuntahkan air maninya<br />ke dalam cipap Baby yang sedang menadah dengan relanya.<br /><br /><br />Dia melihat dengan matanya sendiri bila Ramzul menjerit kuat memanggil nama<br />Baby<br />sambil bontotnya terkemut-kemut memancutkan benih suburnya dengan<br />deras, pekat dan banyak ke dalam rahim Baby. Baby pula ternganga-nganga<br />dan terkangkang-kangkang sambil matanya terbeliak menerima pancutan<br />benih yang begitu banyak. Akhirnya Ramzul terjelepuk di celah kangkang<br />Baby sambil mendengus kepuasan sambil diperhatikan oleh Bob.<br /><br /><br />Tubuh gadis boleh dibeza-bezakan rasanya. Tubuh gadis Melayu adalah<br />berbeza dengan tubuh gadis Cina dan sebagainya.<br />Pada pendapat peribadi aku, tubuh gadis Melayulah yang paling enak dan<br />lazat untuk dinikmati. Dan tubuh bekas awek aku, Baby adalah antara<br />tubuh gadis Melayu yang paling lazat pernah aku jamah. Baby tidaklah<br />secantik mana. Ada rupa tetapi itu semua tidak aku pedulikan setelah<br />aku merasai kelazatan bersetubuh dengan dia. Tentu setiap lelaki yang<br />berjaya menikmati cipap dan dubur Baby bersetuju dengan pendapat aku.<br />Malah Baby selalu bangga dengan berkata setiap lelaki yang merasai<br />keenakan tubuh dia pasti akan berakhir dengan jeritan nikmat sambil<br />memancutkan benih mani mereka dengan deras dan pekat ke dalam tubuh<br />dia.<br />Ada satu ketika dulu, walaupun aku cuba melupakannya tetapi ia<br />tetap bermain di dalam kepala aku, aku telah melihat sendiri bagaimana<br />empat orang lelaki telah merogol Baby di hadapan mata aku. Ketika itu<br />kami berdua sedang bercuti di Kuantan. Kami berjalan-jalan sambil<br />bersantai di Pantai Teluk Cempedak. Baby pula memakai seluar pendek<br />yang menampakkan ketembaman punggungnya itu. Sampai di satu tempat,<br />kami telah didatangi oleh lelaki-lelaki tersebut.<br /><br /><br />Tanpa membuang masa dua daripada mereka telah memegang aku manakala dua<br />lagi memegang Baby. Setelah diberi amaran supaya senyap, mereka telah<br />membogelkan Baby di situ juga. Di hadapan mata aku juga lelaki yang<br />pertama telah menyumbatkan zakarnya jauh ke dalam rongga dubur Baby<br />yang empuk itu. Baby hanya mampu menitiskan air mata sambil melihat<br />aku. Aku pula dihidangkan dengan dengusan-dengusan enak lelaki tadi<br />yang sedang kesedapan menyontot dubur ranum awek aku. Oleh kerana<br />lelaki itu tadi terlalu geram dengan kegebuan tubuh bogel Baby, dia<br />telah memancut dengan cepat. Bontot matang Baby telah ditonggengkan<br />dengan tinggi sekali sambil Baby tertiarap dan terkangkang dengan luas.<br />Sempat juga dia menjerit kepada aku "Oi Mamat! Sedapnya dubur awek kau!<br />Kau tengoklah puas-puas dubur manis awek kau menerima tembakan padu<br />benih jantan aku!". Serentak dengan itulah air mani lelaki itu<br />membuak-buak dengan banyak dan meleleh dengan pekat ke dalam rongga<br />dubur Baby. Baby terbeliak sambil tertonggeng menerima ceratan yang<br />sungguh deras, pekat dan banyak itu.<br /><br /><br />Tanpa berfikir panjang lagi lelaki yang kedua mengambil gilirannya ke<br />atas tubuh gadis yang sudah terbogel untuk diratah itu. Sekali lagi<br />dubur Baby yang dipilih untuk memuaskan nafsunya. Begitu juga dengan<br />lelaki yang ketiga. Bagaimanapun lelaki yang keempat memilih untuk<br />menikmati cipap empuk Baby kerana lubang dubur Baby telah dipenuhi<br />dengan benih lelaki bertiga tadi. Setelah jantan-jantan sial itu tadi<br />pergi dari situ, aku terus mendapatkan awek aku yang sedang telanjang<br />bogel itu. Aku sempat bertanya samada Baby telah puas ketika dirogol.<br />Baby dengan malu berkata dia telah puas empat kali sewaktu disetubuhi<br />tadi. Sememangnya Baby pantang kalau dapat batang lelaki... Ayah Baby<br />selalu membawa kawan-kawannya datang ke rumah untuk lepak dan berborak.<br />Bayangkanlah nafsu berahi mereka apabila mereka melihat anak gadis Pak<br />Samad yang sudah cukup ranum dan subur itu datang membawa minuman tanpa<br />berpakaian langsung! Sambil menuangkan air untuk kawan-kawan ayahnya,<br />Baby mencangkung dan itu yang menampakkan bentuk cipap Baby yang gebu<br />yang bentuk bontot Baby yang lebar dan padat.<br /><br /><br />Pernah beberapa kali Baby disetubuhi ketika Hari Raya oleh kawan-kawan<br />ayahnya yang terlalu geram dengan gadis itu. Malah mereka tanpa<br />segan-silu di hadapan isteri dan anak-anak mereka telah meratah tubuh<br />muda Baby dengan rakus sehingga terpancut kepuasan. Pernah sekali<br />ketika aku berada di rumah Baby ketika Baby sedang kencing dalam<br />tandas, Pak Samad balik dari kerja lalu terus mencari Baby. Dia<br />terjumpa Baby sedang mencangkung memancutkan air kencingnya lalu terus<br />mendukung anak gadisnya yang masih kencing itu terus ke dalam bilik.<br /><br /><br />Aku hanya melihat saja awek aku yang bakal disetubuhi oleh ayah<br />kandungnya sendiri. Air kencing Baby masih lagi meleleh-leleh dari<br />cipapnya ke atas lantai rumah. Tanpa bersabar lagi Pak Samad terus<br />merodok dubur matang Baby yang telah ditonggengkan dengan tinggi. Gadis<br />subur itu merengek-rengek kesedapan apabila rongga duburnya menerima<br />tusukan demi tusukan zakar Pak Samad yang besar itu. Aku melihat dengan<br />mata aku sendiri dubur Baby membuka dengan luas untuk menerima<br />kemasukan zakar ayahnya. Pak Samad akan cuba membuntingkan anak<br />gadisnya sendiri.<br /><br /><br />Ayah Baby menjolok dengan dalam dan padu. Zakarnya ditekan<br />sedalam-dalam mungkin demi untuk merasai kemanisan rongga dubur anak<br />gadisnya itu. Ketika itu Baby berusia 22 tahun. Pada usia beginilah<br />cipap dan dubur seorang gadis akan mencapai kemuncak kematangan dan<br />kesuburannya. Pada usia begini, dubur gadis akan berasa lebih lemak dan<br />manis jika dinikmati. Apatah lagi gadis yang seperti Baby yang<br />mempunyai dubur yang tembam dan padat. Itulah kenikmatan yang dirasai<br />oleh Pak Samad ketika itu. Bayangkanlah jika ada seorang gadis yang<br />gebu dan subur menonggeng di depan mata kita dengan belahan bontotnya<br />membuka luas menampakkan rongga dubur dan alur cipapnya. Mahu tidak<br />mencanak konek kita! Pak Samad mendengus-dengus tanpa terkawal lagi.<br />Tempo jolokan sudah jadi tidak menentu. Itu menandakan benih jantannya<br />sudah berlumba-lumba untuk dipancutkan ke dalam dubur enak yang<br />menanti. Baby merengek-rengek manja merayu supaya ayahnya memuntahkan<br />air mani dengan pekat dan banyak. Pak Samad bertambah geram dengan<br />rengekan manja anak gadisnya itu. Jeritan Pak Samad semakin kuat.<br /><br /><br />Bontot anak gadisnya ditonggengkan dengan tinggi supaya pancutan<br />benihnya nanti akan terus meleleh sehingga ke hujung rongga dubur gadis<br />subur itu. Bontot Baby memang telah cukup subur dan matang, ranum dan<br />empuk. Akhirnya konek Pak Samad menceratkan air mani ke dalam dubur<br />anak gadisnya sendiri. Membuak-buak keputihan air maninya memancut<br />deras dan pekat ke dalam rongga dubur yang enak dan lazat itu. Aku<br />perlu beritahu bahawa setiap lelaki yang menikmati keenakan tubuh Baby<br />pasti akan cuba untuk membuntingkan gadis subur tersebut. Nikmat ketika<br />aku berjaya membuntingkan Baby tidak akan aku lupakan selama aku masih<br />hidup.<br /><br /><br />Ceratan-ceratan air mani yang pekat dan membuak-buak yang pernah<br />aku rasakan telah membuatkan konek aku mencanak-canak ketika<br />memancutkan benih-benih subur ke dalam tubuh muda gadis itu. Pada<br />ketika aku memancutkan benih bunting itu, Baby terkangkang-kangkang<br />dengan luas dan matanya terbeliak sambil memaut erat punggungku supaya<br />melepaskan air mani aku jauh ke dalam rahim subur dia. Kami berdua<br />menjerit dan mendengus keenakan kerana climax dengan serentak. Keenakan<br />dan kelazatan yang aku rasakan ketika itu begitu melampau-lampau<br />sehingga aku yakin akan dapat membuncitkan perut gadis Melayu ini. Dan<br />hasilnya dia telah mengandungkan anak aku. Kami berdua begitu gembira<br />sewaktu mengetahui perkara itu. Aku juga amat gembira kerana Baby<br />kelihatan begitu suka dengan anak haram aku yang sedang dikandungnya.<br /><br /><br />Ini adalah penamat kepada cerita-cerita aku tentang sejarah<br />persetubuhan Baby. Entah dengan siapa dia sekarang aku tidak tahu cuma<br />lelaki itu pasti bertuah dan puas dengan pancutan-pancutan air mani<br />yang akan dilepaskan ke dalam cipap dan dubur bekas awek aku itu.<br />Walaupun aku telah berkahwin, aku masih berharap satu hari nanti Baby<br />akan datang mencari aku untuk menyerahkan tubuh enaknya untuk aku<br />nikmati. Pasti aku akan membuntingkan gadis subur itu sekali lagi.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-66445210539322343762012-01-28T07:05:00.000-08:002012-01-28T07:05:28.914-08:00Rima<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjt89zyazB88ZD1uFinM6LhyphenhyphenYnWBFmLh0jXjvYcrH4F5ExfjsM-L1f6OUOrH3EG6JFZfV8f480Oq25iGn1_RJv1xDK37lSiqEHazNY7grxmesqyVCd6v0rXlJJY-jfsAMHf_nH2Q6oa11I5/s1600/8.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjt89zyazB88ZD1uFinM6LhyphenhyphenYnWBFmLh0jXjvYcrH4F5ExfjsM-L1f6OUOrH3EG6JFZfV8f480Oq25iGn1_RJv1xDK37lSiqEHazNY7grxmesqyVCd6v0rXlJJY-jfsAMHf_nH2Q6oa11I5/s1600/8.jpeg" /></a></div>
Awalnya aku memberi tumpangan karena kasihan kepada Rima. Pada waktu itu hujan rintik-rintik dan Rima berdiri di bawah pohon menunggu Angkot. Kutawari dia ikut menumpang. Kebetulan dia sekolah di jalan yang sering aku gunakan sebagai jalur alternatif, jika jalan utama macet. Di situ memang ada SD tempat Rima bersekolah.<br />Akhirnya dia jadi sering menumpang mobilku. Aku memang selalu berangkat ke kantor sekitar pukul 6.15 dari rumah. Sekitar pukul 6.30 aku sudah sampai di titik tempat Rima biasa menunggu.<br />Rima masih kelas 5 SD. Jika kuperhatikan sepatunya, tas sekolah dan bajunya, kelihatan Rima berasal dari keluarga yang kurang mampu. Perjalanan ke sekolahnya sekitar 20 menit sering kami gunakan untuk ngobrol. Rima ditinggal ibunya bekerja sebagai TKW di Malaysia, Ayahnya tidak tahu dimana, karena kata Rima sejak kecil sudah pisah. Rima tinggal bersama neneknya dan seorang adik yang masih umur 4 tahun. Menurut ibunya seperti cerita Rima, ayahnya adalah warga keturunan China. Pantas lah jika kulit Rima putih dan wajahnya memang kelihatan seperti orang China dan cantik, tapi miskin.<br />Agak mengenaskan juga aku melihat nasib gadis kecil ini. Wajah secantik dia menurutku tidak sepantasnya semiskin itu. Aku sering memberi tambahan uang jajan. Tidak banyak memang tetapi bagi dia sudah cukup berarti, karena uang saku yang biasa diberikan oleh neneknya jadi utuh.<br />Rima bercerita bahwa neneknya menyampaikan ucapan terima kasih kepadaku, karena banyak menolong cucunya. Jadi neneknya tahu bahwa Rima sering mendapat tumpangan dari ku dan juga mendapat uang jajan dariku. Uang jajannya sering dia hemat untuk membeli beras di rumah.<br />Suatu hari aku berniat memberi dia perlengkapan sekolah yang lebih layak, dengan baju seragam yang lebih bagus, tas sekolah dan sepatu. Ketika itu adalah hari yang seharusnya dia tidak bersekolah karena ada rapat para guru di sekolah. Namun Rima berangkat sekolah seperti biasa, karena sebelumnya sudah janjian akan aku belikan perlengkapan sekolah. Aku hari itu juga membolos kerja, karena memang tidak ada tugas yang harus kuselesaikan.<br />Rima sangat riang ketika aku memberinya seperangkat pakaian seragam sekolah, tas sekolah baru, dan sepatu baru. Adiknya sekalian kubelikan satu stel pakaian. Ketika pulang aku tidak lupa memberi dia makanan , ayam goreng beberapa potong untuk dibekal pulang ke rumah.<br />Rima semakin akrab dengan ku dengan memanggilku Oom. Dia pun sudah terbiasa setiap hari mendapat uang saku dariku. Sehingga neneknya tidak lagi memberi uang saku. Uang saku dari ku dia hemat-hemat sehingga dia masih membawa lebih yang menurut dia masih lumayan untuk ditabung.<br />Sejak menjadi “anak asuhku” penampilan Rima kelihatan makin bersih. Sekitar 6 bulan kami selalu bersama sampai aku menyadari bahwa bajunya di bagian dada kelihatan mengetat karena teteknya telah tumbuh .<br />“ Bajumu kok kelihatan sempit Rim,” tanyaku suatu kali.<br />“ Sempit sih enggak oom, tapi di sini ini yang agak sempit katanya sambil menunjuk dadanya yang membusung.<br />“ Rupanya tetekmu sudah numbuh, ya,” kataku.<br />“ Ih oom saya jadi malu,” katanya.<br />Seharusnya dia sudah mengenakan miniset untuk melindungi teteknya yang membesar. Tapi dia tidak memiliki itu, sehingga hanya menggunakan singlet untuk melapisi bajunya agar pentil susunya tidak njiplak ke baju seragamnya berwarna putih.<br />Kasihan juga ABG ini, neneknya tidak mungkin mengajak dia membeli perangkat itu. Sedang Rima sendiri, tidak mungkin pula berani masuk ke dept store membeli perangkatnya.<br />“Rima mau oom belikan miniset,” tanyaku.<br />“Mau banget sih oom, rasanya risi aja, tapi aku malu ama oom beli gituan,” katanya.<br />“Apa kamu berani beli sendiri ke toko,” tanyaku.<br />“ Enggak juga sih oom,” katanya.<br />Akhirnya pada suatu hari minggu aku mengajaknya jalan ke mall dan aku membiarkan dia berdiskusi dengan pramuniaga untuk memilih miniset yang sesuai. Aku menyarankan dia membeli 3 set.<br />Ketika aku berkeliling di bagian pakaian dalam wanita aku melihat satu set yang terdiri atasan dari bahan kaus yang hanya menutup bagian susunya dan celana short pendek. Aku membayangkan jika Rima mengenakan itu, dia akan terlihat sexy, karena perutnya terekspos dan paha putihnya yang jenjang juga terlihat mulus. Aku menawarkan Rima untuk setelan itu, tapi Rima agak malu menerimanya. Aku langsung ke pramuniaga untuk mencari ukuran yang pas buat Rima dan ku pilih warna hitam dan warna pink, sekalian dengan satu stel pakaian renang model bikini.<br />Aku sudah merencanakan mengajak Rima suatu kali untuk berenang. Kelihatannya Rima akan sangat sexy dengan bikini warna merah.<br />Fotografi merupakan salah satu hobbyku, Rima suatu saat akan aku jadikan modelku, sehingga aku membelikan perangkat pakaian yang sexy tersebut.<br />Pada suatu hari libur kami janjian untuk rekreasi ke water boom. Aku meminta Rima membawa semua pakaian sexynya, karena aku sudah memberi tahu dia bahwa aku ingin membuat fotonya di water boom dengan baju-baju itu.<br />Rima memang menjelma menjadi gadis kecil yang cantik dengan pakaian senam two pieces. Perutnya ramping putih, pahanya mulus putih dan berisi. Aku memotretnya dengan berbagai gaya dan akhirnya aku mengabadikan dirinya dengan bikini renangnya.<br />Terus terang kontolku ngaceng juga melihat ke sexy annya. Meski teteknya masih kecil, tetapi gundukan memeknya terlihat tercetak menyembul di bikininya.<br />Kami bergembira meluncur dan berenang berdua. Rima belum bisa berenang sehingga aku harus mengajarinya. Aku dan Rima seperti Bapak dan anak, sehingga ketika aku mengajari dia berenang tidak banyak diperhatikan pengunjung lain. Padahal pada saat berenang itu aku berkali-kali sempat memegang susunya yang kenyal dan memeknya yang tembam. Aku jadi makin terangsang oleh penampilan Rima. Otakku jadi makin sinting dengan dorongan keinginan untuk lebih menikmati gadis kecil ini.<br />Sifat Rima yang manja dan sering menggelendot ke diriku membuat teteknya sering menekan anggota tubuhku. Aku sebenarnya ingin memeluknya, tetapi di tengah keramaian seperti ini rasanya tidak mungkin.<br />Otakku bekerja keras mencari tempat yang lebih memungkinkan aku bisa bebas memeluknya. Aku menemukan kolam renang privat di rumah seorang ekspatriat kolegaku. Dia kebetulan mempercayakan aku mengurus rumahnya selama dia pulang kampung. Seluruh pembantu dan pekerja di rumah itu di pulangkan karena dia khawatir mereka mencuri perlengkapan rumah selama ditinggal, sehingga aku dipercaya mengawasi rumah kosongnya yang dia tinggal untuk selama satu bulan.<br />Di situlah suatu kali aku mengajak Rima berenang. Mendengar ajakan berenang Rima sangat senang. Dia kembali membawa semua perangkat baju sexy nya.<br />Rumah kolegaku yang terletak di daerah kemang yang tenang situasinya memang sangat sepi, karena rumah yang bertetanggaan memang besar-besar.<br />“Oom ini rumah siapa kok kosong,” kata Rima ketika aku ajak masuk ke rumah itu.<br />Dengan penjelasan singkat dia akhirnya mengerti. Aku memulai aksiku membuat foto kembali di sekitar kolam renang. Mulai dari baju lengkap sampai akhirnya bikini. Diam-diam aku telah membeli pula bikini yang sangat minim model G string. Awalnya Rima ragu ketika kuminta dia mengenakan baju renang minim itu. Tetapi setelah kubujuk-bujuk akhirnya dia menyerah dan mengganti baju renang G String yang sangat minim.<br />Rima malu-malu keluar dari kamar ganti dengan baju renang minim itu. Setelah aku bujuk dia kemudian mau bergaya dengan berbagai pose dengan pakaian itu. Bagian intimnya hanya tertutup sedikit saja, seperti bagian memeknya hanya tertutup kain segi tiga dan bagian susunya yang hanya sedikit tertutup di bagian putingnya. Rima jadi terbiasa setelah beberapa shoot foto akan lakukan.<br />Akhirnya setelah begitu banyak foto kuambil aku pun mengenakan celana renang dan terjun ke kolam renang bersama Rima.<br />Rima masih belum terlalu mahir berenang sehingga takut ke bagian tengah. Dia memintaku membimbingnya berenang, sehingga kembali aku menyentuh bagian-bagian-bagian vitalnya. Rima tidak bereaksi ketika bagian-bagian itu tersentuh tanganku. Dia bahkan pasrah saja ketika kupeluk tubuhnya dari belakang. Mestinya dia merasa bahwa bokongnya terganjal oleh penisku yang menegang. Tetapi Rima diam saja. Aku jadi makin berani menekan-nekan penisku ke belahan pantatnya yang hanya tertutup tali.<br />“Ih ini apaan sih oom kok keras-keras-keras,” katanya sambil tangannya memeriksa apa yang menempel di tubuhnya. Batang penisku terpegang olehnya. Darahku langsung menggelegak ketika tangan kecil membekap penisku meski masih terhalang celana renang.<br />“Itu senjata Oom,” kataku seenaknya.<br />“Senjata ???” tanyanya heran.<br />“Kok berenang bawa senjata sih Oom,” katanya heran.<br />“Bukan senjata beneran, tapi itu senjata yang menempel di badan oom, “ kataku.<br />“Kok ada senjata nempel, gimana sih Oom,” tanya dia makin heran dan sambil berendam dia membalikkan badannya.<br />“Mau liat,” tanyaku.<br />Rima mengangguk.<br />Di dalam air kupelorotkan celanaku sehingga batang penisku yang menegang mencuat keluar.<br />“Ih oom jorok, itu kan anunya oom,” katanya.<br />“ Pegang coba, keras enggak,” pintaku.<br />Sambil berendam tangan rima meraih penisku dan menggenggamnya.<br />Aku jadi makin tinggi terangsang.<br />“Aduh enak Rim, pegang terus deh ,” kataku<br />“Enak gimana sih,” wajah polosnya masih belum memahami kenikmatan yang dia berikan pada alat vitalku.<br />“Kamu mau liat lebih jelas,” kataku.<br />Tanpa menunggu sahutannya aku naik duduk di pinggir kolam renang dan membiarkan celana renangku melorot. Sementara Rima masih berada di kolam renang. Dia memperhatikan penisku yang tegak dengan bulu jembut di sekitarnya.<br />Kembali aku memintanya dia menggenggam penisku. Cakupan tangannya tidak cukup melingkari lingkar penisku. Tangannya yang menggenggam kuaarahkan agar melakukan gerakan mengocok. Dia menurut saja sambil memperhatikan bentuk penisku dengan topi baja yang lebar.<br />Aku makin terangsang tetapi aku tidak mau kocokan tangannya sampai membuatku ejakulasi. Aku melompat kembali ke dalam kolam renang dan terlepaslah tangannya dari penisku. Aku memeluknya dan aku menciumi keningnya, pipinya dan sekitar lehernya. Rima pasrah dengan seranganku, sehingga akhirnya aku memberanikan diri mencucup bibirnya. Rima sempat terkejut. Ini terasa dari kekakuannya mengatupkan bibirnya ketika aku ciumi. Pelan-pelan aku kuak belahan bibirnya dengan lidahku dan lidahku masuk ke dalam mulutnya. Mulut Rima jadi agak terbuka dan aku terus menyerbunya. Mungkin secara alamiah dia bereaksi membalas ciumanku karena aku menyedot mulutnya dan terus memainkan lidahnya.<br />Sekitar 10 menit aku mencumbunya begitu sambil meremas-remas pantatnya dan melepas semua ikatan di bagian BHnya dan celananya. Rima tidak sadar bahwa bikininya telah melonggar, sampai akhirnya aku berhasil menyingkirkan BH dan celana dalamnya ku biarkan mengambang di air.<br />Aku belum meremas tetek nya yang baru tumbuh dan menjamah kemaluannya, tetapi Rima sudah telanjang bulat dalam pelukanku. Sementara celana renangku juga sudah kubuka, sehingga kami berdua dalam keadaan telanjang bulat.<br />Ketika kulepas mulutku dari mulutnya terasa nafas Rima memburu. Aku memahami bahwa dia sudah terangsang. Ciumanku turun ke lehernya dan terus merendah sampai akhirnya menghisap payudaranya yang baru tumbuh. Pentilnya masih kecil, tetapi daging payudaranya telah membengkak. Kedua putingnya aku jilat-jilat. “ Ooom geli oom,” kata Rima dengan suara terengah-engah. Aku tidak mempedulikannya dan terus menjilati dan menghisap putting susunya.<br />Sementara itu tanganku sudah beroperasi di belahan memeknya yang masih rapat dan sama sekali belum ada bulu. Jariku merasa ada cairan licin di belahan memeknya. Rima kuangkat ke pinggir kolam renang dan kubaringkan dipinggir kolam. Kakinya kukangkangkan dan melipat di bagian lutut. Aku menciumi perutnya lalu pahanya bagian dalam. Rima menggelinjang-gelinjang kegelian. Sebelum dia sadar apa yang akan terjadi, mulutku sudah menangkup di belahan memeknya dan lidahku langsung menerjang tonjolan clitorisnya. Rima terkejut ketika lidahku mengenai clitorsisnya. Dia menggelinjang sambil meremas rambutku. Aku terus menjilati sekitar clitorisnya. Setiap kali lidahku mengenai clitorisnya dia menggelinjang sampai akhirnya dia mendesis-desis lalu tidak lama kemudian kedua pahanya dijepitkan ke kepalaku. Rima mencapai orgasme untuk pertama kalinya. Cairan asin terasa meleleh dari belahan memeknya yang rapat. Rambutku dijambaknya kuat. Aku sebenarnya merasa sakit, tetapi aku tahan, karena Rima tidak menyadari gerakan yang dia lakukan ketika dia mencapai orgasme.<br />“Aneh banget oom rasanya, kaya pipis tapi gimana gitu, sampai rasanya badan Rima lemes,” katanya.<br />Aku membopong Rima kembali masuk ke kolam renang. Kami berdiri berhadapan di dalam air dan kepala penisku menyentuh belahan memeknya. Aku sengaja menekan sampai terjepit diantara kedua pangkal pahanya. Aku menggesekkan maju mundur sampai akhirnya aku mencapai ejakulasi di dalam air.<br />Kami kemudian berenang berdua dalam keadaan telanjang. Rima sudah tidak malu lagi, karena dia melihatku juga telanjang. Namun ketika kuajak mentas, Rima masih berusaha menutupi memeknya dan kedua payudaranya dengan tangan. Aku cegah dia begitu, karena kukatakan tidak perlu malu, sebab hanya ada kita berdua.<br />Rima pun melenggang bebas jalan bertelanjang seperti diriku.<br />Kami duduk di kursi beralaskan busa di bawah payung. Rima duduk di antara kedua pahaku. Dia kupelu dari belakang.<br />“Oom enak juga ya berenang sambil telanjang, rasanya gimana, gitu,” katanya.<br />Aku sekarang sudah bebas meremas-remas kedua susu kecilnya dan memelintir-lintir pentilnya. Tanganku juga dibiarkan menggosok-gosok belahan memeknya.<br />Sebelum aku kehilangan momentum, aku teringat untuk membuat foto bugilnya. Agak lama juga aku bujuk dia sampai akhirnya dia pasrah oleh keinginan ku. Dari foto berpose sampai close up di belahan memek kecilnya dia turuti kemauanku.<br />Aku kembali terangsang dan dia kupeluk dipangkuanku dengan posisi berhadap hadapan. Kami tenggelam dalam ciuman lekat. Rima sudah mulai pandai membalas ciumanku.<br />Sambil berciuman aku mengoles-oleskan ujung penisku di belahan memeknya yang terasa agak licin oleh lendir yang keluar dari dalam memeknya.<br />Rima kubaringkan dan kedua kakinya ku lebarkan. Sambil bersimpuh aku mengoles-oleskan ujung penisku ke belahan memeknya. Aku berusaha menguak belahan memeknya untuk memasukkan kepala penisku. Rima mengeluh memeknya terasa perih. Aku terpaksa bersabar sampai batas dia merasa tidak sakit. Tapi begitu pun kepala penisku aku dorong-dorong juga ke lubang vaginanya yang masih terlihat lubang kecil saja.<br />Susah sekali kepala penisku maju masuk ke dalam memeknya, karena dia juga merasa sakit. Namun sebagian kepala penisku sudah bisa terjepit di belahan memeknya. Untuk maju lagi dia sudah kesakitan, sehingga aku urungkan niatku maju lebih jauh.<br />Aku mengubah strategi dengan kembali mengoral memeknya. Rima pasrah ketika kedua pahanya aku lebarkan dan belahan memeknya aku jilati. Dia kembali menggelinjang dan merintih-rintih. Terasa lubang memeknya sudah sangat basah oleh cairan pelumas yang keluar dari memeknya. Terasa asin dimulutku. Rima kembali mendapatkan orgasmenya sampai dia menjerit karena gelombang nikmat orgasme yang demikian hebat. Memeknya berkedut-kedut dan cairan meleleh keluar dari lubang vaginanya.<br />Aku masih penasaran, untuk memasukkan penisku ke lubang memeknya. Tapi sampai tingkat kepala penisku tenggelam di memeknya dia sudah tidak tahan sakit. Aku terpaksa menghentikannya.<br />Aku jadi pusing karena libidoku tidak tersalur. Rima kuajari mengoral penisku. Dia menolak, karena katanya jijik. Tapi setelah aku jelaskan dan aku suruh mengawalinya dengan menciumi penisku dia akhirnya menurut dengan terpaksa. Dia mulai menjilati penisku sementara aku terbaring. Kaku sekali terasa gerakannya dan ciumannya, sampai akhirnya dia pasrah ketika aku minta dia melomot kepala kontolku.<br />Mulutnya seperti tidak mampu melahap kepala penisku, tetapi dia masih mau berusaha memasukkan semua kepala penisku. Terasa gangguan giginya yang menggerus kepala penisku.<br />Rima mengerti keluhanku karena gerusan giginya sehingga dia kemudian mahir mengoral penisku. Nikmat nya luar biasa, dan aku terus mengabadikannya dengan kamera digital.<br />Menjelang ejakulasi aku lepas kepalanya dari kontolku dan kubiarkan muncrat ke udara bebas. Beberapa tembakan lepas dan sebagian mengenai badan Rima dan sebagian lainnya jatuh ke tubuhku sendiri.<br />Aku puas dan permainan hari itu kami akhiri dengan mandi bersama membersihkan diri.<br />Rima mengeluh memeknya agak perih. Tapi kuyakinkan rasa itu akan hilang dalam waktu tidak terlalu lama.<br />Untuk meyakinkan bahwa Rima telah bisa berjalan normal, dia kuajak makan di restoran fast food sekalian bekal untuk adiknya di rumah. Ternyata dia mengaku sudah tidak perih lagi dan jalannya sudah kembali normal seperti biasa.<br />“Oom kapan-kapan Rima pengen dijiliati lagi kaya tadi rasanya enak banget, “ kata Rima ketika kami berpisah dia kuantar ke dekat rumahnya.<br />Rima sejak dalam asuhanku sudah menjelma menjadi gadis kecil yang cantik dan sangat manja. Kami juga bebas jalan-jalan karena aku banyak membelikan barang-barang bagus termasuk menyumpal sedikit uang untuk neneknya.<br />Rima juga sudah tampil lebih modern dengan HP yang lumayan bagus.<br />Seminggu kemudian kami kembali lagi ke kolam renang itu dan kami kembali bercumbu. Mungkin karena Rima sudah terbiasa dengan cumbuan, dan memang dia inginkan juga, aku bisa agak leluasa berusaha memasukkan kepala penisku. Kali ini aku melengkapi dengan K jelly, pelumas khusus untuk senggama.<br />Kedua bibir memeknya aku lumuri jelly dan seluruh batang penisku aku lumasi juga. Aku mencoba lagi menerjang memeknya. Karena licin, penisku agak lebih mudah menancap di memeknya, meskipun baru kepalanya saja. Rima mengeluh memeknya perih, tapi karena aku sudah gelap mata, aku tetap berusaha menerjang masuk. Meski agak susah tetapi penisku bisa masuk terus sampai terhenti di halangan selaput daranya. Karena memeknya masih kecil, maka selaput daranya berada pada posisi agak dangkal. Tapi cukup lumayan juga karena kepala penisku bisa masuk ke rongga memeknya. Aku ingin menerjang selaput itu, tetapi Rima kesakitan. Aku terpaksa mengurungkan dan melakukan gerakan maju mundur dangkal sampai akhirnya ejakulasi.<br />Untuk mengobati rasa perih di memeknya aku mengoralnya. Dia lupa akan rasa perih itu dan mengerang-erang nikmat sampai akhirnya orgasme.<br />Ketika kucoba lagi memasukkan penisku dengan bantuan lumasan jelli, sampai pada tahap mentok di selaput daranya dia merasa sakit. Aku tidak tega menyiksanya sehingga terpaksa kami hentikan. Namun dia tidak lagi merasa terlalu sakit ketika kepala penisku menguak belahan memeknya.<br />Minggu berikutnya, kami semakin leluasa bercumbu di rumah itu, Dia tidak merasa sakit lagi ketika kepala kontolku terbenam di memeknya. Tapi dia masih mengernyit saat aku menekan lapisan selaput daranya. Aku bersabar dan pelan-pelan menekan, manakala dia mulai reda dari sakitnya. Sampai pada waktu yang kurasa tepat, kupaksa menekan penisku dan jebolah pertahanan Rima sehingga batang penisku bisa masuk lebih jauh. Namun itupun tidak bisa kumasukkan seluruhnya, karena liang vaginanya tidak cukup besar memuat seluruh panjang penisku. Kira-kira hanya tiga perempat yang bisa dia terima. Bagiku sejauh itu sudah cukup, toh Rima masih umur 11 tahun, sehingga alat reproduksinya masih belum siap. Dia juga belum mendapatkan haid.<br />Rima mengeluh memeknya terasa perih, apalagi kalau dia buang air kecil, terasa perih. Darah yang keluar dari selaput daranya tadi memang cukup banyak melumuri batang penisku.<br />Aku terpaksa melatih dia berjalan berkeliling kolam renang sampai akhirnya dia bisa berjalan normal.<br />Meskipun pengalaman memeknya terasa sakit ketika aku jebol keperawanannya, tetapi Rima tidak kapok dan minta aku mencumbuinya. Namun kali ini aku tidak bisa lagi kembali kerumah kolegaku, karena dia sudah kembali dari luar negeri. Aku membawa Rima ke motel. Di sanalah kami kembali melampiaskan birahi kami. Rima meski masih sangat muda tetapi dia menunjukkan bakat keagresipannya. Dia langsung membukai bajuku sampai aku telanjang dan buru-buru menelanjangi dirinya sendiri lalu menubrukku dan menciumiku.<br />Aku melakukan persetubuhan sampai 2 ronde dan Rima baru kali ini mampu mencapai orgasme melalui persetubuhan. Rasa sakitnya masih ada, tetapi dia lupa ketika rangsangan begitu besar pada dirinya. Penisku pun sudah bisa makin dalam masuk ke memeknya. Kami jadi terbiasa melakukan hubungan badan, kadang-kadang di dalam mobil di kawasan parkir. Kaca mobilku memang tidak tembus pandang dari luar.<br /><br /><br />Aku dikejutkan oleh undangan Steve kolegaku dan mengundang aku ke rumahnya . aku diajak masuk ke ruang kerja dan aku diminta melihat tampilan di monitor komputernya. Di situ aku melihat rekaman aku dan Rima melakukan berbagai adegan di seputar rumahnya. Rupanya Steve melengkapi rumahnya dengan cctv, yang itu tidak aku sadari. Aku sangat malu rasanya pada waktu itu.<br />Untung Steve menepuk-nepuk pundakku. “ Never mind” katanya sambil tersenyum.<br />Rupanya Steve senang dengan rekamannya itu. Dalam bahasa Inggris dia mengatakan bahwa aku dan dia satu aliran. Awalnya aku tidak tahu, ternyata Steve adalah pengemar ABG dan termasuk pedofil. Dia bercerita bahwa di keluarganya bebas melakukan hubungan sex, sehingga dia juga sudah mencicipi anak perempuannya yang berumur 15 dan 10 tahun. Anak Steve memang cuma 2 dan semuanya perempuan.<br />Dia menawari aku mencicipi anaknya asal aku berjanji memberi kesempatan Steve mencicipi Rima. Mulanya aku agak ragu, tetapi setelah Steve memanggil Stevi, anak bungsunya ke kamar kerja, baru aku yakin. Stevi meski kata Steve baru umur 10 tetapi lebih bongsor dari Rima, Teteknya lebih besar dan badannya lebih tinggi. Tanpa basa basi Stevi menuruti arahan papinya dan dia langsung membukai celanaku lalu melakukan oral. Yah selanjutnya tidak perlu aku jelaskan lagi aku melakukan hubungan badan dengan Stevi. Bersamaan dengan itu Steve memanggil Anak satunya, Rachel dan mereka melakukan hubungan. Aku terkejut ketika istri Steve masuk. Tapi jadi tidak deg-degan ketika istri Steve membukai bajunya sendiri sampai bugil berpartisipasi dengan kami. Akhirnya pada saat itu aku merasakan 3 memek bule dalam orgy party dirumah Steve.<br />Aku memutar otak untuk bagaimana caranya mengajak Rima agar bisa kusuguhkan ke Steve. Aku tidak punya cara kecuali mengajak Rima bertandang ke rumah Steve.<br />Aku memang sudah meng SMS Steve bahwa aku segera datang bersama Rima.<br />Setiba kami ke rumah Steve, mereka sekeluarga sedang berenang dan tentunya bugil. Steve mengajakku bergabung bersama Rima tentu juga bugil. Mulanya Rima malu. Kubiarkan saja dia mempertahankan rasa malunya. Sampai akhirnya Stevi membujuk Rima membuka semua atributnya. Kami pun leluasa berenang bugil bersama. Steve memang jagoan dengan cara halus, Rima sudah berada di dalam pelukannya. Bukan itu saja, tetapi dia sudah berhasil mencumbui Rima.akhirnya dikerjai Rima di pinggir kolam, sementara aku dikerubuti istri Steve, Stevi dan Rachel. Luar biasa sensasi orgy party kami di kolam renang itu. Kami larut sampai seharian disitu dengan diselingi barberque bugil dan berenang lalu ngentot lagi. Aku pulang dari rumah Steve dalam keadaan lemas. Namun Rima terlihat senang, karena dia mendapat pengalamam baru berpartisipasi dalam orgy party. Kami akhirnya terbiasa melakukan orgy sampai Rima disekolahkan Steve di sekolah internasional.<br />Rima yang sekarang jauh berbeda dengan yang dulu. Selain bahasa Inggrisnya lancar, penampilannya pun sudah ke bule-bulean. Aku akhirnya bergabung dengan club Steve yang secara bergilir melakukan orgy party di rumah-rumah temannya. Kami saling mencoba memek, bukan hanya bule tetapi, berbagai negara. Karena anggota klub Steve bukan hanya bule, tetapi juga ada India, Arab, Negro dan Jepang. ***Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-39961526346432960992012-01-28T07:03:00.001-08:002012-01-28T07:03:58.864-08:00IntanHari Sabtu atau hari Minggu sering aku gunakan untuk jalan-jalan ke mall sekedar cuci mata melepas keruwetan rutin kerja di kantor selama 5 hari. Entah mengapa aku paling suka jalan di daerah pecinan di wilayah Kota, Jakarta. Sebelumnya kupernalkan diriku. Aku seorang pria 39 tahun yang akhir-akhir ini tergila-gila browsing mencari foto dan video mengenai child sex. Sayangnya peraturan keras melawan pedophil membuat banyak web site penyedia gambar yang kusukai itu diberangus. Untungnya aku cukup banyak memiliki koleksi sebelum kegiatan pemberangusan child sex gencar dilakukan.<br />Aku terobsesi ingin membuat foto atau video sendiri dengan cewek-cewek di bawah umur. Kebetulan aku mempunyai beberapa teman yang hobbinya sama denganku. Kami sering berburu cewek di bawah umur. Meski agak susah, tetapi melalui koneksi beberapa mami, kami sering mendapatkannya. Memang tidak terlalu muda, tetapi untuk mendapatkan cewek dikisaran usia 14 tahun kami tidak terlalu susah. Bahkan kadang-kadang penawaran terlalu banyak, sampai kami sendiri kewalahan. Beberapa diantaranya malah yang ditawarkan masih dalam status virgin. Mulanya kami menerima cewek bagaimana pun kualitasnya, yang penting usianya muda. Untuk 14 tahun kami anggap oke lah. Namun berjalannya waktu, kami mulai memilah-milah dengan memilih yang wajahnya agak lumayan. Setelah itu menginginkan abg dari etnis China. Mulanya agak susah menemukannya, tetapi lama-kelamaan kami banyak juga disodori “barang” seperti itu.<br />Temanku Rudi yang termasuk mania underage terobsesi untuk menjajal anak 10 tahun, atau paling tidak ya 12 tahun. Semua “mami” langganan kami sudah kami order, tetapi sudah 3 bulan mereka belum juga mampu menyediakan permintaan Rudi. Mreka kadang-kadang berbohong dengan menyodorkan anak yang katanya masih 13 tahun, tetapi ketika kami temui dia berusia antara 14 atau 15 tahun. Badannya memang kecil, tetapi dari raut wajahnya sudah kelihatan dia tidak terlalu muda.<br />Kami memang tergolong orang “gila” karena banyak mami mengatakan kami begitu. “ Mana ada anak umur 10 tahun mau berkencan.” kata Mami.<br />Kami memang pernah menemukan anak usia 9 tahun, yang waktu itu ikut-ikutan dengan cewek ABG. Mulanya kami bermain dengan si ABG. Rudi lalu membujuk si ABG itu mengenai kemungkinan mengencani keponakannya yang masih 9 tahun. Memang tidak serta merta dia bisa mendapatkannya, tetapi melalui pertemuan 3 – 4 kali akhirnya Rudi bisa mengencani si anak 9 tahun yang mengaku bernama Ria. Dia tidak sampai melakukan hubungan sex. Tetapi Rudi berhasil mengajari Ria mengoral dan dia nya pun bisa di oral. Rudi memang penasaran benar sampai-sampai dia mengaku pernah berbicara dengan ibunya Ria mengenai kemungkinan memerawani Ria. Ibunya yang kelihatannya kehidupannya agak susah bisa mengijinkan anaknya diperawani asal bayarannya waktu itu minta tujuh juta.<br />Jumlah itu tentu saja terlalu mahal bagi Rudi juga bagi kami. Akhirnya hubungan dengan Ria dan abg yang membawanya menjadi vakum dan kami kehilangan kontak karena mungkin si abg itu ganti nomor HP dan Rudi pun membuang nomor hpnya yang lama..<br />Suatu kali ketika aku sedang berjalan-jalan sendiri di satu mall, aku melihat ibu-ibu menggendong anak sekitar 1 tahun disertai anak usia disekitar 11 tahun. Mereka duduk di tangga yang tak terpakai di pinggir mall yang jauh dari keramaian. Otakku segera berproses cepat mengenai kemungkinan mendekati ibu itu untuk mendapatkan anak yang 11 tahun itu.<br />Ibu itu kuhampiri dan kuberi uang 20 ribu. Mulanya ibu itu terkejut, karena dia tidak merasa mengemis, tetapi tiba-tiba ada orang memberinya uang. Si ibu lalu kutanya, “sudah makan.”<br />“belum oom” katanya.<br />“Mau saya ajak makan Kentucky,” tanyaku.<br />‘Mau dong oom,” sahut anaknya.<br />Kami lalu jalan beriringan ke restoran cepat saji yang tak jauh dari situ. Aku dan ibu itu mengambil tempat duduk di pojok dan si anak tadi kuberi uang 100 ribu untuk membeli apa yang dia mau dan maknya mau.<br />Mereka makan lahap sekali. Mungkin karena lapar, atau mungkin karena selama ini mereka mengimpikan makanan seperti ini.<br />Aku mengorek latar belakang kehidupan si ibu. Dia janda dengan 3 anak dari ayah yang berlainan. Sekarang tinggal di rumah kontrakan dan sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci. Sebulan penghasilannya rata-rata sekitar 600 ribu. Aku lalu menawarkan, “ ibu mau enggak saya kasih 1 juta.”<br />“Ya mau dong,” katanya berseri.<br />“Tapi ada syaratnya,” kataku.<br />“Apa Oom,” tanyanya.<br />Kujelaskan bahwa aku mempunyai hobby foto. Aku ingin mempunyai koleksi yang belum kupunya. Kalau setuju aku ingin memfoto sianak yang 11 tahun aku foto telanjang. Itu saja.<br />“Gitu doang, 1 juta,” tanya si Ibu.<br />“Ya.” Kataku.<br />“Lu mau nggak neng,” tanya si Ibu.<br />“Hmm gimana ya, malu ah,” kata si neng.<br />“Neng kontrakan kita bulan ini habis, mak nggak punya duit, mau aja deh neng lumayan buat bayar kontrakan,” bujuk ibunya.<br />“Terserah emak deh,” kata si neng.<br />“Emangnya mau poto dimana Oom,” tanya si emak.<br />“ Ya di hotel, deket kok dari sini,” kataku.<br />“ Kapan,” sambungnya.<br />“ Ya kalau bisa sekarang juga gak papa,” kataku.<br />Si emak tidak terlalu tua, dan lumayan jugalah makanya dia sampai punya suami 3 kali. Seandainya aku masuk hotel, pasti pegawai hotel menyangka aku bakal main sama emaknya.<br />Proses buka kamar tidak terlalu lama, karena hotel kecil seperti ini yang biasa dipakai jam-jam tidak terlalu perduli mengenai siapa tamunya. Kami menuju kamar dengan doble bed dan ruang yang tidak terlalu luas, tetapi ada kamar mandi di dalam .<br />Aku menyuruh si Neng membersihkan diri dulu di kamar mandi. Dia kuminta mandi bersih. Mengenai bagaimana menggunakan kamar mandi dan menggunakan kran air hangat aku ajari. Aku sudah bersiap dengan alat fotoku. Si emaknya memperhatikan anaknya dari luar, karena pintu kamar mandinya dibuka.<br />Dengan agak canggung dan malu-malu si Neng membuka satu persatu bajunya. Setiap moment aku abadikan berkali-kali dengan foto digital. Sampai dia telanjang bulat aku minta sesaat berpose berbagai gaya, sampai jongkok di toilet dan kemaluannya aku zoom in. Ku minta dia kencing. Dari memeknya yang masih gundul muncratlah air kencingnya dan itu aku abadikan berkali-kali.<br />Si neng mulai mengguyur badannya dan rambutnya dengan air. Peristiwa ini pun tidak luput dari sorotan kameraku. Cukup banyak shoot di kamar mandi yang kuperoleh.<br />Selanjutnya setelah mengeringkan badan aku minta dia berpose berbagai gaya di kamar. Aku mengikuti pose-pose foto lolita koleksiku. Sekitar 200 shoot sudah kudapatkan dan rasanya semua gaya dari mulai berdiri duduk, jongkok, nungging sampai shoot close up di memeknya dan teteknya yang baru numbuh.<br />Aku istirahat sebentar untuk merokok. Si ibu aku tawari untuk menginap saja di kamar ini sampai besok, karena sudah kubayar. Si ibu berpikir sebentar, “Emang boleh,” kata si emak.<br />Aku lantas punya ide untuk sekalian membuat foto bersama emaknya juga dalam keadaan telanjang. Aku tawari tambahan 500 ribu. Si emak berpikir sebentar. Si neng yang masih telanjang menyahut, “ Oom tambahin HP Esia dong.”<br />Aku setuju, karena hubungan dengan keluarga ini bakal berlanjut, dan HP itu adalah sarana komunikasiku. Si ibu memulai membuka baju dari kamar mandi. Buset, body si Emak lumayan oke juga, Pantatnya bahenol, teteknya gemuk benar dengan puting yang gede. Sayang perutnya agak gendut sedikit. Wajarlah wanita dengan 3 anak. Tapi jika dia bekerja di panti pijat yang hanya menyediakan STW, pasti si ibu ini aku pilih. Jembutnya tebal banget lagi. Aku mulai mengatur pose di kamar mandi bersama si Neng yang ternyata namanya adalah Intan.<br />Berbagai pose di kamar mandi pada gaya-gaya sewajarnya orang mandi. Maka si Neng kembali mandi bersama ibunya. Telanjang bulat termasuk si bayi.<br />Adegannya cukup menarik dan diteruskan dengan adegan di kamar.<br />Memory 8 giga akhirnya penuh oleh foto-foto si neng dan emaknya. Dia setuju untuk menginap di sini. Tapi ada anaknya yang di rumah perlu diajak.<br />Mereka kembali mengenakan baju dan sesi pemotretan selesai. Aku serahkan 1,5 juta. Si emak aku suruh tinggal saja di hotel, biar Neng yang menjemput adiknya. Rumah mereka ternyata tidak terlalu jauh dari hotel, ya mungkin sekitar jalan kaki 15 menit. Kujelaskan mengapa emaknya perlu tinggal, karena kalau kamarnya ditinggal kosong berarti dianggap pemakaian kamar sudah selesai.<br />Si Emak mengerti dan minta aku menemaninya sambil menunggu anaknya datang. Setelah si Neng keluar. Aku berpikiran untuk melepaskan hajatku yang dari tadi sudang diujung ubun-ubun. Ku bujuk si emak untuk melayaniku dengan iming-iming 300 ribu lagi. Si Ibu segera setuju. Kami membuka baju masing masing sampai bugil. Si emak lalu menghampiriku dan meraih penisku. Dikocok-kocoknya sebentar lalu dia mengoral penisku. Ternyata si emak lumayan piawai juga mengoral. Hampir saja pertahananku jebol dibuatnya. Aku segera meminta dia berada diatasku dan menggenjotku. Pelan-pelan di arahkan penisku ke libang memeknya dan dia mulai melakukan gerakan maju mundur.<br />Enak juga memeknya bisa menyedot-nyedot. Pengalamannya selama ini menungkin membuat dia pandai memuaskan laki-laki.<br />Aku segera ganti posisi berada di atasnya. Aku genjot pelan dan cepat secara bergantian. Si Emak mendesis-desis. Rasanya aku tidak tahan lagi dan menjelang spermaku keluar segera kucabut. Si emak bangkit dengan sigapnya lalu menangkap penisku dan dikulumnya penisku yang menjelang ejakulasi..<br />Aku terkejut tapi pasrah. Menjelang ejakulasi dan setelahnya aku merasa penisku dihisap sekuat-kuatnya sampai rasanya spermaku tersedot habis. Gelinya bukan main dan ngilu pula. Aku akhirnya cepat-cepat menyabut penisku dari mulutnya. Aku bilang nggak tahan geli dan ngilunya.<br />“Aku udah lama nggak ngrasain mani oom, jadi kepengen aja ,” kata si emak.<br />Selesai permainan itu kami bersih-bersih dan aku segera mengenakan baju, Si emak juga begitu.<br />Aku memesan minuman dan kami menyegarkan diri sambilaku merokok dan ngobrol. Tidak lama kemudian kamar diketuk. Dua gadis kecil masuk. Adik Intan ternyata lebih cakep dan putih. “ Kenalkan ini oom, ini namanya Berlian, bapaknya dulu China, makanya putih.<br />Aku jadi tergoda untuk sekalian memfoto berlian. Setelah dibujuk ibunya dan mendengar iming-iming dapat uang sejuta seperti kakaknya, dia akhirnya menuruti kemauan emaknya.<br />Seperti Intan, Berlian pun memulai aku foto dari adegan di kamar mandi. Dia badannya masih rata, teteknya belum numbuh. Tetapi calon teteknya udah kelihatan dengan benjolan kecil di sekitar puting susunya. Berlian jauh lebih cakep dibanding Intan, sehingga aku semangat sekali mengabadikannya. Aku kembali meminta Intan telanjang agar aku foto berdua dengan adiknya.<br />Habislah 2 memory card dan dua baterai untuk shootingku. Aku pus dan ku serahkan 1 juta 3 ratus lagi ke emak. Mereka aku suruh tunggu dulu di kamar, karena aku mengatakan akan membelikan HP yang diminta anaknya. Aku keluar hotel dan segera menuju gerai Esia. Sebelum kembali ke hotel aku kembali mampir ke Kentucky untuk mereka makan malam nanti. Juga sebotol besar Aqua.<br />Ketika kembali dan kuserahkan HP baru itu, Intan dan Berlian kelihatan senang sekali. Mereka mengutak atik HP barunya.<br />Misiku lumayan berhasil hari ini. Sesampai di rumah aku memindahkan semua isi memory card ku.<br />Minggu berikutnya aku kembali mengontak Si emak yang kemudian kukenal sebagai Yanti. Dia kelihatan senang sekali ketika aku kontak. Kami janjian lagi di dekat restoran cepat saji pada hari Sabtu.<br />Kali ini aku ingin membuat video untuk Intan, Berlian dan mungkin juga dengan emaknya.<br />Pada hari yang kujanjika mereka sudah menunggu di depan restoran cepat saji itu. Kami mengisi perut dulu, dan mereka menyantap dengan lahap.<br />Di dalam kamar aku kembali mengatur posisi mereka berdua mulai dari adegan kamar mandi sampai pose di tempat tidur dan berbagai sudut kamar. Sebelumnya aku sudah mengarahkan adegan apa saja yang akan mereka kerjakan. Lumayanlah dengan pengarahan singkat dan mereka tidak malu-malu lagi shooting videoku lebih cepat rampung dari pada ketika shooting still foto pertama dulu. Setelah itu Ibunya bergabung telanjang dan mereka bertiga kembali berpose. Diantara pose-pose itu aku tidak lupa mengambil close up dari masing-masing mereka kencing. Kali ini si Mak setuju kepada setiap anak kubayar 750 ribu dan emaknya 300 ribu.<br />Bagi si Mak pendapatannya selama 2 kali pertemuan dengan ku ini diangap lumayan besar. Anaknya kuperhatikan sudah mengenakan anting emas, juga ibunya sudah pakai kalung emas. Kali ini mereka tidak mau menginap di hotel, karena kata mereka meski dingin, tapi terasa seperti terkurung. Anak-anak tidak bisa bermain selain nonton tv dan tiduran semalaman.<br />Kami kemudian chek out dan berjalan menuju mall. Intan dan Berlian masing-masing kuberi 50 ribu untuk mereka jajan di mall. Aku dan ibunya nongkrong di Dunkin Donut. Dalam kesmpatan nongkrong itu aku utarakan keinginanku untuk memperoleh perawan Intan dan juga Berlian. Ibunya kaget, mendengar permintaanku yang mungkin tidak dia duga. Aku janjikan masing-masing akan kubayar 2 juta. Selain itu aku masih akan “memakai” Intan dan Berlian di lain waktu, meski bayarannya tidak segitu lagi. Si emak terdiam lama.<br />Dia kelihatannya sulit mengambil keputusan, mungkin antara sayang kepada anaknya yang masih dibawah umur dikerjai keperawanannya, tapi dia kelihatannya tergoda pula dengan iming-iming uang dari ku.<br />Aku menambahkan bahwa aku akan mengusahakan pendapatan bulanan yang lumayan besar melalui usaha yang akan kuperkenalkan kepadanya. “ Jualan apaan oom, “ tanya si emak.<br />“Ya jelasnya jualan pulsa elektrik,” kataku.<br />“Saya nggak kurang paham soal HP oom apa saya bisa, nanti kalau nggak laku gimana oom,” tanyanya.<br />“ Gini deh kalau mak setuju, paling tidak sebulan bisa dapat 2 juta, saya akan bantu supaya bisa dapat segitu, tapi lama kelamaan bisa dapat puluhan juta, dan tidak tertutup kemungkinan Emk bisa punya rumah dan mobil sendiri,” kataku.<br />“Ah oom jangan berkhayal dong, gimana caranya bisa punya rumah sampai punya mobil segala, mimpi aja enggak pernah Oom punya gituan,” katanya kurang yakin.<br />“Gini aja dah, kalau Mak setuju saya akan tunjukkan caranya, mak nanti saya buatkan tabungan di bank, HP satu lagi untuk nomor GSM dan untuk 6 bulan pertama saya akan bantu supaya emak bisa punya hasil 2 juta sebulan,” kataku.<br />“Ah bener nih oom, tapi kalau saya nggak setuju gimana,” tanyanya.<br />“ Ya emak nggak bakal terima duit lagi dari saya, kan acara foto-fotonya udah selesai,” kataku enteng.<br />“Entar deh oom saya pikirin, ntar oom saya kabari dah,” katanya.<br />Kami pun lalu berpisah. Kejadian itu pada hari Sabtu sore menjelang malam.<br />Senin pagi ketika aku sedang asyik menyelesaikan pekerjaanku, masuk call dan kulihat nomornya dari Mak. Dia mengatakan pada prinsipnya setuju, tapi minta untuk biaya perawan anaknya masing-masing 5 juta. Langsung saja aku tidak sanggupi, aku tetap bertahan dengan angka 2 juta dan jaminan pendapatan 2 juta setiap bulan. Kalau dia tetap bersikeras mau 5 juta makan aku akan beli putus dan seterusnya aku tidak akan memberi uang kecuali aku menginginkan anaknya lagi, itu pun paling aku bayar sekali pertemuan 300 ribu.<br />Setelah lama tawar menawar, akhirnya Mak setuju dengan skema ku dan mau menerima 2 juta untuk masing-masing keperawanan anaknya.<br />Hari jumat sore aku janji ketemuan dengan si Mak dan aku ingin tahu dimana dia tinggal dan bagaimana keadaan lingkungannya.<br />Tempat tinggalnya di dalam gang sempit yang padat. Rumah yang ditinggalinya sama sekali tidak sehat, karena hanya 1 ruang yang digunakan untuk ruang tamu sekaligus ruang tidur dan ada ruangkecil dibelakang untuk dapur dan mencuci baju. Sedangkan kamar mandi digunakan bersama-sama untuk 4 keluarga. Aku membayangkan jika terjadi kebakaran maka habislah satu kampung ini. Kejadian seperti yang kubayangkan itu sering terjadi di perumahan-perumahan padat di Jakarta.<br />“Oom sebetulnya saya tidak tega merelakan anak saya diperawani, tapi setelah saya pikir-pikir kayaknya hanya itu jalan yang ada untuk saya bisa hidup. Si Intan sudah saya omongi. Dia pun takut, apalagi Berlian dia ngambek sampai beberapa hari. Tapi setelah saya beri pengertian biar mereka bisa sekolah terus, dan uang sekolahnya nggak bolak-balik nunggak mereka akhirnya nurut juga.” Kata si emak terus terang.<br />Saya wanti-wanti sama si emak agar jangan ada satu orang pun tetangga atau saudara yang tau soal rencana ini. Aku tidak terburu-buru untuk mengeksekusi Intan dan Berlian, karena aku juga harus mempersiapkan tempat yang lebih aman dan leluasa. Rasanya kalau eksekusi di Hotel, ada rasa was-was juga. Jangan-jangan hotelnya digrebek, habislah aku.<br />Untuk itu aku segera mencari tempat kost eksekutif di kawasan sekitar mall yang sering kami kunjungi. Aku mendapatkannya ruang kost yang lumayan lega di lantai 3 satu ruko. Lantai ketiga itu khusus disewakan untuk satu penyewa, sementara lantai-lantai dibawahnya digunakan untuk kost para pekerja sex. Di bawah dipintu masuk dijaga oleh bapak-bapak yang sudah tua. Rasanya tempat ini cukup aman.<br />Aku merencanakan tempat ini kusewa untuk ditempati oleh keluarga si Emak. Biar saja tempat lamanya tetap dipertahankan. Jadi kalau mereka mau tinggal ditempat yang lebih sejuk mereka bisa tinggal di tempat kost ini. Ruangan kost yang kusewa lumayan menyenangkan ada ruang tamu, kamar mandi air panas air dingin dan kamar tidurnya sangat luas dengan spring bed ukuran king size. Sewanya lumayan juga lah sekitar 3 juta sebulan. Memang besar investasi untuk mendapatkan Intan dan Berlian.<br />Si emak sangat senang mengetahui kamar kost yang bakal mereka tempati, kedua anaknya juga kelihatan bergembira.<br />Setelah seminggu mereka terbiasa tinggal disana maka mulailah kususun rencana pemecahan rekor. Aku menginginkan melakukannya pertama kepada Intan. Emaknya kuminta agar Berlian tidak berada di kamar ketika aku melakukan eksekusi. Kelihatannya masalah itu tidak terlalu sulit karena Berlian bisa menonton TV di ruang tamu bersama adik bayinya, Sementara emaknya menemani Intan yang akan kuperawani.<br />Intan sudah telanjang, dia agak gemetar ketika badannya aku sentuh. Aku minta dia pertama kali mengangkangkan kakinya. Aku menguak lubang vaginanya selebar mungkin untuk aku ambil gambarnya posisi memek masih perawan. Setelah itu aku mulai mengoral memeknya. Intan diam saja dan menutup mukanya dengan bantal. Dia hanya sesekali saja bereaksi menggelinjang ketika ujung clitorisnya aku jilat. Cukup lama aku oral dia sampai leherku pegal, tapi tidak ada tanda-tanda Intan mencapai orgasme. Mungkin saja anak seusia ini belum bisa membangkitkan nafsu menuju orgasme. Dia masih terlihat takut.<br />Setelah itu aku akan memasukkan penisku ke dalam rongga vaginanya. Seluruh pinggiran lubang masuk vaginanya aku olesi jelli dan sekujur penisku aku lumuri juga. Si emak memperhatikan anaknya dieksekusi sambil sekali-kali menentramkan anaknya, “sabar neng, tahan dikit,” katanya.<br />Kepala Penisku kuarahkan ke liang vaginanya sampai kepalanya tepat di sasaran. Pelan-pelan aku tekan penisku untuk masuk lebih dalam. Rasanya sulit sekali. Apalagi Intan berkali-kali menarik badannya keatas, karena dia mersa sakit. Aku pun berkali kali menarik tubuhnya ke pinggir tempat tidur agar lebih mudah bagiku memasukkan penisku. Perjuangan memasukkan kepala penis sudah berhasil dan aku melakukan gerakan maju mundur sedikit sampai lubangnya bisa menerima penisku. Sampailah aku pada batas selaput daranya. Penisku tidak bisa didorong masuk lebih dalam lagi karena terhalang selaput dara. Aku kembali melakukan gerakan maju mundur sampai lubang vaginanya membuka agak lebar. “ Neng jangan dikakuin, lemesin,” kata si Emak.<br />Aku berhenti sebentar pada batas selaput daranya dan pelan-pelan aku kejangkan penisku . Terasa ada gerakan maju sedikit-sedikit dengan gerakan mengejankan penisku bisa agak masuk dan tampaknya menembus selaput dara secara perlahan lahan. Ketika kucoba dorong, penisku bisa masuk lebih jauh dan Intan merintih sakit. Kubenamkan seluruh penisku seluruhnya dan aku berhenti sebentar. Terasa sempit sekali lubang vagina anak umur 11 tahun. Aku tarik perlahan-lahan dan kudorong lagi sedikit, sampai lama-lama gerakannya agak panjang. Intan tidak lagi mengeluh sakit kecuali meringis-ringis saat penisku digerakkan. Lubang yang sangat sempit menjepit ini membuatku tidak mampu bertahan lama. Sekitar 5 menit sudah jebol pertahananku di dalam memek Intan.<br />Aku segera menyudahi, ketika kutarik penisku berlendir dengan warna merah muda. Kuperhatikan tidak ada darah sampai keluar dari lubang vagina Intan. Aku sekali lagi menyiapkan alat foto yang sudah kupegang dari tadi mengikuti prosesi deflor. Kini kukuak kembali lubang memek Intan dan terlihat ada sepercik darah di dalamnya dan terlihat selaput daranya yang robek terekam dalam kameraku. Aku puas karena berhasil memerawani anak di bawah umur sekaligus mendokumentasikannya.<br />Hari itu aku hanya mengeksekusi Intan. Berlian adalah giliran berikutnya pada lain hari.<br />Emaknya terlihat heran ketika kuserahkan 2 lembar pecahan seratus dolar AS. Dia bilang ini uang apaan, saya nggak ngerti. Aku lalu menyuruh dia menukarkan selembar ratusan dolar itu ke money changer yang tidak jauh dari tempat kost-kostan. Selesai aku bebersih dan Intan kembali mengenakan baju. Si emak sudah kembali dengan muka yang riang. “Gila selembar dapat ampir sejuta nih, “ katanya.<br />Itulah pengalamanku mengasah Intan dan aku meninggalkan mereka setelah bercekerama sebentar dengan mereka.<br />Minggu berikutnya giliran aku mengesekusi Berlian. Dia memang masih terlihat kecil meski agak tinggi. Dengan pasrah dia tidur telentang. Emaknya dan Intan berada dikamar itu melihat ku beraksi. Seperti juga Intan aku memulai mengambil foto lubang vaginanya yang masih perawan. Lubangnya masih kecil sekali. Mungkin untuk mencolokkan satu jaripun agak susah masuknya. Memeknya masih seperti memek anak kecil, licin dan dan gemuk. Aku mulai dengan mengoralnya. Dia tertawa kegelian ketika memeknya aku jilati. Mukanya ditutupi bantal sambil dia menggelinjang kegelian. “ Udah ah oom geli banget nih Berli ngak kuat,” kata nya.<br />Aku terpaksa menyudahi oral lebih cepat dibanding Intan dulu. Memeknya kulumuri jelli dan sekujur penisku juga. Aku mulai menempatkan ujung penisku ke lubang memeknya. Berkali-kali kepeleset, karena susah benar memasukkan hanya sekedar kepala penis. Apalagi Berli agak tegang. Emaknya dan Intan menyarankan agar Berli melemaskan badannya. Setelah dia melemaskan badannya aku mendorong agak kuat kepala penisku sampai akhirnya berhasil. Dia terkejut dan menarik badannya. Penisku kembali lepas. Berli kembali aku tarik ke pinggir bed untuk lebih memudahkan penerobosan. Seperti Intan aku berusaha penetrasi ke memek Berli dengan sangat hati-hati. Teknik mengejankan penisku aku terapkan kembali terhadap Berli. Hasilnya lumayan, Berli tidak terlalu mengeluh sakit. Tetapi memang lebih susah menerobosnya dibanding si Intan. Aku memerlukan waktu yang cukup lama sampai bisa mencapai batas selaput daranya. Teknik mengejan untuk menorobos selaput dara Berli tidak begitu berhasil. Penisku masih susah maju karena tertahan kuat oleh selaput daranya. Dengan sedikit mendorong dan mengejan aku paksa memasukkan penisku sampai akhirnya terasa seperti bunyi “krek” dan Berli menjerit kesakitan. Penisku berhasil menerobos selaput daranya dan pelan-pelan tengelam di memek kecil itu. Air mata Berli mengalir banyak dia menangis. Sebenarnya aku tidak tega juga, tetapi penisku sudah tertancap penuh. Apa boleh buat kutega-tegakan untuk melakukan gerakan perlahan maju-mundur. Sampai lubangnya bisa menyesuaikan besarnya penisku. Setiap gerakan, Berli meringis kesakitan. Aku yang sudah dilanda nafsu terus saja melakukan gerakan maju mundur di dalam lubang yang amat sangat sempitnya. Pertahananku akhirnya jebol juga di dalam memek Berli.<br />Ketika kucabut, sekujur batang penisku agak banyak terdapat bercak darah. Di lubang yang baru ditinggalkan penis tadi juga mengalir darah segar meskipun tidak terlalu banyak. Aku mendokumentasikan lubang memek yang baru diterobos tadi, Terlihat sekujur lubangnya berwarna merah.<br />Akhirnya aku berhasil memerawani dua gadis di bawah umur, dan investai yang kukeluarkan menjadi tidak sia-sia. Emaknya juga senang ketika menerima uang 2 lembar ratusan dolar AS.<br />Beberapa waktu kemudian aku melakukan kembali hubungan dengan Intan dan Berlian. Kali itu aku menginap di kost-kostan mereka dan semalaman aku memacu berahiku berkali-kali.<br />Emaknya cukup punya pengertian. Dia memijatiku dan yang aku puji inisiatifnya mengajari anak-anaknya bagaimana mengoral penisku, sempai keduanya paham dan pandai. Aku pun menyetubuhi emaknya disaksikan kedua anaknya. Kami berempat jadi bebas berhubungan sex kapan saja.<br />Setelah aku mengeksekusi Intan dan Berlian sekitar 5 kali setiap anak, penetrasi ke memek mereka lebih lancar dan mereka tidak lagi merasakan sakit. Tapi aku belum menemukan mereka mencapai orgasme, Selalu aku jebol pertahanannya, karena memek mereka masih sempit-sempit.<br />Aku puas menyetubuhi mereka. Emaknya lalu aku rundingkan untuk mau memperbolehkan kedua anaknya “dipakai “oleh temanku.<br />Rudi adalah giliran pertama mendapat kesempatan itu. Selanjutnya adalah Joe. Kami jadi punya tempat yang aman untuk melakukan eksekusi underage.<br />Mengenai jaminan penghasilan yang kujanjikanke emaknya setelah aku bukakan rekening bank. Si emak aku sertakan ke salah satu bisnis semacam MLM. Aku mengurusi downlinenya sampai mendapat cukup banyak downline. Di bawah si Emak aku berhasil menempatkan sekitar 200 downline. Downline itu terus berkembang menjadi sekitar 1000 dalam tempo 1 tahun.<br />Sekarang si Emak sudah mempunyai pendapat sekitar 2-3 juta setiap minggu. Aku tidak perlu lagi mengongkosinya untuk kost. Dia bahkan sudah berani menyewa apartemen studio dan sudah memiliki motor matic. Yang penting aku jika menginginkan Intan dan Berli tidak perlu keluar biaya lagi. Aku hanya sekali-kali memberi mereka uang jajan. Kedua gadis itu kini sudah modis, dan orang pasti tidak bisa mengira bahwa kehidupan mereka setahun yang lalu berasal dari daerah kumuh. Tidak tertutup kemungkinan setahun kemudian si emak bisa punya mobil dan rumah yang lumayan di pingiran Jakarta. Dia pun kini sudah berani tampil di forum untuk memberi motivasi sehubungan memperbanyak downlinenya. Dia selalu bercerita bahwa dia dulu hanya buruh cuci, yang penghasilannya hanya 500 ribu sebulan. Sekarang dia sedang proses membeli rumah seharga semilyar berencana membeli kendaraan Honda Jazz. Yang dia tidak bisa ceritakan bahwa kedua anaknya aku perawani. ***Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-47807717381647246342012-01-28T07:01:00.000-08:002012-01-28T07:01:53.186-08:00Pedofil<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizidGcswroAOblXkxePhbG2UA5OL4188TNUc27nRPfKZnYc_WE4HUBZbiCY0h6GO9wqWtDA9D-L0tLEVuWheZouGgN5ADUA5HFvppZQO1dH8wwgP-uiHkl30xqz2P9UiXoEfvDxKPChHHI/s1600/5xv6q3l9l_t300x400.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizidGcswroAOblXkxePhbG2UA5OL4188TNUc27nRPfKZnYc_WE4HUBZbiCY0h6GO9wqWtDA9D-L0tLEVuWheZouGgN5ADUA5HFvppZQO1dH8wwgP-uiHkl30xqz2P9UiXoEfvDxKPChHHI/s320/5xv6q3l9l_t300x400.jpg" width="240" /></a></div>
Keinginan lama untuk mengadakan orgy party bisa kesampaian juga. Robin yang pakar dalam pengembangan jaringan ABG menseleksi sekitar 5 orang . Mereka berusia antara 12 – 15 tahun. Kelima cewek itu 4 diantaranya dijebol Robin dan 1 aku yang jebol berkat kesempatan yang diberikan Robin.<br />
Sebelum pesta ini aku sempat mencicipi 2 diantara 5 orang itu, tapi yang 3 lainnya dah sempat ketemu dan kenalan.<br />
Baru hari Rabu ini seting kami cocok, baik aku, Robin maupun ke 5 cewek itu, semuanya bisa. Situasi yang paling sulit adalah mempertemukan kesempatan luang pada ke 7 oknum itu.<br />
Aku membuka kamar di apartemen hotel di daerah Selatan. Aku minta apartemen yang memiliki 3 kamar. Aku buka untuk 2 malam. Tarifnya lumayan agak nendang juga karena semalam nett nya 1,5 jt. Jadi untuk kamar saja sudah harus disisihkan 3 juta.<br />
Untuk merpati-merpati kecil sudah dicadangkan untuk setiap clitnya Rp 750 k. Itu dengan janji kami membooknya dari jam 11 sampai jam 5 sore. Anak-anak itu tidak bisa diajak nginap.<br />
Keberhasilan menenteng 5 merpati kecil itu juga bukan usaha yang mudah. Pada awalnya aku menyarankan kepada Robin agar jangan mempercayai kesanggupan 5 anak itu. Kuminta dia membook 8 anak. Istilahnya over booking gitulah.<br />
Mengapa begitu banyak. Itu karena tingkat keberhasilan menenteng lebih dari 2 anak dengan jam yang diinginkan agak susah.<br />
Robin meski agak mendebat, akhirnya memesan 8 cewek sekaligus. Dia pesan dari 2 orang perantara salah seorang diantaranya banci.<br />
Benar saja, pada jam yang dijanjikan 10 wib yang bisa muncul nyatanya memang cuma 5 merpati kecil. Yang 3 lainnya tidak bisa menepati jam, ada juga yang tiba-tiba berhalangan.<br />
Kami sudah mencadangkan kemampuan dana seandainya 8 orang itu muncul. Tapi nyatanya memang sesuai dengan perkiraanku mereka tidak bisa semua muncul tepat waktu.<br />
Jam 10.30 Robin memboyong ke 5 merpati, plus 1 bencong dan 1 cewek semacam GM yang aku istilahkan “kibus” (kaki busuk/perantara lendir). Kibus itu tidak bisa dipisahkan dari para merpati. Tanpa si bencong dan si GM merpati-merpati itu tidak bisa terbang sendiri.<br />
Aku sudah menunggu di kamar . Melalui HP aku memberi pengarahan agar Robin mendapat jalan terdekat dan terpraktis mencapai kamar yang dipesan. Aku memilih Apartement hotel ini karena, untuk mencapai kamar tidak perlu melalui resepsionis.<br />
Kalau pun dimonitor lewat CCTV. Kelihatannya seperti keluarga yang ingin liburan dan berenang di hotel. (mudah-mudahan begitulah kesannya).<br />
Setting suasana yang aku ciptakan, mereka semua setelah masuk tidak perlu keluar kamar lagi (maksudnya keluar dari unit apartemen). Aku mempersiapkan lauk dari restoran padang, lalu nasi dan berbagai minuman baik air mineral maupun soft drink dan sebotol kecil dry gin, ginger ale serta selusin bir kaleng.. Perbekalan ini cukup untuk hidup 48 jam.<br />
Rombongan masuk. Mereka semua seliweran memeriksa keadaan ruangan, termasuk para kibus. Robin yang menjemput merpati kemudian bercerita sedikit mengenai masalah kecil dalam proses penjemputan, sehingga akhirnya baru jam setengah 12 bisa masuk hotel.<br />
Aku mempersila kan semua rombongan untuk mengambil sendiri minuman yang mereka suka. Si bencong yang kutaksir masih 18 tahun dengan gaya centilnya melenggak-lenggok menuju kulkas di dapur, lalu mengambil sekaleng minuman soda. Para merpati kecil kemudian mengikuti dan mencomot minuman kesukaan mereka.<br />
Dasar masih anak-anak, yang diambil ya minuman juice dan fanta merah. Kibus cewek namanya Lia umurnya sekitar 20 tahun, menarik sekaleng bir lalu menuju ruang duduk dan menyulut rokok mentol.<br />
Aku menghidupkan TV di ruang duduk.<br />
Setelah semua usai mengambil nafas dan masing-masing sudah menenggak minuman, aku mulai membuka pembicaraan. Pertama aku menanyakan apakah ada yang bisa pulangnya besok. Ternyata tidak satupun yang bisa, semua punya alasan . Mereka harus sudah sampai di rumah sekitar jam 6 atau 7 malam.<br />
Itu sudah kuperhitungkan sejak awal. Waktunya bersama mereka hanya sekitar 6 jam, jadi harus digunakan secara efektif.<br />
Aku menarik bencong dan kibus cewek yang kuingat bernama Lia. Lia dulunya pemain, mungkin sampai sekarang masih, umurnya masih sekitar 20 thn, tapi wajahnya di bawah standar.<br />
Aku dan Robin berdiskusi di meja makan yang agak jauh letaknya dari anak-anak itu ngumpul nonton tv di ruang tamu. Aku mengkonfirmasi apakah mereka bersedia melakukan syarat yang aku minta dan juga soal bayarannya. Lia dan bencong mengangguk . Aku sebelumnya menginformasikan ke para kibus bahwa selama di apartemen para merpati itu harus nude dan tidak boleh menolak dicumbu oleh siapa pun.<br />
Persoalannya sekarang para kibus ini harus bagaimana, masa semua kami telanjang dia pake baju. Tapi kalaupun mereka telanjang, aku tidak tertarik dan bisa merusak suasana.<br />
Aku meminta mereka tidak merusak suasana dan memberi keberaDiahn kepada anak-anak untuk memulai buka baju. Si bencong boleh hanya memakai celana dalam, tapi si Lia harus ikut telanjang juga. Bedanya si Lia dan Bencong tidak terlibat dalam party, mereka boleh menonton atau boleh di kamar yang sudah disediakan, yaitu kamar yang paling kecil dengan tempat tidur single.<br />
Meskipun mereka berat hati akhirnya mereka setuju juga. Penelanjang para anak-anak itu bisa dimulai dari kamar mandi sekaligus mereka membersihkan diri.<br />
Kedua mereka kemudian menggiring anak buahnya, Si bencong ke kamar mandi luar dan si Lia ke kamar mandi di dalam kamar.<br />
Begitu mereka menghilang masuk ke kamar mandi aku dan Robin segera membuka semua baju. Aku agak ngaceng sedang Robin lebih ngaceng, mungkin karena sudah dari tadi dia bersama cewek-cewek itu, atau karena faktor usia juga. Aku jauh lebih tua dari Robin.<br />
Aku setelah telanjang lalu mengatur suhu ruangan agar tidak terlalu dingin. Anak-anak itu cekikikan sambil berusaha menutupi kemaluannya. Aku membiarkan mereka berlaku begitu, karena untuk jadi nudis memang perlu waktu penyesuaian.<br />
Setelah kesemuanya bertelanjang kecuali si bencong yang mengenakan celana dalam aku menawarkan mereka makan siang.<br />
Untuk membiasakan pergaulan kami memulai dengan nude lunch bersama. Mereka bebas memilih mau makan di mana, bisa di meja makan yang ada 6 kursi, atau di ruang duduk yang cukup menampung 6 orang.<br />
Anak-anak itu rupanya memilih makan di meja makan mengikuti temannya yang pertama. Anak-anak selalu ngikut yang pertama temannya lakukan. Aku dan Robin Makan sambil berdiri, sementara si bencong makan di dapur sambil duduk di kursi. Dari dapur bisa kok memandang ke ruang makan maupun ke ruang tamu. Jadi meski makan di dapur, tidak lah pula terasa diasingkan. Aku dan Robin makan sambil berdiri dengan bersetumpu pada meja bar yang menghubungkan dengan dapur ke ruang tengah.<br />
Bagus juga kelihatan suasananya. Melalui remote control aku mengaktifkan movie camera yang kuletakkan di dalam tas dan menghadap ke meja makan. Ada satu lagi yang menghadap ke ruang duduk di ruang nonton TV. Di bagian itu tidak aku hidupkan, karena tidak ada obyek di sana. Aku dan Robin menghindar dari sorotan kamera. Kamera itu aku letakkan di dalam tas tersembunyi, hanya lubang kecil saja yang menjadi akses lensa. Jadi mereka semua tidak tahu sedang menjadi sorotan kamera. Lampu sengaja aku terangkan agar gambar terekam jelas.<br />
Sekitar 30 menit nude lunch berlangsung, lalu disambung dengan minum kopi atau wine. Anak-anak itu kutawarkan mencoba minuman lemon dingin. Aku mencampur soda water, jeruk nipis, sirup vanila dan gin tonic. Rasanya agak kecut manis dan ada nuansa alkoholnya.<br />
Mungkin karena mulut terasa amis sehabis makan, mereka mau juga mencoba sedikit-sedikit. Si bencong dan Lia lebih memilih nyedot rokok mentolnya.<br />
Aku dan Robin lalu mengiring para merpati itu duduk di ruang tv. Aku duduk di tengah sofa paling lebar, merpatinya satu di sisi kiriku dan dua di sisi kananku. Si Robin memilih memangku dua cewek sekaligus.<br />
Tangan Robin mulai meremas-remas susu kecil kedua gadis yang dipangkunya. Aku juga menggapai kedua susu di kanan kiriku. Seorang lagi yang tidak tergapai aku minta duduk di karpet di depan kedua kakiku. Dia duduk di situ sambil kujepit kakiku.<br />
Tanganku bergantian meremas susu ketiga anak itu.<br />
Aku dan Robin kelihatannya lebih dahlu terangsang dari pada cewek-cewek itu. Mereka bukannya menghayati remasan, malah ketawa cekikian. Suasana romantis tidak bisa tercapai, kecuali situasi yang menggelikan. Bagiamana tidak, kami berdua dengan Robin sudah tegak 100 persen, anak-anak itu malah cekikikan kegelian dicemek-cemek.<br />
Aku beralih mengobok-obok kedua memek di kiri-kananku. Si Ria yang umurnya sekitar 14 tahun kuminta mengulum penisku. Situasinya agak susah bisa masuk ke suasana sensual.<br />
Robin kuperhatikan dikangkangi cewek yang kutaksir masih berusia 12 tahun. Cewek itu berdiri dikursi sambil tangannya berpegangan sandaran kursi dan memeknya dijilati si Robin. Yang satu lagi kelihatannya agak lebih tua, karena ada jembutnya sedang mengulum penis si Robin.<br />
Aku merasa sudah makin panas maka kutarik salah satu cewek yang kutaksir paling muda, sebab jembutnya masih sedikit. Dia kupangku dengan posisi berhadapan. Pelan-pelan aku tepatkan penisku memasuki vaginanya sampai akhirnya ambles semuanya. Aku genjot dia Belum 5 menit aku sudah menyerah dengan semburan sperma di dalam vaginanya.<br />
Aku langsung berdiri sambil tetap membopongnya dengan posisi penisku masih didalam liangnya, untuk menghindarkan mani banyak meleleh ke sofa. Aku bopong dia masuk ke kamar mandi. Tapi belum sampai kamar mandi dia sudah minta turun, karena takut jatuh. Begitu dilepas, air maniku tumpah ke lantai.<br />
Aku berjalan sendiri ke kamar mandi membersihkan diri. Anak itu kemudian menyusul masuk ke kamar mandi setelah melihat aku keluar.<br />
Setelah ejakulasi , selerea sex ku jadi hilang. Aku jadi tidak berminat lagi mencumbui mereka. Tetapi aku tidak boleh mengikuti perasaanku. Aku harus menjaga suasana agar tetap hot.<br />
Kedua cewek yang tadi bersamaku kusuruh duduk di sofa dan aku mengambil posisi di selangkangan salah satu dari mereka. Aku mengoral salah satu dan tanganku mengobok-obok cewek yang satunya.<br />
Kalau aku mengoral cewek yang dewasa biasanya mereka sudah terengah-engah, tetapi anak bau kencur ini kok kayaknya gak terangsang. Padahal aku sudah memusatkan jilatan ke bagian clitnya. Bosan mengroal aku pindah mengoral yang satunya. Cewek ini pun lama sekali dan kayaknya gak begitu terangsang. Malah aku yang kembali menegang.<br />
Aku menggiring ketiga cewek ini masuk ke kamar tidur utama dan cewek yang terakhir aku oral aku tancap.<br />
Mungkin karena ini ronde kedua aku lama sekali keluarnya. Kuperhatikan cewek yang aku garap pun tidak juga kunjung menikmati apalagi sampai orgasme. Ah masa bodoh amat lah, kan tugas mereka memuaskan aku. Aku kemudian menggilir cewek yang pertama aku oral tadi. Aku kembali menyodok penisku masuk ke lubang yang kedua atau yang ketiga dalam pertempuran hari ini.<br />
Meski mereka masih belia, tetapi ketika penisku sudah keluar masuk ke dalam vaginanya, rasanya biasa saja, tidak terasa sempit, atau menggigit seperti digambarkan di cerita-cerita porno. Mereka malah hanya diam saja tidak memberi reaksi perlawanan, dan juga tidak terengah-engah seperti kalau aku menyetubuhi cewek dewasa.<br />
Aku berusaha kosentrasi sampai akahirnya aku mendapatkan ejakulasi di lobang yang kedua ini.<br />
Badanku lemas sekali, dan alkohol yang tadi kuminum sedikit memberi reaksi ngantuk. Kutarik selimut dan aku tertidur.<br />
Tidak tahu berapa lama aku tertidur, tetapi ketika aku bangun, cewek-cewek itu pada cekikikan menonton TV sambil berselimut. Mereka rupanya kedinginan. Robin, juga terlelap di kamar sementara ceweknya nonton tv. Keinginan ku sebenarnya ingin menjajal yang dimakan Robin tadi, tetapi seleraku tidak bangkit. Kalau diikuti selera, kayaknya sampai nanti waktunya habis aku juga masih kurang selera.<br />
Aku minta ke Ria dan si Bencong agar mengarahkan anak buahnya yang tadi kupakai menggoda si Robin yang sedang lelap. Mereka kuminta membersihkan penis Robin lalu mengoralnya.<br />
Dengan gerak gontai dan berat ketiga yang aku pakai tadi menuju ke kamar Robin digiring oleh gembalanya.<br />
Si Bencong dan Ria lalu keluar dan menutup pintu.<br />
Kedua cewek yang dipakai Robin kuminta berada di kiri kananku. Salah satu kemudian kuminta mengoralku dan yang satu lagi kucemek-cemek tetek kecil dan memek kecilnya.<br />
Dari keadaan loyo, penisku lama-lama bangun juga dan terus bisa mengeras. Kalau tadi aku tidak menelan viagra mungkin barangku belum mau bangkit.<br />
Setelah bisa tegak aku mengajak kedua cewek itu masuk kamar dan prosesi eksekusi mulai dari cewek yang lebih muda dan nonoknya gundul. Meski gundul, tapi lubangnya tidak terasa sempit. Rasanya sih sama aja dengan lubang memek dewasa.malah minusnya mereka tidak memberi reaksi. Perduli amat, 5 menit aku sikat si memek gundul lalu berganti dengan memek yang udah berjembut, rasanya juga sama, tidak terasa sempit malah lancar-lancar aja.. Aku akhirnya bosan juga menggumuli kedua cewek ini sampai ketegangan barangku jadi agak berkurang. Aku menyudahinya karena badanku terasa capek. Aku mengajak mereka ke kamar mandi untuk cuci alat vital dan mereka kuminta menyabuni barangku yang setengah tegang.<br />
Setelah mengeringkan badan aku minta mereka memanggil si Lia dan mereka kubebaskan kalau mau makan lagi atau minum di ruang tengah.<br />
Lia masuk dengan muka nada bertanya. Aku memintanya dia menuntaskan permainan, dan nanti akan ada ekstra tambahan untuknya.<br />
Aku tidur telungkup, Lia kuminta memijatku. Badanku terasa penat dan lemes, tetapi karena semangat Lia memijat akhirnya aku mulai terangsang. Dia pintar juga memijat sambil menyenggol-nyenggol penis dan kantong menyan.<br />
Aku berbalik telentang, dan bagian depanku dipijatnya sambil kadang-kadang penisku di cengkeramnya.<br />
Setelah selesai memijat Lia kuminta mengoral. Tidak perlu menunggu lama dia segera mengoralku. .Jilatan dan hisapannya jauh lebih nikmat dari anak-anak bau kencur tadi. Aku jadi kembali terangsang. Aku minta Lia memasukkan penisku ke lubang kemaluannya sambil aku tidur telentang.<br />
Lia sambil posisi jongkok lalu membenamkan penisku ke dalam memeknya. Entah dibuat-buat atau asli dia mendesah ketika barangku pelan-pelan menerobos masuk.<br />
Namun dari gerakan dan desahannya yang seirama, rasanya Lia memang asli menikmati permainan. Aku melihat kenyataan itu jadi makin terangsang dan semangat.<br />
Gila Lia makin bergerak liar sampai akhirnya dia ambruk dan lubang memeknya berdenyut-denyut mencengkeram penisku.<br />
Kubalikkan posisi dan aku berada di atasnya. Aku mengenjotnya. Memeknya terasa lebih menggigit dibanding memek anak-anak tadi. Lia malah bereaksi lebih merangsang. Meski mukanya agak jelek, tapi, teteknya lumayan besar dan sex responsnya lebih ok.<br />
Ini mungkin yang diibaratkan muka setan rasa ketan. Aku makin bersemangat menggenjot dan rupanya orgasme Lia datang lagi, dia berteriak sambil menutup bantal ke mukanya. Sedangkan aku masih belum ada tanda-tanda mau meletup. Aku berhenti sebentar untuk memberi ruang bagi orgasme Lia. Setelah mereda kedutan di dalam vaginanya aku kembali menggenjot. Aku berkonsentrasi agar bisa mencapai orgasme. Hampir 5 menit kemudian aku pun akhirnya meledakkan sperma.<br />
Badanku lemas, setelah melepas 3 tembakan.<br />
Sekitar 10 menit aku beristirahat lalu bangkit ke kamar mandi dan cuci-cuci. Di luar kulihat Heman masih mengenjot salah satu cewek yang pertama kupakai dengan posisi dogy di ruang makan. Cewek yang lainnya cuek aja sambil menonton televisi.<br />
Perutku terasa lapar dan aku menyambar piring. Makan sambil menonton Robin ngembat rasanya aneh juga.<br />
Jujur aku mengakui tidak ada yang istimewa dari orgy party abg yang baru kulalui. Rasa nya hambar saja, tidak ada kemesraan dan akrab. Yang ada malah kewajiban untuk mengejar target memompa 5 cewek. Rasanya orgy ini hanya untuk memuaskan nafsu avonturir saja.<br />
Belum jam 5 kami sudah kembali berpakaian dan anak-anak itu sudah menerima jatah bayarannya masih-masing, malah pada minta tambah. Akhirnya setelah berembuk dengan Robin, anak-anak itu kami tambahin seratus-seratus. Kibusnya juga begitu, dari jatah limaratus mereka minta tambah seratus juga. Lia malah kutambah tiga ratus lagi.<br />
Mereka kami pulangkan dengan memanggil 2 taksi. Setelah mereka meninggalkan hotel, aku berdiskusi dengan Robin. Robin yang sudah terlanjur pamit keluar kota dari rumahnya terpaksa harus tetap berada di hotel ini. Aku sama saja.<br />
Kalau dituruti, aku sebetulnya sudah tidak berminat meniduri perempuan lagi malam ini. Tapi kami sudah mengambil hotel ini 2 malam. Mungkin ketika kami mengambil hotel ini terlalu bersemangat. Rasanya kalau malam ini tidur berdua dengan Robin di Hotel, aneh banget.<br />
Soal mau dipakai atau tidak, akhirnya aku dan Robin sepakat untuk mengundang 2 cewek, masing-masing untuk aku dan Robin, menemani kami tidur semalaman.<br />
Robin mulai mengontak koleksinya<br />
Dia berhasil mendapatkan 2 cewek yang untuk dia katanya umurnya 22 tahun dan Cina, dan untuk aku katanya umurnya 24 tahun cukup manis pernah dipakai Robin..<br />
Sekitar jam 8 aku dan Robin turun dan keluar hotel. Kedua cewek itu menunggu di Hero Supermaket yang letaknya agak bersebelahan dengan hotel.<br />
Keduanya cukup manis dan cantik. Ceweknya Robin kelihatan Panlok banget, sedang cewekku kelihatannya kayak orang Jawa, rambutnya lurus sebahu dan putih.<br />
Setelah membekal hamburger kami kembali ke hotel. Sesungguhnya aku kurang berselera main sex malam ini, tapi sayang juga kalau dianggurin.<br />
Kami duduk berpasang-pasangan seperti dua pasang kekasih yang sedang menikmati bulan madu.<br />
Aku menenggak bir kaleng dan menikmati kepulan asap rokok Marlboro sambil memeluk Shinta, begitu nama cewekku. Cewek si Robin namanya kalau nggak salah Alin.<br />
Kata Robin mereka minta disangui sejuta untuk nemeni semalam. Mereka bukan prof, tetapi sambil bekerja di kantor, kadang-kadang menerima orderan juga. Aku tak berminat menyelidik dimana kerja dan kantornya. Kurasa sudah kode etik dalam duDiah perlendiran hal-hal seperti itu tidak etis ditanyakan.<br />
Setelah puas makan minum, kami lalu mengiring pasangan masing-masing ke dalam kamar.<br />
Shinta sangat aktif merangsangku. Sedangkan aku yang telah kekenyangan main seharian tadi agak kurang agresif. Makanya ketika celanaku dipeloroti, barangku masih loyo. Shinta meledek, katanya adek ku masih ngantuk. Shinta mulai menciumi sekitar kemaluanku, dengan mengulum penis, lalu kantongnya dan turun sampai ke lubang matahari.<br />
Aku jadi tidak bisa tinggal diam, karena merasa geli campur syur. Pelan-pelan si otong bangun juga dikerjai Shinta. Nafsuku pun jadi ikut bangkit. Kubalikkan posisi sehingga aku jadi menindih Shinta. Aku ciumi BD nya yang lumayan kencang dan menantang. Putingnya masih kecil menandakan dia belum pernah hamil, perutnya juga masih kencang.<br />
Dari kedua dadanya aku meluncur turun, sampai ke bulu pubis yang tidak terlalu lebat. Kuciumi seputar kemaluannya, tidak ada aroma yang menjijikkan. Kedua kakinya aku renggangkan dan tanganku menguak lipatan kemaluannya. Aku mencari posisi clitoris. Kelihatan agak menonjol sedikit mengkilat. Penampilan clitors seperti ini menandakan pemiliknya sudah terangsang. Aku menyapukan lidahku ke bibir kemaluannya. Shinta mulai mendesah sambil pinggulnya bergerak. Saat lidahku menyapu clitorisnya, dia berteriak pelan sambil mengangkat pinggulnya.<br />
Aku lalu menyapu terus clitorisnya sambil Shinta terus menerus mendesah dan bergerak. Dia sudah makin tinggi terangsang. Aku membekapkan mulutku ke bagian clitorisnya, untuk memudahkan konsentrasi sapuan lidah ke klitoris. Shinta makin kelojotan dan tidak lama kemudian dia menjerit karena mencapai orgasme. Clitorisnya berdenyu-denyut dan bagian bibir vaginanya juga berdenyut. Aku menghentikan sapuan lidah dan menekankan lidahku ke clitorisnya.<br />
Setelah denyutan agak reda aku duduk bersimpuh di antara kedua kaki shinta yang mengangkang, Jariku yang tengah ku tusukkan ke dalam vagina. Terasa sangat basah, mungkin campuran cairan pelumas vagina dengan ludahku. Aku perlahan-lahan mencari benjolan lembut di dinding atas vagina. Dengan gerak lembut dan hati-hati aku menemukan apa yang kucari. Bagian itu lalu aku usap pelan dan lembut sekali. Usapanku membuat benjolan lembut itu makin mengeras. Aku terus menyapu bagian itu dengan gerak halus dan tanpa tekanan. Shinta mulai kelojotan dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia akhirnya berteriak keras sekali bersamaan dengan datangnya denyutan di dalam kemaluannya. Lubang vagina Shinta berdenyut cukup lama. Setelah akhirnya denyutan itu reda, kutarik jariku.<br />
Shinta mengaku rasa yang barusan enak sekali, sekarang dia merasa lemas dan ngantuk. Biasanya kalau cewek mencapai orgasme yang optimal pasti dia merasa ngantuk. Tapi aku dalam keadaan sebaliknya. Badanku sudah terbakar oleh birahi dan kemaluanku sudah tegak sempurna.<br />
Aku membimbing penisku memasuki lubang kenikmatan Shinta. Dia mendesis pelan ketika prosesi masuknya penisku sampai ambles semua. Perlahan-lahan aku mulai memompa. Sambil bergerak naik-turun aku mencari posisi yang maksimal merangsang vagina Shinta. Posisi itu akhirnya kudapatkan. Dia membalas setiap gerakanku dan aku merasa penisku diremas oleh ketatnya lubang vagina.<br />
Aklu membandingkan memek-memek kecil yang kulahap tadi siang dengan yang kurasakan sekarang. Secara Umur, seharusnya memek Shinta lebih longgar, tetapi nyatanya yang tadi siang terasa lobok setelah kutikam berkali-kali. Tapi memek ini sudah 5 menit lebih aku menikamnya masih tetap terasa enak. Saking enaknya mungkin sampai Shinta kembali mencapai orgasme dan di menjerit lalu menarik badanku merapat. Aku merasa peli ku seperti diremas-remas oleh kontraksi vagina. Setelah dia selesai orgasme aku kembali melanjutkan. Shinta sempat minta ampun agar aku berhenti dulu, karena dia merasa lemas sekali. Tapi dengan sentuhan ciumanku ke mulutnya, dia jadi tidak bisa bicara dan penisku terus naik turun seperti piston dengan stroke panjang.<br />
Aku terus mengenjot dan berkonsentrasi sambil berkhayal yang erotis akhirnya aku merasa mulai ada desakan mani akan melejit. Aku mempercepat pompaan. Tapi agak lama juga pompaan ini baru mampu mengeluarkan maniku yang tinggal sedikit. Begitu terlepas, terasa sekali denyutan nikmat bercampur agak ngilu sehingga aku membenamkannya dalam-dalam di dalam memek Shinta. Mungkin karena pengaruh denyutan itu, Shinta jadi ikutan orgasme pula.<br />
Begitu usai, Shinta sudah seperti orang pingsan. Dia tidak peduli lagi air maniku meleleh di vaginanya. Sementara aku bangkit ke kamar mandi mencuci seluruh batangku dan juga gosok gigi dan berkumur dengan cairan kumur.<br />
Aku pun sudah lelah dan mengantuk. Kutarik selimut dan aku langsung tertidur lelap.<br />
Jam 4 pagi aku terbangun karena sesak pipis. Batangku jadi tegang karena ereksi kebelet pipis.<br />
Setelah pipis terlampiaskan, rasa ngantuk jadi hilang. Aku kembali tidur di samping Shinta sambil meremas buah dadanya yang kenyal. Shinta terbangun oleh gangguanku. Dia rupanya juga kebelet pipis. Buru-buru bangkit dan ngacir kekamar mandi dengan kondisi telanjang. Agak lama di sana mungkin sekalian bersih-bersih memek.<br />
Shinta kembali ke tempat tidur dalam keadaan segar. Tapi karena udara dingin AC dia pun menarik selimut. Shinta berada dibawah selimut bersamaku. Jadi tubuh telanjang kami saling bersentuhan.<br />
Aku sebetulnya tidak terlalu ingin berhubungan pagi ini. Pelerku aja masih kuyu setelah terlampiaskan pipisnya tadi.<br />
Tapi Shinta menggerayangi kebanggaanku itu dan meremas-remas pelan-pelan sambil tubuhnya memelukku. Aku pasrah dan diam saja.<br />
Mungkin pengaruh Viagra yang kutelan kemarin masih ada, akibatnya penisku mulai mengeras pelan-pelan. Setelah mulai berkembang, Shinta masuk ke bawah selimut dan dia mulai mengulum penisku.<br />
Saat Shinta terlindung dalam selimut, Robin masuk ke kamarku. Air mukanya mencari-cari. Aku tau yang dia cari lalu tanpa kami mengeluarkan suara aku menunjuk ke arah Shinta di bagian bawah ku. Robin lalu mengangguk,. Dia keluar dan tak lama kemudian balik lagi masuk kamarku dan menggandeng si Alin. Alin menahan tarikan Robin untuk masuk ke kamarku, Tapi Robin terus memaksa sampai akhirnya Alin jadi seperti kambing ditarik pemiliknya. Alin berjalan sambil menutup buah dadanya.<br />
Robin dengan satu gerakan tiba-tiba menyingkap selimutku. Terlihatlah Shinta yang sedang mengulum. Dia terkejut dan malu tetapi Robin tidak lagi memperhatikan Shinta dia malah menarik Alin untuk bersama-sama menjatuhkan diri ke ranjang ku. Di mencumbui Alin sebentar. Alin masih agak canggung, tapi dia kemudian membalas cumbuan Robin. Robin menindih Alin dan merosot ke bawah mengoral Alin. Mesin nafsu Alin mulai panas, dia tanpa peduli bahwa ada aku dan Shinta mulai mendesah. Robin berhasil membangkitkan birahi Alin<br />
Robin tidak menuntaskan oralnya . Dia kembali merambat keatas dan mulai mencucukkan penisnya ke vagina Alin. Kira-kira 20 gerakan Robin minta posisi dibalik. Dengan gerakan pelan Alin berubah jadi menindih Robin. Robin mengarahkan Alin agar duduk tegak di atas kemaluannya.<br />
Melihat adegan yang syur itu, Ssinta kemudian mengambil inisiatif untuk juga mendudukiku.<br />
Aku dan Robin menikmati pemandangan langka, dua pasang susu yang mengelembung berguncang-guncang karena pemiliknya sedang menggenjot pasangannya.<br />
Robin mulai iseng dia meraih tetak Shinta yang memang kelihatan lebih gemuk dari Alin. Shinta cuek saja malah dia berakting, seolah-olah dia makin terangsang. Kepalanya di dongakkannya ke belakang, sambil mengeluarkan suara yang merangsang.<br />
Alin tidak bisa mencegah tangan usil Robin. Dia kelihatannya berkonsentrasi menikmati ganjalan penis Robin di dalam nonoknya.<br />
Aku mengambil kesempatan yang sama dengan menjulurkan tanganku meraih susu Alin yang putingnya merah jambu. Mulanya Alin kaget, tetapi kemudian dia pasrah.<br />
Entah berapa lama mereka menggenjot akhirnya Shinta rubuh duluan dari Alin. Padahal peliku masih sehat bugar. Kelihatannya Robin juga belum O.<br />
Kami membalik posisi sehingga aku dan Robin menjadi MOT. Genjot sebentar lalu aku dan Robin saling berpandangan. Dia memberi isyarat dengan menggerakkan kepala, aku menyambutnya dengan anggukan. Bahasa para pemain ulung rupanya sudah demikian tinggi sehingga komunikasi itu nyambung.<br />
Aku dan Robin mencopot penis dari sarang pasangan kami masing-masing, Lalu dengan gerakan cepat kami saling menindih dan berusaha secepatnya menyarangkan batang kami ke sarang patner silang.<br />
Belum sempat mereka protes aku dan Robin sudah berhasil melakukan genjotan. Alin merengut dan mengeluh bahwa kami jahat. Shinta kelihatanya lebih terbuka, dia Pasrah saja di swing.<br />
Mungkin hanya kerakusan laki-laki saja yang merasuki kami. Nyatanya rasa memek Alin sama saja dengan Shinta. Yang membedakan hanya wajah dan bentuk tubuh serta warna kulit saja.<br />
Pertukaran itu mungkin mengganggu konsentrasi pasangan cewek kami, sehingga aku susah mencari posisi yang maksimal. Aku sudah hampir bosan karena menggenjot 10 menit bukan makin terasa enak, malah terasa makin lelah.<br />
Menjelang titik jenuhku, Alin baru bereaksi. Aku menemukan sentuhan pelerku di bagian G spotnya, sehingga di mulai merintih. Aku kembali bersemangat dan aku juga berkonsentrasi memacu untuk segera melepaskan sari tubuhku. Dalam durasi sekitar 5 menit Alin menjerit. Melihat reaksi itu aku jadi terpacu dan menggenjot lebih cepat, sampai Alin mengampun-ampun. Aku tidak perduli sebab kalau aku berhenti, aku bisa kembali mulai dari persneling 1 lagi. Ini sudah kecepatan tinggi gigi 5 aku menggenjot karena terasa akan ejakulai. Alin menghiba-iba minta ampun dan aku terus menggenjot sampai akhirnya aku mengeluarkan ejakulasi.<br />
Aku tidak sempat memperhatikan Robin, karena kemudian aku jatuh tertidur.<br />
Mungkin lelap sekitar 2 jam aku baru terbangun. Kulihat Robin terkapar. Shinta sudah tidak ada di ranjang, Alin pun hilang.Aku bangkit bermaksud cuci badan. Eh di kamar mandi ketemu Alin yang sedang jongkok menceboki kemaluannya.<br />
Kutanya Shinta dimana. Alin menjawab Shinta sudah keluar kamar. Aku membersihkan diri, gosok gigi lagi dan bersama Alin dalam keadaan nude keluar kamar. Shinta rupanya sedang menyiapkan minuman kopi kami. Kami bertiga menyeruput minuman hangat sambil sesekali mencelupkan roti.<br />
Asyik banget rasanya breakfast sambil nude. Shinta berencana pulang agak cepat, dia jam 8 mau cabut mau kembali kerja ke kantornya. Untungnya dari tempat kami menginap kantornya tidak terlalu jauh, katanya gak sampai setengah jam udah nyampe. Shinta lalu bergegas mandi lalu keluar dengan pakaian rapi seperti wanita karir. Rupanya Alin juga ingin menumpang taksi Shinta, dia pun sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Kata Alin dia akan meneruskan dengan busway ke tempat kerjanya.<br />
Setelah semua transkasi diselesaikan Alin dan Shinta meninggalkan kami yang sudah kecapaian.<br />
Masih ada waktu 2 hari satu malam lagi. Padahal kami sesungguhnya sudah puas dengan petualangan sex. Rasanya seminggu lagi nggak ngembat masih bisa tahan. Tapi dasar Robin dia selalu punya ide gila. Dia menawarkan menu siang ini dengan suguhan perawan di bawah umur.<br />
Sebetulnya aku kurang tertarik dalam soal memuaskan sex, tetapi menu perawan, membuatku penasaran, aku sudah lama tidak merasakan perawan, apalagi sekarang tawarannya menu cewek yang baru gede masih perawan.<br />
Tanpa persetujuanku Robin mulai mengontak jaringannya. Jam 12 dia mendapat kabar ada stok cewek umurnya juga sekitar 12 masih perawan butuh duit. Menurut kibus Robin ada stok 3 perawan yang usianya sebaya itu. Setelah memilih spek yang cocok, dia akhirnya memesan 2 orang. Dia minta si kibus ke Blok M dan meeting pointnya di Blok M.. Setelah deal, sekitar jam 12 kurang 15, Robin meluncur ke Blok M.<br />
Aku yang tinggal sendirian bosan tinggal di kamar lalu turun ke bawah. Maksudnya mau berenang. Aku tidak jadi berenang, hanya duduk-duduk saja di payung di pinggir kolam renang. Handphoneku berdering. Nomernya tidak aku kenal. Dia ternyata Diah wanita Jawa umur sekitar 28 an, selingkuhan ku dosen di Jogja. Aku udah 2-3 tahun tidak pernah kontak dengan dia, sejak aku jarang ke Jogja. Diah seksnya luar biasa dan yang aku senangi dia sangat telaten melayaniku. Mukanya tidak terlalu cantik, tapi kata orang jawa cukup manis dan kulitnya rada gelap.<br />
Mungkin kebetulan atau apa, dia berada di Jakarta dan ingin ketemu aku. Dengan lagak sok sibuk aku menyanggupinya ketemu setelah jam kantor. Aku beralasan sekarang sedang kerja. Padahal lagi nunggu lobang buntu.<br />
Dia setuju, tapi aku harus menyediakan penginapan. Siang ini dia memang juga belum bisa ketemu, karena masih harus menghadiri seminar. Pas lah.<br />
Aku kembali ke kamar, semua sudah rapi, mungkin petugas house keeping yang mengerjakan tadi. Aku melongok keluar, memang benar ada kereta dorong house keeping tak jauh dari kamarku. Aku datangi dia dan kuselipkan 50 rb sebagai tips terima kasih merapikan kembali kamarku.<br />
Tak lama kemudian Robin datang dengan tentengan dua cewek mungil dan seorang wanita dewasa. Kedua cewek itu tertunduk malu. Dari raut wajah dan tubuhnya kedua anak itu masih kelihatan muda sekali. Mungkin teteknya baru numbuh kemarin.<br />
Menghadapi kedua cencen (istilah ku untuk cewek yang underage), perlu sosialisasi . Tapinya susah berkomunikasi dengan mereka. Mungkin mereka malu, canggung, jadi susah nembung omongan. Robin kelihatannya sudah tidak sabar. Dia menarik cewek yang agak putih dan kelihatannya lebih muda. Cewek satunya lalu kutarik agar duduk mendekatku. Dia pasrah saja. Tapi tetap saja memberi jawaban sepotong kalau kutanya.<br />
Dari pada susah-susah, toh dia sudah tahu tugasnya apa. Kugandeng dia masuk ke kamar. Aku minta dia ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan semuanya. Tak lama kemudian dengan penutup handuk dia keluar dan duduk di samping ku. Kurebahkan ke kasur dan aku mulai meremas susu kecilnya. Putingnya masih kecil banget. Kalau mau dilomot, apa enaknya. Aku hanya menjilat-jilat saja. Dia kegelian dan menolak untuk kuteruskan jilatannya.<br />
Tanganku merambah ke bawah, tapi dicegahnya. Aku meyakinkan dia, bahwa tindakan ku itu tidak perlu dicegah, tidak usah malu. Memeknya menggelembung dan masih gundul. Kusibak untuk melihatnya memang terlihat gundul dan mentul.<br />
Aku terus menjilati kedua susu yang baru numbuh dengan pentil kecil. Dia mengelinjang-gelinjang . kayaknya menggelinjang bukan karena rangsangan tetapi menahan geli. Sementara tanganku terus mengubek-ubek memek kecilnya.<br />
Aku kemudian menghentikan aktifitasku. Aku lalu menanyakan kepada cewek yang kemudian kekutahui namanya Dina. Dia dijanjikan menerima duit 1,5 juta dari maminya. Ah , padahal aku membayar perawannya ini 2,5 juta dan maminya 500 ribu. Jadi rupanya si mami dapetnya lebih banyak. Karena kalau dua anak dia total dapat 3 juta.<br />
Lalu aku janjikan tambahan 1 juta lagi dengan syarat aku boleh foto dia dulu dalam keadaan telanjang. Aku berjanji merahasiakan uang tambahan itu dari maminya. Dia berpikir sebentar lalu dia setuju.<br />
Aku mulai mempersiapkan kamera digitalku, semua pose aku shoot, dan episode terakhir aku mengambil lubang vasgina yang masih ada selaput perawannya. Dia agak sakit ketika kuminta membuka belahan vaginanya. Perih katanya. Aku terpaksa mengambil gambar berkali-kali sampai yakn mendapatkan citra yang bagus.<br />
Sesi selanjutnya aku merekam video. Dia kuminta menari-nari, dari kamar mandi sampai ke ranjang lalu merenggangkan kedua kakinya dan kembali membuka belahan memeknya sampai terlihat kembali selaput daranya.<br />
Setelah kurasa semua lengkap aku kembali mengerjai gadis cilik ini. Dia mulanya menolak untuk aku oral, tapi karena aku terus memaksa akhirnya dia dengan berat hati mau juga. Dia menggelinjang-gelinjang ketika lidahku menyapu kemaluannya. Dia mengeluh rasanya geli sekali. Aku tetap meneruskan misiku sampai akhirnya bisa membekapkan mulutku di sekitar clitorisnya. Aku mulai menyapu clitorisnya. Dia kembali menggelinjang sambil menarik badannya keatas. Dia mengeluh geli.<br />
Bagi cewek yang belum siap disetubuhi, atau belum terangsang, semua sentuhan terhadap memeknya akan dirasakan geli. Itu tidak saja pada cewek kecil, tetapi juga terhadap cewek dewasa. Itu adalah pengalaman.<br />
Aku lama sekali mengoral, meki kecil ini, tetapi gelinya tidak kunjung sirna. Aku bosan dan ingin langsung ke tujuan utama.<br />
Kutarik badannya sehingga panggulnya berada di tepi ranjang dan pantatnya ku ganjal bantal. Kakinya kukangkangkan selebar-lebarnya dan lututnya ditekuk. Penisku yang sudah mengeras kuolesi, VCO (Virgin Coconut Oil). Seharusnya bukan itu pelumasnya, tapi K jelly, tapi adanya hanya itu, apa boleh buat, yang penting licin dan steril.<br />
Kepala penisku mengkilat berlumuran vco. Lubang memeknya juga kulumari vco. Sambil aku menshoot video sendiri. Aku memajukan penisku memasuki lubang kecil vaginanya.. Perjuangan untuk memasukkan kepala penis saja susahnya bukan main. Sebabnya dia selalu melorot ke atas, sehingga penisku jadi sering lepas.<br />
Akhirnya setelah kepalanya mentok ke atas tempat tidur baru aku bisa memasukkan kembali kepala penisku. Aku memompanya pelan-pelan. Kepala penis sudah terbenam tetapi untuk maju tidak bisa lagi. Ini terhalang oleh selaput dara. Dia mengeluh sakit sekali. Aku minta dia bersabar sebentar lagi selesai. Dengan gerakan pelan aku terus mendorong penisku masuk sampai akhirnya terasa ada yang jeblos di dalam. Dina menjerit dan menutup mukanya dengan bantal. Sementara aku terus memasukkan penisku makin dalam. Lubangnya terasa sempit sekali. Sementara shooting video sudah terpecah kosentrasinya. Setelah bisa masuk sempurna baru aku kembali mengambil gambar video dari bagian dan dari belakang. Aku mengira-ira saja. Nanti hasilnya kan bisa di edit.<br />
Penisku tampak agak berlumuran darah sedikit. Setelah sekitar 3 menit shoot, aku hentikan shoot . aku kembali berkonsentrasi menggenjot lubang buntu ini. Penisku jadi terasa agak perih juga. Mungkin karena sempit, aku tidak bisa bertahan lama dan meletuslah sperma di dalam vaginanya.<br />
Aku segera mencabutnya dan terlihat sperma bercampur sedikit darah. Dia lalu ngacir kekamar mandi dan menceboki memeknya yang baru aku jebol.<br />
Dia keluar dari kamar mandi sambil meringis, sakit katanya.<br />
Aku lalu menawari dia untuk ngomong ke temennya untuk aku tambah 500rb , kalau dia mau aku foto.<br />
Entah bagaimana, dia sampaikan ke Etty temennya, tetapi dua cewek kecil itu berbalut handuk masuk ke kamarku. Dina mengatakan Etty mau difoto.<br />
Aku tanya tadi sudah dipakai Robin, Kata Etty belum karena Robin barangnya gak mau bangun. Robin baru menjilat-jilat saja.<br />
Robin ketiduran di kamarnya, dia mungkin sudah bosan. Tapi keserakahannya membuat dia bernafsu menjebol perawan kecil. Namun tiba masanya eksekusi, barangnya tidak mau diajak kompromi.<br />
Aku lalu menawarkan tambahan 500 lagi ke Etty jika dia mau mengulum penisku dan aku jebol perawannya. Jadi akulah yang membayar Etty, bukan lagi Robin.<br />
Aku kembali mengambil foto Etty lengkap sampai ke lubang perawannya, termasuk mengambil videonya Setelah itu kusuruh mereka berdua berpose nude dan aku mengambilnya dari berbagai angle. Giliran berikutnya adalah shooting video.<br />
Aku merasa barangku masih bisa bangun lagi jika di lomot sama anak-anak ini. Kedua anak itu aku ajari melomot barangku. Mereka pada awalnya jijik, tetapi setelah aku oral akhirnya mereka mau juga dengan gaya rada-rada jijik.<br />
Ah lama-lama bisa juga mereka mengulum penisku, sampai akhirnya dari keadaan kuyu menjadi bengkak lagi. Aku mengambil posisi diantara bentangan kaki si Etty. Aku tidak lagi menarik dia ke pinggir tempat tidur, aku langsung pentokkan kepalanya ke atas bagian bed, sehingga ia tidak bisa melorot naik.<br />
Aku kembali mengolesi vco ke penis ku dan permukaan lubang Etty. Penisku yang nyaris tegak sempurna, pelan-pelan kutekan ke lubang vagina Etty. Seperti yang tadi kesulitannya adalah memasukkan kepala penisku. Etty sudah meringis-ringis kesakitan. Perjuangan membenamkan kepala penis cukup menguras tenaga juga.<br />
Dengan mengeraskan aku berusaha merangsek maju pelan pelan dan akhirnya bles juga masuk. Etty menjerit lirih karena selaputnya jebol. Aku lalu perlahan-lahan memompa. Aku mencoba menari posisi yang dirasakan Etty enak. Tetapi tidak terlihat reaksi dia menikmati persetubuhan ini. Meski penisku sudah mulai lancar keluar masuk tetapi dia masih merasa perih juga.<br />
Aku terus menggenjot sampai sekitar 10 menit berkosentrasi akhirnya meletus juga lahar putih dari moncong meriam si jagur.<br />
Aku segera bangkit dari tempat tidur dan mengambil kesempatan terlebih dahulu masuk kamar mandi.<br />
Setelah selesai aku segera berpakaian, dan semua nafsu sex ku sudah pudar. Rasanya barangku di bawah sana rada kebal, jadi tidak terasa di masih teronggok disana.<br />
Transaksi sudah kubereskan dan taksi kupesan sudah datang. Mereka bertiga langsung melesat dari hotel.<br />
Robin keluar dari kamar. Dia mengeluh tadi tidak bisa menjebol karena barangnya tidak mau kompromi siap berperang. Robin mengaku sudah kehilangan selera karena terlalu banyak membantai.<br />
Dia mengatakan ingin pulang saja, karena sudah tidak ada gunanya. Aku tentu saja keberatan ditinggal sendirian. Aku mencari akal guna mencegah Robin pulang. Kutakuti dia , jika pulang nanti di rumah istri minta jatah, lalu dia tidak mampu, malah jadi masalah. Robin seperti tersadar oleh kenyataan itu, sehingga dia akhirnya mau bertahan untuk memulihkan stamina. Namun dia berjanji tidak mau bertempur lagi.<br />
Aku mengatakan bahwa malam ini aku akan mendapat tamu, cewek selingkuhanku dari Jogja. Robin bertanya, apakah aku masih kuat betempur.<br />
Aku mengaku sebetulnya memang tidak ada selera main lagi malam ini, tapi karena dia datang dari jauh dan ingin menginap di Jakarta, maka aku terpaksa menampungnya. Soal ngesex itu masalah nanti, tidak perlu dipikir sekarang.<br />
Aku sempat tidur satu jam lalu mandi dan bersiap diri menunggu aba-aba dari Diah Selingkuhanku. Sekitar jam 4 dia menelepon, katanya dia baru naik taksi, minta petunjuk untuk mencapai hotelku. Aku memberi arahan dengan bicara langsung dengan sopir taksi. Dia paham dan aku tidak jadi keluar menjemput Diah.<br />
Aku standby di lobby depan dan sekitar 10 menit muncullah taksi yang ditumpangi Diah.<br />
Dengan bantuan bell boy barang-barang Diah dibawa ke kamarku. Diah kelihatan agak gendut dari terakhir aku ketemu, tapi dia masih manis khas Jawa.<br />
Diah memuji kamarku yang katanya cukup besar. Aku menunjukkan kamar ku dan dia segara merebahkan badannya.<br />
Diah langsung membuka baju ingin mandi karena badannya terasa kurang enak baunya. Dengan manjanya dia minta aku memandikannya. Padahal aku sudah mandi tadi. Tapi tak kuasa menolak permintaan Diah.<br />
Dengan telaten dia mulai mengulitiku. Bajuku dibukanya satu persatu. Aku dibimbingnya masuk ke dalam kamar mandi. Dia membersihkan bathtub dan mengisinya dengan air hangat. Menunggu pengisian bak mandi, Diah mulai meremas-remas batangku . Aku dimintanya duduk di meja wastafel. Dengan dengan telatennya mengulum dan membersihkan kantong menyan. Badanku memang sudah bersih dan wangi sabun karena baru sekitar 2jam lalu aku mandi. Barangku agak sulit bangun, karena memang pusat komputer di kepalaku agak susah merespon rangsangan akibat , memorinya udah penuh kali, atau udah kenyang.<br />
Diah cukup lama mengulum batangku dan dia sendiri mengulum sambil menjamah kemaluannya sendiri.<br />
Air bak sudah mulai penuh dan kami masuk berendam berdua di situ. Diah dengan sabar menggosok seluruh tubuhku, terutama pastinya di bagian vital. Agak beda rasanya barang ini terendam air panas. Dia jadi lebih mudah bangun. Aku dimintanya berdiri untuk disabuni. Aku menurut saja dan badanku seluruhnya dilumuri sabun. Dia ganti minta aku menyabuni tubuhnya. Aku mengagumi tubuh Diah yang masih kuenceng, alias belum kendor. Lemaknya memang agak berlebih di sana-sini. Tapi itulah kegemaranku meremas-remas lemak perempuan. Rasanya lembut, kenyal dan asyik.<br />
Dengan shower kami saling membersihkan diri. Aku melangkah keluar dari bak mandi, Diah dengan sigapnya meraih handuk dan mengeringkan sekujur tubuhku. Setelah kering, aku egois langsung keluar kamar mandi dan masuk ke dalam selimut. Badanku terasa lelah sekali setelah berkali-kali berjuang di medan perang. Ketika Diah muncul aku berharap dia mau memijatku. Dia memang pandai memijat dan mengenal urat-urat. Aku merasakan nikmat sekali pijatannya. Dengan tubuh yang bugil Diah menduduki pantatku dan melancarkan pijatan di sekujur tubuhku. Dia minta izin untuk menginjak-injak. Memang nikmat sekali injakannya. Meski bodynya agak gemuk, tetapi aku tidak terasa dihimpit beban yang terlalu berat.<br />
Pijatannya membangkitkan nafsu sex ku. Ketika aku diminta berbalik posisi telentang, batang penisku sudah tegak. Diah mengabaikan penisku.dia kembali memijat kakiku, lalu dadaku. Bagian vital itu mendapat giliran terapi yang terakhir. Diah aku anggap piawai dalam terapi alat vital. Penisku yang tadi tidak terlalu keras melalui urutan dan pijatan, jadi tegak sempurna. Nafsuku bangkit lagi. Diah menghentikan pijatan lalu dia mulai mengulum semua bagian di kemaluanku.<br />
Aku menggelinjang menikmati hisapan dan jilatannya. Diah memang penjilat yang termasuk golongan pakar. Lidahnya sampai mengorek-ngorek lubang matahariku. Aku merasa geli dan nikmat luar biasa.<br />
Aku sudah pasrah maun diapakan pun oleh Diah. Dia mengambil posisi jongkok, lalu mulai membenamkan penisku ke dalam lubang nikmatnya. Terasa sekali hangat dan lengket lubang itu. Wanita Jawa ini selain pandai merawat tubuhnya juga pandai menjaga vaginanya. Sejujurnya, rasa memek Diah adalah best diantara memek yang aku cicipi selama menginap di hotel ini. Aku lupa berapa lubang yang sudah aku celupin. Bukan hanya cairan yang seperti melekatkan penisku dengan dinding memeknya, tetapi gerakan maju mundur dan memutar, membuat penisku seperti diperas. Nikmatnya luar biasa.<br />
Mungkin berkat aku kenyang berhubungan selama ini, aku bisa bertahan lama sambil terus merasakan nikmatnya pelintiran memek Diah. Dia heran karena aku bisa bertahan begitu lama. Biasanya aku memang cepat jebol. Aku bergurau bahwa aku sudah bertapa ke Gunung untuk menambah kemampuan ilmuku. Diah tidak lagi mendengar jawabanku, karena dia tampaknya mulai tinggi. Gerakannya makin liar, sehingga akhirnya di melenguh panjang dan memeknya berkedut-kedut.<br />
Diah rubuh ke tubuhku dan pinggulnya masih digerak-gerakkan lemah. Kelihatannya Diah sudah kurang bertenaga lagi. Badannya kumiringkan, dengan tetap badan kami tersambung oleh shaft. Aku menghentikan gerakan maju mundur, kecuali hanya memeluknya saja. Namun Diah tidak bisa anteng, dia memaju-mundurkan pinggulnya sehingga batangku jadi terasa maju mundur.<br />
Kucabut batangku, lalu dia kuarahkan agar tidur telungkup, pinggulnya kuangkat, sehingga seperti orang jengking. Dengan posisi berlutut aku memasukkan batangku ke lubang merah jambu Diah. Kusodok berkali-kali. Aku menikmati pemandangan gumpalan pantat yang montok bergetar setiap kali kutabrak. Daging yang membulat itu bagiku merupakan pemandangan yang indah. Meski begitu, posisi nungging ini bagiku terasa kurang menggigit. Barangku terasa mudah sekali maju mundur tanpa cengkeraman. Akibatnya orgasmeku terasa masih jauh.<br />
Menggerakkan badan maju mundur, selain lama-lama membosankan, juga melelahkan. Kuatur agar kedua kaki Diah merapat, sehingga memberi rasa lebih menjepit barangku. Perlahan-lahan kuatur agar dia merendahkan pantatnya sampai sejajar kasur. Aku mengikutinya dengan menindihnya. Batangku masih terjepit. Namun batang ini tidak bisa terbenam seluruhnya karena badanku terganjal pantat yang tebal. Kugoyang sebenar lalu terlepas.<br />
Diah kubalikkan sampai posisi telentang lalu aku memasukkan kembali penisku dan membenamkannya dalam-dalam. Kaki Diah kurapatkan, di bagian atas aku berstumpu pada siku dan kakiku nangkring, pergelangan kaki ketemu pergelangan kaki dan kedua lututku melebar. Aku tidak melakukan gerakan dan Diah kuminta berhenti gergerak. Dia kuarahkan untuk melakukan gerakan kontraksi sambil menyesuaikan irama nafas. Dia kuminta mengejan saat menarik nafas, lalu melonggarkannya saat melepas nafas. Tiga kali latihan dia sudah paham. Kemudian aku akan mensinkronkan gerakan dengan gerakan sebaliknya. Jadi saat dia menarik nafas aku melepas nafas, Saat dia melepas nafas, aku mengkontraksikan (menegangkan) aparatku.<br />
Dalam 10 kali gerakan masih kacau, tetapi lama-lama dalam keheningan kami jadi berkonsentrasi mengatur irama pernafasan dengan kontraksi. Sensasi nikmat luar biasa kami rasakan. Ketegangan aparatku meningkat, sementara, hembusan nafas dan tarikan nafas Diah terasa makin besar volumenya. Konsentrasi bersama pasangan dengan mengatur nafas membuat kami merasa seperti sedang meditasi. Pikiranku hanya terpusat kepada aparatku, dan mengamati nafas Diah untuk selalu mensinkronkannya. Sensasi rasa di bawah sana adalah jepitan yang teratur. Entah berapa lama kami dalam keadaan melayang, karena kenikmati mulai menjalar, menandakan akan tiba waktunya orgasme. Aku tetap berusaha konsentrasi. Sedangkan jepitan Diah terasa makin kencang, sampai akhirnya dia pecah konsentrasinya ketika denyutan yang kurasa di dalam muncul berurutan dengan ritme tertentu sambil Diah memelukku erat sekali. Aku merasa nikmat pula sehingga melepas saja orgasmeku yang memang sudah diujung meriam. Kenikmatan luar biasa, sehingga kami masih saling terbenam dalam waktu sekitar 5 menit untuk menikmati tuntas seluruh orgasme kami.<br />
Diah memuji kualitas orgasmenya. Dia mengatakan, ini adalah orgasme unik yang paling enak pernah dia rasakan. Aku juga merasakan kenikmatan yang luar biasa, sehingga badanku lemas sekali. Setelah semua usai kami bangun bersamaan dan saling merangkul menuju kamar mandi untuk mencuci.<br />
Usai mencuci bersih, aku mengajak Diah menikmati kopi sambil makan snack dan menghisap rokok. Kami keluar ke ruang makan sambil tetap bertelanjang.<br />
Sementara kami asyik menikmati kopi , Robin keluar dari kamarnya. Dia hanya mengenakan celana dalam. Diah panik dan berusaha menutupi apa yang bisa dia tutup. Tapi aku menenangkan, bahwa itu adalah temanku. Kepada Robin kuminta dia ikut telanjang jika ingin bergabung. Robin kembali masuk kamar dan keluar dalam keadaan nude. Dia jalan dengan aparatnya yang lemes. Rupanya Robin baru bangun tidur dan perutnya terasa lapar. Diah kuperkenalkan dengan Robin dan kami kembali santai ngobrol bertiga sambil nude.<br />
Kami ngobrol kesana-kemari dan ujung-ujungnya ke masalah sex juga. Diah seorang wanita terpelajar, pikirannya terbuka. Kami menanyakan mengenai berbagai masalah sex dari sudut pandang wanita dari Diah. Dia lancar sekali menjawab, dan tanpa rasa malu diungkapkan segala rasa nikmat yang diinginkan dari seorang wanita.<br />
Aku kemudian minta kesediaan Diah untuk memperlihatkan organnya untuk dipelajari bagian-bagian di dalam lepitannya. Untungnya Diah orang yang terbuka dan mau saja memperlihatkan detil kemaluannya. Dia naik keatas meja makan dan pada posisi teletang berstumpu pada sikut kedua kakinya dibuka lebar dan dilipat dilututnya. Aku dan Robin mendapat sajian pemandangan yang spektakuler. Aku minta Diah menunjukkan clitorisnya. Dia lalu mengarahkan jari tengah tangan kanannya pada lipatan atas labia minora. Dengan sedikit tarikan maka terlihatlah ujung clitoris yang tadinya tertutup lipatan kulit. Kata dia kalau disentuh rasanya ngilu. Aku iseng mengusap lembut bagian kulit yang menutup clitorisnya. Diah terlonjak terkejut, tetapi kemudian terbiasa. Aku iseng menguakkan bagian clitorisnya dengan perlahan-lahan kujulurkan ujung lidahku. Dengan ujung lidah kuusap seputar wilayah clitoris. Diah lalu mendesah dan mengatakan rasanya membuat merinding semua bulu tubuh, dan enak. Aku mempermainkan sampai clitorisnya menegang sehingga agak mencuat dari lipatan kulit. Robin yang dari tadi menonton kuberi giliran untuk memainkan lidahnya di clitoris Diah. Diah yang sudah terangsang tidak bisa membedakan lidah siapa yang mendarat di jarum pentulnya.<br />
Diah mendesah-desah dan mulai terangsang tinggi. Melihat adegan itu aku mencoba ikut berpartipisasi, padahal aku tidak terlalu terangsang, karena baru ejakulasi tadi. Aku naik ke atas meja dan kusodorkan batangku ke mulut Diah. Tanpa instruksi apapun Diah lalu meraih kontolku dan langsung dihisap dan dikulumnya dengan gerakan yang ganas sekali. Posisiku menghadap ke Robin yang sedang mengolah segitiga Diah. Kelihatannya Robin spaning juga dia berdiri dan barangnya sudah menegang. Ditusukkannya pelan-pelan ke vagina Diah dengan gerakan lambat digenjotnya Diah. Barangku jadi makin mengeras karena rangsangan dikulum dan melihat Robin menggenjot Diah. Diah mengimbangi gerakan Robin dan dari sinyal gerakan Diah dia minta digenjot lebih cepat lagi. Robin melayanainya dengan tusukan-tusukan kasar. Diah berteriak-teriak sambil mengulum kontolku. Entah mengapa sensasi ini kurasakan luar biasa, sehingga aku jadi terdesak ingin ejakulasi. Tanpa aba-aba kulepas saja spermaku di mulut Diah. Dia seperti menelan semua maniku, yang kali ini cuma sedikit. Pada awalnya nikmat sekali ejakulasi sambil dihisap, tetapi setelah itu gelinya luar biasa. Aku terpaksa mencabut penisku dari mulut Diah, yang ternyata batangku sudah bersih dari lumuran air mani. Aku terduduk lemas sambil menikmati hidangan pemandangan Robin memacu Diah. Aku tidak tahu apakah Diah sudah mencapai orgasme, tetapi orgasme Robin kuketahui karena dia melengguh keras sambil merapatkan seluruh kemaluannya ke memek Diah.<br />
Robin memuji nikmat yang dirasakan dari vagina Diah. Sementara Diah masih terkulai diatas meja. Aku berinisiatif mengambil tissu dan lap basah untuk mengelap lelehan air mani Robin.<br />
Robin rupanya sudah tidak tahan tadi ketika mengoral Diah, sehingga niatnya untuk mengumpulkan stamina jadi lupa dan dilampiaskannya ke Diah.<br />
Diah bangkit dan dia berjalan ke dapur. Aku tidak bisa melihat apa yang dilakukannya disana, tetapi aku mendengar dia menyalakan kompor. Ketika dia kembali ke kami dia membawa handuk kecil dan sabun . Aku dan Robin dibersihkan kemaluan kami dengan handuk hangat dan sabun. Tidak ada sedikitpun cara canggung Diah membersihkan kemaluan Robin, meski dia adalah selingkuhanku. Kami merasa akrab bertiga dan berbagi rasa.<br />
Dari meja makan kami bertiga pindah ke sofa untuk menonton tv. Diah duduk ditengah , aku dan Robin mengapitkan.<br />
Sambil menonton kedua tangan Diah aktif mengunyel-unyel kemaluan kami. Dasar udah kekenyangan, makanya susah bangun dan memang tidak bangun-bangun. Aku lalu mempromosikan bahwa Diah mahir dalam terapi alat vital. Robin terkesiap dan dia langsung ingin mencobanya. Kutanya Diah apakah masih kuat melakukan terapi. Dia hanya mengangguk.<br />
Kami bertiga lalu hijrah ke kamar ku yang bednya lebar sekali. Diah mulai melakukan terapi. Sekujur tubuh Robin dipijat dulu. Ini kata Diah untuk mengendorkan semua saraf. Beberapa titik di punggung dan betis ditekan Diah keras-keras. Robin merintih kesakitan. Namun dia heran, dalam keadaan sakit, tetapi barangnya jadi bangun pelan-pelan. Diah hanya berkomentar singkat, bahwa ada syaraf sex yang kejepit. Dia katanya berhasil kembali menormalkan. Eh mendapat keterangan begitu, Robin minta agar dia bisa main tahan lama dan keras barangnya juga bisa lama.<br />
“Tapi ototnya kalau ditekan sakit, apa kuat,” kata Diah.<br />
“ Biarin deh gua tahan, “ kata Robin.<br />
Diah menekan bagian punggung, Robin menggeliat kesakitan, sampai badannya berkeringat.<br />
“Itu belum seberapa, masih ada lagi, tapi kalau yang ini “kata Diah sambil menekan bagian selangkangan Robin,” akibatnya barangnya langsung keras dan gak bisa lemas kalau gak diguyur air.”<br />
Robin tetap ingin mencoba.<br />
Robin menjerit menahan sakit. Tapi anehnya jika orang kesakitan, biasanya barangnya pasti lemas. Ini malah tegak keras berdiri. Aku jadi geli melihat barang Robin yang mengkilat. Menurut Diah dia memijat bagian itu juga untuk menambah volume darah agar alat vital Robin menjadi lebih gagah dan sedikit lebih panjang dan besar.<br />
Robin mengakui bahwa barangnya kelihatan lebih besar dari biasanya. Ditekan-tekannya sekujur batang dan Robin terheran-heran karena penisnya keras seperti tulang.<br />
“Ayo kita coba,” kata Diah.<br />
Diah telentang dan Robin langsung menindih dan menikamkan penisnya ke memek Diah. “Aduh pelan-pelan, rasanya penuh banget nih” kata Diah.<br />
Robin dengan semangat 45 menggenjot Diah. Mulanya aku asyik juga mendapat tontonan live show dari jarak dekat. Tapi mereka mainnya lama sekali sehingga akhirnya aku bosan. Aku keluar dan menghidupkan tv. Hampir 45 menit aku mengikuti acara tv ketika kembali Robin masih terus bergumul. Gila betul mereka, sudah hampir satu jam main gak berhenti-berhenti. Robin mengaku dia sudah keluar sekali, tetapi karena barangnya masih keras dia lanjut terus . “ Gak ada matinya nih,” katanya sambil tersenyum. Posisi mereka sekarang doggy style. Aku duduk dikursi menikmati pertunjukan itu. Sebagai penonton aku lama-lama bosan melihat posisi itu. Aku minta mereka ganti posisi menjadi WOT. Saranku mereka turuti. Diah memacu Robin. Menurut Diah dia sudah 4 kali orgasme, dan rasanya lubangnya penuh banget. Diah mendapat orgasme yang ke 5 dan dia ambruk sambil melenguh panjang. Robin langsung membalikkan posisi dan dia kembali menggenjot. Mereka sudah main satu sengah jam tanpa henti dan pada posisi Robin diatas kelihatannya Robin akan ejakulasi, dia mempercepat gerakannya dan tiba-tiba melenguh. Robin ambruk dengan badan penuh keringat, padahal ruangan dingin ber AC. Robin berisitirahat sejenak sambil telungkup di atas Diah. Ketika barangnya dicabut, penis Robin masih tegak berdiri. Dia bingung. Diah lalu menyarankan agar Robin menyiram air dingin. Buru-buru dia ke kamar mandi. Keluar dari kamar mandi penis Robin sudah mulai kuyu.<br />
“Bisa bangun lagi nggak nih,” kata Robin.<br />
“Coba sini,” kata Diah lalu mengulum penisnya. Belum sampai 2 menit, barang Robin sudah bangkit lagi. “ Sudah-sudah,” kata Robin lalu kembali ngacir ke kamar mandi.<br />
Kami lalu ngobrol di tempat tidur sambil duduk bersila. Robin mengaku tadi mainnya bisa lama sekali pada ronde pertama. Menurut Diah syaraf-syaraf Robin sudah dipulihkan sehingga normal dan malah lebih trengginas.<br />
Aku kemudian minta giliran diperlakukan seperti Robin, tetapi tidak sekarang, mungkin nanti malam.<br />
Robin menyarankan Diah untuk bikin usaha terapi kejantanan, dia yakin pasti laku dan banyak pasiennya.<br />
Sebelum berpisah dan chek out kami masih sempat main bertiga, dengan aturan, setiap Diah mencapai orgasme kami berganti menggenjotnya. Diah mendapat 6 kali orgasme, sedang aku dan Robin masing-masing mendapat hanya satu kali ejakulasi.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-22561577142079658102012-01-28T06:57:00.000-08:002012-01-28T06:58:17.679-08:00Devie<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsEJpUd6p5W7FuC8SCECN-DmtGNV_hZCoftIPtO_ucJlcFcWQ_bZ5GvX9uUKPlRqOrEaQrJ8paFVJ4cqIHkAE0kSlBqNoPFP7hj3wfGqRHy43Itn3mkiKQ2gP6r9_kAIDxVb_JiEn1Wsot/s1600/6.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsEJpUd6p5W7FuC8SCECN-DmtGNV_hZCoftIPtO_ucJlcFcWQ_bZ5GvX9uUKPlRqOrEaQrJ8paFVJ4cqIHkAE0kSlBqNoPFP7hj3wfGqRHy43Itn3mkiKQ2gP6r9_kAIDxVb_JiEn1Wsot/s320/6.jpeg" width="320" /></a></div>
aku anak satu-satunya tidak ada saudara dan ibuku ditinggal bapakku semenjak<br />
aku masih umur 3 bulan, ini menurut cerita orang-orang, tetapi ibuku kawin lagi<br />
sewaktu aku berumur 7 bulan.<br />
yang aku ingat dengan ayah tiriku ini sewaktu aku dimasukkan sekolah, sebab ayah <br />
biasanya aku memanggil, sangat dekat sekali dengan aku dan aku tidak merasa bahwa<br />
ayahku ini ayah tiri.<br />
seperti biasa aku selalu diajarinya kalau malam, pelajaran apapun dan memang ibuku<br />
merasakan bahwa ayah terhadapku seperti anaknya sendiri.<br />
pada waktu aku kelas enam sd aku seperti biasa diajari ayahku dan malam itu lain <br />
pahaku dipegang2 dan rasnya enak sekali, lama2 tangan ayahku naik keatas lagi dan <br />
meremas-remas kemaluanku, aku merasakan semakin nikmat dan aku belum tahu banyak <br />
cairan keluar dari kemaluanku sampai aku merasakan sangat nikmat yang belum pernah<br />
aku rasakan.<br />
paginya kepalaku berat rasanya dan aku tidak bisa sekolah, aku betul2 merasakan suatu<br />
kenikmatan yang selama ini belum pernah aku rasakan.<br />
terjadi lagi sewaktu aku diajak ayah berenang, dimana aku yang masih belajar renang di<br />
ajari ayahku yang kusayangi.<br />
terasa tangan ayahku memegang memekku dan aku biarkan saja sambil aku belajar berenang<br />
lama2 terasa enak sekali sampai aku merasakan kenikmatan lagi.<br />
selesai berenag aku diajak ayah masuk kamar ganti pakaian dan aku telanjang, tahu2 ayah<br />
menunduk dan menjilatiti memeku, aduhhh rasanya enak sekali sampai2 aku terkejang-kejang <br />
merasakan kenikmatan jilatan ayah.<br />
pada waktu aku masuk smp setiap hari berangkat dengan ayah sebab jalannya searah dengan jalan<br />
kekantor ayah, setiap pagi aku selalu merasakan gesekan tangan ayah dipaha atau dimemekku.<br />
tepat aku umur 14 tahun aku betul merasakan hal yang sangat indah, yaitu sewaktu ibuku pergi<br />
keluar kota menengok adiknya yang baru melahirkan, aku dirumah dengan ayahku.<br />
pada suatu malam hari hujan deras sekali dan aku merasa takut tidur sendirian, aku bilang sama<br />
ayah kalau aku ingin tidur ditemani ayah, ayahpun menyanggupi.<br />
pada malam itu aku merasakan tangan ayah meraba teteku yang mulai menyembul dan menggosok-gosok<br />
putingnya aku sangat merasakan enak sekali, malah tidurku kupasangkan agar ayah bisa leluasa<br />
meraba puting tetekku.<br />
aku sangat terangsang tetapi aku tidak berani bilang, aku hanya diam saja, tetapi ayahku lebih<br />
tahu diturunkannya tangannya dan dimasukkan ke cd ku dan digeeseknya memekku yang mulai berair<br />
digosok bibir2 memeku rasanya enak sekali tahu2 jarinya menggosok itilku dan aku tergelinjang<br />
betul2 nikmat, aku sudah tidak tahan lagi dan kuberanikan tanganku yang kecil ini meraba kontol<br />
ayahku, aku tarik cd nya dan ayah mulai membuka baju dan bh ku terus diplorotkan ditariknya cd ku<br />
aku betul2 dibuat telanjang bulat.<br />
aku raba kontol yang besar punya ayahku, rupanya ayah merasa terangsan sekali lalu dilepasnya cela<br />
nanya dan ayah betul2 telanjang dengan kontolnya yang ngaceng besar sekali.<br />
aku tidak punya rasa takut ataupun amlu sebab aku betul2 sudah terangsang berat.<br />
ayah memindahkan posisinya diangkatnya aku dan dipangkunya lalu tetekku dihisapnya sambil digigit pelan2<br />
aku betul2 tersirna merasakan kenikmatan ini, sambil toketku dihisap kontol ayah digosok2kan di bibir<br />
memekku aduh betul2 aku menjerit memanggil ayahhhh!! ayaaahhh! saking nikmatnya.<br />
begitu pada klimaknya aku ditidurkan oleh ayah dan kontol ayah dogosokgosokkan dimemekku, gilaaa betul nikmat<br />
sampai aku merintih, ayah tahu akan hal itu ditekannya kontolnya masuk kedalam memekku, preeettt , aduh sakit<br />
tetapi ayah menghisap toketku lagi hingga tidak terasa sakitnya memekku yang lagi dimasuki kontol ayah yang<br />
besar, semakin digerakkan ayah semakin nikmat rasanya dan pada suatu saat aku sudah tidah tahan lagi creet, creettt <br />
aku merasa nikmat, sampai aku lemas.<br />
ayah pelan2 menggerakkan lagi kontolnya naik turun, dan aku terangsang lagi aduuuuhhh, enak yah terus ayah desahku<br />
dan aku tak tahan lagi, ayahpun mempercepat gerakkannya dan pentilku dihisap kuat2 lalu aku bersama-sama ayah keluar<br />
creettt, crrrreeeetttt terasa hangat air mani ayah didalam memekku.<br />
kami berdua betul2 lemas aku dipeluk ayah didekap dan diciumi, aku tertidur sekejap sebab terasa memekku ada yang<br />
menjilati ternyata ayah menjilati memekku dan aku terangsang lagi lalu aku naik merubah posisiku, kaki aku buka lebar2<br />
aduuuhhhhtersa betul nikmatnya, aku betul2 senang punya ayah bisa tahu membahagiakan aku.<br />
aku terangsang berat lagi lau aku tarik kontol ayah yang sudah ngaceng ke memekku dan ayah mendorongnya masuk blesss,<br />
masuk lagi dan ayah mulai menggerakan pantatnya aduh betul2 nikmat tak lama kemudian crrrreeetttt, crrrreeetttt aku <br />
keluar lagi dan ayah masih terus menggerakkan pantatnya, makin lama makin dipercepat lau aku terkejang dan crrreeetttt,<br />
crrrreeetttt aku bersama-sama ayah keluar sebab terasa hangat dalam memekku yang kecil ini.<br />
semenjak itu aku selalu melakukan bersama ayahku tercinta, terima kasih ayah, engkau yang membesarkan aku dan engkau<br />
yang membuat aku dewasa.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-28015204272284635732012-01-28T06:53:00.001-08:002012-01-28T06:53:49.928-08:00Antara Bingung dan TakutAntara bingung dan takut, itulah perasaan yang terjadi saat gelar sarjana kurealisasikan dalam wisuda hari ini. Aku gembira karena bundaku bisa tersenyum sumringah melihat aku, anaknya yang paling tertua, berpakaian sarjana dan siap memasuki ruang wisuda. Ke-3 adikku pun hadir dalam acara bersejarah dalam keluarga kami ini. Bagaimana tidak, aku adalah sarjana pertama di keluarga besar ibu, walaupun di keluarga ayah sudah banyak sepupuku yang sarjana.<br /><br />Bundaku memang pekerja keras menggantikan peran ayah yang telah tiada karena penyakit kanker yang dideritanya saat aku masih SMP dan adikku yang lain masih kecil terlebih adik bungsuku belum genap berumur setahun.<br />Dengan berdagang lontong sayur di pasar induk, ibu telah mengangkat harkat dan martabatku menjadi seorang mahasiswa dan hari ini kuraih gelar sarjana hanya dengan waktu 4 tahun.<br /><br />Antara bingung dan takut, kuselesaikan acara wisuda sarjana ini. Universitas tempatku menghabiskan waktu 4 tahun ini, akan kutinggalkan. Aku bersyukur karena bisa masuk ke universitas negeri, sehingga biaya kuliah tidak begitu mahal dibandingkan universitas swasta di ibukota tercinta ini.<br /><br />Aku ingat perjuangan bunda yang bisa menyisihkan uang hasil menjual lontong sayur untuk biaya kuliah dan uang sekolah adik-adikku. Kami berempat anak-anaknya saling bahu membahu membantu bunda berdagang. Bunda berdagang mulai dari subuh hingga tengah hari di pasar induk. Hasilnya adalah gelar sarjana telah kuraih, kini aku adalah sarjana ekonomi. Semuanya kusyukuri walaupun IP-ku hanya 3,3.<br /><br />“Woyy Rudy.. Rud.. sini, kita foto bersama” teriak Panji sepupuku dari keluarga ayah yang muncul dari arah kerumunan keluarga wisudawan menuju kearahku sesaat acara wisuda sarjana baru selesai. Panji juga satu almamaterku, tapi dia sudah menjadi sarjana setahun yang lalu.<br />Karena kondisi ekonominya sudah membaik, Panji bisa membawa camera sendiri. Kami berfoto bersama dengan bunda dan adik-adikku.<br />Suasana sungguh mengharukan. Bunda tak lepas memelukku, akupun memeluk adik-adikku. Kami semua penuh senyum bahagia, saling berpelukan.<br /><br />Antara bingung dan takut, itulah yang saat ini kualami setelah 1 minggu setelah wisuda tetap membantu bunda menyiapkan dagangannya. Bingung untuk memulai melamar pekerjaan dan takut kalau menganggur kelamaan. Orang tentu akan mencibirku sebagai sarjana yang asal lulus.<br /><br />Subuh itu bunda kutinggalkan di pasar tempatnya berdagang bersama Dina, adik perempuanku nomor 3. Sudah satu tahun dia lulus SMA, tapi tidak bisa melanjutkan kuliah karena pertimbangan biaya. Bunda mengatakan kepadanya supaya menunggu aku lulus kuliah dulu dan biaya kuliah kuliah nantinya akan ditanggung olehku apabila sudah bekerja.<br /><br />Adikku yang nomor 2 Tito, laki-laki, kini bekerja sebagai teknisi mobil di dan tinggal di suatu bengkel. Dia lulusan STM mesin. Dia pun tidak bisa kuliah, karena gagal dalam UMPTN, sehingga memutuskan untuk bekerja dulu, baru akan dipikirkan tentang kuliahnya. Sedangkan adikku yang bungsu Nita, masih kelas 3 SMP.<br /><br />Kembali ke rumah sudah jam 5 pagi, kubangunkan adik bungsuku itu.<br /><br />“Nita.. ayo bangun. Kamu gak sekolah?” teriakku.<br /><br />Nita bangun dengan bermalas-malasan dan duduk dengan mata masih tertutup. Dasar anak manja pikirku.<br />Aku tidak pernah marah dengan adikku yang satu ini, mungkin karena bungsu diantara kami.<br /><br />Segera kulangkahkan kaki ke dapur yang kecil, peralatan masih banyak yang kotor bekas masakan dagangan bunda.<br />Sebentar saja semua panci telah selesai kucuci dan kugantung di dinding dapur.<br /><br />Kulihat Nita, adikku, sedang menyapu ruang tengah dan depan. Memang kami sekeluarga saling membagi tugas untuk membersihkan rumah.<br />Kalau aku yang ikut bunda berdagang, Dina, adikku nomor 3, yang membersihkan dapur dan mencuci baju.<br />Sedangkan Nita mempunyai tugas tetap yaitu menyapu dan ngepel.<br /><br />“Sudah Nit, kamu cepat mandi sana. Nanti kakak aja yang ngepel. Lihat tuh sudah hampir jam 5.30, nanti kamu telat sekolah” seruku kepada Nita.<br />Nita teriak sambil jingkrak-jingkrak.<br /><br />“Makasih kak Rudy yang baik” jawabnya sambil meletakkan sapu dan menyambar handuk yang tergantung dekat pintu kamar mandi.<br /><br />Waahh.. banyak handuk yang harus dicuci nih pikirku. Kuambil handuk-handuk yang sudah seharusnya dicuci tersebut, termasuk handukku.<br />Kusatukan handuk-handuk tadi ke tumpukan pakaian kotor lainnya.<br /><br />Tumpukan pakaian kotor tersebut kuangkat dan langsung masuk ke kamar mandi, kulihat Nita sedang keramas.<br /><br />Kami sekeluarga dari dulu memang sudah terbiasa mandi bareng atau nyuci baju saat ada yang sedang mandi.<br />Kamar mandi tidak menggunakan pintu. Hanya kain gantung saja yang menutupinya.<br />Sedangkan untuk buang air besar ada jamban kecil diluar rumah yang terpisah.<br /><br />Karena itu Nita tidak protes saat aku masuk meletakkan pakaian kotor untuk menyucinya.<br /><br />Kuambil pakaian Nita yang tadi dikenakannya dan masih tergantung di dinding, kusatukan dengan yang kotor.<br />Aku juga membuka seluruh pakaian dan celanaku hingga bugil. Kini aku dan adikku sama-sama telanjang bulat.<br /><br />Dari kecil kami sudah terbiasa melakukan hal seperti ini, tidak ada rasa terangsang atau malu sedikitpun melihat sesama satu keluarga kami, laginya jarang ada famili kami yang datang berkunjung, mungkin karena keluarga kami memang miskin.<br />Karena itulah cara kami sekeluarga untuk mandi. Merasa aman karena pasti tidak ada orang asing yang akan datang berkunjung.<br /><br />“Ehhh..pelan-pelan dong mandinya, lihat nih, airnya ke muka kakak terus” seruku ke Nita.<br /><br />“Sorry kak, lagi semangat nih, airnya segar banget sih” jawabnya sambil melihatku yang sedang merendam pakaian dengan detergent.<br /><br />“Hahaha.. kak.. idihhhh.. bulunya dicukur yah?” Tanya Nita.<br /><br />“Bulu apa?” tanyaku cuek sambil memasukkan pakaian kotor satu-satu dengan posisi menunduk menyampingi dirinya..<br /><br />“Ini.. bulu t*t*t” kata adikku meraba disekitar bulu kemaluan yang biasanya bermukim.<br /><br />Sambil berdiri, aku lihat kearah kemaluanku yang sudah plontos tidak ada bulunya lagi.<br /><br />“Hehehe.. iya, kakak lagi nyoba, kalau dicukur enak gak. Kadang-kadang sakit sih terjepit karet celana dalam” jawabku kalem.<br /><br />“Horeeee.. sekarang Nita yang lebih dewasa dibanding kakak” katanya gembira.<br /><br />“Lho, koq gitu?” tanyaku sambil mulai duduk di jongkokkan kecil, mulai mencuci pakaian.<br /><br />“Lihat nih, bulu Nita sekarang lebih panjang dari kakak. Kakak gundul kayak bayi..hihihi” ledeknya.<br /><br />Kuperhatikan bulu kemaluan adikku yang sudah kelas 3 SMP ini. Hmmm sudah mulai lebat.<br />Memang masih kalah lebat dengan bulu Dina, adikku yang nomor 3,namun tidak demikian dengan bulu kemaluan bunda.<br /><br />Kami sekeluarga memang dianugerahi bulu yang lebat, mungkin karena eyang dari ayahku masih keturunan Persia.<br />Sedangkan bunda adalah asli dari Solo.<br />Jadi bulu-bulu yang lebat, mungkin keturunan ayah kami.<br /><br />“Hiyyyyy… ITU ADA KECOAK” seruku ke Nita membalas ledekannya.<br /><br />“ARGHHHHHHHH” jeritnya meloncat-loncat dan lari menabrak ku. Perutnya langsung menghantam mukaku, aku jatuh terjengkang ke belakang .<br /><br />Nita tetap teriak-teriak ketakutan diatas baju yang sedang kucuci tadi.<br /><br />“Gak ada, unyillllllllllllll, lihat nih kakak sampai terjengkakng” kataku sebal masih terkapar, tetap tidak bisa marah dengan adik bungsuku ini.<br /><br />Nita celingak-celinguk masih mencari kecoak, dia memang paling takut dengan kecoak.<br />Sial, maksud hati membalas ledekannya, malah kepala belakangku nyaris menghantam dinding kamar mandi.<br /><br />“Yeee..laginya kakak nakut-nakutin sih” jawabnya polos, ketika pasti tidak ada kecoak di sekelilingnya.<br /><br />“Bantuin kakak duduk dong” kataku lemas, masih berpikir bagaimana klo tadi Nita juga ikut jatuh dan menindih tubuhku, pasti kepalaku akan berbenturan langsung dengan lantai plester klo tidak dinding kamar mandi.<br /><br />Nita mendekat dan mengulurkan tangannya. Kuraih tangannya sambil aku berusaha duduk.<br />Begitu terduduk, tangan kiriku memegang buah pantatnya sedangkan tangan kananku menjambak bulu kemaluannya, kesal.<br /><br />Dia tidak bisa bergerak. Nita kaget dan mengaduh.<br /><br />“Ampun kak… ampun.. janji gak lagi deh” rengeknya manja.<br /><br />“Awas diulangi lagi yah, itu tadi bahaya tau gak? Kakak bisa geger otak klo kepala kakak tadi kena lantai atau tembok, ngerti?” kataku pura-pura emosi tapi mulai mengendurkan jambakan dibulu kemaluannya.<br /><br />“Janji tuan besar yang baik hati” katanya manja.<br /><br />Kulepaskan tanganku dari tubuhnya. Aku berdiri karena busa sabun bekas cucian baju memenuhi punggungku.<br /><br />Kuambil gayung sambil melirik ke Nita yang matanya melihat punggungku penuh sabun.<br />Kuguyur badanku, Nita mengusap punggungku yang penuh busa sabun itu dan tiba-tiba…. Penisku ditariknya dengan kedua tangannya..!!<br /><br />“Auwwww..” jeritku sambil berbalik karena penisku ditarik dengan kuat.<br /><br />“Rasain… Nita dendam sama kakak, ngapain tadi jambak bulu Nita, hah? Sakit tau” katanya ngikik.<br /><br />“Ampun Nit”, kataku terdesak tidak bisa lari, karena waktu penisku ditarik, aku reflek berbalik.<br /><br />Sekarang pantatku bersandar ke bak mandi dan Nita menarik2 penisku ke depan.<br /><br />Anehnya walaupun ada rasa sakit, tapi ada rasa nikmat disana.<br />Mungkin karena tadi tangan Nita sempat penuh busa sabun saat mengusap punggungku.<br /><br />Ditarik-tarik seperti itu, dengan cepat terasa darah di badanku mengalir deras ke arah penis.<br />Penisku pun terasa mengeras, kencang.<br /><br />Nita nampaknya tidak menyadari bahwa penisku sudah mengeras ke atas. Dia terus menarik-narik penisku.<br />Ada rasa sakit namun nikmat yang luar biasa.<br /><br />“Kakak kan gak punya bulu t*t*t, terpaksa t*t*tnya aku jambak..hahaha” katanya sambil terus kedua tangannya menarik-narik penisku.<br /><br />“Ampun adikku unyilll yang baik, cantik, putri sofia, ratu kecantikan dunia…ampunnn” kataku merayunya sambil berusaha menarik penisku, tapi ruang yang sempit dengan bak mandi di belakangku tentu tidak bisa melepas penisku dari genggamannya.<br /><br />Jadilah tarikan kecil pantatku ke belakang, dengan tarikan kedua tangan Nita ke depan mengakibatkan rasa nikmat yang aneh.<br />Apalagi tarikan di sekitar kepala penis dengan sabun penuh ditangannya membuat rasa nikmat.<br /><br />Aneh karena memang ini tidak pernah terjadi kejadian seperti ini, karena selama ini aku tidak pernah berbuat apa-apa dengan penisku, selain untuk menyalurkan kencing aja.<br /><br />Aku tahu bahwa pernikahan itu nantinya akan melakukan persetubuhan dengan lawan jenis, tapi kondisi seperti sekarang ini dengan nikmat yang kualami seperti ini, tidak pernah terpikir dan baru kali pertama kualami.<br /><br />“Kakak belum minta maaf dan harus janji tidak akan mengulangi menjambak buluku lagi. Tadi sakit tau..!” katanya masih tetap menarik-narik penisku dan aku tetap menarik pinggulku ke belakang, situasi yang jadi seperti mengocok penis.<br /><br />Aku tidak menjawab pertanyaannya, hanya memandang buah dadanya yang sudah tumbuh.<br />Astaga, aku baru menyadari kalau adikku sudah seperti wanita dewasa.<br /><br />Melihat itu aku semakin menggoyangkan pinggulku, ada rasa nikmat bak sengatan listrik yang tidak terlukiskan rasanya.<br />Mukaku rasanya seperti merah padam.<br /><br />Nita kulihat sempat mengernyitkan dahinya, mungkin dia bingung dengan perubahan mukaku yang tiba-tiba menjadi serius.<br /><br />Tidak sampai beberapa detik kemudian, kurasakan penisku berkedut-kedut digenggaman adikku sendiri dan rasa aneh yang tak pernah kurasakan sebelumnya… Crooootttt… crottttt…. Crottttt.. crottttttttttttt…<br /><br />Semburan sperma yang kencang beberapa kali dan jauh sekali telah menyiram muka adikku yang kaget dan dengan cepat melepas penisku.<br /><br />Cepat kugantikan genggaman adikku dipenisku, sambil terus mengocok pelan.<br /><br />“Kakak jahat..kakak jahat.. kenapa aku dikencingi?” ratap adikku.<br />“Nanti kuadukan ke bunda, air kencing itu najis tau.. Kakak jahat. Untung aku lagi gak wudhu” cetusnya lagi sambil meneruskan mandinya yang terputus tadi.<br /><br />Aku terdiam, pindah ke pinggir, menyender ke tembok, membungkuk sambil memegang penisku.<br /><br />Ya ampun, begitu toh kalau air mani keluar. Astaga, justru adikku yang pertama kali membuat aku ejakulasi pertama kali, batinku.<br /><br />“Sudahlah, cepat mandinya, nanti kamu telat sekolah” kataku sambil duduk perlahan meneruskan mencuci dan terus berpikir, bagaimana ceritanya kalau Nita benar-benar mengadu ke bunda. Aku yang baru jadi sarjana, malah berbuat yang tidak-tidak dengan adikku.<br /><br />Bunda bisa mendamprat habis-habisan nih pikirku. Ahhh..tapi kan tadi Nita bilang cuma dikencingi, tentu lebih mudah menjawab jika bunda memang bertanya.<br /><br />Nita sudah keluar dari kamar mandi, dan terdengar dia mulai sarapan. 10 menit kemudian, dia masuk ke kamar mandi, sudah siap berangkat ke sekolah.<br /><br />“Kak, hehehe.. aku gak jadi cerita ke bunda deh, karena yang salah aku juga sih. Tapi awas, kalau sekali lagi kencingin Nita, tiada maaf bagimu.. Huhhh.. Aku berangkat sekolah yah kak” katanya lagi tetap ceria.<br /><br />“Hati-hati di jalan yah nyil, tolong tutup lagi pintu depan” jawabku memanggil sebutannya tersebut karena dia yang paling kecil.<br /><br />“Ok bos. Wish me luck” katanya dari ruang dalam dan kemudian terdengar pintu ditutup kembali.<br /><br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-19664481688228115182012-01-28T05:56:00.000-08:002012-02-03T10:54:17.286-08:00Adikku Anggi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil8QoOLi0d3H4sey2yaE8dkKhPDEryK61op5MZMp00UJw9hyG6Cp6nGr4l0dzMO9ydp8B3Y2t7J1CpHJy0yFUpUWERLV-yyp9shbuTaUmg1GtPmaIH1MSAkqtS9w_D3LBsd0XWlAjZidrD/s1600/10.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil8QoOLi0d3H4sey2yaE8dkKhPDEryK61op5MZMp00UJw9hyG6Cp6nGr4l0dzMO9ydp8B3Y2t7J1CpHJy0yFUpUWERLV-yyp9shbuTaUmg1GtPmaIH1MSAkqtS9w_D3LBsd0XWlAjZidrD/s1600/10.jpeg" /></a></div>
anggi baru kls 6 SD. walaupun baru berumur 11 th tapi keimutan wajahnya sdh sangat terkenal di kalangan kompleks sekolah SD, SMP & SMU ternama itu. wajahnya sekilas mirip nabila si artis remaja. hidung mancung, wajah cantik dgn bola mata yg besar, kulitnya putih mulus, dgn dada yg baru muncul. dan krn baru tumbuh, spt anak2 SD lainnya, anggi belum mengenal bra. dia hanya mengenakan kaos singlet tipis di balik seragam tipisnya. sehingga siapapun dapat melihat bayang2 2 titik merah muda di balik seragam tipisnya. mulai dari supir angkot, org2 di jalan, guru bahkan teman2 SD, SMP & SMU itu selalu meneguk liur tiap kali melihat anggi yg masih begitu polos dan lucu. namun krn kepolosannya, anggi tak pernah menyadari bahaya yg mengancam dari orang2 di sekitarnya. setiap sabtu pagi, kelasnya mendapat giliran renang. dan tak heran bila begitu banyak co2 yg datang tiap kali giliran kelas anggi yg renang. co2 itu tentu saja berupaya utk mendekati anggi utk sekedar mengelus & mencolek paha & dada putih mulus itu.<br />
<br />
begitu juga dgn pelatih renang anggi. pelatih baru itu sdh lama ngiler melihat kecantikan dan kemolekan tubuh anggi. dia sampai semaput tiap kali mengajar anggi berenang. melihat tubuh mulus itu tengkurap atau telentang berenang di dekatnya. tak jarang juga dia secara sengaja mengelus dada anggi. hingga suatu sore, dia mendapat akal. ketika anak2 lain sdh beranjak pulang, dipanggilnya anggi. “Gi, kamu jangan pulang dulu. renang kamu payah hari ini.” jadilah anggi ditinggal sendirian di kolam renang. hari sudah mulai remang2 & kolam sdh sepi. pelatih kembali memanggil anggi masuk ke dlm kolam. anggi pun nyebur kembali. “ok skrg begini caranya.” pelatih membalikkan badan anggi membelakanginya. diluruskannya kedua tangan anggi ke depan. “diam ya. jangan bergerak. ini kuda2 namanya.” hardiknya. anggi menurut. dgn diamnya anggi, pelatih dgn mudah menggerayangi tubuh anggi kemana2. dipeluknya anggi dgn erat dari belakang. dibukanya kedua paha anggi. diselipkannya kemaluannya menempel ke selangkangan anggi. kedua tangannya lgs sibuk meremas2 buah dada anggi yg msh kecil. lalu tangan kanannya menyelusup masuk ke swim suit anggi yg berwarna putih. dikeluarkannya buah dada anggi dan diremas2 dgn ganas. anggi mulai merasa gelisah. dia meronta2. tapi pelatih tentu jauh lebih kuat. dibekuknya anggi dari belakang dgn tangan kirinya. tangan kanannya menyelusup lagi lewat celana swim suit anggi dan langsung ke vagina anggi. diselipkannya jari2nya masuk ke sana. anggi menjerit dan meronta2 tapi tak berdaya melepaskan diri. air berkecipak2 dgn dashyat. sementara tangan pelatih semakin kuat meremas dada dan kemaluan anggi. “jangan pak…………. sakit……….. ampun…………. tolong…………. tolong!!!!” anggi menjerit2 dan merintih kesakitan. pelatih makin kuat mengocok jari2nya memasuki liang vaginanya. tubuh anggi bagai terpanggang.<br />
<br />
Tubuh yg mungil itu menggelepar2 dlm air yg dingin. sementara gerakan tangan pelatih makin kuat di kemaluannya. “sakit paaaaaak……….. akh! aaaaaaaakkkkh!……………… ampuuuuuuuuun…… aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh……………… …… ampuuuuuunnnnnnnn…………….” jeritan anggi bercampur dgn suara gelepar air di dlm kegelapan itu. setelah 20 menit bertarung dgn pelatih utk melepaskan diri, akhirnya anggi kehabisan seluruh tenaganya. tubuhnya lemas dan sakit semua. berkali2 pula dia sdh menelan air kolam renang dan tersedak2. belum lagi rasa sakit di dada dan kemaluannya krn diremas2 dgn ganas oleh pelatihnya. anggi lunglai dan pasrah sepasrah2nya……… dia tak tau apa yg akan terjadi atas dirinya. dia tau akan ada bahaya menantinya. tapi dia sdh benar2 kehabisan tenaga. akhirnya dibiarkannya pelatihnya memeluk tubuhnya dari belakang. melihat anggi telah lunglai sang pelatih tersenyum. dibaliknya tubuh anggi menghadap dirinya. buah dada anggi sdh keluar dari balik swim suit putihnya. putingnya sdh mancung dan berwarna merah muda. diangkatnya tubuh lunglai anggi. diciumi dan dilumat2nya payudara anggi dgn ganas. anggi melenguh dan menjerit kesakit. dia berusaha meronta2 lagi. tapi tenaganya sdh benar2 terkuras. yg bisa dilakukan hanya menggigit bibirnya kuat2 menahan sakit akibat gigitan sang pelatih di payudaranya. pelatih sdh benar2 on melihat anggi sdh tak berdaya. ditenggelamkannya kepala anggi ke dalam air dan dia menyusul masuk ke dalam air. di dlm air dipelorotkannya swim suit putih anggi. terlihat tubuh mulus dan putih anggi yg sdh hampir pingsan tak berdaya. segera diangkatnya kembali tubuh molek itu. anggi megap2 keluar dari air. dia sdh telanj*ng bulat dan berada dlm pelukan pelatihnya. “ampun pak…………… ampun……………. jangan pak………….” rintihnya lemas.<br />
<br />
Pelatih tersenyum. “kamu cantik dan molek skl gi. sdh lama saya ingin merasakan tubuhmu. mulai skrg kamu hrs menuruti kemauanku. kalo tidak, kamu akan rasakan akibatnya. paham???” hardiknya. anggi mengangguk lemah. dia sdh benar2 lunglai tak berdaya. pelatih langsung memelorotkan celana renangnya. penisnya sdh gak tahan utk menikmati vagina anggi. dipeluknya anggi kuat2. diangkat tubuh anggi, lalu diambleskan tepat di penisnya yg sdh tegak perkasa. “AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHH PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA KKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!!!! AAAAAAAAAAAAAAMMMMMMMMMMMMPPPPPPPPPPPPPPUUUUUUUUUU UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUNNNNNN…. ………!!” anggi menjerit dan berkelojotan mencoba menaiki tubuh pelatih. tapi pelatih semakin kuat mengambleskan tubuhnya ke penisnya. anggi gemetar kesakitan. pelatih tersenyum puas. sdh dia perawani gadis imut dan cantik ini. dgn kalap langsung disodok2nya tubuh anggi. diputarnya anggi hingga punggung anggi menempel ke dinding kolam. dan di sana diperkosanya anggi dgn brutal. amat sangat brutal. amat sangat sadis dan brutal. anggi menangis semalaman selama perkosaan itu berlangsung di dalam dinginnya air kolam renang……………………. Anggi yang sdh lemas lunglai tak berdaya hanya bisa pasrah membiarkan sang pelatih menikmati tubuhnya di dalam air. Seluruh rasa sakit yang dirasakannya mengalahkan rasa dinginnya air kolam renang malam itu. Anggi hanya bisa menangis dan merintih tak berdaya. Di dalam hatinya dia berharap semoga semua kejadian ini cepat usai dan hanya mimpi buruk belaka. Pelatih itu terus bergoyang dan memompa tubuh kecil anggi tanpa henti. Tubuh anggi terlontar kesana-kemari tak berdaya. Berkali-kali dia nyaris tenggelam dan meminum air kolam yang dingin. Berkali-kali pula pelatih mengangkat tubuh anggi, menempelkannya kembali ke dinding kolam dan memompanya kembali. Bibir anggi dipagut dan dikulum dengan ganas. buah dadanya yang baru tumbuh pun memar-memar dihujani gigitan dan cupangan pelatihnya. Anggi sdh tak berdaya untuk menolak. Dia pasrah hamper pingsan. Setelah hampir 1 jam memompa tubuh kecil itu, sang pelatih mulai menunjukkan tanda2 akan orgasme.<br />
<br />
Pompaannya semakin kuat dan semakin ganas. lalu tiba2 dia menghentak dan mencengkeram tubuh kecil itu kuat2. “Aaaaaaaaaarrrrrrrrrrggggghhhhhhhhhhh!!” Dan anggi merasakan sesuatu yang menancap di bawah sana menyemprotkan sesuatu yang panas bagai lahar. Anggi memang masih sangat polos dan tidak mengetahui apakah “sesuatu” dan “sesuatu” di dalam kemaluannya itu. Yang ia tau hanya bahwa “sesuatu” itu sangat menyakitkan dirinya……………. Setelah puas berejakulasi di dalam vagina anggi yang masih sangat sempit dan memeluk tubuh kecil itu selama beberapa lama, pelatih mulai kembali ke alam kesadarannya. Ditatapnya mahluk kecil di hadapannya. Anggi menutup matanya dengan tak berdaya. Ia memang hamper pingsan dan kehabisan nafas. Diciuminya wajah anggi yang cantik itu. Bibir anggi gemetaran diciumi dengan lahap oleh pria yang usianya hampir 3x umurnya itu, tapi sekujur tubuhnya sudah kaku kram oleh air yang sangat dingin dan shock yg demikian berat. Pelatih melepaskan penisnya dari dalam tubuh anggi. Dipeluknya dan dibopongnya anggi keluar kolam renang. Anggi pasrah tak berdaya. Di tepi kolam diletakkannya tubuh kecil itu di lantai. Lalu pelatih menceburkan diri mengambil swim suit anggi dan celana renangnya yg sdh mengambang cukup jauh. Ketika naik kembali, ditatapnya tubuh anggi yang tak berdaya di tepi kolam. “Anak ini memang cantik luar biasa. Siapapun pasti langsung ngac3ng dan ingin menikmati tubuhnya. Beruntung sekali aku.” Pikirnya dalam hati. Lalu digendongnya tubuh anggi masuk ke wash room pria. Dimandikannya anggi yang terus terkulai tak berdaya dengan busa sabun. Tubuh kecil itu begitu indah dan mengkilap diterpa cahaya lampu.<br />
<br />
Cupangan2 merah di leher, dada dan perutnya begitu merah kehitam-hitaman. Pelatih tersenyum bak srigala yang bangga. Dan di bawah shower, juga di depan kaca dinding yang lebar, dinikmatinya kembali tubuh tak berdaya itu. Kenikmatan demi kenikmatan dalam setiap hentakannya. Juga setiap rintihan dan lenguhan anggi yang mengiringi ibarat suara2 surga yang begitu indah terdengar. Setelah puas mengisi kemaluan anggi berkali2 dengan spermanya, pelatih memandikan anggi lagi, mengenakan bajunya, dan mengantarkan anggi dengan mobilnya. “Ingat gi, jangan cerita ke siapa2 ya! Awas kamu! Kalo sampe bocor, lihat apa yang akan aku perbuat padamu! Paham??!” hardiknya. Anggi mengangguk lemah dengan air mata yang terus mengaliri pipinya yang putih. Bibirnya yang sudah pucat memutih gemetar ketakutan. “Iya pak…. Saya paham….” Bisiknya lemah. Anggi pun diturunkan di depan rumahnya. Setelah anggi tiba di rumah dia langsung demam tinggi. Tubuhnya menggigil dan panas dingin tak karuan. Kebetulan ortunya bekerja di luar kota dan di rumah Cuma ada 3 kakak laki2nya dan 1 pembantu rumah tangga. Anggi memang anak bungsu. Ketiga kakaknya, Januar sdh SMU kelas 3, Sony SMU kelas 1, dan Farid SMP kelas 2, Mereka ber 3 terkenal sebagai co2 paling ganteng di kompleks sekolah itu. Berbadan tinggi besar, cool dan terkenal paling sering gonta-ganti pacar. Ketiga kakaknya tentu saja kebingungan dengan sakitnya anggi. Tapi tiap ditanya anggi hanya bilang kalau terlalu letih berlatih renang malam itu sehingga sakit. Anggi juga tidak mau diajak ke dokter. Hanya mengunci diri terus di dalam kamar. Sehingga membuat kakak2nya bingung. Keesokan harinya pun anggi tidak mau sekolah. Dia menangis terus di dalam kamarnya. Soni yang memang masuk siang membujuk terus supaya anggi mau makan. Akhirnya soni masuk ke kamar anggi sambil membawa sarapan. “Gi, makan dong. Kenapa sih kamu?” diusap2nya rambut anggi yang panjang. “Jangan nangis terus dong. Cerita sama aku dong.” Dipeluknya anggi dengan sayang. “Anggi takut kak,” bisik anggi akhirnya. “Kenapa takut gi? Kamu kenapa memangnya?” “Anggi gat au kak, anggi kenapa.<br />
<br />
Cuma rasanya sakit banget…” “Lhoh? Apanya yang sakit gi?” sony bingung. “Ini anggi kak……..” kata anggi sambil memegangi kemaluannya. “HahH?? Yang bener?? Kamu diapain?? Sama siapa?? Kamu di…diperkosa???” Anggi menangis lagi kian keras. “cup cup cup dek… diam jangan nangis lagi.” Sony memeluk anggi. “siapa yg ngelakuin?” Anggi hanya menggeleng2 kepala walau didesak berkali2. “coba sini kakak liat ya? Apa mau ke dokter aja?” anggi menggeleng2 kepala ketakutan. “ya udah sini kakak liat ya.” Sony langsung mengunci pintu takut ada yang tiba2 masuk. “coba dibuka celananya.” Anggi terus menggeleng2 ketakutan. “Gi,,,,,,,, bagaimana kakak bias Bantu kalo kamu kayak gini? Pelan2 ya. Jangan takut kan sama kakak sony. Ya?” sony terus membujuk. Akhirnya anggi pasrah. Dibiarkannya sony mencopot celana pendek satin putih baju tidurnya. Sementara atasan tank top satin putihnya tetap melekat menutupi dadanya. Seketika itu juga sony terbelalak. Mulutnya terperangah dan liurnya hamper meleleh. Baru kali ini dia melihat keindahan kemaluan adik bungsunya. Dan walaupun sony telah berkali2 pacaran dengan gadis2 di kompleks sekolahnya, sony belum pernah ML dgn 1 pun dari mrk. Paling hanya petting dgn tetap menggunakan cd. Benar2 baru kali ini ia melihat keindahan tubuh seorang gadis kecil. Sepasang kaki yang jenjang dan putih begitu mengkilap terbuka pasrah di depannya. Dan kemaluan anggi yg berwarna merah muda tanpa rambut sehelai pun,,,,,,,,,,, sangat sangat sangat menggiurkan birahi kelelakiannya. Pikiran sony yg semula kasian dan sedih mengetahui adik bungsunya telah diperkosa orang, skrg sontak menjadi dipenuhi hawa nafsu setan keparat. Setan2 berbisik bahkan berteriak2 dan bernyanyi2 di telinga dan otaknya, untuk segera menikmati kemaluan indah di depannya itu. “AYOOOOOOO SOOOOOOOONNNNNNYYYYY…… KAPAN LAGI KAMU PUNYA KESEMPATAN SPT INI??????? KAMU MASIH PERJAKA,,,,,,,,,,, SEMENTARA DIA SDH GAK PERAWAN LAGI!!!!!!!!!!! HAHAHAHAHAHHAHA KALAH 1-0 KAMU SAMA ANAK SD!!!!!!!!!!! GOBLOK KAMU!!!!!!!! TOLOL!!!!!!!!!!! UDAAAAAAAAAAAH SIKAAAAAAAT BLEH!!!!!!!! KAPAN LAGI?????????? BURUAN,,,,,,,,, KEBURU JANUAR DAN FARID DATANG!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”<br />
<br />
Sony menggeleng2kan kepalanya kuat2 mengusir setan2 yang berteriak dan bernyanyi menertawakan dirinya. Tidak! Tidak boleh! Anggi adikku! Jangan! Kasian dia! “Kakak kok bengong?” pertanyaan anggi membuat sony terlonjak ke belakang, nyaris jatuh dari ranjang. Sony terkesiap. “Oh nggak gi…… kakak bingung mau ngapain.” Jawabnya keselek. “Anggi juga nggak tau kak. Cuma rasanya sakit sekali………..” “Ya udah kakak Bantu supaya anggi ga merasa sakit lagi ya… tapi anggi merem aja ya. Jangan melek2 ya sampe rasa sakitnya ilang. Ya?” Anggi mengangguk dan memejamkan kedua matanya. Perlahan sony membuka kedua kaki anggi yang putih mengkilap. Anggi tampak begitu pasrah dan tenang. Sony malah yang panic kebingungan dan tegang. Penisnya sudah melonjak2 ingin keluar dan menikmati kemaluan merah muda itu. Tapi sony juga ketakutan bahwa itu adalah adiknya sendiri. Tangan sony gemetar menyentuh telapak kaki anggi. Perlahan dielusnya sepasang kaki jenjang putih itu. Semakin lama semakin naik ke atas mencapai dengkul anggi. “Enak gi?” Tanya sony serak. “Enak kak.” Anggi mengangguk sambil masih memejamkan matanya.<br />
<br />
Sony jadi lebih berani mengelus2 dengkul anggi dan naik terus ke pangkal pahanya. Sekarang kedua tangannya sdh hamper sampai ke bibir vagina anggi. Keringat dingin mengaliri tubuh sony. “di sini sakitnya ya gi?” bisik sony makin serak. Jemarinya gemetaran menyentuh kemaluan anggi. Kemaluan yang begitu lembut dan merah muda tanpa sehelai rambutpun. “i………iya kak……” suara anggi pun menjadi serak dan tertahan. Perlahan sony mengusap2 kemaluan anggi. Disentuhnya kemaluan indah itu penuh kasih saying. Dia baru kali ini melihat kemaluan gadis kecil. Disibaknya bibir kemaluan anggi dan dielus2nya klitoris anggi dengan lembut. Dilihatnya anggi tetap memejamkan mata sambil menggigit bibirnya kuat2. elusan sony semakin nakal menjelajahi kemaluannya. Klitorisnya diputar2 dan dijentik2. anggi merasa gelid an mulai merasakan kenikmatan. Sony sudah mulai hilang akal. Setan2 semakin kuat berteriak dan bernyanyi di telinganya. Ditundukannya kepalanya dan langsung menyosot ke kemaluan anggi. Dijilati dengan ganas, dilumat2 sehabis2nya. Anggi gemetar merasakan kenikmatan itu. Dia ingin melarang kakaknya tapi kenikmatan itu sungguh tiada duanya. Anggi tak berani bergerak atau membuka matanya sesuai perintah kakaknya. Dibiarkannya bibir kakaknya merajalela di selangkangannya. Menciumi dan memakan kemaluannya sepuas2nya kakaknya. Anggi hanya pasrah dan menggigit bibirnya kuat2 menahan gejolak dalam dirinya. Keringat mengaliri tubuh mereka berdua. Dan deburan2 gejolak itu semakin kuat sampai tiba2 mengalir dashyat ke seluruh otot2 tubuh anggi.<br />
<br />
Tubuh kecil itu terlonjak dan mengejang dengan kuat. “Kaaaaakkkkkk soooooooonnnnnnnnyyyyyyyyyyyyyyyyy…………………………… AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRGGGGGGGGGHHHHHHHHHHHHHHHH HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH…………………………….!!” Sony terlompat ke belakang. Di hadapannya anggi melonjak2 menerima orgasmenya yang pertama kali dalam hidupnya. Sungguh indah……….. sungguh cantik sekali adiknya ini………. 5 menit kemudian anggi terkulai lemah setelah menerima orgasme itu. Cairan bening bercampur air liur sony mengalir keluar dari vaginanya. Sony tersenyum. Dilumat dan lahapnya cairan itu sampai habis. “kamu udah enakan skrg gi?” bisik sony saying. “udah kak……….. ahhh……….. enak banget…………..” Sony tersenyum kecut. Kamu udah enak, aku belum. Pikirnya. Tapi dia belum berani berbuat lebih jauh pada adiknya ini. Diciumnya pipi dan kening anggi. “skrg kamu makan ya. Besok kamu sekolah ya.” “iya kak……..” jawab anggi manis. Anggi tidak tau apa yg terjadi. Yang dia tau hanya rasa sakit kemarin di kemaluannya sudah terhapus oleh kenikmatan luar biasa dari kakaknya sony. Sejak kejadian itu sony makin sayang pada anggi. Tiap hari ditempelnya anggi. Dipeluk dan digendongnya anggi. Bahkan makanpun anggi dipaksa sony untuk disuapin sambil duduk di pangkuannya. Pokoknya tiada hari sony tanpa anggi bila berada di rumah. Makan dipangku, belajar pun dipangku, bahkan skrg sony suka beralasan ngantuk dan ketiduran di kamar anggi saat nonton tv. Mereka berdua bagai pinang tak terbelah 2. kapanpun dan dimanapun anggi berada, sony pasti menemaninya. Anggi yang punya trauma diperkosa pelatihnya tentu saja menjadi lebih senang krn selalu dikawal Sony kakaknya. Tapi di balik itu semua, sony mulai memendam rasa cinta yang mendalam pada anggi. Setiap ada co2 yang menelpon ke rumah mencari anggi, sony langsung terbakar cemburu dan marah2 gak karuan. Chale, capung, cyco, setan dan cavalera merupakan beberapa dari co2 yang pernah kena damprat sony. Sony selalu bilang anggi ga di rmh setiap co2 menelpon mencari anggi. Padahal anggi ada di belakang punggungnya krn dipegang kuat2 tangannya oleh sony supaya tidak bergerak. Intinya sony mulai terbakar api asmara yg begitu hebat pada adik bungsunya ini. Tiap malam anggi dikelonin dan dipeluk dengan sayang. Tiap malam itu pula sony bebas menikmati meraba2 seluruh tubuh gadis kecil berumur 10 thn itu dengan sebebas2nya. Sony belum berani bertindak lebih jauh. Dia hanya meraba, menciumi dan meremas2 saja di saat anggi sdh tidur pulas. Anggi pun, walau terbangun, Cuma bisa pasrah menikmati seluruh perbuatan sony. Anggi yg masih polos mengira itu semua adalah bentuk kasih sayang kakak pada adik. Anggi tak tau kalo itu semua adalah suatu pelecehan sexual.<br />
<br />
Hari berganti bulan, dan rasanya kepala sony sdh hampir pecah untuk bisa menikmati tubuh anggi. Dan malam ini seperti biasa sony berlagak ketiduran stlh nonton tv di kamar anggi. Keduanya tidur berpelukan. Anggi mengenakan baju tidur baby doll satin warna pink, sedang sony mengenakan kaos basket dan celana pendek. Sony tak bisa tidur. Ditatapnya tubuh mungil dalam pelukannya. Rok baby doll anggi tersingkap sampai ke atas, sehingga sony dapat melihat cd merah muda yang dipakai adiknya. Seperti biasa tangan dan mulut sony langsung bergerilya. Dielus2 dan diremas2nya paha, dada dan kemaluan anggi. Nafasnya naik-turun oleh nafsu yang sudah sangat menyakitkan kepalanya. Anggi tetap tidur tenang dan membiarkan kakaknya meremas2 tubuhnya. Melihat anggi sdh terbiasa dengan remasan2nya, sony mulai bertindak lebih jauh. Diciuminya wajah dan bibir anggi. Tangannya meremas2 buah dada anggi yang masih sangat kecil. Disingkapnya baju baby doll anggi hingga ke dada dan langsung dilumat2nya buah dada itu dengan lahapnya. Anggi terbangun, “kakak ngapain?” “sssst…….. anggi sayang diem aja ya. Kakak sayang banget sama anggi. Sayang banget. Diem ya dek………” bisik sony lirih. Anggi menurut. Dia diam saja membiarkan kakaknya melumat2 buah dadanya. Rasanya geli2 dan perih krn sony menghisap2 dan menggigit2 pentilnya yang berwarna merah muda itu. “kak……….. sakit………………” bisik anggi sambil meremas bantal. “ssssssst………….. diam aja ya dek. Diem aja…………..” sony sdh gelap mata. Dilumat2nya dada adiknya dengan ganas. sementara penisnya sdh demikian tegang dan tak kuat menahan birahinya. Segera didudukinya tubuh mungil anggi. Ditariknya baju baby doll itu dari atas. Kini adiknya sdh setengah telanj*ng.<br />
<br />
Tinggal cd merah muda yg masih menutupi vaginanya. Sony menduduki anggi. Dengan buas diciuminya sekujur tubuh adiknya. Diremas2nya buah dada mungil anggi dan digigit2 dicupang2 leher dan dada anggi. Sungguh cantik sekali adik bungsunya ini. Wajahnya yg mirip artis nabila, putih, tinggi, berhidung mancung, dengan rambut panjang terurai. Sony yg sdh gelap mata langsung memelorotkan cd anggi. Lalu membuka kaos basket dan cd nya sendiri. pen*s yang sudah sangat tegang segera mencuat. Anggi terkesiap kaget. Baru kali ini dia melihat pen*s besar milik kakaknya. Anggi ketakutan. Trauma sewaktu diperkosa pelatihnya muncul lagi. “kak………..jangan kak………….” Bisiknya lemah. Sony membalas dgn ciuman di sekujur tubuhnya. “Gpp pelan2 kok gi. Diem aja ya……..” Sony mulai menciumi sekujur tubuh anggi dan ketika tiba di kemaluan anggi dilahapnya kemaluan itu habis2an. Anggi merintih2 kesakitan bercampur dgn nikmat yang tiada tara. Dunia mrk berdua seolah berputar dengan hebat. Sony sengaja memberikan kenikmatan yg luar biasa pada anggi dulu untuk mempermudah dia menaklukan adiknya ini nanti. Rintihan2 kesakitan anggi kini berubah menjadi jeritan2 dan lenguhan yang dipenuhi oleh nafsu anggi. Orgasme demi orgasme melanda tubuh mungil anggi yang telah bermandikan keringat. Tiba2……… DOK! DOK! DOK!! “anggi! Sony! Ngapain di dalam??” JANUAR!!! BRAAAKKKK!!!!!!!!!!! Pintu terkuak lebar karena tendangan maut januar. Di pintu kamar berdiri januar dan farid dengan raut muka yang campur aduk antara marah dan kaget. Sementara di atas ranjang sony dengan pen*s yang masih tegak berdiri dan mulut belepotan cairan vagina anggi kaget tak bisa merubah posisi. Begitu juga dengan anggi yang telentang di bawahnya dengan kaki yang mengangkang, kaget dan tak bisa merubah posisinya. Semenit kemudian ke 4 kakak-beradik itu baru sadar dari keterkejutan masing2.<br />
<br />
Sony beringsut menepi, sehingga januar dan farid dengan mudah melihat vagina anggi yang kemerah2an karena sudah orgasme berkali2. “kamu ngapain son?” bentak januar memecah kekagetan. Sony tertunduk malu, tapi penisnya masih terus tegak berdiri krn sudah kon*k berat. “kamu ngapain gi?! Kamu ml sama sony?! Pantesan kamu berdua nempel terus kayak perangko!! Kemana2 dipangku! Kemana2 dipangku!! Ternyata ini kerjaan kamu berdua hah?!” januar tampak marah sekali. Tapi jelas terlihat matanya mulai memerah dan air liurnya menetes keluar memandangi keindahan tubuh anggi yang masih telentang di bawah sony. Anggi bangkit dan kelabakan mencari baju baby doll nya. Diambilnya serabutan untuk menutupi dada dan kemaluannya. “anggi…………… anggi………….” Anggi gemetar dan kebingunan. Sony diam seribu basa. Sementara farid sama seperti januar sudah terlihat kalap menikmati indahnya tubuh adiknya. Januar dan farid masuk. “kunci pintunya rid!” perintah januar. Bagai serdadu farid mengikuti perintahnya. Januar dan farid ikut naik ke ranjang anggi. Anggi yang ketakutan dan malu jadi terpojok dikelilingi ke 3 kakak lelakinya. Tanpa berkata2 januar langsung menerkam anggi. Ditindih dan diciuminya sekujur tubuh anggi yang mulus putih mengkilap. Tangannya menjelajah ke sekujur tubuh anggi. Meremas2 buah dada dan kemaluan anggi. Jemarinya langsung menyelip masuk dan mengocok lubang kemaluan anggi. Anggi kaget dan meronta2, tapi januar jelas lebih tangguh dan lebih perkasa darinya. “Diam kamu gi!! Atau aku laporin ke mamah papah nanti kamu berdua suka ngent*t di kamar kamu!!” hardiknya. “jangan kak……….. jangan……….. ahh………….. aaaaahh………….” Anggi berusaha melepaskan diri. Tapi farid langsung memegangi kedua tangan anggi dan menariknya ke atas. Sementara sony yang baru sadar dari rasa kaget dan malunya segera tau apa yang sudah menghinggapi januar dan farid. Sony langsung on lagi. Dipeganginya kaki anggi yang menendang2 januar. Anggi kelabakan mendapat serangan bertubi2 dari ke 3 kakaknya. Gadis kecil berumur 11 tahun ini meronta2 dan menjerit2. tapi apalah dayanya melawan keganasan ke 3 kakaknya yang sudah dihinggapi oleh setan jalang semua. Anggi hanya bisa menjerit2 tak berdaya sementara sekujur tubuhnya dinikmati ke 3 kakaknya. Januar langsung memelorotkan kaos, jeans dan cd nya. Penisnya jauh lebih besar dari milik sony yang masih telanj*ng bulat. Tanpa babibu lagi diterkamnya tubuh mulus anggi. Dihujani dengan cupangan dan gigitan. Dibentangkannya kedua kaki putih jenjang anggi, dan dengan sekali tekan ditusuknya kemaluan anggi dengan pen*s besarnya. “kak januaaaaaaaaaar………………………… AAAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrgggggggggg ggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!” jeritan anggi melengking keluar. Januar tak peduli, langsung dihajarnya kemaluan merah muda itu dengan ganas. ditekan sedalam2nya dan disodok ke kanan-kiri. Sony dan farid yang menonton pertunjukan live itu meneguk liur berkali. Mata mereka melotot menyaksikan keganasan januar pada anggi yg tak berdaya. pen*s mrk menjadi sangat tegang demi mendengar lenguhan anggi tiap kali disodok oleh januar. Farid segera membuka bajunya. Biarpun dia cowok termuda tapi ukuran penisnya hampir sama besar dengan sony. Di dekat wajah anggi dia memasturbasi penisnya. Melihat itu sony tak mau kalah.<br />
<br />
Langsung didudukinya wajah anggi dan dipaksanya anggi untuk mengemut penisnya. Anggi yg masih polos menggeleng2kan kepalanya. Tapi krn sodokan januar begitu keras hingga dia berteriak “Aaaaaaaaahhhhhhhhh…..” sony langsung menyelipkan penisnya ke mulut anggi. Kini tubuh putih belia itu secara bersamaan dinikmati oleh kakak pertama dan keduanya. Sementara farid menonton itu semua dengan takjub. Dia kasihan melihat anggi yang kepayahan diperkosa kakak2nya, tapi juga ngiler berat melihat semua itu. Pemandangan kakak beradik telanj*ng dan bergumul dengan dashyat memang sangat menggiurkan siapapun. Setelah hampir 20 menit menyodok lubang kemaluan anggi, januar akhirnya mengerang dengan dashyat. Ditanamnya dalam2 penisnya di kemaluan anggi. Lalu dia beringsut menjauh. Duduk menyandar tembok. Sony segera mengambil alih posisi. Segera ditusukannya penisnya yang sdh sangat ngiler itu ke dlm lubang anggi yang masih peret. Langsung digoyang dan ditusuknya bertubi2 tanpa ampun. Sementara farid langsung menaiki wajah anggi dan kembali memaksa anggi untuk meng-oral nya. Ketiganya bergerak tanpa ampun ditunggangi nafsu birahi. Yang terdengar hanya rintihan dan lenguhan anggi menahan rasa sakit. Akhirnya sony pun memuntahkan lahar spermanya di dalam kemaluan anggi. Rasa cinta dan nafsunya terpuaskan sudah. “Buruan! Gantian!” teriak farid. Dan ronde ke 3 pun dimulai. Farid yang ternyata rajin nonton bok*p juga piawai memainkan tubuh anggi. Digoyangnya anggi dengan penuh semangat. Anggi merintih menahan sakit. Air mata bergulir di pipinya yang putih merona merah. Tubuhnya basah oleh keringatnya dan ke 3 kakaknya. Kaki jenjangnya berayun2 ke atas seirama tusukan farid di kemaluannya. Sementara januar dan sony asik menonton sambil menghisap rokok bersandar tembok. Keduanya sangat menikmati tontonan indah itu. Farid semakin cepat dan semakin bergairah memperkosa anggi. Biarpun ke 2 kakaknya telah mengisi lubang kemaluannya, tapi spt nya seluruh muntahan sperma mereka sdh terhisap masuk ke dalam rahim adiknya itu. Lubang kemaluan itu sangat kering, hangat dan peret. Sungguh2 luar biasa……… Setengah jam kemudian akhirnya farid pun memuntahkan sperma kuningnya di dalam kemaluan anggi. Nafasnya tersengal2 penuh kenikmatan dan langsung menjatuhkan tubuhnya memeluk tubuh anggi yang telah basah oleh keringat dan sperma mrk.<br />
<br />
Diciuminya bibir, wajah dan dada anggi yang kini telah penuh dengan bekas cupangan merah hitam. Sungguh cantik dan indah nian tubuh adik bungsunya ini. Setelah berjuang melayani nafsu binatang ke 3 kakaknya selama hampir 2 jam ini, anggi pun runtuh lemas. Air mata bening membasahi ke dua pipinya. pen*s farid masih berada di dalam kemaluannya. Rasanya sangat panas dan perih. “wah…..keluar darahnya tuh…..” januar kembali membuka pembicaraan sambil melihat lebih dekat pada pen*s farid yang masih menancap di vagina anggi. Sony ikut2an melihat. “oh iya……… ini ya yang namanya darah perawan?” tanya sony. Januar mengangguk. “berarti kamu belum pernah ml sama anggi, son?” tanya januar. Sony menggeleng, “belum. Baru mau malem ini. Ternyata kakak duluan.” Januar ngakak. “Siapa yg nggak ngiler ngeliat body dan kecantikan anggi? Dari dulu gw kali coli juga mbayangin ml sama anggi! Hahahhaha.” Keduanya tertawa. Farid bangkit dan menarik penisnya yg masih tegang dari lubang vagina anggi. “Gile, burung lu masih tegang rid?” tanya januar. “hebat lu kecil2 cabe rawit.” “iya, gw bisa coli 5-10 kali semalem. Soalnya sulit tidur nih burung.” Kata farid bangga. Farid lalu bergeser mendekati wajah anggi yang masih terpejam. “Gi…… isep lagi dong gi. Enak banget bibir kamu.” “Nggak maaaauummmmmmmmmmmmmmm…………. Mmmmmmmmmmmmmhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!” farid langsung menancapkan pen*s tegangnya di mulut anggi yang memerah. Dimiringkannya kepala dan tubuh anggi, sehingga farid bisa bersender di tembok bersama ke 2 kakaknya dengan bibir anggi yang terus mengemut penisnya yang berbau sperma, cairan vagina dan darah keperawanannya. “goood……….. good………. Gooooooood………….. coba begini dari dulu. gw kan ga perlu jajan di luaran. Hahahahhaha, “ farid dan januar ngakak. Sony hanya tersenyum simpul. Meski rasa cemburunya memuncak melihat farid dengan asik memaju-mundurkan kepala anggi di selangkangannya. Meski ia merasa nggak rela keduluan januar utk menikmati tubuh anggi. Meski panasnya asmara dia & anggi, kini berubah jadi pesta s*x mereka ber 4, tapi sony tak berdaya. Januar kakaknya dan farid adiknya. Seperti dia tau, SEMUA CO pasti kon*k & ngiler melihat kecantikan dan keindahan tubuh anggi, adiknya. Malam itu mrk tidur ber 4 telanj*ng bulat. Semua memeluk tubuh anggi yang putih mengkilat. Kamar anggi dipenuhi bau keringat, nafsu dan sperma. Dan malam itu siapapun yang terbangun, secara bergantian akan kembali melampiaskan nafsu bejat mereka pada kemaluan anggi yang terus mengeluarkan darah. Sprei putih itu jadi acak2an dan dipenuhi bercak2 darah dan sperma di sana-sininya. Sejak malam itu, jadilah anggi pemuas nafsu ke 3 kakaknya. Kapanpun dan dimanapun mereka mau, pagi siang sore malam, di kamar, di ruang makan, di dapur, di taman, bahkan di manapun mereka meminta, anggi dengan pasrah akan melayani mrk.<br />
<br />
Anggi sungguh takut dan muak dengan nafsu binatang mrk. Tapi anggi tak berdaya krn mrk mengancam akan menceritakan hal ini ke mamah papah mrk. Lebih gilanya lagi adalah bahwa ke 3 kakak lelakinya SEMUA adalah CO2 HIPERSEX yang selalu dan selalu kon*k melihat kecantikannya. Setiap hari minimal anggi melayani mrk 1 per 1 (minimal sehari 3x ml) dan kadang mrk menikmati tubuh anggi bersama2. Sambil nonton bok*p, anggi dipanggil. Lalu ditelanjangi. Ditidurkan di meja jepang depan tv. Lalu diperkosa beramai2. Kadang sambil mereka makan dan memegang piring, mrk meminta anggi untuk meng-oral mereka sampai mrk memuntahkan sperma. Kadang saat anggi belajarpun, januar memaksa anggi untuk membaca di atas pangkuannya. Lalu januar akan mencopot cd nya dan anggi dan memasukkan pen*s besarnya ke lubang vagina anggi. Januar lalu menaik-turunkan tubuh adiknya yg tengah belajar itu di pangkuannya sampai dia orgasme. Pokoknya anggi menjadi pusat pelayanan kenikmatan ke 3 kakaknya. Tubuh indah itu menjadi sasaran pelampiasan nafsu binatang mrk kapanpun dan dimana pun mrk mau. anggi sungguh sedih dan meratapi nasibnya sebagai pemuas nafsu ke 3 kakaknya. Tapi ancaman kakak2nya membuatnya takut mengadu pada mamahnya. Anggi hanya bisa pasrah menjalani seluruh siksaan seksual kakak2nya. “gi……. Sini sayang……..” panggil sony. “anggi lagi capek kak…………….” Jawab anggi lirih. “sebentar aja. Sini sayang….” Anggi pun mendekat. Anggi mengenakan tank top putih dan celana pendek putih. “sini cantik……” sony yg tengah menonton tv langsung merengkuh tubuh jenjang itu. Diciuminya anggi sambil meremas2 buah dadanya. “aku kangen banget sama kamu cantik……” disingkapnya tank top anggi dan langsung dikemutnya buah dada anggi dengan penuh nafsu. Anggi Cuma pasrah saja. Tangan sony lalu mencopot celana pendek dan cd anggi. Lalu tank topnya. Kini anggi sdh telanj*ng bulat di dalam pangkuannya. Sony yang memang mencintai anggi sebagai kekasih menghujani anggi dengan segenap nafsu birahinya. Dicopotnya kaos dan celananya dan diambleskannya penisnya ke kemaluan anggi yang duduk di pangkuannya. Anggi melenguh dashyat. “ayo goyang gi……… puasin nafsuku gi……….. tubuhmu milikku gi……….. aaaah……… aaaahhhh…..” sony menaik-turunkan tubuh anggi.<br />
<br />
Anggi pun mengimbangi dengan bergoyang naik turun. Bibir sony menyedot dan mencupang2 buah dadanya yg mungil. Sementara anggi menciumi wajah sony dan memeluknya dengan hangat. Keduanya terus bergoyang seiring nafsu setan mrk. Mendengar desahan2 pergumulan adik2nya januar muncul. Tak seperti dulu, kini sony tak menghentikan kegiatannya. Terus dinikmatinya tubuh anggi dengan nafsu binatangnya. Anggi pun sdh terbiasa di 3 some dan membiarkan januar bergabung. Tapi sony dengan penuh kecemburuan langsung melotot. Sambil terus menaik-turunkan pinggang dan melumat2 dada kecil anggi, sony melotot ke januar. “Sana lu. Gw mau berduaan doang sama anggi. Ngikut terus lu!” hardiknya pada januar. Januar Cuma nyengir. “Iyee…iye… duh segitu cemburunya luh. Heh anggi adek kita sendiri. Inget tuh. Adek sendiri ya dinikmati bersama dong!” Sony melengos dan meneruskan aktivitasnya. Dia memang benar2 mencintai anggi. Dan si kecil anggi juga mulai merasakan kalo sony begitu cemburu tiap kali harus berbagi dengan januar dan farid. Tiada hari anggi yang bisa lepas dari sony. Sampai mandi pun harus sony yang memandikan dan seperti biasa, tiap mandi itu sony selalu menikmati s*x yang hebat bersama anggi. Anggi yang mulai pintar bermain s*x terus menggoyang pen*s sony di dalam kemaluannya. Sony terus menyusu di dada mungilnya dan membuat banyak cupang di leher dan dadanya. Sementara januar duduk di sofa menonton 2 adiknya yang tengah ngent*t. “Aaaaaah…….. nggi………. Aku udah mau keluar gi………….” Desah sony. Anggi makin mempercepat goyangannya sehingga kemaluan mereka mengeluarkan bunyi slep slep slep… “aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhh anggggggggiiiiiiiiii!!!!!!!!!!!!!!!!!!” sony berteriak histeris. Direnggutnya tubuh indah anggi. Didekapnya kuat2. ditekannya anggi sedalam2nya ke penisnya yang menyemprotkan lahar panas spermanya. Anggi melenguh keras menikmati muntahan sperma kakaknya itu. Walaupun sudah puas menikmati tubuh anggi, sony tetap memeluknya kuat2 dan tak mau melepaskannya. Dipangkunya anggi penuh kasih sayang. Tubuh keduanya berkilat oleh keringat dan dari vagina anggi meleleh sperma kental milik sony. Sony terus memeluk dan menciuminya. Januar meneguk ludahnya berkali2. dia jelas2 sangat terangsang menonton pertunjukan live barusan. Penisnya sudah tegak berdiri dan dia sangat ingin segera menikmati tubuh adiknya. Tapi dia tau sony sangat cemburuan. Dan kalo lagi angot, sony resekh. Dia harus tau cara yang tepat agar sony lebih flexible membiarkan anggi dientotin januar kapan saja januar mau. Januar berpikir. Akhirnya januar mengambil 3 kaleng coca cola dari kulkas. Didekatinya ke 2 adiknya. “Minum nih.” Lalu januar duduk tepat di samping sony. “Gi….. puasin gw juga dong. Lu barusan belum puas kan?” rayunya. Anggi nggak paham arti “puas”, dia Cuma tau sering mendadak gelap mata dan melihat dunia berputar cepat tiap kali melayani kakak-kakaknya. Anggi Cuma tersenyum. Dia tau sony super cemburuan. Sering januar dan farid harus menunggu sony pergi dulu untuk minta ml sama dia. Sony menatap anggi. “sayang emang belum puas barusan?” tanyanya. Karena ngga paham, anggi tersenyum aja. Sony cemberut. “Ya udah deh, puasin anggi deh jan.” gerutu sony. “oceeee…..” januar tersenyum.<br />
<br />
Tubuh anggi langsung direnggut dari pangkuan sony. “sini sayang……” dibopongnya anggi ke meja makan. Ditelentangkannya tubuh anggi di atas meja makan persegi 4 itu. Sony mengekor dari belakang. “sekarang kamu makan malamku anak cantik…….. kamu cantiiiiiiiiiiiiiik sekali……..” januar membuka semua bajunya. penisnya belum terlalu tegang. “kamu makan malamku, aku makan malam kamu ya sayang.” Januar langsung naik juga ke meja makan. Bergaya 69 dgn tubuh mulus putih anggi di bawahnya. Langsung dilumat2nya kemaluan anggi yang masih dipenuhi sperma sony. Anggi pun melumat2 pen*s januar yang langsung tegang begitu menyentuh bibir anggi. Sony menonton di kursi meja makan. Tubuh januar dan anggi tepat melintang di hadapannya. Sungguh menggairahkan sony. Karena dioral begitu hebat oleh januar, anggi pun berkali2 orgasme. Januar pun sudah sangat kon*k tapi bertahan supaya anggi terus mendapatkan orgasmenya. Setelah 5x anggi meraung2 dan kejang2 oleh orgasme yang hebat, akhirnya januar memuntahkan lahar sperma kuningnya di dalam mulut anggi. “Telen gi………. Telen sayang…….. telen semuanya……………” tekan januar. Mulut anggi dipenuhi sperma januar hingga meleleh ke pipi dan jatuh ke meja makan. Keduanya terhempas dalam kenikmatan. Tiba2 farid muncul habis main basket di sekolahnya. Badannya basah oleh keringat yang menempel di kaos dan celana pendeknya. “waaaaaa…. Pesta neh. Ikutan dong.” Soraknya. “tapi aku lagi males bergoyang gi. Oral aku aja ya. Sini.” Farid duduk di kursi meja makan menghadap meja. Ditariknya tubuh anggi dari bawah tubuh januar. Lalu didudukkan di lantai di bawah meja makan. “Oral gw gi.” Mintanya. Anggi menurut. Dipelorotkannya celana basket farid. pen*s kakaknya sudah berdiri tegak dibalik cd nya. Anggi menciumi dan memelorotkan cd itu dan mulai mengoralnya. Sony yang duduk di samping farid mengelus2 rambut dan dada anggi. Sony sebenernya cemburu tiap farid dan januar make anggi. Tapi dia juga sadar, dirinya pun make tubuh anggi untuk s*x walaupun kini dia bener2 mencintai adik kandungnya itu. Suara mulut anggi yang dipenuhi sperma januar, air liurnya dan pen*s farid berbunyi sangat menggairahkan di bawah meja. Sementara farid, januar dan sony terus ngobrol di meja makan. Cuma berkali2 farid tampak gelagapan menjawab krn tubuhnya dijalari kenikmatan yang tiada taranya. Kadang2 farid juga melenguh2 tak karuan membuat januar dan sony ngakak. Keringat kembali mengucur deras. pen*s Farid memang tahan lama. Hampir 1 jam dan farid masih bisa bertahan sambil ngobrol dengan ke 2 kakaknya. Baru setelah semakin lama, kedua tangannya turun dan menggoyang2 kepala anggi maju mundur dan meremas2 tok*t anggi. Tampaknya farid sudah terangsang berat. Dan “Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhh hh…………………mmmmmmmmmmhhhhhhhhhhhhhh………………. Aaaaaaaaaahhhhhhhhhhh…………. Giiiiiiiiiiiiiiii………………. Enak banget mulut lu giiiiiiiiiiiii………………mmmhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.” Ceracau farid keras. Ditekannya kepala anggi sedalam2nya ke penisnya yang muntah2. 5 menit kemudian setelah farid lepas dari orgasmenya, ditariknya tangan anggi ke atas. Mulut anggi belepotan sperma januar dan farid. Meleleh jatuh ke pipi, leher, dada dan perutnya yang putih mengkilat.<br />
<br />
Anggi memang boneka s*x yang sangat cantik, putih, indah dan sempurna untuk siapapun yang memakainya. Sungguh indah. Sangat cantik….. Sony langsung menggapai tubuh semampai anggi. Dipeluk dan dipangkunya adik kecilnya itu. Belepotan sperma januar dan farid di bibir, pipi, leher, dada dan perut anggi diseka dengan jarinya lalu dimasukkan ke mulut anggi seperti bila anggi mengoral pen*s keluar masuk. Terus sampai habis semua sisa2 sperma. Di dalam pangkuan sony anggi memang tampai sangat cantik. Dia tidak lagi seperti anak 11 tahun, tapi sdh mirip gadis kecil berkulit putih mengkilat, buah dada yang baru tumbuh dengan pentil merah muda, bibir merah muda, leher jenjang, sepasang bola mata besar dan hidung mancung. Sungguh mirip artis nabila, Cuma lebih muda anggi. Pantas bila ke 3 kakaknya tergila2 pada anggi. SEMUA CO pun pasti kon*k melihat kecantikan dan kemolekannya. Hari berganti bulan, tak terasa sudah 1 tahun lebih anggi menjalani kehidupan pelecehan sexual dari ke 3 kakaknya. Tiap malam mereka tidur ber 4 di kamar anggi. Bergantian mereka menunggangi tubuh putih mulus anggi atau bibir anggi. Tiap hari pula anggi harus selalu rela melayani nafsu sexual ke 3 kakaknya. Kadang sambil menonton tv atau makan malam atau terima telpon pun, kakak2nya menyusu di toketnya yang mungil, mencupangi toketnya, atau mengocok kemaluan anggi dengan jari2 mereka yang panjang. Sering juga anggi harus tidur dengan bibir januar menyusu ke tok*t kanannya, farid di tok*t kirinya dan sony di vaginanya yang mengangkang, sampai pagi…… Karena selalu digenjot s*x berkali2 tiap hari anggi jadi sering telat datang ke sekolah. Pelajaran di kelas pun sering keteteran krn anggi jarang bikin PR. Kini anggi sudah kelas 1 SMP dan menjadi bunga yang sedang merekah. Siapapun pasti ngiler tiap kali anggi melintas di depan mereka. Co2 seperti si semut, chale, capung, cyco, setan13, cavalera, audin, bladibla, renspie, dan lovemeagain, adalah beberapa nama dari sederetan co2 yang selalu berusaha mendekati anggi. Dari mrk yang sekelas ataupun yg berbeda kelas, semua selalu kon*k melihat kecantikan dan kesegaran tubuh anggi. Cuma krn sony selalu menguntit dan menempelin anggi di saat datang, istirahat dan pulang sekolah maka co2 itu begitu kesulitan utk mendekati anggi. Mrk yg 1 kelas dgn anggi Cuma punya kesempatan mendekati anggi di dalam kelas. Dimana pun anggi duduk, mrk pasti duduk berebutan di sekitarnya. Cavalera yg paling sering duduk di sblh anggi. Dan spt co2 yang lain, siapapun yg berhasil duduk di samping anggi pasti melakukan sexual harashment pada anggi. Mereka pura2 nggak sengaja menyenggol tok*t anggi yang mungil dan Cuma tertutup kaos singlet tipis. Sering mrk menjatuhkan sesuatu ke bwh meja dan mengintip cd anggi waktu mengambilnya. Sering mrk duduk berdempetan dengan anggi dan menggerayangi paha dan dada anggi. Anggi tentu saja tidak suka. Tapi tiap kali dia pindah duduk pun pasti co yang duduk di sebelahnya akan melakukan hal yg sama. Sedangkan ce2 semua judes dan iri pada kecantikannya. Sehingga bila anggi mau duduk di samping ce, malah ce2 itu yg segera pindah ke meja lain. Hari ini giliran renspie yg duduk di samping anggi. Dan spt yg lainnya selama jam pelajaran itu renspie menjadi sangat kon*k dan gelisah ingin menggerayangi tubuh anggi. Biarpun dalam balutan baju seragam SMP, tapi kecantikan dan keindahan tubuh anggi memang tak tersembunyikan. Rok pendeknya sejengkal di atas lutut dengan kaos kaki putih yang menutupi kakinya yang jenjang. Renspie pelan2 menurunkan kaca berukuran 5×10cm di lantai tepat di bwh rok anggi. Dari situ dia bisa melihat cd anggi yg berwarna putih. Renspie melihat ada bercak2 basah di cd itu (krn tadi waktu mandi pagi seperti biasa anggi dimandiin dan dientotin sony, januar dan farid dulu di rumah. Sehingga kini sperma ke 3 kakaknya luber keluar vaginanya). Renspie langsung meng sms bladibla, lovemegaain, dan co2 lain ttg warna cd dan bercak2 basah di cd itu. Temen2nya langsung merespon : “weeeeee…… jangan2 abis dientotin tuh ce jadi cd nya penuh sperma!” semua co langsung gelisah. “Terus gimana dong?” tanya renspie via sms. “udah… hajar aja bleh!” balas teman2nya. Renspie agak2 worried. Maklum guru yg mengajar killer. KILLER?? NAH! Itu dia jawabannya. Anggi pasti juga takut kalo bikin gara2 di kelas ini!! Renspie mulai beraksi. Kebetulan anggi duduk menempel tembok di deretan ke 2 dari belakang. Di sekitarnya semua co2 capung, semut, setan, cavalera, bladibla, lovemeagain, cyco, audin dan chale. Berarti posisi AMAN TERKENDALI!!<br />
<br />
Renspie menulis secarik kertas : LU DIEM ATAU KITA PERKOSA RAME2 NTAR?! Anggi kaget membaca tulisan itu. Dia ingin bergerak tapi seringai co2 di sekitarnya sangat menyeramkannya. Apa yg akan mrk lakukan di dlm kelas si killer ini?? Apa yg akan mrk lakukan?? Melihat anggi ketakutan, renspie merasa aman. Tangan kanannya langsung meraba2 dan mengelus paha anggi. Anggi bergeser mepet ke tembok. Renspie memepet tubuh anggi. Skrg tangan kanannya langsung menyerang cd anggi. BASAH!! Cd anggi memang basah. Renspie menarik jari2nya dan menciumnya. BAU SPERMA!!!!!!!!!! Renspie langsung menyeringai kaget dan meng sms temen2nya. “gile juragan…… bau SPERMA bro!” balasan sms langsung membabi-buta. “Hajar!!” “Sikat abuess!” “Tancep! Tancep!!” Anggi ketakutan menempel di tembok. Dia bingung bagaimana melepaskan diri dari situasi ini. Jelas renspie tau bhw itu bau sperma. Co2 pasti akan makin ganas mengganggunya. Tapi dia juga takut pada si killer. Berkali2 anggi dihukum krn telat dan tak membuat PR. Anggi tak berani berkutik. Jari2 renspie kembali beraksi. Dengan berani dia mengelus2 dan menjalari ke 2 paha anggi. Lalu menyelipkan jemarinya ke dlm cd anggi. Anggi diam tak bergerak dan panik. Bahkan bernafaspun anggi tak berani takut si killer menoleh ke arahnya. Ditahannya nafasnya dan dibiarkannya dgn terpaksa jari2 nakal renspie bermain2 dlm cd nya. Jari2 itu kian ganas. meremas2 kemaluan anggi dan masuk masuk dan masuk kian dalam ke lubang vagina anggi. Anggi memejamkan matanya ketakutan. Renspie kian buas. Jarinya mengocok lubang kenikmatan anggi dengan sadis. Klitoris anggi dipermainkan dan ditarik2. anggi menggigit bibir dan menutup matanya kuat2. Jam demi jam berlalu. Anggi kepayahan menahan orgasmenya yg berulang2 melandanya. Dia hanya mendengus perlahan, memegang erat buku2nya dan menjejak2an kakinya tiap kali orgasmenya melanda. Tanpa peduli anggi yg berkali2 orgasme, jari2 renspi terus mempermainkan vagina anggi yang tak berbulu. Dikocoknya terus dgn ganas. dia sungguh ingin ngentotin anggi. Sayang ada si killer di kelas. Tapi berkat killer juga anggi akhirnya takluk padanya. Jam 5 sore!! Berarti telah 5 jam anggi diperkosa oleh jari2 renspie. Cd nya sdh basah oleh cairan orgasmenya. Baju seragam dan rambutnya pun telah basah oleh keringatnya. Wajahnya pucat ketakutan tapi juga memancarkan kenikmatan tiada tara. Bell berdering panjang. “Ya anak2 sudah jam 5, kalian pulang dengan baik. Kecuali ANGGI! Kamu dari tadi nggak konsen ke pelajaran Bapak ya?!! Kamu tinggal di kelas! Saya mau bicara dengan kamu!!” Anggi terhenyak kaget. Ternyata si killer memperhatikan dirinya. Apakah killer tau apa yg terjadi? Apa killer tau apa yg dikerjakan renspie padanya sejak jam 12 tadi?? tubuh indah anggi gemetar ketakutan. Anggi sungguh2 sangat ketakutan…………………. Akhirnya kelas kosong krn semua murid sudah pulang. Sekolah pun sudah sepi dan gelap krn memang jam pelajaran telah usai. Sony sempat memunculkan kepalanya di jendela kelas anggi. Tapi demi melihat anggi yg sedang duduk di hadapan pak hahaha si killer di SMP, sony langsung memilih untuk pulang duluan. Dia tak tau bahaya yang tengah menanti adik tercintanya. Kelas itu kosong. Hanya pak hahaha dan anggi. Pak hahaha tidak menyalakan lampu, sehingga siapapun yang tidak secara sengaja melongok ke dalam kelas tidak akan tau bahwa di kelas 1 SMP itu masih ada seorang guru dan murid yg tengah dalam bahaya pelecehan sexual.<br />
<br />
Anggi duduk menundukkan kepalanya dalam2. rambut dan kemejanya basah oleh keringat karena orgasme berkali2 yang disebabkan oleh jari2 renzpie. Krn basah oleh keringat itu pulalah maka kaos singlet tipis nya pun basah dan melekat pada dua buah dadanya yg baru tumbuh. Pak hahaha dapat melihat sepasang putting merah muda di balik singlet anggi. Birahinya mulai muncul. Ditatapnya wajah anggi yg sangat cantik. Wajahnya memang mirip dengan artis remaja nabila. Hidung mancung, bibir mungil merah muda, sepasang mata bundar dengan leher yg jenjang. Ketika pak hahaha menatap leher itu dia melihat sebuah tanda bekas cupangan yang samar2 terlihat di bawah leher anggi. Segera dia bangkit dari kursi gurunya. Disibakannya rambut panjang anggi. Benar!! Itu BEKAS CUPANGAN!! Kaget juga pak hahaha demi mengetahui bahwa anak kelas 1 SMP ini sudah punya bekas cupangan di lehernya! Direnggutnya seluruh rambut anggi dengan tangan kirinya. WAAH!! Ternyata ada 3 BEKAS CUPANGAN di leher jenjang itu!!! Mata pak hahaha langsung melotot. “Apa ini gi????!!! Ini bekas cupangan siapa??” bentaknya. Anggi kaget dan tambah menunduk. Badannya gemetaran. Tapi pak hahaha langsung menjambak rambutnya dan menariknya hingga wajah cantiknya terdongak. “jawab!!” “maaf……ma…..ma….maaf pak……….” Jerit anggi ketakutan. “siapa yang mencupang2 lehermu ini hah?!!” bentak pak hahaha lagi. Anggi menggeleng2kan kepala ketakutan dan kesakitan krn jambakan itu. “jawab!!!!” “saya……..ssaa……sssaa….ssaaya nggak tau pak………………..” air mata mulai menggenang di sudut2 mata indah anggi. Anggi memang tidak tau siapa yg membuat 3 cupangan itu krn memang tiap pagi siang sore malam dia sibuk memuaskan nafsu ke 3 kakaknya. Entah itu cupangan buatan sony, januar atau farid, anggi nggak tau. “kamu ternyata setan kecil ya gi! Kecil2 sudah tau cupang2an kamu!!” lalu serentetan caci maki dan hinaan berhamburan dari mulut pak hahaha. Semua hinaan yang membuat gadis cantik itu menangis sejadi2nya. “sekarang buka baju kamu!!!!!! Pasti di tok*t kamu ada banyak bekas cupangan juga ya???!! BUKAAA!!!!!” bentak pak hahaha. Anggi menggeleng2kan kepala ketakutan. Dia sangat takut dan malu dan hina dengan perbuatan pak hahaha. Ditutupnya dadanya dengan ke 2 tangannya. “jangan paak……. Ampun…….. ampuunnnnn pak………..” anggi mulai menangis. “saya bilang buka ya BUKAAAAAA!!” tangan pak hahaha langsung menyergap kemeja sekolah anggi, membuka ke 2 tangan anggi, dan menarik2 kemeja anggi. Kancing2 baju anggi langsung dibuka paksa. Anggi meronta2 dan berteriak2 minta tolong. Tapi kompleks sekolah itu sudah sunyi. Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, hingga tak 1 pun orang yg tertinggal kecuali satpam di depan gerbang sekitar 1 kilo dari kelas anggi. Anggi terus meronta2 dan berteriak2 minta tolong. “aaammmmmmmmpuuuunnnn…………………… pak ampuuuuuuuunnn…………. Jangan! Jaaaangaaaaan…………………!” anggi meronta2, tapi kancing2 kemejanya sudah terkuak.<br />
<br />
Pak hahaha langsung menarik singlet anggi ke atas dan matanya melotot melihat 2 putting susu anggi yg berwarna merah muda dipenuhi lebih bekas2 cupangan dimana2 bahkan sampai ke perutnya!! “kamu bener2 gadis jalang!!” ditelentangkannya anggi ke atas meja dan disibakannya kemeja dan singlet anggi. Tubuh putih mengkilat itu kini terbuka lebih luas. Begitu indah dan begitu menggairahkan. Nafsu dan nafas pak hahaha langsung tersengal2 dipenuhi birahi binatangnya. Penisnya berkelojotan di dlm cd nya. Belum puas juga, disingkapnya rok biru anggi hingga ke perut. Ternyata pangkal paha anggi juga dipenuhi bekas2 cupangan merah hitam!!!!!!!!! Terperanjat dan takjub pak hahaha. Ternyata gadis kecil ini benar2 seorang pelacur!! Dan cd putih yg begitu basah oleh cairan sperma dan cairan vaginanya krn 5 jam diperkosa oleh jari2 renzpie begitu menantang nafsu kebejatan pak hahaha. Ditariknya dengan kasar cd yg basah itu. Segera terpampang keindahan kemaluan anggi yg masih polos tanpa rambut. Warna merah muda yg merekah krn hampir seharian dijejali dan dikocok2 jari2 renzpie yg membuatnya orgasme berkali2. luar biasa!!!! “Rupanya dari tadi kamu dicoliin sama renzpie ya?! Pantesan kamu berdua gelisah terus seharian!! Enak ya dicoliin renzpie ya?? Mau lebih enak lagi gak??” pak hahaha langsung menarik ke 2 kaki anggi yang mengangkang di atas meja di depannya dan melumat2 vagina merah muda itu dengan mulutnya. Mulut pak hahaha yang lebar, tebal dengan kumis dan berewok tebal jelas membuat anggi mendapat sensasi baru yang tak terhingga. Anggi malu tapi juga takut untuk menolak nafsu binatang gurunya ini. Sambil menangis dan menjerit2 anggi berusaha terus melepaskan diri dari oral-an mulut pak hahaha yang sangat ganas. Tapi kenikmatan2 itu juga menyerang tubuh dan vaginanya. Bibir dan lidah pak hahaha masuk begitu dalam ke lubang vaginanya sehingga membuat anggi orgasme dan orgasme terus hingga tubuh indahnya terlonjak2 di atas meja kelasnya itu. Pak hahaha tertawa bagai setan alas melihat murid cantiknya ini tak berdaya didera orgasme berulang2.<br />
<br />
kini gilirannya untuk mendapat orgasme2 itu. Dibukanya retsletingnya. dia takut masih ada orang di kompleks sekolah itu hingga tak berani mencopot celananya. Penisnya langsung diarahkan ke vagina anggi yg memerah. SLEEBBBB!! Masuk semua dan membuat anggi terlonjak dan berteriak keras. “AAAAAAAAAAGGGGGGGGRRRRRRRRRHHHHHHHHH!!!!!!!! !!! SAAAAKIIIIIIIIIIIIIITTTTTTTT PAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!! !!!!!!!!!!!!!!” Pak hahaha menyeringai liurnya menetes. Tanpa ampun langsung diperkosanya vagina anggi dengan brutal. Ditusuk2 dan ditusuk2 sedalam2nya dan sepuas2nya. Tubuh putih mengkilat anggi terlontar ke sana-sini membuat suara2 yang gaduh dari meja yang ditidurinya. BRUKK! BRRRUKK!! KREET!! KREETT!! 1 jam lebih pak hahaha menikmati tubuh rupawan murid kecilnya itu. Anggi melenguh dan merintih2 kesakitan krn pen*s pak hahaha yg menyesaki vaginanya yg kecil. Keduanya terus berlomba dengan kecepatan nafsu dan setan yang berteriak2 bersorak sorai. Hingga akhirnya pak hahaha tak tahan dan langsung menancapkan semprong besarnya sedalam2nya ke lubang kemaluan anggi. CRROOOOOTTT!!!!! CCCRRRRRRRRROOOOOOTTTTTTTTTT!!!!!!!! CCCCCCRRRRRRRRRRROOOOOOOOOTTTTTT!!!!!! CCCCCCCCRRRRRRRRRROOOOOOOOOTTTTTTTTTTTTT!!!!!!!!!! !!! Dihajarnya murid cantiknya itu dengan semprotan2 spermanya yang meledak2. Anggi menjerit2 dan merintih2 merasakan semprotan sperma kuning yg bergumpal2 memenuhi kemaluan dan rahimnya. Pak hahaha langsung menjatuhkan dirinya di tubuh anggi yg baju sekolahnya masih berantakan. Keringat mengucur deras dari ke 2 nya. air mata menitik dari sudut2 bola mata anggi yg indah. Inilah pria ke 5 yang berhasil memperkosanya dan memuntahkan gumpalan2 sperma kuning ke dalam vagina sempitnya. Apa semua lelaki Cuma ingin menikmati tubuhku? Rintihnya dalam hati……….. Terseok2 anggi merapikan singlet, kemeja dan rok sekolahnya. Ketika dia akan mengambil cd nya. pak hahaha langsung merebut cd putih basah itu. “Cd mu untuk saya coli di rumah!! Saya kan selalu ngebayangin ngentotin kamu kalo lagi ngone di rumah. Hahahhhah!” dia ngakak. “Inget gi, jangan bilang siapapun!! Dan kamu harus datang LES di rumah saya seminggu 2x!! Senin dan kamis kamu datang les di rumah saya!! Paham??” Anggi mengangguk lemah……… “Iya pak………” “dan tiap kamu datang……… JANGAN PAKE CELANA DALAM!! Saya mau langsung ngentotin kamu berjam2 sampai saya puas!! PAHAM????!!” “Iya pak…………………..” Air mata anggi menitik jatuh………. Setengah berlari dengan baju dan rambut yg acak2an anggi segera keluar dari kompleks sekolah itu.<br />
<br />
Dia tak tau ada beberapa pasang mata yang selama prosesi s*x terjadi di kelas tadi, telah mengintai dan menonton pertunjukan s*x itu. Beberapa pasang mata itu begitu ganas dan liar. “tunggu giliran kami nggi…………..” bisik mereka tertiup angin malam………………… Tergesa2 anggi keluar dari kompleks sekolahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Baju seragam dan rambutnya yang acak2an jelas membuat siapapun memandang penuh nafsu syahwat padanya. Keringat dan bau sperma menghambur keluar dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Kedua bola matanya memerah oleh air mata. Tak ia sangka sama sekali kalo si killer alias pak hahaha berhasil memperkosanya di dalam kelas tadi. Betapa malangnya aku. Semaleman dientotin sony, januar dan farid. Mandi pagi dientotin mereka beramai2 juga. Di sekolah dicoliin renzpie 5 jam lamanya. Pulang sekolah kembali diperkosa si killer. Oh…. Nasibku……….. air mata anggi menitik membasahi pipinya…… Gadis kecil 11 tahun itu kini berjalan di sepanjang jalan raya. Andai ada sony pasti kakaknya itu akan melindunginya. Tapi entah kenapa sony tak menjemputnya. Mungkin krn sony juga takut pada si killer. Mana di dompet anggi ga ada uang lebih untuk naik taxi. Mana rumahnya masih jauh. Mana sperma dan cairan vaginanya terus meleleh dari vaginanya menuruni ke dua kakinya yg putih jenjang. Bingung sekali anggi. Akhirnya anggi memutuskan untuk pulang naik angkot dan disambung dengan naik kereta api. Dia nggak tau apakah masih ada kereta api jam segini. Tapi anggi bener2 nggak membawa duit lagi di dompetnya. Di dalam angkot ada 5 pria berkemeja rapi (spt pegawai kantoran) yg telah duduk duluan. Begitu anggi naik, mata ke 5 pria itu tak lepas dari dirinya. Mrk mengagumi kecantikan dan kemolekan anggi. Tapi juga curiga melihat rambut dan baju anggi yang acak2an dan bau sperma dan cairan vagina yg merebak kemana2. “ni cewek pasti abis dientotin abis2an nih sampe pucet begini.” Pikir co2 itu. Di pojok anggi diam menunduk tak berani menatap. Apalagi rok mininya yg semakin naik krn bangku angkot yg pendek sementara kakinya sangat jenjang. Dan OH!! Cd yg diambil pak hahaha!! Jelas membuat anggi sangat gelisah.<br />
<br />
Angkot semakin penuh hingga mau tak mau anggi harus meluruskan duduknya. 6 Co2 yg duduk di depannya tampak melotot memandangi vagina anggi yg coba ditutupinya. Namun krn rok yg sangat mini membuat mrk tau bahwa gadis cantik itu memang tidak mengenakan cd!!!! Waaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhh……………. Liur langsung menetes di sudut2 bibir mrk. Sementara 3 co di samping anggi bisa melihat kegerahan 6 co di depan mrk yg dgn penuh nafsu memelototi isi rok anggi. Pasti ada yg “tak beres” dengan isi rok itu. “kenapa lu?” tanya seorang co di deretan anggi pd teman kantor yg duduk tepat di depan anggi. Co itu menyeringai dan meneguk liurnya. “ni ce nggak pake cd coy!!!” jawab co itu lantang. Karuan sontak seisi angkot yg full berisi co termasuk supir & keneknya memelototi anggi. Anggi tersudut malu dan merapatkan ke 2 kakinya. “Hahahaha yg bener lu?? Gile juga kalo anak SMP ke sekolah ga pake cd?? Emang di sekolah ada pelajaran ngent*t ya dek??” gurau mereka. “pecun kalee?? Biasa dipake gurunya biar dapet nilai bagus ya??!” ledek yg lain. “tampangnya sih cantik banget mirip nabila. Pasti asoy banget tuh ngentotin ni cewek!!” “yoi! Liat aja tuh kancing baju dan rambutnya berantakan. Pasti abis dipake rame2 ya??” “gw mau deh bayar lu. Bayaran lu berapa sih??” “halaaaaaaaah gak usah bayar lah. Servis kita rame2 aja kalo mau selamet!!!” Anggi sungguh ketakutan. Dia langsung mengetok2 jendela angkot. “bang! Bang! Kiri bang!!” teriaknya. “eeeeeeeee…… mau kemana neng?? Kan belum muasin kita???” Co2 itu langsung menghalangi anggi yg mau turun. Dipeganginya tangan dan kaki nabila dan didudukan lagi ke pojok. Beberapa tangan langsung masuk menerjang rok mini dan kemeja anggi. “gile cing!! Bener2 ini bekas sperma & meki nya?!!” “ayoooooo garap rame2!!!!!!!!!!!’ Supir angkot dan kenek yg rupanya juga ikutan nepsong langsung membelokkan angkot itu ke sebuah jalan sempit yg gelap gulita tanpa lampu. Jalanannya masih terbuat dari batu2 tanpa aspal. Anggi menjerit2 di dalam angkot. Tapi ke 11 pria itu mengurung anggi di pojok bangku. Anggi berteriak2 minta tolong. “ampuuuuuuuunnnnn………….. ampuuuuuuuunnn paaaaakkkkk! Jangannnnnnnnn!!!! Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh!!!! Jangan paaaaaaaaaaakkkk!!!!! Tolooooooonggggg! Tolooooooooooonnnnnnnnnnngggggggggggggg!!!!!’ Tapi tiada 1 orangpun yang mendengar jeritannya. Sementara pria2 di dalam angkot makin ganas memeluk, meremas, menciumi, menggerayangi dan mengocok2 vagina anggi. Anggi ditelentangkan di dalam angkot. Sehingga 9 pria itu bebas menikmati dan menelanjangi tubuh belia itu. Sekitar 3 km dari jalan raya, angkot berhenti di dalam sebuah rumah tua yg kosong. “Ayo kita pesta ngent*t dulu neh!!” teriak si supir. Riuh rendah tawa para penumpang dan segera diseretnya tubuh anggi beramai2. Rumah itu memang terkunci. berhalaman luas dengan pagar yg rusak.<br />
<br />
Sehingga siapapun yg lewat pasti bisa melihat prosesi s*x itu. Mrk menyeret anggi sampai di halaman. Di bawah pohon tubuh anggi dijatuhkan. Serentak mrk langsung menelanjangi anggi dan baju mrk masing2. “duh…..duh mulusnya nih bocah. Mirip banget kyk artis nabila!” seru mrk. “bodynya coy…….. gile bener. Putih banget.” “iya tapi liat tuh isinya cupangan semua!! Dari leher sampe selangkangan!! Pecun banget nih cewek!!” “udah! Entotin aja rame2 skrg. Lumayan gratisan gak usah bayar psk di jalan!!” Suara2 setan itu bergemuruh di sekitar tubuh anggi yg tergolek. Anggi meronta2. tapi 11 pasang tangan pria buas itu menjelajahi dan melumat2 tubuhnya. Beberapa tangan mengoral bibirnya. Beberapa tangan meremas2 tok*t mungilnya dan memilin2nya. beberapa tangan lagi mengocok2 vagina dan anusnya dalam2. anggi menangis dan menjerit2 kesakitan. “duuh…… duuuuh….. bapak kagak kuat lagi nih. Maklum ye bapak paling tua neh. Udah 64. bapak duluan dah yang merawanin ya?!” si supir angkot tua meminta persetujuan 10 pria lainnya. “iya deh iya! Bapak duluan. Keburu loyo tuh tit*t!!” yg lain tertawa. Bapak itu langsung mengangkangi anggi. Ditindihnya tubuh mungil anggi. Kedua kaki dan tangan anggi menendang2 dan mencakar2 ketakutan. Tapi ke 10 pria lain langsung menjengkangkan kedua kaki dan tangannya sehingga anggi tak berdaya menahan supir tua itu untuk menusukkan rudalnya. BLEEESSSS!!!! “Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!! Gileeeeeeeee peret banget nih bocah?? Beda ama si nenek di rumah!! Liat banget!!” supir tua itu menceracau tak karuan. Digenjotnya anggi dgn cepat. Anggi merasa jijik yg tak terkirakan. Kali ini dia harus melayani seorang kakek bau busuk yg sudah berumur 64 thn?? Dia sungguh sangat jijik dan marah. Tapi kedua tangan dan kakinya dipegang oleh 10 pria kuat2 sehingga ia tak berdaya selain menjerit2 minta tolong. 15 menit kemudian kakek tua itupun orgasme. Orgasmenya menceracau penuh kejorokan. “gilaa mem*k lu!! Gilaaaa mem*k luuuu!!” dan digempurnya kemaluan anggi dengan lahar pejunya yg sangat bau busuk……. Anggi merintih dan menjerit kesakitan…………………………….. Begitu kakek tua itu mengangkat tubuh keriputnya dari tubuh anggi, anggi berusaha bangkit untuk melepaskan diri. Dia dapat melihat vaginanya yg masih polos tanpa rambut sudah basah belepotan sperma si kakek. Sementara di atas tubuhnya berdiri berkeliling 10 pria yang melotot hendak melahap tubuh jenjang putihnya. Aku harus lepas dari mereka!! Aku harus bisa melarikan diri!! Jerit anggi dalam hati.<br />
<br />
Tapi belum sempat dia bangkit 10 pasang tangan itu sudah langsung memegangi tangan dan kakinya kembali dan menjerembabkannya ke tanah lagi. Anggi meraung2 ketakutan. Menjerit2 minta tolong dan berharap akan ada orang2 yg melintas dan mendengar jeritannya. Namun tempat itu memang sungguh sunyi. Tiada seorangpun yang lewat. Seorang pria ceking yang rupanya kenek si supir sudah berada di atas tubuh muda itu. Liur menetes dari mulut hitamnya. Tampangnya tirus dan sangat dekil. Dalam keadaan telanj*ng itu anggi bisa melihat tulang belulang kenek angkot itu. Diterkamnya anggi. Dilumat dan diciumi habis2an. Bibir anggi yang menggeleng2 didongakkan dan diciumi berulang kali. Tangannya meremas2 toket2 anggi yang mungil. Sementara tangan yg 1 meremas2 kemaluan anggi yg dipenuhi sperma si supir tua. “waaaaaahhh gurih banget nih dagingnya.” Serunya sambil menggigit dan mencupang tok*t anggi. Tanpa banyak babibu lagi dihajarnya anggi dengan ulekannya yg panas. Berkelojotan anggi saat terong panas itu mendelesep begitu dalam ke kemaluannya. Baru kali ini anggi merasakan pen*s yang terasa begitu panas membara. Anggi menangis dan menjerit2 memohon ampun laki2 itu. Tapi tak seorangpun yg mau melepaskan kijang buruan yang begitu cantik. SRAKK…….. SRUKK…… SRAKK…….. SRUKK………!!! Aaaaaaaaahhhhhhhh……….. sakit paaaak……………… uuuuuuuuuuuuuurrrgggghhhh…………… amppuuu………uuuunnnnnnnn…… paaak………………….. aaaahhhhhhhhhhhhh………….. HAHAHAHHAHAHAHHAA!! Semua suara bergemuruh jadi 1 memecah pekatnya malam. Setelah pria ke 3 yang seorang pria setengah baya berperut buncit dan botak, anggi sudah kehilangan seluruh tenaganya.<br />
<br />
Dia nyaris pingsan dihajar pen*s, bibir, tangan dan sperma yang menggarap seluruh tubuh indahnya. Karena 3 yang pertama bermain sendiri2 dan kelamaan ngantri, membuat yang ke 4 dst nya langsung main berbarengan. Penis2 mrk yg sdh sedemikian ngac3ng tak bisa menunggu lebih lama lagi utk menggarap tubuh boneka sexy yg cantik itu. Mereka menunggangi bibir dan vagina anggi secara beramai2. semua ingin naik berebutan. Semua bernafsu mengisi bibir dan lubang vagina anggi dengan sperma mrk sampai penuh dan berlumuran kemana2. Anggi yg sudah tak berdaya hanya bisa pasrah membiarkan 11 pria itu mengangkangi kemaluan dan bibirnya. Jangankan untuk meronta, untuk menggerakkan tangannya pun anggi sudah tak kuasa. Dia pasrah sepasrah2nya membiarkan pria2 bejat itu menciumi, mengigiti, meremas2 dan memperkosa dirinya berulang kali. Tiada jeda istirahat untuk anggi. Ketika ke 11 pria itu menyelesaikan ronde pertama, langsung dilanjutkan oleh si kakek tua itu lagi. Berbagai gaya yang mrk pakai. Membolak-balik tubuh indah boneka s*x itu berkali2. bahkan ngentotin anggi secara bersama2 sampai akhirnya anggi pingsan kecapean oleh hajaran mrk yg membabi buta. Dan walaupun tau anggi sudah pingsan pria2 yg belum mendapat ronde ke 2 terus memakainya dgn nikmat sambil tertawa2. Rambut, wajah, tubuh, mulut, dan vagina anggi sudah dipenuhi oleh sperma 11 pria selama 2 ronde berturut2. bau pesing dan bau sperma merebak kemana2 terbawa angin tengah malam yang menerpa ke 12 org itu. Tubuh boneka s*x cantik itu telentang spt huruf X di tengah para lelaki hidung belang yg kini asik menikmati rokok dan mengobrol sambil ngakak melihat hasil kerja mereka. 2-3 orang kembali melanjutkan ronde ke 3 pada tubuh boneka indah itu. “terus, mau kita apain nih cewek?” cetus seseorang pria bernama blue_iced yg kini sudah mengenakan kembali pakaian kerjanya. “udaaah…… tinggal aja di sini. Paling besok pagi ada yg nemuin.” Jawab char. “walah jangan. Kasian nih cewek. Kalo bisa gw aja yg bawa pulang. Lumayan buat gw entotin tiap hari,” tukas johansyah. Yang lain tertawa. “enak aje lu! Gw juga mau kalo boleh!!” seru yang lain. “ude gini aja. Kita tunggu dia sadar, trs kita anterin dia ke tujuannya. Ya kita ancem2 dikit lah biar dia ga lapor ke siapa2.” Usul si supir kisut. “iya dah. Kasian juga nih romannya. Mana cantik banget. Jangan sampe kita beresiko terlalu besar.” “yoeee coy, apalagi kan emang kita nemunya dia udah kagak pake celana dalem. Berarti emang bisyar dong!” blue_iced mengomentari. “setubuuuuuhh!!” jawab yang lain. Ke 11 pria itu duduk mengelilingi tubuh telanj*ng anggi yang begitu mengkilat diterpa sinar rembulan. Waktu telah menunjukkan pukul 2 pagi. Berarti telah 6 jam mereka berpesta pora dengan tubuh boneka cantik ini. Tubuh anggi telah dipenuhi oleh sperma2 mrk mulai dari rambut, mulut, wajah, leher, dada, perut, kemaluan sampai kaki2, tetapi kecantikannya memang tak tertutupi. “mmmmm…….. sorry nih, gw masih pingin ngentotin dia… ronde ke 3!!” char membuka pembicaraan. “Manggaa juragaan……” sahut yg lain. Dan char pun kembali ngentotin tubuh pingsan anggi di depan 10 pria lainnya. Disusul kemudian oleh pria2 lain yang langsung kon*k demi melihat tubuh cantik boneka s*x mereka. Jam 4 lewat setelah ke 11 pria mendapatkan giliran ngent*t di ronde ke 3, anggi perlahan2 mulai siuman. Dibukanya kedua bola matanya yg indah gemerlap. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Bibirnya, lehernya, toketnya, dan vaginanya. Tubuhnya memar2 dipenuhi bekas cupangan kakak2nya, pak hahaha dan ke 11 pria hidung belang itu. Anggi mulai menangis terisak2. dunia serasa kiamat bagi anggi. “cup……….cup………cup…… anak manis……… jangan nangis lagi dong. Kita2 mau bilang terima kasih udah boleh ngentotin artis secantik nabila ini……eh mirip nabila ini…… belum pernah ngent*t senikmat ini seumur hidup kakek……..” hibur si kakek. “iya mem*k kamu luar biasa liat. Ga ada yg ngalahin deh!! Sumpah!” cerocos johansyah. Yg lain ngakak. “jadi skrg kita mau berbaik hati ke kamu. Kamu mau pulang kemana? Kita anterin.” Ucap char. Anggi menggeleng. Dia takut bila gerombolan pria hidung belang ini tau dimana rumahnya, mrk akan menyatroninya kapan2. “saya…… minta…….. diantar…… ke…… stasiun………. Kereta……… aja……… pak……………….” Bisiknya nyaris tak terdengar. “ooooooooo gampang……….” “wah barengan dong luh sama gw?!” cetus blue_iced. “iya, gw juga mau naek kereta nih.” Char dan johansyah menimpali. “ya udah kek kalo gitu turunin kita di stasiun aja. Ntar kita kawal si eneng ini.” “sip……… sip sip sip sip sipppp………………. Tapi inget ya neng, jangan bilang sapa! Ngarti kagak luh??” Anggi mengangguk lemah. Tubuh indah anggi yg lunglai langsung dipakaikan seragam sekolahnya lagi. Lalu dibopong kembali ke dlm angkot. Krn lemah anggi pasrah saja. Wajahnya pucat dan gemetaran. Di dalam angkot anggi didudukan di tengah2 lajur utk 6 penumpang.<br />
<br />
Pria2 di dlm angkot masih nyempet2in untuk menghiasi leher dan tok*t anggi dengan cupangan2 mrk. Bahkan ada yg berganti2 berjongkok untuk menyedot dan melumat2 mekinya. Anggi yg masih setengah sadar Cuma bisa pasrah saja membiarkan kemeja dan rok seragam SMP nya kembali diobrak-abrik pria2 bejat itu. “lumayan…..buat kenang2an si enon.” Kata mrk setelah berhasil membuat cupangan2 di leher, tok*t dan mem*k anggi. Semua ngakak sepanjang perjalanan menuju stasiun kereta. Anggi terdiam cukup lama sebelum dia bisa meneruskan ceritanya kepadaku. Sepasang mata kejoranya menatap rembulan di luar jendela sana seolah sedang berbicara secara telepati dengan rembulan di atas sana. Aku menunggu cukup lama sebelum anggi meneruskan ceritanya. Ceritanya memang sangat berat dan berdampak psikologis yg berat bagi anggi. Ruang kantorku yang dingin terasa begitu sunyi senyap tanpa sedikitpun pemecah suara. Anggi yang kini telah menjelma menjadi gadis cantik yang amat sangat sempurna sehingga siapapun bahkan wanita2 pun akan ngiler melihat keindahan Tuhan yang diberikan atas diri anggi. Aku duduk diam tak ingin mengganggu client ku ini dari lamunan panjang perjalanan alam fikirannya. Memang tak mudah bagi siapapun untuk berbagi cerita2 pahit yang terlalu pahit bahkan untuk difikirkan sekalipun…….. Perjalanan fikiran anggi mencapai suatu titik yang menyakitkan, kurasa. Tubuhnya tiba2 meregang tersendak dari lamunannya. Dia menoleh cepat ke arahku dengan tatapan yang ketakutan dan kaget. Seolah dia lupa bahwa dia tengah berada di kantor psikiater tempatku bekerja. Dia seolah sangat kaget melihat keberadaanku yang tetap duduk manis di kursiku sambil membuat catatan2 kecil dari seluruh jalan hidupnya yang sangat kelam sejak ia masih kanak2……. “Mas masih mau terus mendengarkan ceritaku? Atau sudah sangat muak dengan cerita2ku ini?” bisiknya lirih. Wajah cantiknya tampak pucat dan sorot mata kejoranya kosong. Aku tersenyum. Berusaha membuatnya senyaman mungkin. “anything that makes you comfortable dear. Kalau mbak anggi mau terus cerita sekarang aku siap menjadi pendengar yang baik. Kalau mbak anggi sudah capek, silakan kita stop sampai sini dan kita lanjutkan 2 hari lagi. Yang enak menurut mbak anggi aja.” Anggi kembali membuang tatapan kosong paras wajahnya ke arah rembulan di balik jendela. Mereka seolah berbicara dari hati ke hati lewat telepati yang hanya mereka yang tau apa yang mereka bicarakan. Aku terus menunggu dengan sabar. Jam telah menunjukkan pukul 8 malam lewat. Sementara anggi bagai boneka cantik yang tanpa cela dan noda sedikitpun tampak terus terpekur menatap keindahan rembulan di atas sana. Wajahnya yang mirip artis nabila, dengan rambut panjang terurai sepunggung. Bibir mungil berwarna merah muda tanpa bantuan lipstick. Pipi bersemu merah dan hidung mancungnya. Kemeja sutra abu2 dan rok senada dengan belahan di paha kanan-kirinya membuat sepasang kaki jenjangnya terpampang dengan lebar menantang kelelakianku. Sepasang sepatu tali2 berwarna silver membuat penampilan sepasang kaki indah itu kian sempurna. Sangat sempurna. Aku mencatat semua itu di dalam buku catatan pasienku bernama “Anggi”.<br />
<br />
Semua data2nya lengkap ada di dalam catatanku. Sedikit demi sedikit sejak beberapa hari dia berkunjung menemuiku telah terkuak. Tapi itu semua memang baru “taraf awal”. Baru sehelai demi sehelai yang dia berikan dengan sangat sulit. Dan aku sangat memaklumi kondisi psikologis boneka cantik ini. Masa lalu yang telah dilalui gadis cantik ini amat sangat pahit dan menyakitkan. Sejak kecl dia sudah menjadi obyek pelecehan sexual kakak2nya, dia dicintai setengah mati oleh kakaknya, bahkan ditiduri pula oleh guru2 dan pria2 bejat. Entah apa lagi yang akan dia critakan padaku nanti. Aku belum tau. Aku hanya bergumam dalam hati menyatakan rasa kasihan ku pada boneka cantik ini. Keindahan dan kesempurnaan wajah dan tubuhnya ternyata menjadi pemikat dan MADU bagi semua pria, tapi menjadi RACUN bagi diri anggi sendiri. Hanya kepahitan demi kepahitan yang dia terima sejak ia kecil. Aku terus terkesima memandangi kemolekan boneka s*x ini. Boneka yang mengaku telah merasakan begitu banyak pen*s dan sperma di sekujur tubuhnya. Boneka yang mengaku telah ditiduri dan menjadi pemuas syahwat begitu banyak laki2 sejak dia kanak2. sungguh malang nasib boneka cantik ini, pikirku. Tiba2 dia berbisik lirih yang membuatku bagai tersambar halilintar, “Mas masih mau mendengarkan aku cerita tentang perjalanan sexualku………….. atau Mas mau meniduri aku sekarang……………………?” sepasang mata kejora itu menatapku dengan sangat aneh. Aku bingung dan sangat kaget………….. amat sangat bingung apa yang harus aku pilih? ada yang mau membantuku? 5 menit berlalu dengan keterkesiapanku. Kedua mataku membelalak dan nafasku terhenti. Gadis cantik berumur 22 tahun yang kini duduk setengah telentang di sofa bed panjang warna merah dari kulit itu menantangku untuk menidurinya??? Increadible!! Luar biasa!! Aku meneguk2 liurku dan berusaha memperbaiki sikap cara dudukku krn penisku mendadak mencelat kemana2 di dlm underwearku. Jas dokter putih dan kemejaku terasa sesak menyekap tubuhku. Mungkin tubuhku juga melar tiba2. “ehem…ehem!!” aku berdehem2 berusaha keras memulihkan kesadaranku dari alam bawah sadarku yang langsung membayangkan betapa nikmatnya mencumbu dan mencabuli boneka molek ini berulang kali sampai kami puas dan puas dan puasssssssss!! “Mas dokter……..? kok bengong?” bisikan anggi terasa terbawa angin menerpa telingaku. Kembali aku menggeleng2kan kepalaku dengan cepat, berusaha secepat mungkin kembali ke alam sadarku. “eh……..ehm………..eh……” Anggi tertawa lirih. Wajahnya menjadi cantik sekali dan bersemu merah. Matanya berbinar menantang mataku. Kelihatan dia sangat senang menggodaku. Sementara mataku kini menjelajahi buah dadanya yg mungil di balik blouse abu2 sutra yg kancingnya sengaja dibuka 2 olehnya. Namun tak kulihat ada bra di balik blouse abu2 itu. Sepertinya dia memang tidak menggunakan bra sama sekali. Mata anggi mengikuti arah mataku dengan nakal. “mas…… sejak begitu banyak laki2 yg meniduriku pagi siang sore malam, dan sesuai dengan peraturan yg ditetapkan padaku, aku jadi tidak pernah memakai bra atau cd.kecuali kalau sedang menstruasi……… jadi dimanapun dan kapanpun siapapun bebas menikmati tubuhku………. Mmmmm……… kalau mas mau…… mas juga boleh ngentotin aku sepuas2 mas sekarang……………….” Tubuhku terasa terdorong ke belakang karena kaget.<br />
<br />
Anak kecil ini (dibanding umurku yg sudah 45tahun) telak2 menggodaku untuk menidurinya………….???? I cant believe this!! Aku menggeleng2kan kepala menolak permintaannya sambil tersenyum malu. Terus-terang gairahku sdh sangat meledak2 di kepala, dada, dan penisku. Tapi sebagai seorang psikiater aku tak boleh masuk dalam permainan pasienku. Aku yang harus mengatur dia, bukan dia yang mengaturku. “mbak anggi……………. Lebih baik kita lanjutkan sesinya 2 hari lagi ya? Sekarang sudah terlalu malem dan mbak sepertinya sudah terlalu capek bercerita kan?” akhirnya mampu juga aku mengeluarkan kata2 yang lumayan baik dari kerongkonganku yang kering. Anggi tersenyum menggoda. “Mas dokter nggak pingin isep2 toketku………..?” jemarinya membuka 1 kancing lagi, kancing ke 3 terbuka sudah. Lalu dia mengesampingkan blouse abu2nya yang tipis sehingga buah dada kanannya langsung terpampang mencuat bagai bukit kecil yang ranum berwarna pink muda. Tampak 2 bekas cupangan di sana. Aku berusaha menggeleng sekuat2nya sambil tetap tersenyum sopan pada client cantikku ini. “atau mas mau langsung ngentotin aku di vaginaku ini……………?” kini anggi menarik rok pendek sutra abu2nya dengan belahan di kanan-kiri pahanya yang sangat tinggi sehingga bertambah naik ke arah perutnya perlahan2. sungguh menggairahkan aku sebagai pria normal. Tetapi tak ayal mataku terbeliak dan mencolot melihat sepasang paha putih yang dimiliki gadis belia ini. Secenti demi secenti rok sutra itu naik ke atas dan semakin memudahkan mataku untuk menggerototi paha putih mengkilap itu. Air liurku mengucur deras dan harus kuteguk berulang2. Kini di pangkal paha itu kulihat sebuah surga dunia yang demikian indah. Vagina yang begitu mungil berwarna merah muda polos tanpa sehelai rambut pun. Mungkin ia rajin mem-wax kemaluannya demi pria2 yang ngantri menidurinya pagi siang sore malam…. Pikirku. Anggi kini duduk setengah telentang di atas sofa merahku. Payudara kanannya mencuat keluar, pahanya terpampang jatuh di kedua sisi sofa, sedangkan kemaluan merah mudanya tampak segar tersedia untuk dientot kapanpun dimanapun dan oleh siapapun termasuk aku!! Aku sungguh sangat khilaf. Tapi otakku masih bisa bekerja……sedikit. Aku tersenyum sayang pada boneka cantikku ini. Aku diam tak bergeming dari kursiku. Bukan krn tak mau segera ngentotin boneka ini berulang2, tapi krn penisku sdh keleleran kemana2 dan harus kujepit kuat2 dengan kedua pahaku spy tak kabur sendirian nyerobot memasuki lubang surga anggi yg sangat menantang itu. “Anggi…………… kita lanjutkan 2 hari lagi yah…………….?” Terdengar nada penyesalan dari kalimatku krn jelas2 aku akan merugi untuk tidak mengambil kesempatan yang disodorkan gadis cantik yang sudah mengangkang dan siap dientot ini. “Apa yg kurang dari anggi mas?” bisiknya spt tak percaya aku tak mengambil kesempatan untuk segera ngentotin dia seperti pria2 bejat lainnya. “kamu amat sangat super luar biasa sempurna anggi……….. tapi mas sudah berkeluarga sayang……… kasian nanti anak istri mas di rumah kalau mas berbuat dosa dengan menikmati tubuh anggi sekarang…….” Bisikku gemetaran. Mataku tak lepas2 dari payudara kanannya dan kemaluan merah mudanya. Betapa aku sangat ingin segera menancapkan penisku di vagina merah muda itu dan melumat2 bukit kecilnya sampai dia menjerit2 kenikmatan……. Uuuuuurrrrrrrrrgggggggggggggggggghhhhhhhhhhhhhh!!! Kami terdiam sesaat. Entah berapa lama aku tak sadar. Yang pasti aku mengikuti gerakan jari jemarinya yang membelai2 lembut putting susu dan vagina merah mudanya dengan kedua tangannya. Tampaknya dia ingin melakukan onani di depanku!! SHIT!! SHIT!! SHIITTTTT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Aku gerah dan kepanasan melihat adegannya. “anggi……………………. Please……………………?” bisikku memohon dia agar menghentikan seluruh aktifitas onaninya di depanku. Penisku sudah meronta2 dan meraung2 ingin masuk ke vaginanya. “apa mas sayang………………..” bisiknya sambil terus mengonani buah dada dan vaginanya. Tangan kirinya meremas2 buah dada kanannya, sementara tangan kanannya mengocok2 vaginanya. Harum aroma kewanitaannya langsung merebak keluar diiringi desahan2 nafasnya yang begitu lirih. “Aaah…………… nikmat sekali mas……….. aah……………………………” bisiknya lirih sambil menggoyang2kan kemaluan dan kedua pahanya yang terjuntai ke lantai. Aku terpaku. Terpesona menonton keindahan yang ajaib itu. Liur mengucur deras dan bagai binatang malang yg dirantai aku kelojotan sendiri di kursiku. Sangat ingin segera menerkam dan memakan tubuh molek itu. Amat sangat ingin segera mengunyah putting susu dan kemaluannya sampai dia menjerit2!!! Aku harus berpegangan kuat2 pada pegangan kursi agar tubuhku tak berlari dan menyergap tubuh putih mengkilat dengan pakaian yg sudah awut2an itu. Kegiatan anggi onani di depanku semakin menggila dan membuat semakin panas dan kalap. Penisku menjerit2 dan meraung2 minta keluar dari underwearku. Kelabakan juga aku dibuatnya. 10 menit dan tiba2 tubuh anggi meregang dengan dashyat. Kedua kaki putih mengkilat dengan sepatu tali-temali silvernya meregang ke atas dan menendang2 tak karuan. Tangan kirinya mencengkeram putting susu nya dengan kukunya yg panjang dan terawat. Sementara jari2 tangan kanannya tampak nyaman tertancap di dlm lubang vaginanya yang terhentak2 tak beraturan arah. “AAAAAAHHHH………..AOOOOOOOOHHHHHHHHHMMMM……….AAA AAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! !!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Penisku mencolot dan meraung2 ngomelin aku atas ketololanku. Sekujur tubuhku berkeringat dingin. Mataku melotot ganas. liurku menetes bak anjing rabies.<br />
<br />
Kedua tanganku mencengkeram pegangan kursiku kuat2. kedua kakiku kutanam kuat2 di lantai agar tak meloncat menerjang tubuh sempurna itu. 3 menit berlalu dan bagai bayi cantik anggi pun pulas memejamkan matanya setelah mencapai puncak orgasmenya yg dashyat. Dia tidur telentang. Membiarkan buah dada kanannya dan kemaluannya tetap terpampang keluar. Jari2 tangan kanan yg basah oleh cairan vaginanya dimasukkan ke bibir mungilnya dan diisap2 dengan nikmat sambil dia terus memejamkan sepasang mata indahnya. Dia sungguh boneka s*x yang sangat menggiurkan. Benar2 boneka s*x yang membuat gerah seluruh kaum pria!! Aku sendiri sibuk meredam hawa nafsuku dan penisku yang ngomel2 gak karuan. Celana panjangku basah oleh cairan sperma yang meleleh tak terbendung. Bau pesing spermaku merebak kemana2 dan segera kututup bercak basah itu dengan jas dokterku. Melihat anggi yang begitu pulas tertidur dengan pakaian acak2an, aku tak kuasa lagi. Segera aku kabur ke toilet dan beronani sendiri di dalamnya. Seluruh kegiatan dan kecantikan fisiknya begitu jelas terpampang di pelupuk mata dan otakku. Penisku biarpun meraung2 ngomelin ketololanku, tapi tetep hot beronani sambil membayangkan nikmatnya bila dia tadi berhasil memasukkan diri ke dlm lubang surga anggi. Pasti akan kusodok dan tusuk2 abis2an mem*k merah muda itu sampai pemiliknya menjerit2 kesakitan dan kenikmatan! Omel penisku. pen*s bawel itu akhirnya muntah2 dan muncrat2 berkali2 di closet dengan bantuan tanganku. “Pokoknya Boss, besok2 lu harus entotin abis2an tuh mem*k!! Gw complaint beraaaaaattt!!!!!!!!!” penisku tetep ngomel2 saat kumasukkan kembali dia ke cd ku. Setelah beberapa lama menenangkan diri di closet aku kembali ke kamar praktekku. Anggi tampak terbangun mendengar derit pintu. Dia tersenyum tipis. “Abis coli ya mas?” bisiknya. Aku tersipu2 malu tak menjawab. “Lain kali kalo mau coli aku aja yg coliin, pasti lebih nikmat rasanya. Atau mau aku oral sekarang?” tanyanya dgn bola mata polosnya. MAAAAAAAAUUUUUUUUUUUUUUU!!!!!!!!!! ……….. MMMMMMMMMMMMMMMMAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAU UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU………. MAAUUU…….. MAU…….. MAUUU……… MAAAAUUUU………….. BOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS!!!!!!!!!! Penisku kembali meraung2 dan menendang2 di dlm cdku. Kupegangi penisku kuat2 spy nggak brojol. “Jangan anggi…….. mas tidak mau merusak pernikahan mas…..” jawabku. TOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOLLLLLLLLLLLLLOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOLLLLLLLLLLLL………. LUUUUUU………………. BOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSS!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! !!!!!!!!!………. KILL MEEEEE!!!!!!!!!………. KIIIIIIIIILLLLL………………….. MEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE!!!!!!!!!!!!! Penisku menjerit2 dan meronta2 penuh kemarahan. Anggi tersenyum. “ya sudah kalau mas nggak mau makan tubuhku skrg gpp. Tapi suatu ketika mas pasti akan kelaparan dan tergila2 ngentotin aku. Berani taruhan?” godanya sambil mengancingkan 1 kancing blousenya lagi. Aku menggeleng. Jelas2 aku akan kalah. Sebagai dokter aku tak boleh kalah! “Aku pulang dulu ya mas.” Anggi berdiri sambil membenahi rok sutra abu2nya. ia berjalan ke arah tempat dudukku dan mencondongkan wajahnya ke wajahku hingga jarak wajah kami hanya 5 centi. Hanya 5 centi!! Tangan kanannya mengambil tangan kiriku dan membawanya ke arah buah dadanya. Dia meremas2kan tangan kiriku yang spontan langsung meremas2 kedua buah dadanya dengan giat. Lalu tangan kirinya mengambil tangan kananku dan menyelipkannya ke dalam rok abu2nya yang langsung tersingkap oleh tangan kami. Diarahkannya tangan kananku ke memeknya yg begitu lembut. Dipaksanya aku meraba dan menyentuh memeknya.<br />
<br />
Dan seperti tangan kiriku, otomatis tangan kananku langsung menerkam, meremas2 dan mengocok2 vaginanya dengan penuh nafsu. Otak normalku sudah lumpuh total. Anggi melepaskan kedua tangannya dari tanganku. Dia berdiri pasrah 5 centi dari tempatku duduk. Dibiarkannya kedua tanganku merajalela menjelajah dan melumat2 tubuhnya dengan penuh nafsu. Tangan kiriku melumat2 buah dadanya, sementara tangan kananku mengobok2 vaginanya. 2 jariku keselipkan di lubang mekinya dan langsung kesodok2 sekuat2 dan sesuka2ku. Anggi memegangi pundak dan kepalaku penuh kenikmatan. Dia melenguh2 dan tubuhnya bergetar mengikuti gerakan2 coliku yang kalap di mem*k dan buah dadanya. Rambut panjangnya mengibas kesana-kemari dengan menebarkan aroma harum rambutnya. Aku semakin kalap, kuobok2 lubang vaginanya dengan jari2ku. Semakin lama semakin kuat, dalam dan kencang kocokanku di memeknya. Anggi semakin bergairah dan langsung menarik kepala dan tubuhku ke dadanya. Bibirku langsung mengusel2 buah dadanya. Dengan cepat dibuka kancing2 bajunya. sehingga bibirku langsung nyosot menyedot mengulum dan menggigit2 puting2 susunya dengan rakus. Tubuh anggi terguncang2 gemetaran penuh kenikmatan. Kocokan dan lumatanku pada mem*k dan putting susunya kian menggila. “aaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh……………mmmmmmmmmmhhhh hhhhh hhhhhh………aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhssssssssssssssssss sssssssssssssssssssssssss………….. maaaaas………………………………………” Tubuh anggi terhentak2 membuat tari2an orgasme bertubi2 yang diterimanya. Cairan vagina mengucur dari dlm kemaluannya dan membasahi jari2 tangan kananku. Kutarik jari2ku dan kuisap2 dalam bibirku lalu kujejalkan ke bibirnya dan dilumat2 dengan penuh nafsu oleh anggi. Rasanya manis dan asin dengan aroma yang harum. Lezat sekali. Anggi tersenyum puas. Didekatkannya kepalaku ke vaginanya dan diangkatnya rok abu2nya sampai ke pinggang. Aku menurut dan langsung kubenamkan kepalaku ke memeknya. Kulumat2 vagina basah itu. Kusedot habis dan kujilati semua cairan vaginanya. Sementara anggi memegangi kepalaku dan menekannya terus ke dalam selangkangannya. Membuatku terus melumat2 kemaluannya yg memerah. “enak sekali mas…………..” bisiknya lirih sambil tersenyum. Aku juga tersenyum. “kamu memang boneka s*x yang luar biasa cantik dan indah untuk dinikmati seluruh kaum pria. Tak heran begitu banyak yg bernafsu ngentotin kamu sayang.” Bisikku. Dia tersenyum manja. “sejak umur 11 thn aku sudah terbiasa menjadi pelayan s*x laki2 mas. Semua laki2 terus dan terus melakukan pelecehan sexual padaku. Apa aku benar2 spt boneka s*x mas?” tanyanya. “Ya, kamu memang boneka s*x yg luar biasa. Seluruh kriteria imajinasi s*x pria PASTI akan terpuaskan olehmu……….” Akuku. “dan aku sudah menjadi boneka s*x sejak aku umur 11 thn mas……………” pandangan anggi tiba2 kembali menerawang. “aku ingin hidup tenang dan nyaman bersama seorang pria yg sungguh2 mencintaiku tanpa melihat tubuhku semata mas.” “bagaimana dengan sony?” tanyaku walau aku tau bhw jawabannya adl impossible krn mrk kakak-beradik. “mana mungkin mas? Kak sony kan kakak kandungku. Biarpun sampai kini dia, januar dan farid terus ngentotin aku tiap hari, tapi mrk adalah kakak2 kandungku. Mana mungkin aku berpacaran dan menikahi dia suatu saat nanti?” tanya anggi menerawang. Aku mengangguk membenarkan. Kedua tanganku membenahi bajunya yg awut2an. “Kamu sudah sangat lelah anggi. Lebih baik kamu pulang skrg. Sudah jam 9 lewat. Besok kan kamu bekerja?” kataku. Anggi mengangguk lemah. “iya, 2 hari lagi aku datang lagi ya mas. Dan mas boleh ngentotin aku sepuas2 mas.” Dia kembali menggoda. Aku tersenyum dan menggeleng. “nggak boleh anggi, kita kan pasien dan dokter.<br />
<br />
Tidak boleh. Yang tadi aku lakukan padamu pun sesuatu yang tidak be……….” Belum selesai aku bicara, bibir mungil anggi sudah menyumpal bibirku dan melumat2 bibirku dengan ganas. lidahnya memaksa masuk dan memagut bibirku. Lama kami berciuman dengan panas. Ketika dia melepaskan bibirnya, tampangku pasti sangat aneh dan bloon. “aku bukan pasien mas. Aku boneka s*x yg siap melayani mas kapanpun dan dimanapun mas mau. Setuju?” SEEEEEEEEEETTTTTTTTTUUUUUUUUUJJJJJJJJJJJUUUUUUUUUU UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!! SETUJUUUU!! SETUJUUU!! SETUJUUU SETUJUU SETUJUUUUU!!! Penisku berteriak dari dalam cd dgn gaya pejuang 45. “oh….. anggi………” bisikku lirih saat tubuh boneka s*x itu berlenggok keluar dari kamar praktekku. Harum Paris Hilton yg manis dan sexy ikut meninggalkan ku sendiri dalam kesunyian yg tiba2 menyergap. Betapa tololnya aku………………………. Sumpahku dalam hati. EMANG BOS TOLOL!!!!! BARU TAUK LUUU???!!!!!!!!!! Maki penisku dari balik cd. aku melirik jam dinding di kamar praktekku. Sudah jam 7 lewat tapi belum ada tanda2 anggi akan datang seperti janjinya 2 hari yll. Biasanya dia selalu datang setengah jam lebih awal, atau kalaupun terlambat krn harus melayani nafsu binatang seseorang dia tetap akan datang walau mepet. Tapi ini sudah lewat 1 jam lebih. Aku jadi membayangkan apa yang tengah dia lakukan sekarang. Melayani pria2 hidung belang di bawah paksaan dan ancaman mereka sudah menjadi makanan tetap anggi setiap hari. Tak heran badannya begitu langsing mungkin krn sehari bisa 3-4 kali olah raga s*x dimana2 dan dengan siapa2. aku bener2 merasa hot menghayalkan apa yg tengah dilakukan anggi saat ini. Ditunggangi beberapa pria secara bergantian dari jam ke jam. Dan pria2 memperlakukan tubuhnya bak boneka s*x cantik yg patuh dan pasrah memuaskan segala fantasy sexual mereka. Penisku menegang. Aah…….. andaikan ada anggi di sini, tentu sudah kunikmati tubuh indahnya penuh kasih sayang. Tubuh boneka itu memang begitu pasrah dan manis untuk diperlakukan sesuka hati setiap pria yg memakainya. Tak sadar kuselipkan tanganku ke bawah meja dan mulai membuka retsleting celana panjangku. Kuelus2 si bangor dan mulai kukocok2 sambil membayangkan tengah menindih tubuh anggi yg jenjang dengan kedua kaki mengangkang ke atas. Hhhhhmmmmmmmmmmmmm,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, nikmatnya,,,,,,,,,,,,, BREKK! Tiba2 pintu kamar praktekku terbuka dan anggi yg cantik tampak lusuh berkeringat dan tergesa2 masuk. Anggi menggunakan kemeja tanktop warna merah darah yg begitu tipis sehingga siapapun dapat melihat punggungnya yang polos dan 2 payudara di dadanya jelas terpampang. Dia mengenakan rok mini warna putih dan sepatu kantor putih. Keringat tampak bercucuran dari dahi dan tubuhnya. Rambutnya pun tampak acak2an. Anggi langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa merahku. Dia menadahkan kepala menatap keluar jendela. Tampak wajahnya agak murung. Dia menoleh ke arahku dan berkata, “hai…..mas…….. lagi coli ya?” UPS!! Rupanya tanganku masih asik mengocok penisku yang tegap. “eh! Uh!! Eh!! Eh!! Hehehehe………” aku tersipu2 malu. Buru2 kumasukkan batang penisku yg masih tegang itu. “mas mau aku coliin?” tanya anggi. Aku menggeleng2kan kepala. “Nggak sayang……. Eh ehm… nggak anggi. Wah jadi malu nih mas ketauan anggi.” “ya udah nanti kalo mas pingin bilang ya. Anggi juga masih capek abis ngelayanin bos anggi tadi di kantor. Urgh! Laki2 brengsek! Kenapa sih semua laki2 selalu minta ngesex sama anggi mas? Anggi nggak ngerti deh………..!” bibir merahnya manyun. Air matanya membayangi pelupuk matanya. “Cuma mas yg nggak pingin ngentotin anggi!! Anggi suka itu!!” jeritnya tiba2. Aku tertegun kaget. Deep inside, I REALLY REALLY REALLY CRAZY MADLY WANT TO **** HER ALL THE WAY!!!!!!!!!!!!!!!!!! GOD DAMN IT!!!!! Aku meneguk ludahku berulang2. Aku berdiri dan mengambil segelas air dari dlm kulkasku lalu memberikan gelas itu padanya. “minum anggi…….. kamu pasti lelah sekali……..” Anggi terisak2………….. “Boss anggi ngentotin anggi di depan handycam mas……….. anggi maluuuuuuuuu sekali………kata boss itu sekedar kenang2an krn dia udah nggak bisa berdiri kalo Cuma liat bininya yg gembrot…..” DARRR!!!!!!!! Tubuhku limbung dan nyaris jatuh sesegera mungkin berusaha utk menjaga keseimbangan. Aku sungguh2 kasihan pada nasib gadis cantik ini. Tubuhnya yg begitu sempurna adalah neraka untuk dirinya sendiri!! “anggi mau ceritain sekarang? Atau anggi mau cerita yg dulu2 dulu?” kataku takut menyakiti hatinya. Anggi menyeka air matanya. “anggi mau ml sama mas!!!” rajuknya.<br />
<br />
Aku menggeleng sambil tersenyum. “Nggak sayang, mas udah punya anak istri. Kasian istri mas nanti kalo mas merusak kepercayaannya.” “Tapi kemaren mas coliin anggi pake mulut!! Anggi mau dioral lagi sekarang sampe mas puas!!!!!!!!” Aku tetap menggeleng. “Jangan sayang…… nanti kepercayaan anggi ke mas rusak. Kita jadi ga bisa kerjasama menyelesaikan masalah2 anggi. Sayang kan?” Anggi tampak tak suka dengan jawaban2ku yg terus berkilah dari tuntutannya. Dia berdiri di atas sofa. Dibukanya tanktop merah darahnya dan dilempar ke mukaku. Lalu dibukanya rok mini putihnya dan lagi2 dilempar ke mukaku. Kini boneka s*x itu berdiri telanj*ng bulat membelakangi jendela2 kaca2 yang jelas bisa membuat siapapun di apartmen/kantor sebelah dengan mudah melihat tubuh telanjangnya. “anggi…….. turun sayang……” rayuku krn takut orang2 di apartment/kantor sebelah akan melihat perbuatannya. Anggi menggeleng2kan kepala sambil melakukan tarian2 erotisnya. Keindahan tubuhnya terpancar jelas tertimpa sinar lampu dan rembulan di luar sana. Buah dadanya yg indah dan membekas beberapa cupangan, perutnya yang indah, kemaluannya yg terawat dan sepasang kaki jenjangnya. Rambutnya yg tergerai panjang bergoyang kesana-kemari mengikuti gerak tubuhnya yg terus berlenggak-lenggok. “ayo mas……… entotin aku…………. Nikmatin tubuhku mas……….. apapun yg mas minta akan aku layani………” anggi terus merayuku. Entah kenapa aku jadi nggak terlalu intend melihatnya bergaya seperti itu. Aku memang tak suka tipe ce agresif. Dan mungkin, krn aku termasuk co yg sebenarnya agresif, aku jadi enggan. Tidak menarik. “anggi turun!” sekarang aku bernada sedikit membentak. Anggi terkejut. Tubuhnya limbung dan nyaris jatuh ke belakang. Tapi kubiarkan saja. “Pak dokter nggak sayang anggi!! Pak dokter nggak sayang anggi!!!!!!” tangisnya. Aku takut dia menjadi kalap, maka kupeluk dia dan kudekap erat2 tangisannya. Anggi memelukku lebih erat. “Anggi listen to me……… I care about you so I wont **** you. Ok? Anggi jangan salah paham ya. Bukan mas nggak pingin ngentotin anggi. Mas tergila2 pada kecantikan tubuh anggi. Anggi sangat sempurna!! Anggi bagai malaikat s*x yg siap kapanpun mas mau!! Tapi mas care sama anggi!! Mas bukan co2 yg selama ini suka ngentotin anggi dan membuat anggi jadi obyek pelecehan sexual semua orang. Im not that kind of person. Paham anggi?” kudekap dia erat2. anggi terisak2 dalam pelukanku. “sekarang anggi minum dulu. setelah tenang, anggi boleh meneruskan cerita yg kemarin. Ok?” tanyaku. Anggi mengangguk. Aku bisa melihat bayang2 kekecewaan di sepasang mata kejoranya krn tdk mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi aku adalah dokter psikiaternya dan aku telah beristri. Tak baik bagiku untuk memulai bermain api dengan gadis belia ini. Anggi meminum air dingin yg aku berikan. Tampak lehernya yg jenjang membuat gerakan2 indah tatkala ia mendongak meminum seluruh isi gelasnya. “mas habis aku masih ada pasien lain?” tanyanya sambil merebahkan kepalanya di dadaku yg bidang. “nggak. Cuma tinggal anggi.” Jawabku. Jadwal kerja dan “kerja” anggi yg sangat padat memang membuat dia selalu aku taruh di list terakhirku. “kalo begitu aku mau bobok dulu dalam pelukan mas. Setelah itu baru aku lanjutin cerita yg kemarin. Please?” rajuknya. Krn memang posisiku yg duduk dan mendekap kepalanya, akhirnya aku diam tak menjawab. Kubiarkan gadis kecil itu menyandarkan kepalanya di dadaku. Tubuh telanjangnya terpampang indah dgn pasrah. Dapat kulihat pula sedikit bercak2 sperma di pangkal pahanya. Entah sperma siapa saja yang telah mengisi tangki kemaluannya hari ini. Yang pasti ke 3 kakaknya, lalu bos nya, lainnya? Entah lah. aku yang sudah bertekad untuk tidak menyentuh tubuh boneka cantik ini membiarkan anggi terlelap dengan rasa nyaman di pelukanku. Namun krn berat akhirnya aku bersandar juga pada kepala sofa dan lama2 kelamaan krn kram kami membetulkan posisi tubuh kami. Aku telentang di bawah, sementara anggi telungkup memeluk tubuhku dari atas. Saking tak ada kegiatan, lama2 aku ngantuk dan ikut2an tidur juga di dalam pelukannya. Tubuh mungilnya yg telanj*ng bulat memeluk tubuhku erat2. sesekali anggi menciumi dadaku dan meremas2 burungku dari luar celana panjangku. Aku pura2 diam ketiduran. Tapi rupanya tidurku membuat anggi makin nakal. Jemari2nya mulai bergerak membuka ikat pinggang dan retsleting celana panjangku. Lalu jari2 itu menyelinap memasuki cd ku dan bertemu dengan penisku yang sudah kon*k berat sejak pertama kali ia menyentuhnya. Anggi tersenyum geli. Tebakannya bahwa aku akan tergila2 padanya memang benar adanya. Dan dia begitu bernafsu untuk segera menundukkanku spt pria2 lain yg tergila2 ngentotin dia setiap hari. Perlahan jemari halusnya mulai meremas2 burungku dan mengocoknya perlahan2. aku tetap pura2 tertidur pulas di bawah tindihannya. Namun rasa geli dan nikmat memang telah membangunkan si unyilku yg memang sudah kebelet pingin ngentotin dia sejak pertama kali bertemu. Mengetahui burung gagakku sudah terpancang berdiri, anggi menjadi lebih berani. Diciuminya wajah dan bibirku. Tanpa sungkan2 dia langsung menaiki tubuhku. Menyelempangkan kakinya ke bawah sofa dan mengambleskan kemaluannya tepat di burung gagak hitamku yg langsung berkoar2 kegirangan krn mendapat makanan empuk! Otakku kembali lumpuh total.<br />
<br />
Aku tetap pura2 tertidur walau nafasku sudah sangat memburu. Kubiarkan anggi menggenjot penisku yg panas membara. Setelah kejadian dgn bosnya sore ini, aku ingin membuat anggi bahagia dan merasakan dicintai oleh seorang pria dgn memenuhi keinginannya untuk dientotin. Maka kubiarkan dia bermain2 dan menikmati hangatnya tubuhku. Tubuh boneka s*x itu bergoyang dan menghentak2 dengan liar di atas penisku yg menonjol menonjok lubang kemaluannya dgn kuat. Keindahan tubuh anggi memang sangat sempurna. Cahaya bulan menerpa tubuh telanjangnya. Membuat goyangan2 buah dadanya begitu indah dilihat. Pinggang rampingnya berputar2 dan naik turun seolah ia tengah mengentotin sadel kuda liarnya. Sementara kakinya mengangkangi tubuhku. Rambut panjangnya terkibas2 kepanasan. Akhirnya aku sudah tak kuat berpura2 tidur lagi. Jelas2 anggi tau aku Cuma pura2 tidur. Kubuka kedua mataku. Tanganku langsung menyerobot meremas2 dan melumat2 buah dadanya yg mungil berwarna merah muda. Anggi tersenyum kecil. Dia begitu menikmati ngentotin aku psikiaternya. Kurenggut tubuh bonekanya kutarik ke atas. Kulumat2 kedua toketnya dengan bibirku. Krn anggi memang masih gadis kecil tubuhnya pun langsung copot dari penisku ketika aku menariknya ke atas. Kulumat2 teteknya dengan ganas. tangan kananku langsung menerjang masuk dan mengocok lubang vaginanya yg basah. Sementara tangan kiriku menusuk2 lubang anusnya sehingga anggi tambah kalap dan menjerit2 keenakan. “**** me!!!!! **** me!!!!! **** me!!!!!!!!!” jerit anggi kalap. Aku memperkuat kocokan jari2ku di 2 lubang kenikmatannya. Aku sangat menyukai menyusu pada dua teteknya dan masih ingin menyedot2nya. “you want me to **** you? Heh? You want me to **** you??” aku juga mulai kalap. Kuangkat tubuh bonekaku itu dan kubanting ke atas sofa. Aku berdiri dan langsung merenggut rambutnya ke arah penisku. “Oral me!!” bentakku. Anggi langsung membuka bibirnya dan menyepong penisku. Kumaju-mundurkan kepalanya dengan cepat. Aaaaah…. Rasanya luar biasa nikmaaaaaaaaaaaaaaaaaaatttttttt!!!!!!!!!!! Penisku bersorak2 kelojotan menendang2 di dalam kuluman bibir hangatnya. Kumaju-mundurkan pinggangku lebih kuat hingga penisku dapat masuk ke tenggorokannya. Anggi tampak gelagapan menerima serangan penisku yg bertubi2 di tenggorokannya. “if you wanna ****, this is what you get!! Understand little whore??!” aku menceracau tak karu2an. Seperti setan yang sedang ingin membalas dendam pada korbannya kuentotin mulut anggi dengan kalap. Air liur anggi menetes2 bak anjing rabies dan nafasnya tersengal2. “skrg saya mau kamu telen semua sperma saya!!! AAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRRRGGGGHHHHHHHHHHHHHHHSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS !!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ANGGIIIII…….. YOU……… RE……… FUCKING………. BITCCHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!” BLERP!!!! BLEERRRPP!! BERLLERRPP!!! Anggi ngos2an menelan seluruh sperma yg aku muntahkan di mulutnya. Bibir mungilnya dipenuhi cairan kuning spermaku. Kutekan kepalanya dalam2 ke penisku hingga dia tersengal2 kesulitan bernafas. 5 menit kami terdiam. Mulut anggi masih dipenuhi oleh sperma dan penisku. Sementara aku masih menekan kepalanya ke penisku. Akhirnya kesadaran kembali menderaku. Kutarik penisku dari dlm mulutnya. Cairan spermaku ikut luber jatuh membasahi buah dadanya yg indah. Anggi segera mengelap semua cairan spermaku dan menjilatinya sampai habis. Lalu bagai binatang peliharaan yang penurut, dia masih terus diam memandangiku. “apa lagi maumu skrg? Kamu sudah ngentotin aku. Aku sudah ngentotin kamu. Apalagi maumu anggi??” aku mendadak marah krn kesal & kecewa pada setan laknat yg mengalahkanku barusan. “mas……… maafin anggi mas…………..” bisiknya lirih. “nggak ada yg perlu dimaafin gi. Aku juga kesurupan tadi. mem*k kamu luar biasa nikmat dan sempit!! Shit!! tet*k kamu enak banget digigitin!! SHIT SHIT SHIT!! Dan mulut kamu…… mulut kamu peng-oral terbaik!!!!!!!!!!” aku ngomel2 dan menyumpah2 tak karuan. “mas boleh entotin aku kapanpun dan dimanapun mas mau……..” “tapi kamu client saya gi!! Ini salah!! Ini tidak boleh terjadi!! Im old man. You are little tiny girl!! SHIT SHIT SHIT!!” Anggi menubruk kedua kakiku dengan tubuhnya yg telanj*ng. “tapi anggi mencintai mas……………. Anggi mencintai mas………..” ia mulai terisak2. “Cuma mas yg bisa bertahan begitu lama untuk nggak ngentotin anggi……….. anggi merasa aman dan nyaman bersama mas………….” Anggi terus menangis. “apapun yg mas minta akan anggi penuhi mas……………….. mas tinggal bilang anggi harus apa supaya tetep bisa ketemu mas…………..” “OK! Kalau begitu sesi kita lanjutkan gi. Tapi ingat……… NO s*x! Ok?? Kalau anggi nggak bisa, ya sesi psikiater ini kita closed. Anggi ……… sayangku……. Aku sudah tua. Aku sudah beristri………. Apa yg membuat kamu begitu tergila2 padaku??” “krn mas 1-1 nya co yg nggak pingin ngentotin anggi…………..” isaknya. Aku terbahak ngakak begitu keras & putus asa. “GOD DAMN IT ANGGI!!! SIANG MALEM YG ADA DI MATAKU CUMA KAMUU!! KAMU!! KAMU!! DAN KAMU!! Sadar gak sih kamu??? Tapi saya punya istri anggi!! Saya punya istri!! Dan saya tidak bisa berselingkuh seperti ini!!!!!!!!!!!!!” Anggi terus terisak2 di bawah kakiku. Dia jelas2 telah memasrahkan tubuh dan jiwanya padaku, namun itu pula yg membuat aku ketakutan. Krn anggi begitu sempurna. Everything about her is JUST A PERFECTION!! Itu yg membuat aku ketakutan karena ada istri dan anakku di rumah. “kalau mas nggak mau ketemu aku lagi…………. Aku akan bunuh diri!!” jerit anggi putus asa. Aku kaget. Langsung kutampar dan kupeluk gadis kecil itu kuat2. aku sungguh menyayangi boneka s*x ku ini. Dia yg begitu cantik, begitu indah, begitu pasrah dalam ketidakberdayaannya. “Jangan pernah bilang kamu akan bunuh diri anggi……….. jangan pernah membuat aku sangat marah………………. Understand?” bisikku di telinganya. Anggi mengangguk2 lemah. Dia memang boneka s*x yg penurut. Aku memeluknya kuat2. Aku tak tau apa yg akan terjadi………………………. Apakah lebih baik kuakhiri saja semua s*x game ku bersama anggi yg rupawan ini……………… Atau lebih baik kupuaskan dahagaku dan dia setiap 2 hari sekali di kamar praktekku ini……… Bagaimana nanti bila istriku tau tingkah polahku bersama anggi…………… Apa yg harus kukatakan pada anggi??????? Apa yg harus kukatakan pada istriku????????? Aku sungguh2 sakit kepala akibat gadis kecil ini……………. Dalam diam kami……………… pen*s hitamku telah kembali tegak dan tak mau menunggu lama untuk segera masuk ke dalam lubang sarang kesayangannya. Kuarahkan penisku dan kubenamkan pinggang ramping itu ke bawah dan terus ke bawah hingga penisku terbenam seluruhnya di lubang kenikmatannya. Tubuh mungil itu pasrah sepasrah2nya. kunaik turunkan tubuh boneka s*x ku itu. Lamat2 kudengar anggi mulai melenguh2 oleh nafsunya yg merebak. Kembali kuentotin dia berulang2……… dan kuentotin dia berulang2 lagi………………………………………………………….. Ternyata benar perkataannya selama ini, semua pria yg telah merasakan ngentotin dia akan tergila2 dan ketagihan utk terus menerus ngentotin dia………………………. Malam itu menjadi malam terindah bagi aku dan anggi…………………………………. Malam ini anggi datang kembali ke kantor kerjaku dengan sangat cantik dan manis. Kemampuannya untuk menundukkanku meluberkan semua nafsu syahwatku pada tubuh indahnya, tampak membuat dia benar2 merasa bahagia. Binar2 cinta terlihat jelas di sepasang mata kejoranya. Rambutnya yg dihighlight tampak serasi dengan wajahnya yg putih menawan. Bibirnya bergincu merah segar. Perona pipinya pun menyala. Serasi dengan gaun malam berwarna silver yg mempertontonkan seluruh punggung dan pahanya. Sementara sepasang kaki putih itu dihiasi sepatu tali-tali warna silver yang membuat kaki-kaki jenjang itu semakin menggiurkan.<br />
<br />
Uuuuurrrrrrgggggghhhhhh!!! Aku selalu mengutuk setiap kedatangan malaikat s*x ini krn selalu berhasil membuat liur dan spermaku membanjir dan meluap2 bak lumpur lapindo. Menerjang2 bibir dan penisku minta keluar. Sungguh2 membuat kontolku brengsek dan gak bisa diatur tiap melihatnya. Anggi melangkah mendekatiku dengan penuh senyum cintanya. Tanpa sungkan2 dia langsung duduk dipangkuanku bak anak kecil pada papanya. Namun anak kecil yg 1 ini dgn berani langsung menyosot dan memagut bibirku. Kami berciuman penuh nafsu setan. Tanganku memeluknya erat dan langsung menggerayangi vagina dan tet*k di balik bahan silver itu. Anggi sangat menyukainya. Tak ada sorot duka atau terpaksa tiap kali aku meremas2 sekujur tubuhnya. Boneka s*x ini malah bersiap untuk segera melucuti gaun malamnya di atas pangkuanku. “sssssstttt………….. jangan sayang……….” Bisikku sambil trs mencupangi lehernya. “kenapa mas? Ga mau ml lg ya sama anggi?” tanyanya. “mau banget!! Tapi kita udah molor trs dari sesi kita. Gimana kalo malem ini kita bicara dan hanya bicara?” Anggi cemberut. “mas ga mau ml lg ya sama anggi???” Kubimbing tangannya ke burungku. “tuh liat sendiri, baru liat anggi masuk dari pintu aja mas udah kon*k!! Mas pengen banget ngentotin anggi. Tapi nanti abis anggi cerita. Ok?” Anggi tersenyum. “Iya deh……….” “ok, skrg anggi cerita ya? Mau di sofa?” “nggak. Maunya dipangku mas aja ceritanya.” Rajuknya. “ok. Cerita deh skrg.” Kataku sambil tetap memainkan tok*t dan mengocok lubang vaginanya yg sdh basah dan berbau sperma entah sperma siapa. Anggi tersenyum kegelian. Dia membiarkan tanganku asik ngerjain tubuhnya sememntara dia mulai mengingat2 serpihan kisah2 lamanya. “sampe mana waktu itu mas?” tanyanya. “sampe kamu diperkosa 11 orang di angkot.” Bisikku sambil melumat2 toketnya yang sdh aku keluarkan dari balik gaun silvernya. Uuuurgggggggghhhh bau tubuhnya sangat sexy…… aku sendiri mulai gak konsen. Anggi memelukku, meremas2 rambutku menikmati lumatan bibirku pada toketnya. Walau dengan nafas ngos2an krn birahinya mulai meninggi, dia memejamkan matanya sambil bercerita dengan ucapan dan nafas yg tersengal2. * * “mmmmmmmmmmmhhhhhhhhhmmmmmm……………….. diantar 3 pria aku dinaikan ke kereta api yg berangkat subuh itu mas…….. suasanya di stasiun subuh itu sangat gelap dan dingin…. Dan basah oleh air hujan…… tapi kondisi itu yg membuat orang2 tak begitu peduli dan memperhatikan betapa lusuh, acak2an dan betapa tubuhku sangat dipenuhi bercak2 dan berbau sperma. Org2 sibuk dengan urusan masing2 hingga tak tau bahwa ada anak kecil yg berada di bawah ancaman 3 pria dewasa yg habis memperkosanya………..” Ketiga pria itu terus menemani anggi. Bahkan kami naik kereta yg sama. Mrk berdiri di samping dan belakang anggi. Krn kereta penuh sesak, kami ber 4 berdiri berhimpit2an dengan penumpang2 lain di dekat wc. Ternyata kereta masih menunggu sekitar 30 menit. Entah krn apa. Di saat menunggu itulah beberapa penumpang di sekitar mrk mulai merasakan bau sperma yg sangat kuat datang dari tubuh anggi. Mulai dari melirik2, sampai saling berbisik bhw gadis kecil ini sangat berbau sperma. “mas adeknya atau sapa nih?” akhirnya seorang pria tinggi besar bernama harvest_moon berani bertanya pada char, blue_iced dan johansyah. “temen gw. Kenapa?” jawab char. “gilee… bau sperma banget badannya. Abis lu sabunin pake sperma apah?” tanya nasikun. “Baunya nyengat banget! Ga nahan!” Ke 3 co itu tertawa. “iya abis dikeramas, disabunin, diminumin dan diisiin sperma sekujur badannya.” “wadoooh…….. udah kayak oli aje tuh!” sahut jushpushplay. Asderg, tomblos dan arotco yg kebetulan duduk berhimpitan di depan mrk langsung ngakak. “Wah abis dipake rame2 ya?? Pantesan bau banget!!” “Yoee… abis dipake pesta!!” sahut blue_iced. “Wooooooooooo kita juga mau neh ngerasain!!” sorak asderg. Anggi menjadi sangat panik dan ketakutan. Tapi di dlm kereta sialan yg untuk berdiri saja harus doyong kesana-kemari, anggi bener2 ga bisa bergerak kemana2. kedua tangannya dipegangin blue iced dan johansyah dengan kuat. “ayo dong neng…………. Enakin abang neeh………” seru tomblos. Tangan2 mrk serta merta menyeruak masuk ke dalam rok dan kemeja sekolah anggi. Anggi berusaha untuk maju atau mundur menghindar, tapi dari arah belakang tangan2 nakal lain juga menyerbu masuk menggerayangi tubuhnya. Sementara pegangan blue iced dan johansyah kian kencang memegangi tangannya dan char menjaganya dari belakang. “jangan……………………………… jangan…………………….. ampun……….. jangan mas………………………….” Anggi terus berusaha berontak tapi sia2. tubuhnya terpancang di antara tangan2 nakal yg buas menggerayangi tubuhnya. Semakin dia berusaha berontak, semakin co2 itu kuat menghimpit tubuhnya. “Udah…….. lu diem aja. Jangan berisik. Ntar tambah banyak yg gerayangin elu lho!” kata mrk membuat usaha anggi mengendor. Anggi ga kebayang kalo sampe 1 gerbong ramai2 nggerayangin dia. Bisa mampus dia! Sementara ibu2 tua di ujung lain gerbong hanya geleng2 kepala ketakutan dan ga berani ambil resiko membantu gadis kecil krn melihat begitu banyak co2 bertubuh tinggi besar yg mengelilinginya. Akhirnya anggi menggigigt bibir kuat2 dan berusaha menahan rasa sakit, geli, nikmat, malu dan tak berharga yg menghujani dirinya dari tangan2 nakal yg meremas2 tok*t dan mengocok2 lubang kemaluannya di dalam kegelapan subuh itu. Tangan2 itu meremas2 tok*t dan mengocok lubang kemaluan dan anus anggi dengan nakal. Anggi dibuat melenguh2 antara sakit dan kenikmatan. Kedua tangan anggi dipegangi kuat2. kedua kaki jenjangnya mengangkang krn serbuan begitu banyak tangan di dalam rok sekolahnya. Kancing2 kemejanya sdh terbuka semua. Dari depan dan belakang tangan2 berebutan menyerbu dan meremas2 pentil toketnya yg dipenuhi cupangan dan bekas2 sperma. 30 menit itu anggi melenguh2 memasrahkan dirinya untuk digerayangi dlm himpitan orang2 di gerbong kereta api yg gelap gulita. Kemaluannya yg sdh dipenuhi sperma kini berbunyi2 krn kocokan jari2 co2 yg nakal. Buah dadanya sdh terpampang tanpa penutup. Tangan2 nakal meremas2 dan memelintir2 putting susunya yg merah muda mencuat. Perutnya yg putih ramping dan polos terpampang. Sementara rok seragamnya sdh tersingkap sampai ke pinggang membuat co2 nakal itu dengan mudah melihat tangan2 mrk yg sedang mengocok kemaluan dan anus anggi yg meronta2. “karcis! Karcis! Karcis!” Teriakan itu yg membuat tangan2 nakal itu menghentikan kegiatannya pada tubuh anggi yg sdh pasrah tak berdaya. Segera anggi membenahi seragam sekolahnya yg sdh acak2an dengan lemah. * * * “apakah mrk memperkosamu di kereta sayang?” bisikku lembut. Jariku sendiri sdh basah oleh cairan vagina anggi yg tampak sudah sangat horny krn kisah masa lalunya dan kocokan dan remasan tanganku. “nggak sayang………… Di kereta aku cuman digerayangin……… Nggak diperkosa…..” bisik anggi sambil menggoyang jari2ku di dalam mekinya. Gerakan tanganku kian kuat. “bagus kl begitu. Mau dilanjutin nggak ceritamu?” bisikku sambil mencupangi lehernya yg jenjang. Nafsuku juga sdh keluar batas demi membayangkan tangan2 nakal yg rebutan mengocok dan meremas2 tubuh boneka s*x ku ini. “mmmmmhhhhhhhh…………. Enak banget mas………………” lenguh anggi. Jelas dia ga akan kuat menahan nafsu syahwatnya utk meneruskan ceritanya. “entotin aku mas…….. aku pingin muasin mas………………..” desahnya. Segera kubopong ke atas meja kerjaku tubuh boneka s*x ku itu. Kukangkangkan kedua kakinya lebar2 dan tanpa ragu2 langsung kutusuk lubang vaginanya yg sdh basah dengan gagak hitamku. Anggi melenguh2 penuh kenikmatan. Kedua tangannya memegangi tepi meja agar tak terjungkal jatuh dikarenakan entotinku yg terlalu kuat dan bernafsu di memeknya. “ooooh………. Massss……….. hmmmmm…………… aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh……….. mmmmmmmmassssssssssss…………… **** mmmmmme…….. puasin dirimu mas………………… aaaaaahh………. Nikmatin tubuhku massssss……………………..” Desahan dan lenguhan kami yg kalap terus memenuhi seluruh sudut ruang kerjaku hingga berjam2 kemudian. Tubuh boneka yg putih mengkilap itu terus kujejali dengan penisku yg tak pernah puas menikmati tubuhnya. Terus dan terus kuentotin anggi sepuas hatiku……………….. Anggi kecil terseok2 menapaki tepi jalan menuju rumahnya. Hari masih sangat pagi cenderung gelap. Masih jam 4.30 pagi. Setelah turun dari kereta akhirnya dia bisa bebas dari co2 brengsek yg memperkosa di angkot dan menggerayanginya di dlm gerbong kereta. Rambut dan tubuhnya sdh sangat acak2an. Bau sperma sangat kuat. Dan ceceran sperma yg lengket di sana-sini tampak mengotori kulitnya yang seputih susu. Gadis kecil itu berjalan lunglai. Dia sudah gak punya ongkos lagi. Sehingga mau tak mau dia harus berjalan kaki lumayan jauh dari stasiun ke rumahnya. Akhirnya tiba juga. Gerbang msh digembok. Anggi menekan bel 2-3 kali. Dilihatnya kamar sony menyala. 2 menit kemudian sony yg masih sangat mengantuk terburu2 sdh membuka pintu gerbang untuknya. “ANGGI!!!!!!” sony berteriak panik melihat kondisi adik tercintanya yg bersandar di pintu gerbang. “kamu kenapa sayang/????” teriaknya. Segera dipeluk dan dipapahnya tubuh lemah anggi ke dlm kamar. Bau dan ceceran sperma di sekujur tubuh anggi membuat sony segera paham apa yg baru saja menimpa adiknya. PERKOSAAN BERAMAI2!! “kamu mandi dulu ya sayang? Badan kamu kotor dan bau sperma banget.” Kata sony sedih. Dinyalakannya air hangat di bath up. Ditelanjanginya tubuh anggi yg lunglai kelelahan setelah seluruh kejadian perkosaan kemarin sore dgn gurunya, lalu di angkot, dan pelecehan sexual di gerbong kereta. What a nightmare for her……………….. Lalu perlahan dibopongnya tubuh anggi masuk ke dalam bath up yg telah berisi air hangat. Anggi hanya memejamkan matanya dgn pasrah. Sdh terbiasa dgn kasih sayang kakak kandungnya sony ini.<br />
<br />
Anggi merasa tenang dan nyaman telah berada di rmh dan berada dlm kasih sayang sony lagi. Anggi ingin melepaskan semua penat dan rasa sakit dan marah yg menyesaki dada. Perlahan sony menggosok2 tubuh dan wajah anggi dgn sponge busa. Dikeramasinya rambut panjang anggi bersih. Seluruh lekuk2 tubuhnya disabuni. Dgn perlahan dan teliti diperhatikannya tubuh adiknya itu. Begitu banyak bekas cupangan mulai dari leher, dada, tok*t, perut, kemaluan, sampai paha putih itu dipenuhi banyak bekas gigitan pria2 yg telah memperkosanya. Bahkan di beberapa tempat tampak bekas2 cakaran dan memar2 krn pelampiasan nafsu pria2 bejat itu. Sony merasa marah, kecewa dan sedih. Dia sungguh tak rela anggi yg dicintainya ini merasakan perkosaan yg begitu brutal. Digosok2 dan diusap2nya tubuh putih dgn penuh cinta kasih. Air mata sony dan anggi menetes di pelupuk mata mereka. Sony merengkuh kepala anggi dan menciumi dan menangisinya. “anggi sayang……… anggi sayang………. Maafin kakak yg kmrn ga jagain kamu ya sayang…. Kakak semaleman nyari anggi kemana2….” Ratap sony sedih. Anggi hanya terkulai lemas. Dia hanya diam sambil memejamkan mata. Pikirannya melayang kembali pada kejadian2 yg dilaluinya kemarin. Mulai dari gurunya, lalu pria2 di angkot, sampai orang2 bengal di dlm kereta. Sedih sekali hati gadis kecil ini. Kenapa setiap pria yg ditemuinya selalu selalu selalu dan selalu menginginkan dan memaksa utk dpt menikmati tubuhnya? Apa salahku? Apa dosaku? Inikah kutukan bagi gadis2 yg berwajah cantik dan bertubuh indah? Setiap pria lalu ingin merasakan kehangatan tubuhku? Anggi terisak2. bayangan2 perkosaan yg melandanya kemarin berseliweran di dalam otaknya. Bagaimana pria2 bejat itu dgn ganas menyantap dirinya sehabis2nya. menelanjanginya, memperkosanya, lalu mentertawakannya. Sedih sekali hati anggi…… Sony buru2 memeluk tubuh anggi kuat2. dia merasakan sekali kegalauan dan rasa sakit di tubuh dan hati adik tercintanya ini. Sony ingin membuat anggi tenang dan nyaman dlm dekapannya. Dihujaninya wajah anggi dgn kecupan2 sayangnya agar anggi terhibur. “sony janji, mulai besok, jam berapapun anggi pulang sekolah, sony akan nungguin anggi. Ok?” kecup sony hangat di bibir anggi. Anggi membalas kecupan hangat kakaknya itu. Keduanya berpagutan lama dan hangat. Dan seolah tanpa perlu isyarat, sony langsung membuka kaos dan celana pendeknya. Penisnya tampak sdh agak tegang. Seharian kemarin dia sangat merindukan tubuh hangat adiknya ini. 1 per 1 pakaiannya dia lucuti. Setelah telanj*ng bulat, sony lalu masuk ke dlm bath up di mana anggi dgn pasrah menantinya. Sony langsung menciumi bibir, wajah dan leher anggi. Tangannya meremas2 tok*t dan kemaluan anggi dgn penuh kasih sayang. Anggi membalas ciuman sony dgn pelukan hangat dan pagutan kedua kakinya di punggung sony. Keduanya bergumul di dlm air yg penuh busa sabun yg hangat. Dan tanpa banyak basa-basi sony langsung ngentotin anggi dgn penuh cinta. Anggi memasrahkan diri sepenuhnya pada kemauan kakak kandungnya itu. Anggi memang menyayangi ke 3 kakaknya yg selalu ngentotin dia tiap hari. Anggi terdidik utk melayani apapun kemauan mrk. Tapi dari mrk ber 3, anggi tau, sony lah yg mencintainya lebih dari siapapun. Anggi sll merasakan cinta, cemburu, dan kasih sayang layaknya dari seorang pacar dan bukan sebagai kakak kandung. Sehingga kebiasaan mrk utk ML tiap hari pun menjadi ritme yg indah utk diikuti dan anggi sll melayani apapun permintaan mrk, walau kadang anggi spt boneka percobaan utk eksperimen s*x fantasy kakak2 nya. Pergumulan itu kian panas. Sony menindih tubuh anggi dan menusuk2kan penisnya dgn rasa cinta. Anggi pasrah menggoyang tubuhnya sambil memeluk kakaknya dgn kedua tangan dan kakinya. 2 anak manusia itu betul2 dilanda nafsu syahwat yg luar biasa. Lenguhan2 mrk bersahut2an memenuhi ruang kamar mandi itu. Gerakan2 mrk yg ganas membuat gelombang air dan busa sabun yg hebat di dlm bath up hingga air dan busa sabun menyembur kesana-kemari mengotori lantai dan tembok. Keduanya tak peduli. Bagai kesetanan mrk menggenjot nafsu mrk sekuat2nya hingga mencapai puncak kenikmatan mrk. “aaaaaaaahssssssss……….. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh…………… kakaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkk……………………!!!!!!!” anggi menjambak rambut sony kuat2. “ooooohhhhhhhhhhhmmmmmmmmmmmmm…………. Nggggiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……………………..!!!!!!!!! !!!!!!! ssssssssssssshhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhhh……………. Aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,!! !!!!!!!!!” sony pun terhentak dashyat mencapai puncak kenikmatannya. Keduanya lalu diam dan terengah2 menikmati rasa panas yg menjalar di alat kelamin masing2. semburan2 dan getaran2 panas yg meletup2 tak terbendung. Kenikmatan yg tiada taranya. Stlh kembali ke alam kesadarannya, sony lalu kembali memandikan anggi dan dirinya di bawah shower air hangat. Mrk mandi sambil tertawa2. setelah usai, sony kembali menggendong anggi ke dlm kamar. Tanpa berpakaian lagi mrk langsung tidur sambil berpelukan. Keduanya spt anak bayi cantik dan tampan yg saling menyayangi. Mrk terus tidur pulas walaupun januar dan farid menggedor2 minta giliran “ngisi tangki” mekinya anggi. Tapi hari ini sony sebagai penguasa tunggal, tidak ingin membagi anggi pada ke 2 saudaranya yg lain. Hari ini anggi hanya milikku seorang, bisik sony dlm hati. Lalu dirapatkannya pelukannya di tubuh anggi yg putih namun penuh dgn bekas cupangan. Namun kemolekan tubuh boneka pemuas s*x itu memang dashyat. Tak heran tiap 3 jam sekali, sony perlahan merubah posisi tubuhnya dan anggi lalu ngentotin anggi tanpa membangunkan adiknya itu. Anggi yg pasti memang terbangun, tapi krn sdh terlalu lelah hanya bisa pasrah membiarkan kakak kandungnya memberikan kenikmatan demi kenikmatan ke tubuh dan lubang kemaluannya. Namun tetap aja, tiap puncak kenikmatan itu direngkuhnya, anggi melenguh2 dan menggelepar2 tak terkontrol. Lalu anggi akan pulas tertidur lagi dlm dekapan sony. DOKK!! DDOOOKK!! DDOOKK!! “SOOOOOON…….. SOOONYYYYYYYYY………. GW PENGEN BANGET NEEEH SOONN!! BUKA DONG PINTUNYA!! GILE LU! ANGGI LU KEKEPIN SEHARIAN!! BAGI2 GW DONG!! GEBLEK!! GW UDAH kon*k SEHARIAN NIH!!! SOOON!! ANJRIT!! DUUUUUUHHHHHHHHH!! BRENGSEK NIH!! BURUNG GW NENDANG2 MULU!!!!! BUKAA WOOIII PINTUNYAAA!!!!!!!!!” “LU DENGERIN AJA NIH DESAHANNYA SI ANGGI!!! GW LAGI NGENTOTIN DIA SKRG!! DENGERIN AJA LU KAN UDAH PUAS & BISA NGEBAYANGIN!! COLI AJA DI DEPAN PINTU!! GW & ANGGI LAGI GA MAU DIGANGGU SM LU BE 2!!” balas sony ga takut. Teriakan dan raungan januar dan farid yg terus seliweran nunggu giliran, tak digubris sony & anggi. Keduanya bener2 ga mau diganggu hari ini. Hanya mrk berdua. Tak ada yg lain. sementara desahan dan jeritan2 sexy anggi terdengar begitu hot dan pasrah di dlm kamar. derit2 ranjang yg gedombrangan bagai ada 2 kuda liar yg tengah bergumul di atasnya. belum lagi teriakan sony tiap kali dia ejakulasi dan menyemburkan spermanya di dlm lubang kemaluan anggi. semua membuat kepala dan telinga januar & farid pusing tujuh turunan. pen*s mrk berdenyut2 dan berteriak2 minta segera ditusukkin ke meki anggi yg hangat. membayangkan anggi yg pasrah dientotin sony aja udah membuat penis2 mrk demo & protes keras pada tuan2 mrk yg ga bisa sgr memuaskan mrk utk ngentotin anggi. SHIT!!! SHIT!!! SHIIIIIIIIIITTTTTTTTT!!!!!!!! januar & farid menendang2 pintu dgn kalap. tapi sony & anggi tetap tak membuka pintu kamar. akhirnya januar & farid coli di depan pintu sambil mendengarkan desahan & jeritan2 nafas anggi & sony yg tengah berpacu di atas ranjang. “NGGII!!!!!! YG KENCENG SUARA LU!!! GW LAGI COLI DI DEPAN PINTU NIH!! SETAN LU!! GW MAU ML AJA GA BOLEH!!! KENCENGIN SUARA LU!!! GW LAGI NGEBAYANGIN NGENTOTIN mem*k LU NIH!!!!!!!!” teriak januar & farid kalap. aaah……….. ke 4 anak manusia yg msh sangat belia itu sdh dipenuhi oleh hawa nafsu syahwat & setan di kepala mrk. sony & anggi menjerit2 dan meraung2 sambil ngent*t dgn ganas. sementara januar & farid cukup berpuas hati dgn ngocok kont*l mrk sendiri sambil nguping & ngebayangin ngentotin anggi sesuka2 mrk……………. “****!! FUCKKK!! FUUUUUUUUUUCKKKKKK!!!!! AAAAAAAAHHHHHHHHHH.SSSSSSSSS…………………. ……..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! **** YOU ANGGIIIIII!!!!!!!!!!! ngent*t LUUUUUUU NGGGGGIIIIIIIIIIIIIII!!!!!!!!! ngent*t BANGET LUUUUUUUUUUUHHHHHHHH…….AAANNNNNNNNGGGGGGIIIIII II BAAAANNNNNNGGGGGGSSSSSSSSSAAAAAAAAAAATTTTT……!! !!!!!!!!!!!” januar & farid memaki2 anggi sambil memuntahkan lahar sperma mrk di depan pintu anggi. setelah puas coli, keduanya berlalu meninggalkan pintu kamar yg terus terkunci itu…………… Anggi terbangun dari tidur panjangnya yg melelahkan. Kedua bola mata kejoranya berkerjap2 diterpa silaunya lampu kamar. Dia ga tau udah jam berapa skrg.<br />
<br />
Mungkin sore atau malam atau malah pagi hari? Berapa lama dia tertidurpun anggi nggak tau. Yang dia tau kmrn atau 2 hari sebelumnya dia telah mengalami begitu banyak pelecehan sexual sehingga membuat sekujur tubuhnya terasa begitu letih dan tak bertulang. Sony kakaknya masih terlelap telanj*ng bulat sambil memeluknya erat. Wajah sony menempel di wajahnya. Sony memang sangat tampan. Seluruh kakaknya memang tampan. Tapi sony yg paling tampan. Wajah arab nya mirip fahri albar. Tinggi jangkung, putih, bola mata yg tajam dan sexy, alis mata dan brewok tebal yg tiap 2 hari harus dicukur. Rambutnya pun agak mirip fahri albar, hanya lebih cepak mirip abri. Sangat tampan. Anggi mengecup hidung sony dgn lembut. Semalaman atau seharian kemarin sony mengunci mrk ber 2 di kamar hingga januar dan farid gak bisa masuk join the party. Sony hanya mau berduaan bersama anggi adiknya. Begitu juga anggi. Setelah malapetaka yg bertubi2 rasanya anggi tak ingin berjumpa dgn siapapun. Dia hanya ingin berada di dlm kamar sendirian atau berdua dgn sony. Tak ada yg lain. Perlahan anggi merengkutkan pelukannya pada sony. Spt anak kelinci yg ketakutan, dia masuk ke dlm pelukan sony yg penuh kehangatan. Sony pun bergerak memeluknya lebih erat. Dikecupnya kening anggi dgn sayang. “aku cinta kamu anggi…..” bisik sony lirih. “aku juga cinta kamu kak……..” jawab anggi manis. Pelukan mrk kian erat. Tak terpisahkan. Anggi lalu kembali memejamkan matanya dgn damai di dlm pelukan kakaknya yg juga telanj*ng bulat. Bulu2 dada sony menggelitik dadanya. Memberikan banyak rasa cinta yg anggi butuhkan saat itu. Keduanya tampak bagai sepasang bayi manusia yg cantik dan tampan tanpa cela. * * Hari demi hari berlalu. Stlh mengetahui kejadian di angkot & kereta, sony makin memperketat penjagaan pada anggi. Kecuali gangguan dari januar dan farid yg sdh jadi menu standard setiap hari, sony bener2 super ketat pada anggi. Sony selalu mengantar dan menjemput anggi pulang sekolah dan akan mencari bila anggi tak kunjung keluar kelas. Makan siang pun mrk bareng krn 1 kompleks sekolah. Pokoknya mata elang sony tak pernah lepas dari anggi. Hal ini jelas2 mempersulit co2 manapun utk mendekati anggi. Jangankan utk bercanda berlama2, utk sekedar mengobrol ttg pelajaran pun co2 merasa bagai dikuliti mentah2 dari kejauhan oleh sony, hingga akhirnya mrk memilih utk pergi secepatnya dari anggi. Tetapi Anggi memang gak berani menceritakan ttg perkosaan yg dilakukan oleh pak hahaha atas dirinya, krn dia sungguh takut pada pak hahaha. Juga ttg pelecehan sexual oleh temen2 co di kelasnya. Anggi ga berani kasih tau sony krn takut sony akan mengamuk & membuat suatu tindakan yg akan berbuntut panjang. Anggi menutup rahasia itu rapat2. anggi gak tau kl itu adalah suatu kesalahan yg menyulitkan dirinya sendiri……… Cuma perlakuan di dlm kelas dari temen2 co nya dan pak hahaha yg harus dihadapi sendrian oleh anggi. Begitu jam masuk kelas, adalah saat2 yg tidak menyenangkan utk anggi. Duduk di antara co2 sekelas yg jahil2 atau menghadapi pelecehan sexual dari pak hahaha. Semua sungguh sangat membuat anggi stress, namun tak berdaya. Anggi hanya bisa pasrah menahan kejahilan2 yg dilakukan oleh temen2 dan gurunya itu. Kadang selama pelajaran berlangsung co yg duduk di sebelahnya asik mengelus2 pahanya, atau meremas2 dadanya, atau mempermainkan memeknya sampai anggi menggelinjang kegelian atau berkeringat dingin dan menggigit bibir menahan orgasmenya. Hal ini sungguh sangat menyiksa anggi. Pak hahaha berjalan ke deretan meja belakang dan meletakan secarik kertas kecil di meja anggi. “GI, SORE INI KE RUMAH SAYA. LES. KALAU KAMU NGGA DATANG, KAMU NGGAK AKAN LULUS.” Anggi tertegun. Diteguknya liurnya dgn ketakutan. Pak hahaha menagih janji! Apa yg harus aku lakukan? Lalu bagaimana bila dia bener2 nggak lulus? Duuh……… lemas sekujur tubuh anggi. Dia tau apa yg akan diperbuat gurunya itu. Bel tanda usai sekolah berdentang. Perlahan anggi keluar dari kelasnya. Sony sdh menunggu di luar. “kak sony pulang duluan aja. Aku harus les dulu di rmh pak hahaha.” “les apaan? Sampe jam berapa?” “les tambahan. Ga usah lah kak. Nanti aku pulang sendiri.” Demi melihat anggi yg pucat, sony tak berani mendesak lebih jauh. “Ok aku pulang duluan ya. Kamu ati2 di jalan.” Katanya sambil berlalu. Anggi mengangguk lemah. “anggi!!” panggil pak hahaha. “ayo naik mobil saya.” Gadis kecil berseragam SMP itu melangkah lemas ke arah pak hahaha yg telah menantinya di mobil. Anggi duduk dan langsung menundukkan kepalanya tak berdaya. Begitu mobil keluar dari pelataran sekolah, tangan pak hahaha langsung menyerobot masuk ke dlm rok seragam biru anggi. Dielus2nya paha anggi dan diremas2nya mem*k anggi. Anggi berusaha menghindar dan menahan gerakan tangan pak hahaha di kemaluannya. “jangan pak……………” mohon anggi lirih. “pak………. Jangan pak……….” Mohonnya putus asa. Tapi pak hahaha tak peduli. Diubek2nya vagina anggi dan jari2nya langsung masuk sedalam2nya dan mengocok kemaluan gadis itu. Dionaninya mem*k anggi sepanjang perjalanan. Gerakannya brutal dan kasar sehingga membuat anggi nyaris menangis kesakitan. Begitu mobil diparkir, bergegas dia turun dan menarik anggi masuk ke dlm rumahnya. pintu rumah langsung dikunci, dan dia langsung membopong tubuh anggi ke dalam kamarnya. Dilemparnya tubuh boneka s*x itu ke atas ranjang reotnya. Mmmmhhh…… liurnya sdh menetes2 tak karuan. Nafsunya sdh hampir jebol menahan penisnya utk segera tertancap sedalam2nya di lubang gadis itu. Pasti nikmaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaattt sekali rasanya….. “pak…………. Jangan………….. pak…………………….” Anggi berusaha terus menghindar terkaman pak hahaha. Namun tak berdaya krn tubuh super besar itu sdh menerjang dan jatuh tepat di atas tubuhnya yg telentang. Sekejap tubuh anggi hilang di bawah tindihan pak hahaha. Hanya tampak ujung2 sepatu dan tangannya yg meronta2 tak ebrdaya. “udah lah gi…… lu juga udah gak perawan waktu gw entotin kmrn. Apa lagi yg lu pertahanin??? Daripada lu sakit badan lu biru2. mending lu pasrah aja layanin gw baek2 biar lu lulus ujian. Gimana??” goda pak hahaha sambil melucuti pakaian anggi. Anggi terus meronta2. “jangan pak…………. Jangan…………. Jangan paaaaak……..UUURGHH!” Pak hahaha sdh dipenuhi birahi syahwatnya. Ditelanjanginya anggi. Diciumi dan dilumat2nya sekujur tubuh boneka s*x itu. Jeritan dan rintihan gadis kecil itu malah membuat birahinya kian memuncak dgn dashyat. Dipeganginya kedua tangan anggi ke atas kepala anggi, sehingga gadis itu tak bisa lagi mencakarnya. Lalu dgn mudah diciuminya bibir dan tok*t anggi yg menantang. Dilumat2 dan digigit dgn penuh nafsu. Sementara tangan kanannya masuk dan mengocok2 lubang kemaluan anggi dgn kasar. Lubang itu sdh basah. Dipaksanya anggi utk mengisap2 jari2 pak hahaha yg penuh cairan kewanitaannya. Lalu pak hahaha duduk di atas perut anggi.<br />
<br />
Dibukanya kemeja, kaos singlet, lalu celana pjg dan cd nya. burungnya sdh tegak berdiri minta jatah. Segera ditindihnya lagi tubuh boneka s*x itu. Dan tanpa babibubebo langsung ditusuknya dgn penisnya sedalam2nya. “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuussssss ssssh hhhhhhhhhhhhhhhhh………..pppppppppppppppppppppaaaaaaa aaaaaaakkkkkkkkk……………………….!!” anggi menjerit kuat2 krn kesakitan. Tapi pak hahaha malah menekan memeknya kian dalam. Membuat anggi kian menjerit. Lalu pak hahaha mulai mengocok memeknya dgn pen*s besar itu. Diperkosanya dgn ganas dan kalap gadis kecil itu. Jerit dan rintih anggi bagai tak terperikan. Diangkatnya ke 2 kaki anggi ke atas hingga pen*s besar itu kian dalam menekan. Rasanya pak hahaha tak akan pernah puas ngentotin boneka ini abis2an. Diputarnya tubuh anggi. Dibalikkan. Dibanting. Dipiting. Seluruh gaya yg dia mau dia lakukan pada tubuh boneka itu sesuka hatinya. Anggi hanya bisa menangis dan meratap tak berdaya selama 3 kali dientotin gurunya. Setelah puas 3x bereksperimen pada tubuh boneka cantik itu, baru pak hahaha membiarkan anggi mandi dan mengenakan pakaian seragamnya lagi. Tertatih2 gadis kecil itu pulang dgn diantar taxi. “inget ya nggi. Seminggu 2x kamu ikut les di rumah saya. HARUS!! Paham?” gertak pak hahaha sambil melumat2 bibir anggi. Anggi mengangguk lemah. Tubuhnya begitu letih dan lunglai. Yg dia inginkan hanya pulang ke rmh dan bersama dgn sony. Sepanjang perjalanan ke rumah air mata anggi menetes di pelupuk matanya………….. Betapa malangnya nasibku…………………………………………………………….. === = ANGGI DI RUANG KERJAKU = Ketukan di pintu ruang kerjaku membuatku bergegas berjalan untuk membukakannya. Tapi baru aku berdiri, wajah cantik anggi sdh muncul dari balik pintuku. Wajahnya tampak murung. Sepasang mata kejoranya tampak sayu dan lesu……. “masuk sayang……” kataku membuka percakapan. Anggi langsung lari dan menubrukku dalam pelukan hingga aku terdorong ke meja kerjaku. Anggi memelukku erat2. dia langsung menangis…….. “mas……… anggi sedih banget……….” Isaknya dlm pelukanku. Aku terhenyak. “cup……cup…..cup…….. ada apa gi? Kok tiba2 nangis? Ada yg nyakitin kamu?” tanyaku lirih. Air mata anggi yg berhamburan jatuh membasahi kemeja kerjaku. Isakannya kian keras. “anggi putus mas sama pacar anggi…………. Padahal anggi sayang banget sama dia….” Aku tersenyum. Kukira another rape story. Tauknya Cuma putus dari pacarnya aja. Pelukanku ku perketat. Kutekan kuat2 tubuh rampingnya ke tubuh kekarku hingga tok*t dan mekinya bener2 terasa di dada dan burungku, dasar otakku yg ngeres terus aja nyari kesempatan. “cup sayang…. Jangan sedih dong….. ceritain ke aku ya………..” kataku sambil menciumi wajah dan bibirnya. Anggi membalas ciumanku dgn malas. Mungkin dia keki juga wong lagi bete begini malah diciumin. Kukulum bibirnya yg merah muda dan lembut, dan kupaksa masuk lidahku menyapu seluruh isi bibirnya dan memagut lidahnya. Anggi tampak malas skl membalas pagutanku, tapi tak berdaya. Dia pasrah membiarkanku melumat2 bibirnya dgn ganas. Akhirnya anggi menarik bibirnya dgn susah payah. Bibirnya kemerahan, dan air mata masih membekas di kedua pipinya yg merona merah. Cantik skl. Kukecupi dia. Nafsuku, nafsu siapapun yg melihat boneka s*x ini memang akan lupa daratan tiap kl berada begitu dekat dengannya. Tak peduli anggi sedang bersedih hati, rasanya aku amat sangat bernafsu utk segera ngentotin dia. Tapi aku harus menahan nafsuku sebentar sampai anggi mengeluarkan keluh kesahnya. Urrrrrrggggggggggghhhhhh!! “sini…….sini yuk cerita……….” Kataku sambil duduk di meja kerjaku. Anggi kupeluk dlm dekapanku. Tubuhnya yg berdiri jenjang menempel penuh di tubuhku yg duduk di meja. “cerita sayang…… ceritain deh… aku siap ndengerin.” Bujukku. Anggi menatapku. Bulu mata yg menghiasi mata kejoranya tampak masih basah oleh air matanya. Beberapa kali dia berkerjap2 dgn indah. Kuusap pipinya yg basah. “cup dong…. Jangan nangis terus sayang…….. skrg cerita deh biar plong.” bisikku. “anggi putus mas sm pacar anggi………….” Bisiknya lirih. Mata kejoranya menerawang jauh. “anggi sedih banget………..” Aku mengusap2 punggungnya agar dia merasa nyaman. “terusin ceritanya sayang… pacar yg mana? Kirain mas, mas pacar anggi 1-1 nya……..” kataku agak keki juga. “anggi punya pacar mas. kemarin dia mutusin anggi……” anggi kembali terisak. “katanya dia…….. dia udah punya pacar baru………” Anggi lagi2 menangis sedih. Kembali kupeluk tubuh jenjang bonekaku itu erat2. kubiarkan dia menangis dlm pelukanku. Tubuhnya kupagut erat dgn kedua tangan dan kakiku. Tak ingin kulepaskan. Aku sungguh2 menyayangi gadis kecil ini. “ceritain semuanya ke aku sayang….” Bisikku sambil mengelus2 rambutnya yg panjang tergerai. “aku baru2 ini suka sm co mas. Namanya starkiller. Dia baik banget. Keliatannya dia sayang beneran sm aku. Tapi ternyata dia punya ce lain!!!!!!!!!!!!!!! Aku kesel banget mas!! Jahat banget dia sama aku mas!!!!!! Dia udah ngecewain aku!!!!!!!! Bohongin aku!!!!!!!! Bener2 bangsat banget!!!!! Anggi benci sama dia!!!!!!” mungkin saking kesalnya anggi sampai memukul2 dadaku dgn keras. Segera kudekap erat2 tubuhnya. “cup sayang……….. cup cup cup……………. Anggi tau kan, mas sayang banget sm anggi? Biarpun mas tau anggi ML sm siapa aja, kencan sm siapa aja, dimana aja, kapan aja, tapi anggi tau kan kalo mas bener2 sayang sm anggi?” kataku membujuk. Dlm tangisnya anggi mengangguk-angguk. “Cuma mas yang bener2 sayang sm anggi…” katanya sambil mempererat pelukan kami. “mas……… anggi sedih banget……………… anggi ga ngira si starkiller kayak begitu….. dia berkhianat mas! Padahal aku udah sayang banget sama dia!! Ternyata buaya darat dia!! Pantesan belakangan dia jadi dingin sama aku!! Ga pernah bilang I love you!! Ga perhatian!! Ternyata dia nge 2 in aku mas!!!!” tangis anggi. Kubiarkan anggi menangis di dadaku. “dulu dia bilang sayang…… sayang…sayang…… setelah bisa nikmatin tubuhku, dia nyari ce laen!!!!!! Emang bener2 bangsat tuh co!! aku benci banget sm dia mas!!” “cup……..cup cup……cup…… sayang…… co kyk starkiller itu ga pantes buat ce secantik kamu. Trust me. Kamu udah berapa lama sih kenal dia?” “baru 2 bulan mas…..” “halah! Heheheh kirain udah bertahun2. jangan sedih gitu dong sayang. Hidup ini indah lho. Buat apa kamu nangisin co brengsek macem starkiller? Lupain aja.” “aku ga bisa lupain dia mas……… aku sayang banget sama dia……..” “kenapa kamu ga bisa lupa? Apa yg bikin kamu ga bisa lupa sm dia? Cara dia ML in kamu? Cara dia ciumin kamu? Hmmm? Atau apa?” kataku sambil menciumi leher jenjangnya. Sebenernya nafsuku udah di ubun2. tapi aku ga boleh memaksa. Apalagi dia sedang bersedih hati. “dia dulu perhatian dan romantis banget sama aku mas…… makan aja aku kadang disuapin……… tiap habis ML dia ciumin aku…….. ternyata…….. begini aja akhirnya……” “cup……..cup……..cup………cup sayang…….. mungkin emang bukan jodoh kamu. Lagian buat apa kamu sedih utk co brengsek macem dia?? Udah lupain aja. Ga akan ada untungnya buat kamu sakit ati mikirin dia. Dia aja lagi seneng2 sm ce laen di ranjangnya mungkin. Iya kan?” Anggi diam membisu. Menyembunyikan wajahnya di dadaku. Kuciumi rambutnya yang mewangi. Uuuuurrrrrghhhhhh,,,,,,,,,, betapa inginnya aku ngentotin dia saat ini. Burungku udah teriak2 di bawah sana. “apa yg harus aku lakuin mas? Biar aku bisa lupain dia………” isaknya lirih. “anggi mau ngelupain dia?” Anggi mengangguk lesu. “ok……… time will heal nggi. Pelan2….. tapi anggi harus berusaha utk ngelupain dia ya? Mau kan?” bisikku. Anggi kembali mengangguk. “ok…….. skrg anggi pejamin mata anggi aja. Ga usah melakukan apa2…… anggi pasrah aja…… yg perlu anggi ingat bahwa aku yg lagi muasin anggi skrg. Apapun yg anggi minta akan aku lakuin…… anggi nikmatin tubuhku…….. aku nikmatin tubuh anggi…. Anggi boleh nangis kalo inget starkiller saat aku ngentotin anggi nanti…… tapi anggi harus sadar bahwa ini aku yg ngentotin anggi & bukan starkiller……… paham?” bisikku di telinganya. Anggi mengangguk lemah. Dia pejamkan mata kejoranya. Pasrah sepasrah2nya. ku kecup bibir indahnya. Perlahan kuletakkan tubuhnya di atas meja kerjaku. Anggi menggunakan terusan bercorak bunga2 hijau. atasannya berbentuk tank top yg tidak ketat dengan belahan dada yg sangat rendah sehingga memperlihatkan keindahan belahan dadanya. Sepatunya berwarna hijau muda senada dgn bunga2 di bajunya dengan hak 7 cm. sangat sexy. Anggi memejamkan matanya dgn pasrah di atas mejaku. Perlahan kubungkukkan badanku menciumi wajah dan bibirnya yg indah memerah. Anggi pasrah dan diam saja dgn ciuman2ku. Kumasukkan lidahku dalam2 dan kupagut bibirnya penuh kasih sayang. Perlahan tangan2ku mulai bergerilya menurunkan atasan tanktop. Buah dadanya yg memang tak pernah kenal bra langsung menyembul keluar. Menantang bibirku untuk segera mengulum dan menyedot kedua putting susu itu kuat2. Perlahan kuturunkan lengan tank topnya ke bawah hingga buah dada itu kini bebas dari penghalang. Terus turun ke bawah hingga memperlihatkan perutnya yg putih mengkilap dan pusernya yg indah. Terus dan terus turun ke bawah hingga akhirnya jatuh juga di lantai. Dengan penuh kasih sayang kuciumi wajah, bibir, leher, buah dada dan perutnya, terus dan terus turun hingga sampai pada gundukan semak belukarnya yg indah. Kubuka kedua kakinya hingga mengangkang dgn lebar di hadapanku. Perlahan kuciumi paha2 mulus itu. Kujilati dgn penuh nafsu sambil aku menelanjangi pakaianku sendiri. Anggi masih terus pasrah. Air mata tampak mengalir di pipinya. Berarti dia sedang teringat pada starkiller, pikirku. Jilatan2ku tiba pada gundukan belukarnya. Kukangkangkan lebar2 kedua pahanya dan kujilati, kuciumi, dan kulumat2 vagina indah itu. Anggi mulai menggelinjang dan melenguh menahan birahinya. Terus kulumat2 vagina boneka s*x ku itu hingga anggi mulai menjerit dan menghentak2 diterjang orgasme2nya. aku tak peduli semakin banyak dia orgasme, berarti semakin aku menolongnya melupakan starkiller. Kuhajar terus memeknya dgn jilatan dan lumatanku. Walau penisku sudah tegak tegang berdiri minta segera dimasukkan ke dlm lubang mem*k itu, tapi kutahan demi memberikan kepuasan sebanyak2nya pada anggi. Anggi bagai boneka s*x cantik yg bernyawa mulai menjerit2 tak karuan. Dipeganginya kepalaku dan ditekan sedalam2nya ke lubang vaginanya. Kedua kakinya yg jenjang memiting punggungku dan tak membiarkan aku pergi dari memeknya. Jilatan dan lumatanku kian ganas dan kasar merajai mem*k merah muda itu. Berkali2 aku meneguk cairan orgasme yg berulang kali dia semprotkan di mulutku. Tubuh anggi bergetar hebat. Keringat membasahi sekujur tubuh dan rambutnya. Aku tetap tak mau menghentikan lumatan bibirku di kemaluannya. Terus kulumat2 sampai anggi menjerit2 minta ampun krn kesakitan dan keenakan. Kedua kakinya menendang2 tak karuan tiap kali orgasme menerjang tubuhnya. Baru tau kamu rasanya enak dioral sama aku, pikirku sambil tersenyum puas. Sdh 5x anggi kubuat kehabisan nafas oleh orgasme2nya. kini giliranku nggi…. Bisikku. Segera kusiapkan rudalku utk meluncur menancap di lubang yg memerah itu. Tanpa basa basi langsung kutusuk lubang itu sedalam2nya. anggi menjerit menerima tusukanku. Aku tak peduli. Langsung kugenjot mekinya kuat2. anggi kembali merintih dan menjerit keenakan seirama dgn aku yg mulai mendaki puncak nafsuku. Kami berdua berpacu berlomba2 memuaskan diri masing2. tubuh anggi terlontar kesana-kemari menahan terjangan penisku. Kulumat2 bibir dan toketnya sepuasku. Terus kugenjot sampai tiba2 penisku tegang dan kram. Dan sperma pun jebol dari dlm penisku muncrat bagai lahar panas yg langsung masuk ke dalam rahimnya. Kupeluk dia di atas meja kerjaku. Anggi pun memelukku dgn hangat. Tubuh dan memeknya terus berdenyut2 tanda kenikmatan yg tiada akhirnya. Setelah ML itu anggi mulai terlihat lebih tenang saat bercerita ttg starkiller ex pacarnya. Sambil telanj*ng bulat kami meneruskan obrolan sesi kami. “anggi…… sayang….. kalo kamu mau melupakan pacarmu, cepet2 kamu nyari aku ya. Biar aku puasin kamu sampai kamu lupa. Ok?” kataku sambil memeluknya hangat. Anggi mengecup dan memainkan bulu2 dadaku. “Iya mas……… mas juga begitu ya. Kapan pun mas mau, anggi siap untuk mas pake.” Kami berciuman dgn hangat. Entah apa ini namanya…….. tapi beginilah keadaannya…….. Have a nice weekend anggi…………………………… dont be sad of loosing your bastard boyfriend ya………….. Hujan di luar kelas sana sungguh sangat lebat. Kilat dan petir sambung-menyambung membelah langit hitam dengan ganasnya. Angin kencang berputar dan menggoyang2 pepohonan di sekitar kompleks sekolah itu. Kelas2 yg telah kosong di sore menjelang maghrib itu serasa diselinapi oleh ribuan hantu dan genderuwo hitam yg bergeliat2 hilir mudik di balik jendela2 kusam dan hal jalanan. Anggi duduk ketakutan di pojok ruangan kelasnya. Dia tengah mengerjakan tugas dari pak espulso82 Krn terlambat datang. Tadi pagi januar tampaknya sedang terserang libido tingginya. 2x anggi harus memuaskan nafsu kakaknya itu dlm waktu lama, hingga dia terlambat masuk sekolah. Januar yg kini sdh semester 2 memang sedang tinggi2nya libidonya. Bukan kali ini saja dia minta jatah double dari anggi. Sering kali. Kadang sampai berantem krn rebutan dgn sony. Cuma mungkin krn tau kondisi januar yg lagi hot-hotnya, akhirnya sony merelakan juga anggi utk dipake januar dlm porsi lebih banyak. Sepertinya januar gak pernah puas. Selesai ngentotin anggi sejam kemudian udah kon*k lagi. Bahkan saking capeknya (krn berkali2 ngent*t) januar & anggi jadi sering ketiduran dlm posisi pen*s januar masih di dalam lubang vagina anggi yg hangat. Kalo sdh begitu sony Cuma bisa tidur dgn keki di samping kedua saudaranya itu. Dan tadi pagi lagi2 januar minta jatah double. Di kamar mandi saat sony & anggi lagi mandi januar minta join. Dan ketika anggi sdh bersiap2 mau berangkat sekolah, lagi2 januar maksa anggi ngelayanin dia dulu di garasi mobil. Januar tiba2 memeluk anggi dari belakang sambil meremas2 tok*t dan mem*k anggi yg tak pernah diperbolehkan menggunakan bra & cd (kecuali lagi mens). Lalu januar membalikkan tubuh anggi agak membungkuk menghadap tembok garasi. Dengan sekali angkat, rok SMP anggi sdh tersingkap sampai pinggang, dan januar langsung mendelesepkan penisnya sedalam2nya ke meki anggi. Anggi hanya melenguh perlahan. Sony yg sdh menunggu di mobil Cuma bisa bete nonton januar ngentotin anggi lagi di depan moncong mobilnya. “buruan woyy!!” teriak sony keki. “diem lu.” Jawab januar seenaknya. Dikocoknya penisnya sedalam2nya ke dlm tubuh anggi yg lembut dan hangat. Anggi melenguh2 menikmati setiap sodokan kakak tertuanya. Tangan kanan januar menggelitik mem*k anggi yg hangat, sementara tangan kirinya membuka kancing2 kemeja seragam anggi hingga tok*t mungil anggi bergelayut ke bawah. Diremas2nya tet*k anggi dgn penuh kenikmatan. Goyangan tubuh januar dan anggi begitu indah di depan mata sony. Tangan anggi yg memegangi tembok sungguh2 menahan tusukan2 pen*s januar di dlm memeknya. Sementara jari2 januar terus menggelitik klitorisnya hingga membuat anggi terlontar dlm kepuasan sexualnya. “aahhssss……… uuuhh…. Uuuh…..ssssssuuuhhh…… aaaaahhhh…..mmmmhhh…. aaahhhssss… kkkaaaakkk… anggii…… maauuu….. keeluaarr…..” desah bibir mungil yg sdh dicekoki film bok*p sejak setahun lebih itu. Tubuhnya bergoyang2 dgn cepat meningkahi tusukan2 januar di dlm mekinya. Januar makin kencang menusuknya. Bertubi2 tanpa lelah ditusuknya mem*k kecil itu dgn ketimun hitamnya. Keduanya memejamkan mata penuh kenikmatan. Keduanya melenguh dan berrebutan bernafas mengejar puncak kenikmatannya. “AAAAAAUUUUUUHhhhhhhhhhhhhhhhssssssssssssssss s………… ………….. **** you anggi……………………………………..” akhirnya januar merejamkan seluruh ketimunnya dalam2. dipeluknya tubuh jenjang anggi penuh kenikmatan. Anggi pun menggeletar merasakan luberan sperma kakaknya di dlm lubang memeknya. Rasanya sungguh sangat nikmat dan panas……………. 2 menit kemudian januar baru melepaskan penisnya dari dlm mem*k anggi. Dibaliknya tubuh anggi menghadap dirinya dan diciuminya bibir mungil anggi penuh sayang.<br />
<br />
Perlahan diturunkannya pundak anggi ke bawah hingga anggi tepat berjongkok di depan penisnya yg sebentar2 masih mengejang dan berlumuran sperma dan cairan vagina anggi. “isep nggi……….” Bisik januar sambil menekan kepala anggi ke penisnya. Anggi langsung mengambil pen*s kakaknya dan mengulum pen*s itu dgn sayang. Dijilatnya habis sekujur batang pen*s dan biji berambut tebal yg dipenuhi sperma dan cairan vaginanya itu. Januar memaju mundurkan kepala anggi sambil menikmati setiap isapan dan jilatan anggi. Setelah bersih diangkatnya pundak anggi kembali. Dirapikannya kemeja dan rok anggi yg berantakan. Lalu diciumnya kening anggi. “makasih ya sayang………. Berangkat ke sekolah gih. I love you……” kecupnya. Anggi tersenyum dan melangkah masuk ke mobil di mana sony menonton pelayanan s*x nya untuk januar. Sony tersenyum kecut. Anggi duduk di sebelahnya. Mobil dimundurkan keluar dari garasi dan segera melaju ke sekolah krn mrk sdh terlambat………. * * “anggi!! Jawab pertanyaan bapak!!” bentakan itu membuat anggi terlompat dari lamunannya. Di depannya tampak pak espulso82 duduk di meja di depannya. Di tangan gurunya itu tampak sebilah penggaris kayu sepanjang 30cm. “eh…….. mmm….. apa pak? Maaf……” anggi menjawab ketakutan krn dia bener2 lagi ngelamun dan ga denger apa pertanyaan gurunya. Kelas gelap yg sdh kosong, dengan hujan lebat di luar sana membuat anggi bertambah ketakutan. “goblok kamu! Cantik2 bloon kamu!! Saya tadi nanya, knp kamu terlambat pagi ini? Hah?” “eh…… mmmmmm……… saya……… eehmmm………” anggi ketakutan. Haruskah dia bilang bhw pagi ini dia digilir januar sampe 2x? “jawab!!” bentak pak espulso lagi. Makin marah. “ehm….. anu pak……… saya…….. saya……….” Anggi ketakutan. “saya saya saya apaa??!!! Jawab yg jujur!! Saya tau kalo anak murid saya berbohong!!” “saya…….. saya sakit perut pak…….. jadi buang2 air terus………” jawab anggi sekenanya. “bohong!!!!!!!!!!! Kamu kecil2 tukang bohong ya?! Saya bilang JAWAB YANG JUJUR!!” “saya……… saya……….. saya jujur pak…………..” jawab anggi ketakutan. “pembohong!!! Sini kamu!!” Pak espulso tiba2 langsung mengangkat tubuh jenjang anggi, mendorongnya hingga tengkurap di atas meja dan menyingkap rok seragam anggi. Anggi menjerit2 minta ampun dgn ketakutan dan berusaha menutup rok itu. Seketika pak espulso terkesiap demi melihat mem*k dan anus anggi yg putih mulus tanpa tertutup sehelai cd pun!!! Matanya membeliak bagai melihat harta karun di tengah padang pasir. Gila!! Anak ini gak pake celana dalem????????? Betapa mulus mem*k, anus dan pahanya!!!!!!!!! BUUUUSYYYYYYYYYYEEEEEETTTTTTTTT!! Pak espulso bener2 terperangah takjub. Ini bener2 rejeki nomplok!! 2 bulan ditinggal kabur bininya, skrg ada “makanan cepat saji” yang begitu menggairahkan birahi sebagai pria yg telah 2 bulan ga dapet makanan. “kamu…………… kamu………………. Kamu ga pake celana dalem gi???????” terbata2 juga pak espulso saking kagetnya. Baru kali ini dia melihat pantat, anus, mem*k dan paha yg demikian mulus putih mengkilat. Air liurnya langsung membanjir. Penisnya langsung berontak minta sajen. Anggi menggeleng2kan kepalanya ketakutan. Dia sangat malu mengetahui gurunya itu menatap penuh nafsu ke alat kelaminnya yg terpampang memikat. “wah………….. luar biasa………….. mulus banget pantatmu gi…………..” tangan pak espulso langsung menjarah pantat, anus, mem*k dan paha anggi dgn gemas.<br />
<br />
Dielus2 dan diremas2nya seluruh alat kelamin murid tercantiknya itu. “pak…………. Jangan…………… paaakkkkkkkk……… uuuurgggggggggghhhhh………!!!!!! Jaaanggggggaaannnnnn pakkkk!!!!!!!! Uuuuuuuurggggggggghhhhhhhhhh paaaaakkkkkkkkkkkkkk!!!!!” anggi meronta2 berusaha melepaskan diri dari tangan2 pak espulso. Pak espulso kian ganas. tangan kirinya menekan punggung anggi menempel meja, sementara tangan kanannya masuk dan mengobok2 lubang vagina dan anus anggi. Anggi menjerit2 ketakutan. “diam kamu nggi!!! Diam!!! Kalo kamu ga diam, saya kasih hukuman yg lebih berat kamu!!” bentak pak espulso. Anggi mulai menangis ketakutan. Dia terus berontak berusaha melepaskan diri. “oooooooo……….. bandel ya???? Rasakan ini!!!” TARRR!!!!! TARRR!!! TAAAARRR!!! Tiba2 saja pak espulso menyabet2 pantat mont*k anggi dgn penggaris kayunya. Anggi melejit2 dan menjerit2 kesakitan. “ampuun pak………….. amppuunnn paakk……….. ammmpuuunnn………” tangis anggi membahana seiring dgn sabetan2 di pantatnya. “kalo gitu DIAM!!!” bentak pak espulso. “DIAMM!! Kalo ga diam saya sabetin lagi kamu!!! Mau???” bentaknya. Anggi menggeleng2kan kepala dan berusaha menggigit bibirnya sekuat tenaganya. Air matanya bercucuran jatuh membasahi meja kayu di bawahnya. “DIAM!!!!!!!! BISA GAK DIAM??????” bentak pak espulso lagi. Anggi mengangguk2 sesenggukan. Anggi berusaha sekuat hatinya untuk tidak mengeluarkan suara. “nah begitu…… baru anak cantik…..” tangan pak espulso mulai mengelus2 pantat anggi yg putih mulus bak pantat bayi. Kulitnya sangat lembut dan kenyal. Perlahan2 diciuminya kedua pantat anggi. Bibir dan lidah pak espulso menjelajahi kedua pantat anggi. Perlahan bibir dan lidahnya menciumi belahan pantat anggi, menjilati anusnya, lalu turun terus ke lubang vagina anggi. Anggi mengerang2 takut bercampur nikmat. Kedua kaki jenjangnya menegang menahan rasa geli dan kenikmatan dari bibir dan lidah pak espulso di anus dan vaginanya. Tak lama cairan kewanitaannya sdh luber keluar dan menebarkan wangi harum vaginanya. Pak espulso kian lahap melumat2 vagina dan klitorisnya. Anggi makin mengejang2 tak berdaya dilanda orgasmenya. “wah kamu kecil2 udah bisa orgasme bagus begini ya? Pasti kamu sering dipake orang ya? Skrg giliran saya yang orgasme ya.<br />
<br />
Tapi saya maunya orgasme di dlm lubang memekmu.” Pak espulso langsung membuka retsleting celana panjangnya dan menurunkan cd nya. penisnya sdh merongkol keluar dari persembunyiannya. Tampak tak sabar untuk segera dicelupkan ke lubang mem*k anggi. ZZZZLLLEEEBBBB!!!!!!!! “ooooooooohhhhhhhhh………. Enak banget……………” desah pak espulso saat pen*s besarnya masuk mendelep sedalam2nya ke lubang kemaluan anggi. Anggi melenguh lirih. Rasa panas dari pen*s pak espulso terasa di sekujur tubuhnya. Gadis kecil itu melenguh2 begitu pak espulso memaju-mundurkan pen*s besarnya dgn ganas. “aaahhhhh enak………aaaaaaaaahhhhh………. Uuuuuhhhhh……… enaaakkk banget giiii mem*k kamuuuu…….. aaahhhhh…….. oooooohhhhhhhh……….” Pak espulso terus menceracau bak orang gila yg tengah dilanda kenikmatan tiada taranya. Pantatnya digoyang maju mundur ke dlm vagina anggi yg hangat. Semakin lama semakin cepat dan tak beraturan saking tegangnya. Sementara anggi merintih dan melenguh tiap kali memeknya disodok2 oleh pen*s besar pak espulso. Kedua tangan gadis kecil itu memegangi pinggir meja kuat2 utk menahan tubuhnya tiap kali ditonjok pak espulso dgn penisnya. Suara deritan meja kayu, lenguhan anggi dan ceracauan pak espulso membahana memenuhi seisi ruangan kelas yg gelap gulita. Petir, hujan dan badai di luar sana tambah gemuruh membuat nafsu setan pak espulso kian kalap memperkosa anggi. Setelah 20 menit berlomba mencapai puncak kenikmatan, akhirnya pak espulso meletuskan birahinya dan semprotan2 spermanya di dlm lubang mem*k anggi. Anggi pasrah menerima semburan sperma panas yg langsung membuat dirinya sendiri dilanda orgasme berkepanjangan. Anggi menjerit2 penuh kenikmatan. Akhirnya keduanya menggeletak di atas meja kelas itu dgn tak berdaya. Tubuh pak espulso yg besar menindih tubuh anggi yg tengkurap di atas meja. Keringat mengucur deras dari tubuh keduanya. Nafas mereka masih terputus2 diselingi kejangan2 di pen*s dan mem*k masing2. Setelah tuntas acara s*x itu, pak espulso buru2 merapihkan celana panjangnya. Keringat menempel di sekujur kemejanya juga wajahnya. Dia tersenyum penuh rasa senang. Segera dipeluk dan diciuminya tubuh anggi. Wajah marah yg tadi ada kini sdh berganti dgn wajah busuk penuh kepuasan. “kamu udah mau pulang belum gi? Tapi masih ujan badai di luar. Nanti aja ya pulangnya?” tanyanya. Anggi diam saja di dalam pelukan gurunya itu. Wajah nabila nya tampak sangat cantik dipenuhi keringat di sekujur tubuhnya. “kamu pinter banget nge-s*x nya nggi. Siapa yg ngajarin kamu?” tanya pak espulso lagi. Anggi hanya menggeleng. Dia sendiri bingung siapa yg mengajarinya soal s*x. Yang pasti dia kini sdh tau bahwa SEMUA CO……SEMUA CO…. selalu dan selalu ingin bercumbu dan bercinta dgn nya….. Sore itu di dalam ruangan kelas yang gelap gulita, pak espulso kembali menelanjangi seragam sekolah muridnya yang paling cantik ini. Lalu ditelentangkannya tubuh boneka s*x itu di atas meja. Wajah nabila yg sangat cantik, putih, dgn bola mata bundar kejora, dan bibir mungilnya yg indah, hanya bisa pasrah membiarkan pak espulso kembali mengerjai tubuhnya. Mau tubuh bonekanya dibengkangkan, ditengkurapkan, diangkat, apapun yang dimaui pak espulso, anggi telah memasrahkan dirinya untuk dinikmati sepuas2nya. Dipejamkannya mata kejora itu dan dia pasrah menjadi boneka s*x gurunya itu. Dan kembali pak espulso menyodok2 memeknya dgn pen*s besar itu. Mengaduk2 memeknya dgn ulekannya yg besar. Anggi dan pak espulso melenguh dan menceracau menikmati nafsu syahwat mrk. Baru setelah hujan badai berhenti dan pak espulso betul2 sdh kecapean, anggi baru dibebaskan untuk pulang ke rumahnya. “ingat ya nggi, jangan sampe telat lagi. Nanti hukumannya bisa lebih parah lho.” Kata pak espulso sambil melepaskan anggi dari pelukannya. di dlm keremangan malam, gadis kecil cantik itupun menghilang…… Anggi berjalan ringan memasuki halaman sekolahnya. Rok SMP nya yg pendek hanya sejengkal di bawah pinggulnya bergoyang2 ringan mengikuti irama langkah sepasang kakinya yang sangat jenjang. Rambutnya yg panjang tergerai menutupi punggungnya menebarkan harum wangi yg lembut. Wajahnya yang putih cantik dengan sepasang mata kejoranya sangat memukau siapapun yang melihatnya. Hidungnya yg mancung dan bibirnya yang mungil sdh berwarna merah menyala walaupun tanpa perona apapun. Tas bertali panjang menyelempang di dadanya tepat di tengah ke dua bukit kembarnya. Sedangkan di tangan kanannya menenteng tas yang berisi baju dan sepatu olah raganya. Jam pelajaran berlalu sampai akhirnya tiba jam pelajaran olah raga sekitar jam 11.00 siang. Seluruh murid co spt biasa langsung ganti baju di kelas, sedangkan yg ce2 berganti baju di locker ruang ganti yg berada di dekat hall sekolah. Anggi berjalan bersama teman2 ce nya menuju locker ruang ganti. Gadis2 belia itu tampak cantik2 dan segar2 dlm keremajaannya. Wajah2 yg berseri2 penuh tawa dan canda. Namun di antara puluhan gadis2 remaja itu yg tercantik dan paling jangkung di antara semuanya adl anggi. Gadis2 belia itu masuk ke dlm ruang ganti dan mulai menuju locker masing2. di ruangan itu memang ada 10 toilet, 10 shower dan puluhan locker yg berderet2 untuk penyimpanan baju dan perlengkapan olah raga mereka. Di karenakan adanya beberapa toilet, hingga ada juga beberapa ce2 dari kelas2 lain yg hilir mudik di sana. Sedangkan shower biasanya baru diantri stlh mrk lelah sehabis berolah raga. Spt biasa anggi masuk ke dlm toilet dan mulai membuka pakaian seragamnya untuk diganti dengan kaos dan celana pendeknya. Anggi memang tak sebebas ce2 lain krn dia sdh terbiasa tidak menggunakan cd dan bra. Kalau ce2 lain bisa dgn seenaknya buka baju dan hanya ber cd dan bra di dpn teman2nya, anggi tak bisa krn tentu org2 akan shocked kalo tau dia tak pernah pake cd dan bra. Di dlm toilet berukuran 2×3m itu anggi membuka seluruh baju seragamnya. Setelah polos bug*l, barulah dia memakai kaos dan celana pendek olah raga yg tadi digantungnya. Stlh rapi berganti pakaian, anggi pun keluar toilet dan memasukkan baju seragamnya ke dlm locker. Tubuh anggi yg tinggi jangkung tampak makin indah dibalut kaos olah raga dan celana pendek putihnya.<br />
<br />
Rambutnya yg panjang tergerai digelung seenaknya ke atas dan diberi jepitan rambut. Beberapa anak rambut yg jatuh membuat leher putih jenjangnya semakin menggiurkan untuk dicupang. Anggi memang rupawan. Tingginya yg sdh mencapai 160cm tampak begitu beda dgn teman2 ce yg lain. Hingga tak heran bila banyak ce yg iri pada kecantikannya. Beberapa ce langsung mencibir nyinyir ketika anggi melangkah melewati gerombolan mrk. Kecantikan anggi yg luar biasa memang sdh sangat populer di seantero sekolahnya. Anggi berjalan menuju ke lapangan basket. Hari ini memang olah raga dilakukan di luar ruangan. Sekolah ini memang mempunyai 2 lap basket. 1 indoor 1 outdoor. Mungkin krn yg indoor sdg dipake kelas lain. Olah raga dimulai dgn pemanasan, lari berkeliling lapangan basket 10x, lalu pertandingan basket. Krn anggi termasuk ce yg jangkung, maka anggi selalu masuk tim inti kelasnya. Anggi memang sangat lincah dan gesit bermain basket. Loncatan2nya sangat tinggi, operan bolanya selalu tepat, dan dia bisa men-shoot bola dari jarak yg cukup jauh. Seluruh penonton baik dari temen2 sekelas maupun dari kelas2 lain terpukau melihat permainan anggi yg gemilang. Setiap anggi yg memainkan bola dan men-shoot bola para penonton akan berteriak2 “cantiiiiiiiikkkkkkkk………………!! Wowowowow!! Caaaaaaaannnnnnnnntttttttttteeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee eeekkkkkkkkkkkkkkkk………………!!” entah maksudnya permainannya atau angginya yg cantik. Tapi penonton memang selalu padat dan gegap gempita tiap kali anggi yg main basket. Keringat mengucur deras dari tubuh anggi yg langsing. Anggi memang sangat suka segala macam olah raga. Hingga tak ada 1 pun lemak yg menempel di tubuh indahnya. Anggi terus berlari kesana kemari, melompat setinggi2nya dan men-shoot bola sebanyak2nya. anggi senang krn banyak penonton yg memberinya semangat. Keringat trs bercucuran membasahi sekujur tubuhnya yg indah. Membuat kaos putih dan celana pendek putihnya menempel pel pada tubuhnya yg indah. Kian lama kian basah kuyup tubuhnya membuat lekuk2 tubuhnya kian nyata terpampang tak tersembunyi. Para penonton mulai sikut2an dan berbisik2 demi melihat 2 pentil susu di balik kaos putih anggi. “ssst………. Liatin si anggi…….. toketnya mancung banget tuh……” bisik l*nte lanang. “yoi…….. gile pingin gw sedot tuh toketnya……” jawab jph audin. “duh…… sampe ngac3ng nih gw……..” kata cheekie wu sambil meremas celananya. “gilee…. Toketnya jek…….. kagak pake beha diye.” Bisik goto terpesona. “anggi……anggi…… bagus banget body lu……..” arioario ngeces. “iya…… pengen banget gw ngentotin dia……..” ekor kucing nelen ludah. “gimana ya rasanya?” arry65 bertanya. “woooooooo…. Yg pasti uuuuuuuuuueeeeeenak banget rek!” kata superdong. “enakan mana sama ngentotin ce lu?” tukas sairo. “ya pasti enakan ngentotin anggi lah! Hahahha.” Teriak superdong. “enakannya pake gaya apa ya??” dotawarrior ikutan nimbrung. “halah!! Lu once-once.<br />
<br />
Gaya kucing pun udah pasti nggeleper lu kalo anggi yg jadi lawanlu di ranjang!” jawab mustang gemes. “waaaaaaaah………….. jangan2 lu udah keluar duluan sebelum lu sempet masukkin ke mekinya!! Ahhahahaha.” Tukas dodol sambil ngakak. “eeeeeeeeeeeeeee enak ajah luh!! Gw berani taruhan gw bisa hajar dia 10x sehari semalem tuh!!” mustang bersungut2. “hahahha!! Hayyah!! Muke lu kedeketan sama congor lu!!” teriak adi. “weeeeeeee kagak percokat luh?! Berani tarohan??” mustang sewot. “OK!!! Kapan lu bisa nidurin anggi, kasih tau kita!” sahut checker. “yeeeeeeeeeeeee ngasih tau doang mah ogenk banget!! Mending gw sedot sendiri sampe KO dia!” R9WS gak mau kalah. “huahahahhaha gaya lu jokat!! Kayak lu gak tau aja si anggi ditongkrongin sony kakaknya terus luch?” sahut jph audin lagi. “iya yah. Yang gw denger2 neeh. Katanya tuh anggi suka dipake kakak2nya tuh!! Gosipnyah sih begitoh!!” bisik equinox. “mosok luch?? Gobolox luh!!” potong superdong. “ya udee kalo kage percaye. Yg pasti ini udah issue publik. Terutama si sony noh yg lagi nongkrong di pojok sana noh. Liatin aja noh. Matanya, lidahnya udah ngelewer kayak jaing. Pasti ntuannya juga udah ngelewer dari tadi.” Bonchil zoe ikutan ngoceh. “gilee………. Kakak beradek noh!” superdong nyahut lagi. “yeeeeeeeeeeeeeeeeee elu yg gobolox!! Jaman skrg nee udee kagek ade kakak-adean kayak dolo! Ade cakep kayak nabila begitooh, ya dimakan juga!! Gobolox aja kalo kakaknya kagak ngewein anggi duluan!!” muphenx keluar suaranya. “woooddooo…………. Beruntung banget yak jadi kakaknya si anggi. Bisa berapa rit tuh semalem??” blackgoat jadi ngiler. “yaaa serit dua rit dapet lah. Namanya adek kan kudu nurut kakak. Kakak minta makan sediain makan. Kakak minta minum kasih minum. Kakak minta tok*t kasih tok*t. Kakak minta mem*k kasih mem*k!! HAHAHHAHA……” jph audin sok pinter. “gw mau nooh daptar jadi kakaknya se anggi. Woowwoooo……….. enak banget yak bisa muncratin mekinya anggi tiap malem. Wwwiiiiiiiiihhhhhhhh ampe ngilu bijih gw!!” R9WS tambah ngilu. “yoee.. apalagi kalo bisa minta anggi ngisepin timun kita tiap malem. Weeeleeehhh…. Wiiiiiiiiiiiiiiihhh………….” Munari ikut2an komentar. “apalagi kalo bisa doggy style sm anggi.<br />
<br />
Auuuu….auuuu…..” bangsat berlagak lagi berdoggy style dgn anggi. Temen2nya tertawa. “gw gak pengen macem2 dah. Cuman pengen 69 sm anggi! Njilatin mekinya dia waktu dia ngisepin pen*s gw!” badsector gak mau kalah. “Muke lu kedeketan kuping nooh!! Pokoknya gw duluan yg ngentotin anggi!!” mustang ngoceh lagi. “Yeeee dia singit!! Heh muke kuda gak usah kebanyakan bacot luh!!” de chelski ikutan nimbrung. “setubuuhh!!! Siapa yg bisa duluan masukin penisnya ke meki anggi, dia pemenangnya!!!” smokerfrog menantang. “wowowowowww santeee codet. Lu serius apa beneran neeh??” potong superdong. “eh! Eh! Kalo yg namanya ngelus2 paha en mekinya anggi gw pernah lho!!” dwyane wade tiba2 bersuara. “anjriiiiiiiiiittt…………. Sumpe loch??” selaput sampe terloncat. “sumpe pocong!!” dwyane wade menyilang 2 jarinya. “begimane rasanye??” mupenk menggoyang2 pundak dwyane. ”bener2 lembut banget!! Alus!! Gak ada bulunya!!” dwyane bersiul penuh semangat. Membuat yg lain kian iri. “hahahah……….. bokis banget luh!!” audin menohok. “ya udah kalo kagek percaya.” Dwyane membalikkan badan. “iya dia kan sering duduk di sebelahnya si anggi di kelas! Jadi emang suka diesek2 sm dia!!” mencret aje menukas. “pantesan lu suka pada berebutan duduk di samping anggi!! Bangsat lu semua!!” banshee menyergah. “bukan bangsat, Cuma nyari kesempatan!! Soalnye kalo di luar kelas kan dah gak mungkin.” Simple nimbrung. “yoee. Sony tuh nongkrongin anggi mulu!! Dah kayak orang pacaran!!” kecoa_ereksi ngoceh juga. “babi semua lu!! Ajak2 gw dong!!” roiwu memohon. “hayyaah!! Hare gene,,,, Enak mah gak buat dibagi2 jer!! Usaha ndiri!!” tukas longley_one terbahak. “gw bayar deh!! Gw mau duduk sm dia!!” si ahoktan menepuk dompetnya. “wwwuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu tak sudi!!!” justpushplay berkoar. “gw juga pernah ngeraba2 mekinya di kelas!!” “brengsek luuh!!!” pedang panjang nyolot. “Huahahaha!! Yg penting siapa cepat dia dapat!!” eryepe ngakak. “bangsat luh!!” badsector geram. “udee…..udee… bokis doang palingan tuh bacot2 laknat.” Kata banshee. “lu aja kalee yg kagak tauk berita terkini lu!! Kata orang2 emang si anggi bisp*k tuh.” Tukas great_ww. “hayyah lagulu sengak jek!! Sok tempe luhh!” potong budhies. “weeeeeeeee lu yg “budi” kagak denger gosip luh!!” fairuzs nimbrung. “iyeee gw juga denger2 begitu dari adek ce gw yg sekelas sm anggi. Katanya yg duduk di sekeliling anggi pasti co2!! Dan mrk suka ngobok2 roknya anggi di kelas!!” poseng2002 curhat juga. “wuuduuhh….. kalo bisa diobok2 di kelas, gimana di luar kelas yakk?? Bisa dientotin kalee…?!” tanya sahsyat hot. “waaa bener jugah luuh!! Tumben otaklu jalan??” skylitez join. “hohoho…….. berarti udah kagak perawan dong tuh si anggi??” pangeran mabok nimbrung. “oncee…oncee… kalo udah dipake ya udah gak perawan!! Tolol lu.” Whomeye nyolot. “udee …. Balik lagi ke laptop!! Jadi kapan nih kita jebak si anggi?” ekor kucing menantang. “ngapain dijebak??” xmale bertanya polos. “ya biar jelas dong semua gosip itu bener apa nggak!!” vjo menjawab. “kalo ternyata gosip itu bener gimana???” sahsyat menatap temen2nya. “ya…….. kita pake rame2!!! Hahahhaha.” Kurt_c berseru sambil mengepalkan kedua tangannya. “nah kalo nggak? Kalo ternyata itu semua gosip & doi masih perawan ting2?” ndy_zie dgn polos bertanya. “ya…………………… tetep kita pake rame2 sampe dia kagak perawan!! Hahahahha!!” bangsal13 ngakak kenceng banget. “okeh!! Deal!! Jadi kapan neh?? Pestanya??” kurt_c menantang. “SECEPATNYA!! Gw dah gak sabar pingin nelanjangin dan ngentotin si anggi!!” teriak ngegame. “ok!! Siapa yg jadi EO neh??” blair_witch6666 gak sabaran. “mencret mencret…… kagak pake EO-Eoan!! Siapa cepat!! Langsung kabarin yg laennya!!” indobdsm udah ngac3ng berat. “gw ikutan dooong………” blue_iced dan nasikun kompakan. “gw juga!! Gw juga!!” sputnixblaze dan ariax angkat tangan. “di rumah gw aja!! Bonyok gw lagi di luar negeri neh!!” yoseful angkat bicara. “oya bener noh.<br />
<br />
Si rmh yoseful ajah! Kosong plong! Aman!” kiting_jr nimbrung. “nggak!! Nggak!! Di rmh gw aja!! Kalo nggak di hotel aja!!” syncretica kasih ide. “weee ngapain ke hotel segala!! Kagak aman!” phoenix17 gak setuju. “Iya di rmh siapa gituh. Ntar kita telpon2an jer.” Xca nimbrung. “oce oce kopi ganti.” Kurt-c menyeringai serigala. “jangan lupa call meh!” smokerfrog ngancem. “tenang bro!! semua pasti dipanggil & dikasih tauk!” tukas superdong. “awas luh pesta kagak ngajakin guah!!” slakoth ikutan ngancem. “hayyaahh!! Pokoknya semua kudu ngajak semuah!!” potong cooling 2006. “iyah!! Awas luh!! Gw hajar luh!!” smokerfrog bener2 kebelet pengen ngentotin anggi. “terserah lu mau pada ngapain si anggi!! Yg penting gw mau anggi jadi cewek gw!!! Hahahah” raysonic ngakak. “wooooooooooo lu langkahin dulu mayat gw!” xca melotot. “heh!! Heh!! Lu bedua diem deh!! Atau gw hajar lu 2-2nya??” smokerfrog udah gerem banget dia ngebayangin tubuh anggi akan terhidang untuk mrk semua. Putih polos tanpa selembar benang di atas sebuah nampan kaleng berukuran raksasa………. Grrrrrrrrrr……… “asik…………..asik………. gw juga udah lama banget pengen ngentotin anggi jerr. Duh sampe linu nih burung gw. Ke belakang dulu ah. Mo coli.” Zeuzkeren langsung ngeloyor ke toilet. “hahahha geblek lu semua!! Ati2 rusak ntar barangnya si anggi dikobok2 berame2!!” ricokpd ngoceh. “brengsek! Bawel banget bacot luh! Pokoknya gw pengen ngeliat tu body telanj*ng bulet di depan gw en ngangkang di depan gw!!” cupcake berkhayal juga. “pokoknya gw duluan yg ngentotin anggi!!” kurt_c ngacung. “sapa luh?? Gw yg duluan!!” kalipton mendorong kurt_c. “pokoknya SIAPA CEPAT DIA DAPAT!! Begitu ada kesempatan, langsung kita sergap anggi!! Deal?” superdong memotong. “heh brutus!! Inget noh bini lu dah 2!!” cupcake mendorong kepala superdong. “biarin dah!! Kalo gw dapet anggi, bini gw boleh buat si blair_witch666.” Superdong ngakak. “ogah gw sm bini lu!! Dah pada dol semua!!” tolak blair_witch. “hahahah!! Kayak ce lu gak lu sodok aja tiap hari??!” potong slakoth. “hahahhahah!! Abis pacaran mo ngapain lagi kalo bukan buat nyodok??” jawab cooling2006. Semua ngakak dengan ramai. Penis2 mrk udah ngac3ng demi melihat anggi yg ibarat barbie doll begitu sexy, begitu cantik, begitu memukau mata dan peler mrk. Anggi yg masih asyik bermain basket memang sangat sempurna sebagai gadis belia. Kaos & celana pendek putihnya jelas2 mempertontonkan lekuk2 kewanitaannya yg tengah tumbuh. 2 putting susu yg mungil bergoyang2 saat dia berlari dan melompat. Sepasang kakinya yg putih jenjang tampak begitu mengkilat oleh keringat yg membasahinya. Begitu juga wajahnya dibasahi oleh keringat yg membuat anak2 rambutnya menempel sexy di dahi dan lehernya yg jenjang. Dari kejauhan sony menatap sayang pada adiknya yg 1 itu. Anggi memang amat sangat cantik dan mempesona. Sony pun tau apa yg tengah dibicarakan mulut2 co2 di berbagai pojok lapangan basket itu. Apalagi kalo bukan keindahan putting susu anggi yg jelas2 menonjol dan tak tertutup oleh bra. Mata2 liar dan nepsong itu jelas2 menelanjangi tubuh adik tercintanya itu. “tenang gi……… kamu aman bersamaku.” Bisik sony. Namun sony kini telah kelas 3 SMU sedang anggi sdh kelas 3 SMP. Berarti sebentar lagi sony akan lulus dan keluar dari kompleks sekolah ini. Tinggal farid dan anggi. Apa farid akan bisa menjaga anggi dari co2 yg bernapsu menggodanya?? Sony tak merasa farid terlalu peduli dgn anggi. Farid memang doyan ngentotin anggi tiap malem. Tapi itu kan belum berarti bhw farid care utk menjaga keselamatan anggi. Sony mendesah gundah…….. Atau….. lebih baik meminta anggi untuk pindah sekolah? Meminta ortu mrk utk memindahkan anggi ke sekolah lain. Tapi…… belum tentu di sekolah lain pun anggi akan aman dari co2 yg hendak menikmati tubuhnya. Mmmmmmmm….. berarti masih mending di sini krn ada farid yg bisa dipaksa utk menjaga anggi. * * * Bel berdentang. Pertandingan basket kelas anggi selesai dengan kemenangan di team anggi. Semua penonton bersorak2 ramai. Anggi berpelukan bersama teman2 di team nya. lalu mrk beramai2 masuk ke ruang ganti untuk mandi dan berganti pakaian sekolah lagi. “hey nggi!! Sini kita mandi rame2 di shower!!” panggil kartika dan beberapa ce 1 team basketnya. Krn sekolah ini termasuk sekolah elite di negeri antah berantah ini hingga mrk telah mengikuti pola western yg dgn cuek mandi telanj*ng bulat di shower secara beramai2. Anggi menggelengkan kepalanya dgn malu. “nggak ah. Gw mandi di toilet aja.” “yeee blagu amat lu gi! Sok cakep lu!” teriak siska dari team lawan. “nggak. Bukan belagu. Gw malu.” Jawab anggi. “aaaaahh…….. sok malu luh!! Pokoknya mandi di sini rame2!! Kagak kompak banget sih lu jadi orang!!” teriak nia yg jutek. “nggak ah.” Jawab anggi sambil berjalan ke arah toilet. “eit…..eit…..eit…….. kagak bisa!! Lu kudu mandi bareng2 kita!!” tiba2 beberapa ce menghalangi langkah anggi masuk ke toilet. Anggi kaget dan kebingungan. “sok muna banget sih lu?? Sama2 ce aja lu malu!!” teriak yani. “emang sok kecakepan lu!!” nadia menukas. “pokoknya lu harus mandi rame2 bareng kita di shower!! Ga ada mandi di toilet lagi!!” sarah menarik tangan anggi. Bbrp ce lain ikut2an mendorong anggi ke shower. Anggi menjerit2 ketakutan. Tapi ce2 itu terus menarik dan mendorong tubuh gadis itu ke shower. Begitu tiba di bawah shower, nia langsung menyalakan shower sehingga tubuh anggi langsung basah kuyup di bawahnya. Semua ce2 bersorak-sorai dan tertawa. Mereka beramai2 memegangi tangan dan tubuh anggi hingga sekujur tubuh anggi berikut kaos, celana pendek dan sepatu olah raganya basah kuyup. Anggi meronta2 dan menjerit2 namun tak berdaya melawan teman2nya. “udah2!! Kita buka aja kaosnya sekalian!! Emang putri malu bener nih anak!” teriak yeni.<br />
<br />
Tangan2 itu pun lalu mulai menarik kaos anggi ke atas dan celana pendek anggi ke bawah. “GILEEEEEEEEEE!!!!!!!!! KAGAK PAKE CCELANA DALEM DIA!!” jerit vina. “IYA!!!!!! KAGAK PAKE BEHA JUGA!!!” teriak mariska. “wah berarti bener gosip2 selama ini kalo dia kagak pernah pake cd & bra ya??!!” tukas siska. “pantesan co2 kita pada melotot mulu kalo liat dia!!” maki sarah. “dasar pecun luh!!” firda ikut memaki. Gadis2 belia itu kian ganas menelanjangi tubuh anggi. Kaos, celana, kaos kaki dan sepatu olah raga anggi langsung ditarik dan dilempar jauh2. tinggallah anggi dgn tubuh polos tanpa selembar penutup pun. Anggi meringkuk dan menangis di bawah shower yg terus mengguyur tubuhnya dengan deras. Air matanya berlinangan. Sungguh dia tak mengira teman2nya yg merubungi tubuhnya akan sejahat ini. “udah!! Berdiri luh! Jangan cengeng!” bentak riska. “iya! Udah mandi buruan!!” tukas ida. Anggi menggeleng2kan kepalanya. “heh! Berani nolak luh?? Gw hajar juga luh! Sok kecakepan lu dasar!!” maki sofia. “nggak….nggak…..bukan begitu………” isak anggi. “kalo lu gak mau berdiri & mandi, ntar kita mandiin lu rame!! Gimana??” bentak yani. “iya!! Kita acak2 aja badannya!!” teriak bbrp ce dgn sewot. “buruan berdiri!!” bentak ana. “cepet!!!!!!!!” maki bbrp ce laen. Dgn ketakutan anggi beringsut berdiri dari duduknya. Perlahan2 dgn masih menempel pada dinding yg basah gadis belia ini berdiri. Sorak sorai bergemuruh. Akhirnya tubuh jenjang indah itu pun terpampang jelas. Anggi menutupi tok*t dan memeknya dgn tangan. Mulut para gadis itu ternganga demi melihat kemolekan tubuh anggi yang putih mengkilat basah oleh semprotan air shower. Rambutnya lepek basah menempel di kening, leher, punggung dan toketnya yg masih ditutupi tangan kanannya. Perut yg langsing dgn puser yg kecil. Kemaluan yg ditutupi tangan kirinya. Lalu sepasang kaki yg langsing dan jenjang. Para gadis belia itu meneguk ludah mrk sendiri demi melihat kemolekan tubuh anggi. “buka tuh tangan lu!! Buruan mandi!! Kalo nggak kita sikatin rame2 badan lu!!” bentak sofia mengagetkan. “iya!! Buka aja kenapa se?? sok cakep lu!! Pecun aja lu!!” siska dan ida langsung menarik kedua tangan anggi lepas dari tok*t dan mekinya. Mulut2 itu kian ternganga demi melihat keindahan tok*t dan mem*k anggi yg kini jelas2 terpampang di hadapan mrk. tok*t anggi begitu mungil dan mencuat ke atas. Begitu menantang siapapun untuk menyedot dan melumat2 kedua putting susu itu kuat2. sedangkan mem*k anggi begitu indah dlm guyuran air shower. Berwarna pink tanpa sehelai rambut pun. “woooooooooooooooooooooowwww………………………………………” decak kagum menyeruak perlahan. “udah sana mandi buruan!! Keburu jam makan siang abis!!” “iya! Jangan ke GR an lu!! Sok cakep lu!!” “pokoknya mulai skrg lu harus mandi bug*l bareng kita2!!” “iya!! Kagak ada tuh lu mandi ngumpet sendiri di toilet!!” ”paham ga lu??” “i……iya……iya………….” Ce2 itu masih terus menelanjangi tubuh anggi dgn tatapan iri mrk. Sementara anggi langsung membalikkan badan menghadap shower dan buru2 mandi cepat2. Air shower yg dingin mengucur membasahi tubuh anggi dan gadis2 belia lain yg langsung mandi bug*l juga di shower2 yg lain. Mrk saling melempar sponze, sabun dan shampo sambil tertawa2. anggi yg semula ketakutan sedikit2 mulai bisa tertawa melihat kelakuan teman2nya. anggi pun mengambil sabun dan mulai menggosok tubuhnya dgn sponze hingga dipenuhi busa yg lembut dan tebal. Kecantikannya kembali terpancar dari senyum geli melihat teman2nya bernyanyi2 dan berjoget2 di bawah shower sambil telanj*ng bulat. Mrk mandi bergantian dan segera memakai baju seragam mrk lagi. “eh gi, lu beneran ya kagak pernah pake cd en bra??” tanya acha. Anggi mengangguk malu2. “gile lu. Apa kagak pedih tuh pentil lu ga pake bra?” tanya ayu. Anggi menggeleng. “udah biasa.” Bisiknya. Akhirnya gadis2 belia itu pun beramai2 masuk kembali ke dlm kelas mrk. Mrk saling bersikut2 dan cekikikan krn hari ini mrk berhasil ngerjain anggi utk mempertontonkan tubuh indahnya yg mengagumkan. Bbrp dari mrk juga senang krn anggi kini berani mandi bug*l bersama mrk. Bbrp lainnya berdecak kagum dan menelan liur demi mengingat kemolekan tok*t dan meki anggi. Yang pasti, anggi merasa sedikit terhibur krn ternyata yg diinginkan ce2 itu hanyalah dia mau join mandi bersama di bwh shower.<br />
<br />
Anggi merasa sedikit agak diterima oleh teman2nya. * * * Begitu anggi masuk kelas, sebuah bangku kosong dgn secarik kertas bertulis “ANGGI” di pojok kelas sdh disediakan untuknya. Perlahan dgn sedikit bete anggi melangkah dan duduk di bangku itu. Di sebelahnya kurt_c sdh nangkring dgn seringai serigalanya. Anggi melengos kesal dan jijik. Belum sampai 5 menit pelajaran dimulai anggi sdh merasakan jari jemari kurt-c berkeliaran di dengkul dan pahanya. URGH menyebalkan sekali!! Anggi kesal tp tak bisa berkutik. Ditahannya tangan kurt-c dgn tangannya agar tak semakin liar naik ke atas. Tapi tangan anggi lgs digenggam kurt-c dgn hangat. Jari jemari mrk saling berkaitan. Lalu dgn kekuatannya kurt-c mendorong tangannya dan tangan anggi masuk ke dlm rok seragam anggi. Anggi bergerak memberontak dan berusaha keras melepaskan tangannya dari genggaman erat tangan kurt-c. tapi kurt-c tak mau melepaskan tangan anggi. Hingga akhirnya dgn sebuah sentakan keras anggi berhasil menarik lepas tangannya. Namun hal itu menyebabkan tangannya kepentok meja dgn sangat keras. BRAKKK!!! “ANGGI!!! Ngapain kamu di belakang itu??!” teriak pak daniel2milan dari depan sana. Anggi & kurt-c terlonjak kaget. Seisi kelas menatap ke arah mrk. Sementara anggi msh meringis menahan sakit di tangannya. “mmmm……… maaf pak daniel………” kata anggi. “ngapain kamu?! Diam! Saya gak suka ada yg berisik di jam pelajaran saya!! Ngerti??” teriak pak daniel lagi. “i……iya pak……….maaf……….” jawab anggi. “baik, kita lanjutkan sampe mana tadi?” dan pak daniel pun melanjutkan menulis materi pelajaran di papan tulis. Kurt-c menyeringai nakal. “makanya diam aja kamu nggi. Jangan berisik……..” desisnya di telinga anggi. Anggi bergerak ke sudut kursi menjauh dari kurt-c. tapi kurt-c langsung bergeser memepet ke tubuhnya. Tangan kanannya langsung masuk dan menggerayangi paha anggi. Anggi berusaha menepis tangan kurt-c yg nakal. Tapi kurt-c lebih kuat. Tangannya langsung menerobos menuju meki anggi. “gileee……… ternyata bener kata temen2. anggi kagak pake cd!!” desis kurt-c dlm hati. Jari2nya langsung menggerayangi seluruh permukaan mem*k anggi. Diselipkannya tangannya ke belahan paha anggi. Dan didorongnya masuk jari2nya ke mem*k anggi. Anggi mendengus2 kepayahan dan berusaha menahan tangan kurt-c dgn tangannya dari luar roknya. Tapi kurt-c lebih kuat darinya. Setelah berkali2 menekan2 jari2nya masuk, akhirnya kurt-c berhasil mencapai mem*k anggi dan menjebloskan jari2nya ke lubang anggi. Anggi meneguk ludahnya dan menahan nafas kuat2. keringat dingin mulai mengucur kembali dari tubuhnya. Sementara jari2 kurt-c dgn ganas keluar masuk di lubang kenikmatannya. Memberikan sensasi2 yg kuat dan dashyat. Sesekali tubuh anggi menggeletar diterjang oleh orgasmenya. Digigitnya bibirnya kuat2 agar tidak berteriak saat orgasme menghajar sekujur tubuhnya. Kurt-c tersenyum menang. Dikocoknya terus mem*k anggi dgn jari2nya. “lu bener2 pecun belia nggi. Gw pingin banget ngentotin lu.” Bisiknya di telinga anggi. sesekali kurt-c menarik keluar jari2nya yg telah basah oleh cairan orgasme anggi dan memasukkan jari2nya itu ke mulutnya dan menyedot2nya dgn ganas sambil melirik nakal ke arah temen2nya. “manis banget jek……” bisiknya sambil nyengir. lalu dimasukkannya kembali tangannya ke dlm rok anggi dan ditusukkan masuk ke dlm lubang vagina anggi. anggi yg sdh kepayahan oleh orgasme2nya hanya bisa pasrah. kedua kaki jenjangnya yg semula rapat tertutup, kini ngangkang dgn pasrah oleh jejalan tangan kurt-c yg mengobok2 mekinya. dinikmatinya colian kurt-c di memeknya. anggi memang sdh terbiasa menjadi boneka s*x para co yg ingin menikmati tubuhnya. tubuhnya sdh begitu lentur dan sensitive oleh tindakan2 sexual para co. anggi terus menikmati colian kurt-c dgn penuh kenikmatan. berkali2 kurt-c mengeluarkan tangan dari roknya dan menjilatinya, lalu dimasukkan dan mengobok2 lagi isi rok anggi yg terkangkang dgn pasrah. “kamu demen dicoliin ya nggi?” desis kurt-c di telinga anggi. anggi melenguh pelan. “terserah mau kamu apain memekku sepuasmu kurt-c…….. uuuhsssss….. aku udah gak kuatsss…….” desis anggi perlahan. dan orgasme kembali menendang memeknya dgn kuat. Sementara bbrp co2 di sekitar mrk saling menendang dan menonton tingkah laku kurt-c dan anggi. Mrk cekikikan melihat betapa tubuh anggi begitu mudah dilanda orgasme demi orgasme sepanjang pelajaran itu. Sungguh indah. Ingin sekali mrk segera menelanjangi anggi dan ngentotin anggi saat itu juga. Andai saja……………… andai saja………… desis mrk sambil meremas2 pen*s mrk yg ngac3ng tak karuan………….. Anggi tiba2 terlonjak dari sofa merah panjang yg ditidurinya. Keringat dingin mengucur dari dahi dan tengkuknya. Wajahnya sedikit pucat dan ketakutan membayang di sepasang mata kejoranya. Aku yg sebelumnya duduk di kursi di dekat sofa merah itu langsung bergerak memeluknya. Anggi langsung mendekapku erat2. “aku takut mas………..” bisiknya lirih. “cup……..cup……cup…… tenang sayang. Nggak ada yg perlu ditakutin. Kan ada mas di sini.” Bisikku. “tapi bayang2 itu semua selalu mengejar anggi.” “tenang sayang……. Untuk itu anggi harus ceritain semuanya sayang…… supaya anggi jadi lega dan gak ketakutan lagi………” dekapku erat. “mas………?” “hmm……….?” “apa aku perempuan gak bener mas? Apa aku perempuan tolol mas?” Aku menggeleng. “nggak sayang. Kamu perempuan yg sangat cantik dan lemah. Tapi kelemahanmu ini yg dipakai sama co2 utk menindas kamu.” “anggi gak mau spt ini terus2an mas. Anggi pingin bebas.” Bisiknya. Kuusap2 kepalanya. “ya ya sayang……. Pasti. Mas akan bantu kamu ya……..” Anggi tersenyum dan memelukku kian erat. Terasa olehku tubuhnya gemetar atau tepatnya bergidik ketakutan. Kupeluk dia kian erat. Aku sungguh sangat sayang pada gadisku ini. “anggi mau cerita lagi…… atau kita sudahi dulu sesi ini?” * * * Malam itu anggi tengah mengerjakan PR di meja belajarnya. Anggi hanya mengenakan kaos tanktop warna pink muda dan celana pendek warna senada. Rambutnya digelung ke atas. TV di kamarnya tengah menyajikan channel luar negeri yg menyajikan film 17th ke atas. Entah apa anggi tak terlalu tau krn tengah asik belajar. Tiba2 pintu kamar diketuk orang. Beberapa detik kemudian farid muncul dari balik pintu. “hai little gal, lagi apa?” sapa farid sambil langsung memeluk dan mencium anggi dari belakang. Anggi mengelak krn merasa terganggu. “aah……… kakak apaan sih? Udah ah. Anggi lagi banyak pr nih.” Elaknya. “hayyah…….. dikit ajah.” Farid tetap memeluk dan menciumi leher anggi yg jenjang dari belakang. “kak……….. anggi lagi banyak pr neh!” kata anggi kesal. “iya ntar lagi ngerjainnya. Skrg ML dulu.” tukas farid. Tangannya langsung bergerilya di tok*t dan mem*k anggi. “nggak ah. Pr ku bener2 lagi banyak kak.” Jawab anggi ketus. “eeeeeeh…….. berani nolak ya kamu skrg?” farid langsung memutar kursi roda anggi hingga anggi duduk menghadap dirinya. Ditekannya kepala anggi ke celana pendeknya. Anggi dpt merasakan pen*s kakaknya sdh berdiri tegap di balik celana pendek itu. Tapi malam ini anggi bener2 banyak PR dan kurang mood utk melayani nafsu farid. Anggi langsung mendorong pinggang farid menjauh. “kak! Anggi capek deh disuruh ML trs tiap hari! Anggi lagi banyak PR!” jeritnya marah. Farid yg tak pernah ditolak jadi marah. “heh, lu berani nolak kemauan kakak lu ya?” bentaknya. “anggi capek disuruh ML trs. Anggi capek!” “udah jangan kebanyakan bacot lu. Sini!!” bentak farid. Bukannya menghampiri, anggi malah berniat lari keluar kamar. Farid langsung memburunya. Belum sampai anggi di depan pintu, farid sdh berhasil meringkusnya dari belakang hingga anggi jatuh tersungkur di depan pintu. Farid menindih punggungnya. “lu bandel sih lu! ML aja ribet banget!” bentak farid kesal. Anggi meringis kesakitan di bawah tindihan kakaknya. “anggi ga mau ML sm kak farid! Kak farid jahat! Kak farid gak sayang sm anggi!” jerit anggi sambil berteriak2 memanggil nama sony. Tapi tak ada jawaban sony dari luar pintu. Farid yg kesal jadi kalap. Diseretnya tubuh anggi ke kasur. Diangkat dan dibantingnya anggi ke atas kasur. Anggi menjerit kesakitan. Belum puas juga farid langsung duduk menindih perut anggi.<br />
<br />
Diambilnya tali pramuka yg ada di kamar anggi. Diikatnya kedua tangan anggi jadi 1 ke atas dan diikatkan ke kepala ranjang anggi. Anggi meronta2 sambil berteriak2 memanggil sony. Setelah tangan anggi terikat di atas kepalanya, farid lalu mengangkat tanktop anggi ke atas sehingga dada anggi langsung mencuat menantang. Lalu celana pendek pink anggi pun dipelorotin. Kini tubuh jenjang anggi telah siap terhidang di atas ranjang utk dinikmatinya. Tanpa ragu2 farid langsung menelanjangi dirinya sendiri. Dia duduk di antara kedua paha anggi dan tanpa basa-basi langsung dioralnya mem*k anggi dgn ganas. anggi menjerit2 kesakitan dan menolak. tapi lama-kelamaan jeritan itu berubah menjadi rintihan penuh kenikmatan. Tubuh anggi langsung terlontar2 seiring dgn orgasme2nya yg panas. Farid terus menyiksanya dgn oral yg ganas itu. “ampun……kak…….ampun……udah kak….udah cukup……….. aaaahhhhhhhhhhssssssssss………….. aaaaauuuuuuuuwwwwwsssssssssss………………………………..” anggi menjerit dan mendesah kepayahan. Pinggul dan kakinya berulang kali menghentak2 diterjang orgasmenya. Tapi ikatan tangannya membuat gadis belia tak berdaya menghentikan keganasan kakaknya. Semburan demi semburan cairan vaginanya muncrat dan disedot dgn ganas oleh farid. “kak fariddddd………….! Udah gak kuatttttttttt!!!!!! Masukin skrg!!!!! Ahhhhhhhhhhhsssssssssssssss!!!!!!!! Aaammmpuun……….!!” jerit anggi histeris saat diterjang orgasme yg kesekian. Sekujur tubuhnya bersimbah keringat. Ke 2 pentilnya sdh mencuat dan memeknya sdh terasa ngilu dan sakit. Farid tertawa di antara pahanya. Biar tau rasa adiknya ini. Akhirnya dia memohon2 minta dientotin skrg, seringainya. Tapi krn si otong juga udah kebelet banget pengen nyelem skrg, akhirnya farid bersiaga. Ditindihnya tubuh indah anggi dan langsung ditusuknya mem*k anggi dgn otongnya. Keduanya mendesis dan berdesah penuh kenikmatan. Farid mulai memacu adiknya di bawah penisnya. Diaduk2 dan ditusuk2nya anggi dgn cepat. Anggi mengimbangi dgn penuh gelora. Keduanya berpacu dan menjerit2 penuh kenikmatan. Tiba2 pintu terbuka……… Farid & anggi yg sdh biasa berbagi dgn sony & januar tak begitu peduli. Paling sony atau januar mau ikutan ML. farid trs memacu tubuh anggi yg indah. Sementara anggi pun trs melayani tusukan farid dgn manis. Boneka s*x macam anggi memang sdh jadi sangat terbiasa digilir. Hingga tak begitu peduli dgn kedatangan sony atau januar. Hingga akhirnya farid pun memuncratkan lahar sperma di dlm vaginanya. Keduanya melenguh2 dan berpelukan dgn sgt erat. Moment2 itu memang sgt indah dirasakan saat 2 tubuh pria & wanita mencapai orgasme dan menyatu. Keduanya tak berubah sampai beberapa menit kemudian… “farid?! Anggi?! Kalian berdua ini…….. lagi ngapain?????” SUARA PAPAH! Anggi dan farid terlonjak dari kasur. Mata keduanya terbelalak ketakutan. Tangan farid langsung mencari2 pakaiannya. Sedangkan anggi yg terikat tak bisa berbuat apa2 selain memandang ketakutan pada papahnya. Sementara papah mrk yg ganteng di usia tuanya juga hanya mampu terbelalak bingung dgn apa yg dilihat di hadapannya. Bagaimana ke 2 anaknya dlm kondisi telanj*ng bulat stlh bertempur penuh nafsu syahwat. Farid yg kebingungan kini sdh berhasil memakai cd nya. sementara anggi gadis bungsunya msh terikat dgn mem*k yg mengalirkan cairan kuning sperma farid!! Luar biasa!! Sungguh pemandangan yg luar biasa!! Ke 3 masih dlm kondisi shocked & bingung harus berbuat apa. “kamu apa2an farid?? Kamu………?? Kamu ngentotin anggi???” bentak papah. Farid tak berkutik & tak berani menjawab. Hanya tertuntuk ketakutan. “kamu juga gi?? Kamu ………?? Kamu……….??” Papah kehilangan kata2nya.<br />
<br />
Anggi tak bergerak ketakutan. Dia berusaha menarik2 tali yg mengikat tangannya, tapi tak berhasil. Tubuhnya bug*l telentang di atas ranjang. “farid sini!!” bentak papah. Farid beringsut mendekati ayahnya. PLAK!! PLAAKK!! 2 buah tinju langsung menghajar wajah farid. Farid terhuyung ke belakang dan jatuh di atas tubuh anggi. Keduanya makin ketakutan. Mata papah sangat merah penuh kemarahan. “kamu juga anak perempuan keparat kamu!! Kamu gak sadar itu kakakmu sendiri hah??” papah kini melangkah mendekati ranjang.<br />
<br />
Anggi bergidik ketakutan. Tapi tiba2 papah berhenti dan berbalik ke arah pintu. Anggi & farid berdoa semoga papah mrk segera keluar dari kamar itu. Tapi doa mereka meleset. Bukannya keluar, papah malah langsung mengunci kamar anggi dari dalam. Baru kmdn dia berbalik mendekati anggi yg terikat tak berdaya di atas ranjang. “kamu gadis binal anggi!! Bener2 bikin malu kamu!!” maki papah. Anggi ketakutan dan terisak. Dia berusaha melepaskan diri dari ikatan tangannya tapi ikatan farid itu benar2 kuat. Papah skrg berdiri tegak di pinggir ranjang sambil bertolak pinggang. “udah berapa kali kalian melakukan perbuatan ini hah?” bentak papah. Anggi dan farid terdiam. “Jawab!!” bentaknya lagi. Anggi dan farid tetap diam tak berkutik. Tinju papah langsung menghajar wajah farid lagi. Farid kembali jatuh di atas tubuh anggi. “jawab farid!!!!!!!!” bentak papah. “ se…….. sering……… sering pah.” Jawab farid ketakutan. “apaaaaa??????????!!!!!!!!!!!!! Gila kamu!!” sebuah tinju kembali menghajar farid. Anggi menjerit2 ketakutan. “sudah pah…….. ampun…….. ampun pah…….. jangan dipukul kak farid………” tangisnya ketakutan. “ooo………. Kamu belain farid ya?? Ternyata kamu demen ya dientotin farid ya??” bentak papah. Anggi terhenyak dan beringsut ketakutan. “nggak……… nggak pah………” jawabnya. “berapa kali farid udah ML sm kamu???” bentak papah. “ampun……pah…….” Tangis anggi. “jawab papah anggi!!!!!!!!!’ bentak papah. Anggi malah menangis kian gencar. Papah sdh gak sabaran. Dilepaskannya ikat pinggang buffalonya. “kalo kalian berdua gak mau ngaku,,, papah pake cara keras!!” TAR!! TARR!! TARR!! TARR!! “aaaaaaaauuuuwwwww!!!!!! Papah ampuun!!” jeritan2 anggi & farid membahana di seluruh ruangan. Tapi itu tak membuat papah menghentikan cambukannya. TARRR!! TARR!! Ikat pinggang kulit asli itu langsung mencambuk tubuh farid dan anggi bergantian. Anggi dan farid menjerit2 kesakitan dan ketakutan. Tapi farid lebih beruntung krn dia bisa berkelit, sementara anggi terikat tak berdaya di bawah cambukan papahnya. tubuh jenjang putih itu telentang tak berdaya berkelit dari cambuk sang papah. tok*t, perut, mem*k dan pahanya habis jadi sasaran sanga ayah. Papah yg kalap tak peduli dgn tangisan kedua anaknya. Dia sdh gelap mata. Dihajarnya trs kedua anaknya dgn keras. Teriakan, jeritan dan tangisan anggi & farid tak menggugah hatinya. Sumpah serapah berloncatan dari bibir tuanya. Setan sdh menguasai otaknya. Baru ketika tangannya sdh demikian letih mencambuk farid & anggi, lelaki 40an itu berhenti krn letih. Dia terduduk di tepi ranjang. Pandangan matanya yg semula merah penuh kemarahan tampak sangat letih & sedih. Keringat dingin mengucur deras krn cambukan2nya yg memang penuh kemarahan. Dia melihat tubuh farid & anggi yg sdh dipenuhi memar2 bekas cambukan. Terutama tubuh mulus anggi yg terikat tak berdaya utk menghindari cambukan2 ayahnya. Farid berjongkok di pojok kamar dgn punggung penuh bekas sabetan. Sementara kondisi anggi lebih parah krn tetap terikat dan tergeletak tak berdaya dgn dada, perut, mem*k dan paha yg merah2 bekas sabetan ayahnya. Kedua anaknya sesenggukan memohon ampun. “ampun……pah…… ampun pah…… nggak akan mengulang lagi………..” isak mrk. Papah mendengus kesal. Kemarahannya memang sdh tersalurkan dgn mencambuk farid & anggi dgn ikat pinggangnya. Namun stlh kemarahannya itu mereda, kini setan berbisik lain di telinganya. “ssst….. tuh liat body anak bungsu lu!! Mulus banget!! Terikat lagi!! Gak akan mungkin dia nolak lu!! Sama kakaknya aja dia mau dientotin, apalagi sama bapaknya!! Bilang aja ini hukuman buat dia!! Dia akan pasrah ngelayanin lu!!” bisikan2 setan bergemuruh di telinga & otaknya. Pandangan papah yg semula merah padam krn marah, kini berubah menjadi tatap jalang pria hidung belang yg melihat boneka cantik terikat tak berdaya di atas ranjang. Nafsu binatangnya mulai muncul dan menggerayangi otaknya. Ditatapnya sekujur tubuh anggi yg penuh merah2 bekas sabetan ikat pinggangnya. Tubuh anggi sangat indah. Anggi sdh tumbuh menjadi gadis belia yg sangat cantik. Toketnya mencuat menantang minta disedot. Sementara memeknya polos tanpa rambut. Wajahnya sendu dan pucat ketakutan. Papah mulai meneguk air liurnya. Papah langsung membuka risleting celana panjangnya. Dia tak peduli pada tatapan farid & anggi yg makin ketakutan. Lalu dicopotnya cd nya. burung elangnya sdh tegak berdiri minta makan. Anggi ternganga ketakutan. Dia berusaha keras melepaskan ikatan tangannya. Farid kasian juga melihat anggi tak bisa melepaskan ikatannya. Tapi farid juga gak berani menolong anggi. Farid hanya bisa terduduk melihat apa yg akan dilakukan ayahnya pada adik bungsunya ini. “pah………!! Papah jangan papah!!” jerit anggi histeris. “papah…… ampuuunn!! Papah jangaaannn!! Aaaaaaaahhh!!! Papaaaaaaaahhh!!! Ammmpppuuunnnn!!” Anggi menjerit2 sementara ayahnya menindih dan menciuminya. Tangan ayahnya meremas2 tok*t dan mem*k anggi. Kedua kaki anggi dikangkangkan dan BLESSS!! Farid dapat melihat burung elang itu masuk dan menancap di mem*k anggi yg kemerahan. Anggi menjerit sekuat2nya. papah melumat2 bibir anggi dgn ganas. lalu bibir itu turun dan menyedot 2 pentil anggi bergantian. Anggi tampak kelabakan menghadapi perbuatan bejat papahnya. Tapi ikatan itu benar2 kuat. Yg bisa dia lakukan hanya menendang2 dan menjejak2an kakinya kuat2. “pah…….. ammpuun……….. ammppuunnn pah……….” Tangis anggi. “ammmpuun…… ammmpuun paaahh…. aaaaaaaaaaahhhhhssss!!!!!!” Papah trs menggenjot mem*k anggi dgn ganas. farid yg berjongkok di sudut kamar dapat melihat pen*s hitam besar itu tampak kesulitan memasuki mem*k anggi yg sempit dan memerah. Tapi papah tak peduli. Digenjotnya trs tubuh anggi penuh kenikmatan. Farid dpt melihat pen*s hitam besar itu keluar masuk di dlm mem*k anggi yg sempit. tubuh anggi diciumi, digigit dan dilumat selumat2nya dgn ganas oleh sang ayah. tubuh jenjang anggi tak berdaya melawan nafsu binatang papahnya. Dia hanya bisa menangis dan terisak2 di bawah genjotan papahnya. Akhirnya papah ejakulasi di dlm mem*k anggi yg panas. Lahar panas itu disemburkan berkali2 sedalam2nya ke rahum anggi. Papah meraung keras saat dia orgasme. Anggi hanya merintih dan mengejang tak berdaya. Keduanya lalu terdiam beberapa saat. Beberapa menit kemudian papah kemudian bangkit dari tubuh anggi. Tubuhnya mengucurkan keringat yg menebarkan aroma sexualitasnya. Wajah tuanya memancarkan aroma kemesuman dan kepuasan tiada tandingannya. “ternyata mem*k kamu panas banget gi. Papah jadi cepet keluar…. “ bisik papah sambil tersenyum. Anggi melengos.<br />
<br />
Air mata mengalir di pipinya. Papah menciumi bibir anggi dengan paksa. Lalu kedua putting susu anggi yg mencuat. Baru dilepaskannya penisnya dari dlm mem*k anggi. pen*s hitam besar itu berkilat dipenuhi bekas sperma dan cairan vagina anggi. Begitu juga di mem*k anggi tampak cairan sperma yg bergumpal keluar. “kalian berdua pake baju!! Jangan bilang sama mamah!! Awas!! Jangan sampe bocor rahasia ini!! Paham??” bentak papah. Anggi dan farid mengangguk ketakutan. Papah langsung memakai baju & keluar dari kamar. Farid juga segera berpakaian dan melepaskan ikatan tangan anggi. Kasian juga dia pada adik bungsunya yg kini tubuhnya dipenuhi merah2 bekas cambukan. Dengan masih terisak2 anggi segera berpakaian. Farid pun pergi. Kini tinggal anggi menangis sendirian di kamarnya. Tidak januar, tidak sony, tidak farid, tidak papahnya juga. Kakak dan papahnya sendiri skrg tega mencabulinya. Memaksanya utk berhubungan s*x demi kepuasan mrk. Anggi sungguh sedih. Pada siapa aku akan minta pertolongan? Anggi terus menangis hingga malam usai……………… Anggi berjalan perlahan menuju ruang BP. Tekadnya sudah bulat untuk segera mengakhiri seluruh pelecehan sexual yg terjadi di kelas oleh teman2nya. sedangkan pelecehan sexual dari pak hahaha dan guru lainnya tidak berani ia ungkapkan krn nilai kelulusannya berada di tangan mrk. Sedih memang. Tapi apa boleh buat. Minimal anggi berdoa semoga setelah lulus SMP dia bisa terbebas dari seluruh pelecehan sexual yg sdh menderanya bertahun2. Pintu ruang BP itu tertutup. Anggi sejenak ragu. Dia sempat berbalik mengurungkan niatnya. Tapi 2 langkah kakinya kembali berbalik. Sekitar 5 menit dia berdiri termangu di depan pintu. Akhirnya diketuknya pintu ruang BP itu. Tok. Tok. Tok. “masuk.” Terdengar suara lembut namun tegas dari dalam sana. Anggi perlahan dan ragu2 membuka pintu ruangan itu. Sebuah ruangan yg agak gelap dan penuh sesak dgn dokumen2. namun ada sebuah ranjang orang sakit utk siswa yg sakit di sekolah. Ada sebuah meja & kursi tempat guru BP duduk. Anggi masuk masih dengan keragu2annya. Dia sejenak ingin mengundurkan niatnya, tapi terlanjur masuk di ruangan itu. “ada apa gi? Silakan masuk.” Sapaan itu membuat anggi mengurungkan niatnya. Seorang guru BP yg cantik & tegas menatap anggi dari belakang meja kerjanya. Anggi berusaha tersenyum dengan ragu2 ia melangkah masuk. “silakan duduk gi. Ada apa?” tanya bu kartika Anggi duduk di hadapan bu kartika. Dia sungguh2 ragu utk bercerita. Belum tentu bu kartika bisa dipercaya. Siapa tau malah cerita ini akan bocor kemana2 & membuatnya kian tersudut. “oh…… ehm….. nggak bu……… maaf. Tadi saya……sakit perut…….. boleh minta obat sakit perut?” kata anggi terbata2. Bu kartika tersenyum. “ah kamu. Sakit perut aja segitu takutnya masuk ke sini.” Dia lalu mengambil obat di laci mejanya. “ini obatnya. Cepet sembuh ya. Kalo ada apa2…….. saya siap membantu.” Kata2 bu kartika simple namun penuh makna. Terkesan bhw dia tau apa yg terjadi pada diri anggi. Ketakutan dan malu anggi buru2 mengambil obat dari tangan bu kartika & langsung bergegas keluar ruangan. “terima kasih banyak bu.” Bisiknya. “ya, sekali lagi inget ya gi. Kalo ada apa2 silakan share dengan saya.” Kata bu kartika. Anggi tersenyum dan berlalu meninggalkan misteri buat bu kartika. * * * Beberapa kali anggi melakukan hal tersebut. Bolak-balik ke ruang BP esok dan 1-2 hari kemudian. Keraguan dan ketakutan juga rasa malu yang sangat dalam selalu mengganggunya. Juga takut apabila co2 di kelasnya akan jadi marah atas laporannya dan kemudian melakukan tindakan yang lebih brutal lagi. Rasa was2 itulah yg kerap mengurungkan niatnya. Hingga suatu hari akhirnya bu kartika yg menahannya stlh anggi meminta obat sakit perut kembali di ruang BP. Pdhl semua obat itu hanya dibuangnya kemudian. “anggi… ada apa sih kamu kok belakangan sering banget sakit perut?” tanya bu kartika. “oh…..ehm….. nggak bu. Cuma sakit perut biasa.” “kamu udah periksa ke dokter?” “belum bu.” Anggi menggeleng. “anggi duduklah. Cerita ke ibu. Sebenernya kamu ada masalah apa? Spt nya blkgn kamu sering bolak-balik ke sini. Apa ada yg kamu sembunyikan?” Anggi perlahan duduk di depan meja bu kartika. Keringat dingin mengucur. Dia sungguh malu. “ngga ada apa2 kok bu. Cuma……sakit perut…..” “kamu jangan boong sm ibu gi. Ga baek boong trs.” “ehm……” “coba cerita sm ibu…. Sebenernya ada apa sih?” “ibu……….. ibu ga akan cerita ke siapa2 kan?” Bu kartika mengangguk sambil tersenyum. “sumpah dulu bu.” “swear.” Kata bu kartika spt anak remaja. Anyway dia emang masih muda. Baru lulus SPG, paling umurnya baru 22 thn saat itu. “coba kamu ambil aqua gelas di pojok sana. Minum dulu. baru cerita.” Anggi melangkah mengambil gelas aqua dan meminumnya. “skrg lebih tenang kan? Skrg anggi cerita ya sama ibu?” Anggi duduk kembali. Biar bagaimana pun rasa was2 dan takutnya begitu besar. “saya………………………..” katanya setengah berdesis lalu terdiam lama. “kamu kenapa gi?” “saya……………….” Kembali kalimat anggi menggantung. Hilang entah kemana. “anggi?” Anggi menghela nafas panjang. Akhirnya meluncur juga dari bibir mungilnya apa yg sering ia alami di dalam kelas oleh teman2nya. namun kelakuan pak hahaha tidak diceritakannya. Bu kartika sampe shock mendengar seluruh cerita anggi. Wajahnya pucat dan kaget. Berkali2 dia menyebut istighfar. Dia sungguh kasian pada gadis kecil ini.<br />
<br />
Masih muda, sangat cantik, sangat indah dipandang, namun diperlakukan tak senonoh oleh teman2nya. sangat mengenaskan. “anggi ……..” kata bu kartika dengan sedih setelah anggi menyelesaikan ceritanya. “ibu akan memanggil teman2mu yg pernah melakukan pelecehan sexual ke anggi.” “bu bu… jangan bu.” Cegah anggi takut. “lho kenapa? Kelakuan mrk sangat bejat gi.” “bu saya mohon. Jangan bu. Kasihani saya.” “tapi?” “bu… mrk akan lebih jahat kl sampe tau saya mengadu ke ibu. Saya mohon bu….” Bu kartika terdiam. Sungguh berat. Tapi anggi benar. Teman2nya bisa melakukan hal yg lebih brutal bila tau mrk dilaporkan dan diskorsing. “baiklah… ibu ga bisa memaksamu. Tapi coba ibu cari akal bagaimana menyelamatkanmu.” “janji ya bu?” “ibu janji.” * * * Siang itu juga bu kartika masuk ke kelas anggi. Anggi yg duduk menempel tembok di baris ke 2 dari belakang dan dikelilingi co2 tampak pucat pasi menanti apa yg akan dilakukan bu kartika. “siang anak2.” “siang buuuu..” “hari ini ada anak kelas 3B yg akan masuk ke kelas 3A. dia dipindah krn 1 dan lain hal. Kalian pasti sdh kenal lama dengan dia. Jadi tidak ada yg perlu diperkenalkan lagi. Aaa ayo masuk.” Seorang co murid 3B masuk dgn langkah tegap. Dia aaa yg tidak lain adalah ketua OSIS SMP anggi. Wajahnya tampan. Bersih. Tinggi. Tegap. Dengan potongan rambut cepak. Dia juga terkenal sangat populer krn selain pintar, juga selalu giat mengikuti banyak kegiatan2 olah raga dan lainnya. Co tinggi besar itu menebarkan senyum pada seisi kelas. “aaa kamu duduk di sebelah anggi. Xca kamu pindah ke meja sasha.” Perintah bu kartika. Xca yg tengah senang mendapat kesempatan duduk di samping anggi tentu saja melotot keki. “ya bu… kok saya yg disuruh pindah?” protesnya. “kenapa? Kamu menolak?” “yaaa ibu… kan saya enak di sini.” “baik, kalo begitu kamu pindah ke tempat sasha atau keluar kelas?” Xca terkejut. Dengan muka masam dibereskannya buku2nya ke dlm tas dan pindah duduk di samping sasha. “terima kasih xca. Aaa kamu duduuk di samping anggi.” Perintah bu kartika. Aaa menurut. Berjalan dgn diiringi suit2 para gadis yg menggoda. “anak2, mulai skrg tempat duduk kalian adalah TETAP!! Ibu tidak memperkenankan kalian untuk pindah2 duduk seenaknya!! Dgn siapapun teman duduk kalian, kalian akan terus bersama dia sampai lulus SMP nanti! Kalo ada yg melanggar, laporkan ke ibu! Paham semuanya??” “paham buuuuuu……” Para cowok langsung manyun dan keki berat dgn keputusan bu kartika. Impian dan cita2 mrk utk duduk dan meraba2 tubuh indah anggi punah sudah. Mrk jelas2 sangat keki pd bu kartika & aaa yg pindah ke kelas mereka. Sebenernya ada apa di balik semua ini, pikir mrk keki. Sementara anggi tersenyum dpt duduk di samping aaa yg very good looking and smart guy. Dia juga tau kl aaa adl co populer di SMP nya. banyak ce yg tergila2 padanya. Namun di luar itu semua aaa tetap co alim yg rajin ibadah dan termasuk tipe co baek2. senang sekali anggi. Kini ia merasa nyaman dan aman. * * Hari2 anggi berlalu dgn lebih nyaman.<br />
<br />
Kecuali harus melayani pak hahaha, anggi mulai terbebas dari segala pelecehan sexual di dlm kelas. Aaa sangat pintar, sopan dan menyenangkan. Hari2 anggi mulai penuh tawa canda layaknya teman2 sepantarannya. Anggi kerap belajar berdua dgn aaa. Kadang makan siang pun mrk bersama. Sony yg juga tau sepak terjang aaa sebagai ketua osis tampaknya tak terlalu merisaukan kedekatan anggi dgn aaa. Minimal sony yakin bhw aaa tak akan mengganggu kehidupan anggi spt co2 lainnya. So beberapa bulan ke depan everything seems to be so brighter untuk anggi. Tawanya yg renyah. Bola mata kejoranya yg indah berbinar. Tingkah lakunya pun tak lagi spt gadis penakut spt dulu. anggi sungguh tampak segar berseri. Dia sungguh2 berbinar2. * * * “gi! Telpon!” teriak januar dari bawah. Anggi yg tengah nonton tv sambil tidur2an di kamarnya bergegas bangkit. Siapa juga nih yg nelpon dia? Selama ini bisa dibilang anggi gak gaul dan gak punya temen di sekolahnya. Anggi menuruni tangga dgn celana pendek dan kaos tipisnya. Rambutnya dikuncir ke atas. “halo?” sebuah sapaan terdengar di ujung sana. “siapa nih?’ tanya anggi. “ini gw gi aaa.” Hah?! Anggi shock juga mendengar nama aaa disebut di ujung sana. Ada perlu apa aaa menelpon ke rmh nya? dari mana dia tau nomerku? “oh. Hei. Dari mana dapet nomer telponku?” “addaa ajah. Lagi apa gi?” “iseng aja. Nonton tv.” “mmmmm…… besok sibuk ga?” “nggak. Knp?” “kita lari pagi yuk ke senayan. Kl lu mau.” “lari pagi? Jam brp?” “jam 6 gw jemput di rmh lu?” “emang lu tau rumah gw?” “tau dong.” “dari siapa?” “adddaa ajah. Heheh.” Anggi ketawa juga. “well…… ok.” “ok sip sampe besok pagi yah. See ya gi.” “ok bye.” Klik. Telpon ditutup. Anggi terhenyak juga memikirkan aaa yg populer itu menelponnya. Ada angin apa co itu tiba2 menelponnya? Kok tumben? Ngajak lari pagi lagi? Anggi sungguh senang dan GR. Tapi buru2 ditepisnya pikiran2 itu. Ah GR lu gi. Mana mungkin aaa yg tampan, alim dan pinter itu mencoba mendekatiku? Tapi sungguh ada binar bahagia di sana. * * Keesokan harinya anggi telah bangun dari jam 5 pagi. Lalu mandi dan berpakaian wangi.<br />
<br />
Dipakainya tanktop pink dan celana pendek merahnya. Dia tampak cantik dan mungil. Warna kulitnya yg putih bersih tampak kontras dgn warna pink dan merah di tubuhnya. Rambutnya dikuncir kuda dgn pita warna pink. Sepatu pink nya juga ia kenakan. “weee… tuan puteri mau kemana pagi2?” tanya sony yg tidur di kamar anggi. “mau lari pagi kak.” “heh? Lari pagi? Tumben? Sama siapa?” “sama aaa.” “wowowooww hold on gal. kok bisa2nya? gimana ceritanya?” “aku juga ga tau kak. Kmrn dia nelpon ngajak lari pagi.” “that’s it?” “that’s it.” “lu pacaran sama aaa?” “nggak.” Anggi menggeleng. “swear?” “swear!” “well….. ok…….. tapi ML dulu dong. Pagi2 gw kon*k neh. Jilatin dong say.” Pinta sony. “kak…… kan udah jam 5 lebih.” Anggi manyun. “sekali aja sayang. Ya? Gw pengen banget neh.” “kan tadi malem udah.” “kan kurang sayang….. ayo dong…. Udah kon*k neh minta diemut sm kamu. ML nya ga lama deh.” “ah kakak……..” anggi sdh berdiri di pintu. “ayo dong gi….. anggi ga mau kan kalo aaa tau kamu suka dipake sm kita ber 3? Hayoo?” Dengan muka cemberut anggi berbalik lagi menuju ranjang. Sony sdh telentang dgn kaos hitam dan celana pendek biru. Anggi langsung merangkak di antara kedua kaki sony. Sony segera mengangkangkan kakinya lebar2. “jilat dan emut yg enak gi……” kata sony senang. Anggi memelorotkan celana pendek sony sampai terlepas dari kaki kakaknya. Kepalanya langsung mengarah pada selangkangan sony. pen*s sony yg sdh agak tegak perlahan dipegangnya dan lidah gadis kecil itu langsung menjilat2i kepala dan batang pen*s sony. Lalu disepongnya pen*s kakaknya dgn penuh kenikmatan. Kepalanya naik turun seirama pen*s sony yg keluar masuk dari bibirnya yg sexy. Sony menonton anggi mengoral penisnya dgn senang. Anggi memang sdh sangat jago nyepong penisnya. Rasanya sungguh nikmat dan hangat. Dipegangnya kepala anggi dan menaik-turunkannya. Jemari anggi meremas2 biji sony yg sdh penuh membuat sony mendengus2 keenakan. “uuh… gi………. Enak banget gi……….masukkin sayang……… masukin terus ke mulutmu……….. duuuuuuuuuh…………..” sony menceracau keenakan. Anggi terus mengoralnya dgn hangat. “gi……..masukin ke mem*k lu gi……..” “mmmmm oral aja ya kak…….. aku kan udah mandi bersih.” “mmmmmm……hhhhhh……… iya deh…….. oral terus sampe muncrat…….. ooooohhhhhssssssssss enak banget gi…….. gila lu……….enak banget oralan lu….” Desah sony melambung ke udara. Kepala anggi makin cepat dinaik-turunkan sedalam2nya ke penisnya. Suara kecepak-kecepuk dari air liur dan pen*s di dlm mulut anggi terderngar keras dan membuat sony kian kalap mencapai puncaknya. Disodok2nya penisnya dgn kasar ke kerongkongan anggi. Dia bagai sedang memperkosa mem*k anggi dgn keras sehingga lupa bhw itu adl mulut dan membuat anggi kesulitan bernafas dan tersedak2. sony terus menggoyang2 pantatnya menggenjot penisnya sedalam2nya ke mulut anggi. “**** you anggi……………… rasain nih kont*l gw…….. uuuhsssssssssss…….. aaaah……… gila lu gi…………. Anjrit……….. makan nih kont*l gwwwww………” sony terus menceracau kalap. Akhirnya kont*l sony berdenyut2 dgn kuat. pen*s itu sdh tak kuat menahan sedotan anggi yg begitu kuat dan panas. Seluruh sperma sdh berdesak2an untuk jebol keluar dr kulupnya. Sony memejamkan mata dan merasakan tubuh dan penisnya kram dan menegang kuat. “Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhssssssssss…………….!!!! !!!!! ! Gila lu gi!!!!!!!! Gilaaaaaa!!!!!!” sony menjerit keras saat bendungan spermanya jebol. Disodok2nya mulut anggi kuat2. ditekannya kepala anggi sedalam2nya. penisnya menjulur langsung ke dlm kerongkongan anggi. Dan sperma pun jebol menyembur masuk langsung ke tenggorokan anggi yg tersedak2 kesulitan bernafas. Sementara kedua kaki sony menjepit erat tubuh anggi yg kepayahan menelan seluruh semburan lahar sperma panas dari pen*s kakaknya. “uuuuuuuuurhhhhhhssssss………. Mampus lu gi………!!!!” sony terus menjerit penuh rasa nikmat. Semprotan spermanya tertumpah ruah memenuhi bibir, mulut, dan tenggorokan adiknya yg berusaha menelan semuanya. Akhirnya sony tergeletak lemas setelah sumber spermanya kosong. Sementara anggi perlahan turun dari ranjang dgn mulut belepotan sperma kakaknya. Anggi berusaha tak ingin mengganggu sony yg masih memejamkan mata penuh kepuasan. Anggi takut sony akan minta nambah lagi. Jadi lebih baik dia keluar diam2. Tapi begitu dia membuka pintu farid kebetulan sedang berjalan menuju kamarnya yg terletak di sebelah kamar anggi. Tentu saja farid langsung melihat anggi yg keluar dgn mulut belepotan sperma. “eit……eit…… anak cantik mau kemana?” goda farid. Anggi kaget sambil buru2 melap ceceran sperma di bibirnya. “mau lari pagi kak.” “sama siapa?” “sama aaa.” “aaa yg ketua OSIS itu?” Anggi mengangguk. “kok tumben?” Anggi tak mau menjawab dan berusaha berlalu secepatnya. Tapi tangan farid berhasil menangkap tangan kiri anggi dan langsung menyeret gadis kecil itu ke kamarnya. “lu abis ngoral sony ya? Gw juga dong.” “kak farid…….. anggi buru2……” “emang aaa udah jemput?” Anggi menggeleng lemah. “ya udah ML dulu sama gw.” Kata farid sambil mendorong masuk anggi ke dlm kamarnya. “kak…… please…… aaa udah mau dateng………. Please……” mohon anggi. Farid menggeleng sambil tersenyum. “iya gw buru2 deh. Tenang aja.” Dipelorotkannya celana pendek merah anggi. Dibungkukkannya tubuh anggi memegang tepi ranjangnya dlm keadaan msh berdiri. Dibentangkannya kedua kaki anggi. Dan farid langsung memelorotkan celana pendeknya sendiri. Penisnya sdh ngacung pengen ngent*t. Anggi membungkuk dgn pasrah. “aaaaaauhhhhhhssssss……………. Kaakkkk……………” jerit anggi saat farid memasukkan penisnya dari belakang. Krn farid gak pake foreplay sehingga meki anggi msh sangat kering dan sakit untuk dientotin. Farid menyeringai bak serigala lapar. Dgn cara berdiri dientotinnya anggi yg membungkuk memegang ranjang. Diremes2nya meki anggi spy adiknya itu bisa cepet basah. Sementara tangan kanannya meremas2 tok*t anggi yg bergoyang2 tiap kali memeknya ditusuk farid. Anggi melenguh2 sakit dan ngilu. Biarpun farid memainkan klitorisnya, namun krn pikirannya was2 aaa segera datang membuat anggi ga bisa enjoy dgn s*x dari kakaknya itu. Anggi cm mau s*x ini segera berakhir sebelum aaa dateng, maka ditahannya seluruh rasa sakit dan ngilu di vaginanya. Hanya lenguhan dan rintihan2 sendu saja yg kerap terdesah dari bibir mungiilnya yg belepotan sperma sony. TING TONG! TING TONG! “uuhss….uuuhss…aaahhss…. duuuh….. kaaakk… ada aaa….. uuuhhsss….” Rintih anggi begitu mendengar suara bel di pintu gerbang. “mmmmhhhs.s……uuugggsss……bbbeelooomm gii…. Benntarrr laggiiii…… ahahhhhsss…. Gilee memeklu kering bangettt…….” Jawab farid sambil terus menusuk2 mem*k anggi dgn brutal. Anggi tersengal2 ditusuk dgn brutal spt itu. Farid emang paling lama dlm hal ML. dia bisa ngentotin dan nyodok anggi 1 jam lama. Stamina farid memang paling kuat. Biasanya anggi bisa orgasme 5-6x dlm 1x dientotin farid. Tapi kini kondisinya berbeda. Ada aaa di bawah sana. Dan farid belum mau menyudahi ML nya dgn anggi. Dia terus berusaha merangsang anggi dgn meremas2 klitoris dan tok*t anggi. Anggi semakin kesakitan dan menjerit2 linu. Tok! Tok! Tok! Duh siapa lagi sih?? “gi ada temen lu tuh di bawah.” Teriak januar. Tak lama januar lgs masuk dari balik pintu kamar farid. Dia tersenyum senang melihat farid yg tengah ngentotin anggi dari belakang. Dia segera mendekat utk join. “wah mau kemana lu pagi2 anak cantik?” Anggi dan farid yg tengah terengah2 tak mampu menjawab. Januar langsung memelorotkan celana pendeknya. Tiduran telentang di ranjang farid menghadapkan penisnya kearah anggi. “sekalian gi. Oralin gw.” Perintahnya sambil menarik kepala anggi ke penisnya. “kak………. Please…….. ada aaa di bawah………..” mohon anggi sambil terus mendesah kesakitan krn farid trs menusuknya ganas. “udah, biarin aja. Gw bilang lu lagi mandi. Sante aja. Dia lagi nunggu di mobilnya. Yg penting lu oralin gw dulu sekarang.” Anggi menggeleng. Melayani farid aja sdh sangat melelahkan spt ini, apalagi ditambah harus mengoral januar? Sementara aaa menunggu di mobil. Duuh… Tapi januar tak peduli. Dipaksanya kepala anggi menempel di penisnya. Disodorkannya penisnya dan langsung ditancapkan ke dlm mulut anggi. Bibir anggi terbuka. Membuat januar kian mudah memasukkan penisnya. Kini pen*s besar hitam itu sdh masuk ke dlm mulut anggi. Januar lalu menaik-turunkan kepala anggi. Memaksa anggi mau tak mau menyedot dan menyepong pen*s besar kakaknya. Biarlah, biar kak farid dan kak januar bisa segera tuntas, pikir anggi. Dioralnya januar penuh kenikmatan. Januar meremas2 toketnya berebutan dgn farid. Anggi yg berdiri menungging di antara kedua kakaknya Cuma bisa pasrah melayani kemauan s*x kakak2nya ini. Farid kian ganas menyodoknya membabi buta. Sementara januar kian cepat menyodok2kan pen*s ke mulut anggi. Suara mereka bertiga memenuhi seluruh ruang kamar farid. Goyangan farid, januar dan anggi kian cepat. Berkejaran menuju puncak nafus masing2. kata2 jorok dan kotor berloncatan. Lenguhan, rintihan dan teriakan membaur sementara tubuh anggi tercancang disodok dari depan dan belakang. Tiba2 anggi melenguh dan menjerit dengan kuat. Sodokan dan oralan yg dilakukan ke 2 kakaknya telah melambungkan tubuh jelitanya ke langit ke 7. kepalanya terdongak kuat. Punggungnya melengkung ke belakang. Keringat bercucuran dari sekujur tubuh dan wajahnya. Anggi menjerit sekuat tenaga merasakan aliran listrik di sekujur tubuh indahnya. Memeknya berdenyut dan kram menjepit pen*s farid kuat2. Lalu tubuh molek anggi terjatuh kembali ke pelukan januar. Januar langsung mengarahkan bibir anggi yg baru saja diterjang orgasme ke penisnya. Dgn mudah bibir itu terbuka dan langsung ditancapkannya kembali penisnya. Setengah sadar anggi hanya bisa pasrah ketika januar semakin kuat menyodok2 kerongkongan dan farid menusuk2 memeknya. Anggi sdh lemah tak berdaya. Januar dan farid yg asik menikmati tubuh adik mrk tampak makin buas dan cepat. pen*s mrk sdh kejang2 kebelet pingin muncrat. Dan saat melihat tubuh jelita anggi terpelanting diterjang orgasme mrk sdh tak kuat menahan orgasme mrk sendiri. pen*s farid dan januar pun jebol. Menyemburkan lahar sperma panas di dlm mem*k dan mulut anggi yg pasrah tak berdaya. Kedua kakak beradik itu meregang2 saat sperma muncrat kemana2. dipegangi dan dipaksanya bibir dan mem*k anggi untuk menerima semprotan sperma mrk sebanyak2nya. Bagai lumpuh ketiganya berjatuhan di atas ranjang. 5 menit kemudian barulah mrk siuman dari pingsan orgasme mrk yg dashyat…. Tertatih2 anggi mengenakan celana pendeknya dan berjalan ke wc untuk membersihkan mulut dan memeknya dari lahar sperma ke 3 kakaknya. Baru 10 menit kemudian dgn wajah agak pucat krn kecapean ML dgn ketiga kakaknya, anggi tertatih buru2 ke luar menuju aaa yg menunggunya di mobil. aaa yg sedang menunggu di dlm mobil jelas melihat keanehan dan kekusutan anggi. “abis mandi kok malah kusut banget kayak abis di……………….” pikirnya dlm hati. * * * Sejak lari pagi itu apalo jadi lebih sering main ke rmh anggi. Pulang sekolah pun kadang mengantar anggi pulang. Lalu mrk belajar bersama. Ketiga kakak anggi melihat sinyal2 itu dengan biasa2 saja. Mrk tidak memusuhi, tidak juga terlalu ramah pada apalo. Sekedarnya saja. Makan bareng. Ngobrol bareng. Nonton tv bareng. Farid sony dan januar so far ok ok saja. Mrk bisa ngobrol ber 4 dengan santai. Farid sony dan januar memang tak pernah membuka kedok kemaksiatan mrk di depan apalo. Hanya kadang apalo menjadi jengah sendiri melihat betapa lengketnya anggi pada ke 3 kakaknya. Duduk di pangkuan mrk sambil nonton tv. Dipeluk2 dgn mesra. Dicium2 pipi. Bahkan dielus2 pahanya saat nonton tv, atau salah seorang dari mrk nonton sambil tidur di pangkuang anggi, semua sdh jadi sesuatu yg terlalu sering dilihat apalo selama dia bergaul dan PDKT ke anggi. Hati kecil apalo tentu saja terusik, gerah, tp juga bingung. Selama 3 bulan PDKT ini dia tak pernah bertemu dgn ortu anggi. Hanya ke 3 kakaknya dan seorang pembantu umur 16thn. Apakah krn tak ada ortu hingga anggi yg paling bungsu menjadi tumpahan kasih sayang ke 3 kakaknya? Wow how lucky she’s, pikir apalo. Apalo terus berusaha mengendapkan rasa anehnya dalam2 bhw apa yg dilihat & dilakukan oleh ke 4 kakak beradik itu adl hal yg “biasa”. Mungkin aku aja yg berasal dari keluarga kuper & kolot sehingga tak tau perkembangan jaman, pikir apalo lagi. Namun semakin lama apalo PDKT ke anggi dia makin sering melihat keanehan itu. Kadang anggi dipaksa mandi oleh kakaknya. Lalu setelah anggi masuk ke kamar mandi, kakaknya masuk ke kamar di sebelah kamar mandi itu. Lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa sekali baru keluar. Hingga akhirnya apalo tau bahwa kamar mandi itu mempunyai 2 connecting door ke 2 kamar di sebelahnya. Apakah yg terjadi sebenarnya? Apakah mrk melakukan………..?? apalo sungguh gundah. Setelah merasa cukup waktu PDKT ke anggi dan melihat respon kakak2 anggi yg so far so good, apalo akhirnya memutuskan utk nembak anggi utk jadi pacarnya. Malam itu apalo sdh janjian dgn anggi utk nonton sebuah film dewasa yg kata temen2 banyak adegan esek2nya. ini kali pertama apalo berani mengajak anggi nonton dan makan malam berdua saja. Anggi sangat cantik malam itu. Dgn gaun putih berbunga2 kecil. Rambutnya yg panjang digeraikan menutupi punggungnya. Sepasang selop kecil warna putih dipakainya. Sungguh anggi mirip bidadari jelita yg sangat cantik. Sedangkan apalo menggunakan kemeja putih dgn celana jeans. Dia pun tampak sangat tampan dan mempesona. Apalo membawa sekotak coklat saat menjemput anggi. “ini buat kamu gi…” bisik apalo. Anggi tersenyum manis. “kamu baik sekali apalo.” “kamu cantik banget malem ini gi. Wangi lagi.” Bisik apalo. Anggi makin manis tersenyum. “bisa aja kamu.” Jadilah mrk nonton bioskop ber 2. apalo memesan kursi paling atas, paling pojok. Tempat itu yg kata org2 paling uenak buat pacaran. Anggi duduk paling pojok. Begitu film dimulai, apalo mulai ancang2. dalam hatinya berdegup penuh rasa was2 krn akan menyatakan cintanya pada anggi. Bagaimana kalo anggi menolaknya? Biar bagaimana pun anggi adl ce paling favorit di sekolahnya. Cantik, pintar, pendiam, namun ramah. Siapa co yg ga suka sama anggi? Jangankan sesama temen SMP, kakak2 SMU pun tergila2 pada anggi. “gi……” bisik apalo. “ya? Knp apalo?” “gw mau ngomong sesuatu sm lu.” “tentang apaan?” “mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm……………………” Anggi menunggu. “mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm…………… ….” “kok mmmmmm mmmmmmmm terus?” “bingung. Hehehe.” “mau ngomong apa sih?” “gi………….. gw……….. suka sama lu…………….” Anggi kaget. Apalo lebih kaget. Keduanya terperanjat. Tp akhirnya apalo bisa mengendalikan diri. “kamu mau ga jadi pacarku?” “mmmmmmmm……………………………………….” “ga mau ya?” “mmmmmmmmmmmmmhhhhh……………” “kok ganti kamu yg emmmmmm eemmmmmm eeeemmmmmmmmmm?” Keduanya tertawa. “mau dong gi……………. Please? Gw suka banget sama lu……….” Anggi tertunduk membisu.<br />
<br />
Dia bingung. Dia suka pada apalo, tapi bagaimana bila apalo tau dirinya yg sebenernya? Bhw dia harus melayani nafsu s*x ke 3 kakaknya dan pak hahaha secara rutin. Apa apalo akan bisa menerimanya? “gi…. Kok diem? Marah ya sm aku?” bisik apalo was2. “ngga apalo.” “trs knp dong? Jgn diem gitu dong……… please?” takut2 apalo menyentuh dagu anggi, diangkatnya wajah sendu anggi yg tertunduk. Mata anggi tampak berkaca2. “anggi kok nangis?” bisik apalo. “gak pa2…… aku Cuma……” air mata anggi menitik jatuh. Apalo buru2 mengusap air mata anggi. “kok……… kok anggi nangis sih? Marah ya sm aku?” Anggi menggeleng. “nggak……” buru2 dihapusnya air matanya. Apalo sungguh was2 dan bingung. Dia baru saja nembak anggi dgn cintanya. Tp knapa anggi malah nangis? Duh pusing……… “gi…….. maafin aku ya………. Aku ga bermaksud nyakitin kamu………….” Apalo menatap mata anggi lekat2. “aku gak papa kok apalo. Cuma sedih aja……….” “ya udah cup…..cup……cup…….. maafin aku gi………” Perlahan apalo memeluk anggi dari belakang. Anggi menyandarkan kepalanya ke lengan apalo. Keduanya berpelukan spt itu sampai film usai. Diam tak bergerak dan tanpa suara. Setelah film usai apalo menggandeng tangan anggi keluar dari bioskop. Kondisi anggi yg muram membuat apalo takut utk berbuat lebih. Anggi pun menolak saat ditawari makan malam. Akhirnya keduanya masuk ke dlm mobil yg segera meluncur menembus pekatnya malam. Sejak itu hubungan keduanya kian dekat. Namun anggi tak pernah menjawab ya atau tidak tentang status hubungan mrk. Apalo pun tak berani bertanya lebih jauh. Namun melihat sikap anggi yg mulai mau digandeng olehnya, apalo merasa yakin bahwa anggi tak menolak cintanya. Bunga2 bermekaran dgn indah. Warna warni memenuhi pucuk2 dahan dan ranting. Kupu2 berterbangan kian kemari. Apalo dan anggi semakin dekat dan makin terlihat sangat bahagia. Kedekatan mrk jelas membuat iri dan jealous co2 manapun di kompleks sekolah itu. Banyak yg dengki dan berniat berbuat jahat pada mrk. Banyak yg berniat memisahkan mrk. Banyak yg ingin mrk saling membenci. Banyak yg menggoda dgn frontal. Banyak yg mengirimkan surat2 cinta utk keduanya. Banyak yg menghujani dgn hadiah2. apapun dilakukan utk menghasut agar sejoli ini segera berpisah.<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8578996728328098284.post-83038564429668095962012-01-28T05:53:00.000-08:002012-01-28T05:53:10.729-08:00Cacing<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmFVY_OIdXfg16E_YeyPO2cBbINR4g3eyqKvolC6WP-BWjya6wqKBinYaA_jg0MsIJ_Jy8dV_i5YKjwpnaG7O2zNOoIf1iXKJTNJh0u5uQQIP77XI2El8xI6dfh4g3h0NgrzaemN-Y88jP/s1600/1.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmFVY_OIdXfg16E_YeyPO2cBbINR4g3eyqKvolC6WP-BWjya6wqKBinYaA_jg0MsIJ_Jy8dV_i5YKjwpnaG7O2zNOoIf1iXKJTNJh0u5uQQIP77XI2El8xI6dfh4g3h0NgrzaemN-Y88jP/s320/1.jpeg" width="247" /></a></div>
<br />Sebelumnya saya minta maaf jika cerita saya ini terlalu mengusik rasa moral para pembaca. Namun saya harus tuangkan apa yang sesungguhnya pernah terjadi.<br />Ceritanya berawal dari rumah petak kontrakan saya di dalam gang yang agak terisolir dan gelap. Saya pilih tempat ini karena selain murah, juga karena rasanya rada ekslusif karena luput dari perhatian para tetangga.<br />Hanya satu kamar tamu, satu kamar tidur, kamar mandi. Tidak terlalu besar, karena harganya murah. Tapi bagi saya yang merantau ke Jakarta ini rasanya cukuplah, karena dana kiriman orang tua untuk membiayai kuliah saya juga tidak terlalu berlebihan.<br />Saya baru sekitar 3 bulan menempati rumah petak ini, setelah sebelumnya kost di dekat kampus. Kegiatan kuliah di tahun pertama tidak terlalu padat. Biasanya sekitar jam 3 sore saya sudah kembali ke rumah.<br />Fotografi adalah hobi saya. Untunglah saya hidup di masa foto digital sudah merebak, sehingga hobi saya tidak terlalu membebani biaya rutin bulanan.<br />Di samping tumah saya ada sebidang tanah kosong yang sering dijadikan arena bermain anak-anak yang tinggal di sekitar situ. Mereka adalah obyek foto saya. Mereka senang difoto ketika sedang bermain dan saya senang menangkap ekspresi polos anak-anak. Karena itu maka saya banyak mengenal anak-anak di lingkungan itu.<br />Salah satu anak yang paling centil dan paling sering saya jadikan model adalah Ery. Dia cantik dan masih duduk di kelas 5. Dia paling akrab dengan saya sehingga sering menerobos kamar saya ketika saya sedang asyik menonton TV. Tidak ada lagi rasa canggung dan dia sering pula minta diajari menyelesaikan PR nya.<br />Saya tentu saja tidak punya perasaan apa-apa selain senang mempunyai teman kecil dan dengan sepenuh hati ingin membantu dia agar nilai pelajarannya selalu unggul. Itu pulalah akhirnya yang mengakibatkan Ery sering main ke rumah saya. Ia anak tunggal dan hidup hanya dengan ibunya. Seharian dia hanya sendirian di rumah, karena ibunya bekerja dari pagi sampai petang.<br />Sebagai anak yang masih berumur sekitar 10 tahun, ia tampaknya bongsor dan genit. Tapi waktu itu saya tidak terpikir sedikit pun untuk tertarik secara seksual.<br />Suatu hari ketika dia tersesak buang air, dia langsung masuk kamar mandi. Rumah saya memang sudah dianggap sebagai rumahnya. Dia memang biasa begitu. Namun tiba-tiba saya mendengar dia menjerit memanggil saya. "Mas..... mas.....mas... tolong mas ada cacing"<br />Saya kaget dan langsung bangun dari tempat duduk, " dimana"<br />"Ini di sini aku jijik, tapi aku malu," jeritnya sambil menangis dan terhiba-hiba.<br />"Lantas gimana, apa perlu aku tolong,"<br />Pintu kamar mandi masih terkunci dan dari dalam masih terdengar Ery menghiba , " mas tolong mass)<br />Kunci pintu kamar mandi terdengar dibuka dan Ery dengan berpenutup handuk berdiri sambil agak nungging.<br />Aku menerobos masuk dan mencari di sekitar lantai, " mana " kataku.<br />"Ini mas di pantat dia nggak mau keluar menggantung.<br />Ery berbalik dan menungging di depan ku. Ternyata cacing itu menggantung di lubang duburnya.<br />"Sebentar aku ambil tisu"<br />Aku keluar dan mulai terpikir, kalau aku cabut dari lubang anusnya pasti akan terlihat kemaluannya. Akal iseng ku mulai keluar. "Sini nungging, nggak usah malu kalau takut sama cacing."<br />Ery tanpa pikir panjang Lalu nungging di depan ku, maka terpaparlah anus dengan cacing tergantung dan kemaluannya dari belakang. Pelan-pelan aku cabut cacing dari lubang anusnya dan keluarlah cacing sepanjang hampir 10 cm.<br />Ery bergidik melihat cacing, karena dia geli pada binatang cacing. "Mas aku takut, nanti ada lagi yang keluar."<br />" Ya udah mas tunggin di sini kamu terusin buang airnya." Ery kembali nongkrong menghadap ke arah ku. Maka terpaparlah gundukan kemaluan yang masih gundul.<br />Aku pura-pura tidak tertarik melihat kamaluannya, padahal kontol mulai ngaceng.<br />Ery masih mengeluarkan sisa tinja yang tertahan. Dia rupanya trauma dengan cacing tadi sehingga tidak berani melihat ke bawah. "Mas Ada lagi nggak cacing yang keluar?"<br />Karena kamar mandi sempit maka tidak ada ruang untuk aku melihatnya dari belakang. Satu-satunya celah hanya memandang dari depan. Aku pun dengan gaya ditenang-tenangkan jongkok untuk memeriksa apa ada cacing yang tergantung. Yang aku perhatikan tentu saja bukan cacing, tetapi memeknya yang merekah. Aku pura-pura memperhatikan kemungkinan ada cacing, padahal meneliti bentuk memeknya yang merekah merah.<br />Kontolku mengeras maksimal. "nggak ada lagi kok,' kata ku datar.<br />"Mas cebokin mas aku takut, nanti msih ada cacingnya."<br />Astaga, ini anak kenapa jadi begini. Mengambil kesempatan dalam kesempitan, akhirnya saya mengeliminir rasa jijik. Ery ku suruh jongkok di depan ku dan dengan gayung aku mencebokinya. Berkali-kali aku usap tanganku di sekitar anusnya sampai bersih dan tentu saja menyenggol memeknya. "Mas jangan ke situ mas geli," kata Ery ketika kesenggol clitorisnya.<br />Setelah aku sabuni dan bersih, aku pun menyabuni tanganku berkali-kali. " Masih ada cacingnya nggak mas," tanya Ery.<br />"Nanti mas periksa, jangan pakai celana dulu, mas mau periksa di luar di tempat yang agak terang."<br />Padahal mana mungkin memeriksa cacing dalam anus, orang ketika diraba sudah tidak terasa apa-apa.<br />Ery kuminta telentang di tempat tidur, mengangkan selebar mungkin dan mengangkat kakinya. Memeknya kelihatan jelas dan anusnya juga . Aku sibak anusnya pura-pura memeriksa padahal mataku menatap lobang memek yang kecil dan tertutup.<br />Aku raba lubang anusnya dan sedikit memasukkan jari tengah, tetapi tidak bisa. Tak kurang akal aku cari cream body lotion dan kulumasi jari tengah lalu ku tusuk perlahan-lahan ke dalam lubang anusnya. Ery mendesis, mungkin geli atau mungkin juga keenakan. "Sakit" tanya ku.<br />"Sedikit tapi juga geli"<br />Jari tengah ku masuk pelan-pelan sampai akhirnya masuk seluruhnya lalu aku putar-putar. Ery makin mendesis-desis. "Ssssshhh.....ssssshhh....sssshhhh"<br />"Nggak ada lagi kok" kataku menyudahi pemeriksaan jahil.<br />Lalu Ery ku suruh kembali mengenakan celana dalamnya.<br />"ini gara-gara mama sih, aku disuruh makan obat cacing jadi keluar deh cacingnya," kata Ery bersungut-sungut.<br />KOntolku tegang maksimal, tapi aku tidak tau harus berbuat apa. Ery masih 10 tahun, meskipun teteknya mulai tumbuh.<br />Kubuang pikiran jahat ku dan aku kembali menenangkan diri.<br />Celakanya Ery sejak saat itu sering minta diceboki. Anak ini makin manja. " Abis enak sih diceboki ama Mas," katanya manja.<br />Aku selalu mengambil kesempatan meraba itilnya ketika menceboki Ery sampai kadang-kadang dia menggelinjang kegelian.<br />Dia pun sudah tidak punya rasa malu lagi dan percaya 100 persen bahwa aku menjaganya. Padahal otakku suntuk setiap kali meraba itilnya, kontolku ngaceng sekeras-kerasnya. Apa boleh buat.<br />Suatu saat ide ku muncul untuk mengambil fotonya dalam keadaan bugil. Dia toh senang difoto, dan tidak lagi ada rasa malu di depan ku. So tidak ada penghalang. Aku jadi bebas menikmati tubuh telanjangnya, baik langsung atau dalam file di komputer.<br />Ery pertama heran atas permintaanku dan dia merasa malu juga kalau harus beraksi telanjang di depan kamera. Tapi aku beralasan untuk dokumentasi pribadi.<br />Dia akhirnya setuju. Segera aku ubah kamar tidurku menjadi studio dan berbagai pose dari yang artistik sampai yang paling vulgar. Dari berdiri malu-malu sampai tangannya menguak vaginanya dan kuambil close up. Selaput daranya sampai bisa tertangkap kamera karena terlalu seringnya memeknya dipluek.<br />Aku jadi makin terangsang memperhatikan fotonya di komputer. Hasil jepretanku tidak kalah dengan foto-foto lolita dari Rusia atau Ukraina. Semua pose yang ada di situs-situs lolita sudah aku praktekkan pada Ery.<br />Akhirnya kepala ku jadi ngeres, tetapi aku tidak berani mengingat berbagai risiko yang bakal muncul jika aku menyetubuhinya. Keadaan jadi cenggur (ngaceng nanggur) terus. Pelampiasannya hanya onani.<br />Suatu hari Ery menegurku. " Mas sudah lihat Ery telanjang, tetapi Ery belum pernah lihat Mas telanjang, nggak adil dong," katanya.<br />Aku bingung mencari kata-kata dan alasan untuk bertahan.<br />"Kenapa kok pengin lihat mas telanjang ?" tanya ku sambil mencari ksempatan waktu berpikir untuk bertahan.<br />"Ery juga pengin motret mas telanjang,' katanya.<br />"Mati aku," aku jadi makin terpojok.<br />Akhirnya aku menyerah karena tidak punya alasan dan kata-kata untuk bertahan. " Ya udah, Ery mau motret mas talanjang sekarang ?"<br />Ery hanya mengangguk.<br />Aku malu bukan karena aku harus telanjang, tetapi kontolku ini ngaceng, kalau aku buka celana tiba-tiba mencuat batang 15 cm, bagaimana aku menerangkannya.<br />Muncul akal. "Sebentar Mas mau buang air dulu ya." Aku buru-buru masuk kamar mandi dan sambil nongkrong aku onani. Setelah ejakulasi aku pura-pura menyiram kotoran di wc. Dalam keadaan telanjang bulat aku keluar dan menemui Ery di kamar ku yang sudah siap dengan kamera digital ku.<br />Setelah aku ajari mengenai cara pengambilan gambar, Ery mulai beraksi<br />menyorot diriku dari berbagai posisi. "Sialan aku dikerjai anak kecil nggak sanggup ngelawan," kata ku dalam hati.<br />Sialnya dia pun ikut-ikutan mengambil foto close up kontol ku. Bukan hanya mengambil foto dari jarak dekat, dia pun mengubah-ubah posisi kontolku ketika aku pada posisi duduk setengah berbaring.<br />Kontolku yang sejak tadi lemes saja, disenggol-senggol jadi bangun. " Lho mas kok kontolmu jadi bengkak.<br />"YA orang disenggol-senggol ya jadi bengkak," kataku sekenanya.<br />"Sakit nggak mas, orang cuma disenggol kok bisa bengkak," katanya polos.<br />"Ya agak sakit," kataku berbohong.<br />"Gimana ngobatinya, pakai refanol bisa nggak," katanya bersungguh-sungguh.<br />"Nggak bisa pakai refanol, nantilah kita obati setelah foto-foto selesai.<br />"Kamu harusnya juga telanjang jadi kita bisa foto berdua sambil telanjang, kata ku." Otakku jadi kurang kurang sehat kalau lagi sange. Padahal foto berduaan telanjang ini risikonya besar. Tapi kalau lagi sange mana berpikir panjang begitu.<br />Ery setuju dan kami pun berfoto berdua telanjang dalam berbagai gaya.<br />Rupanya dalam berbagai pose dimana tanganku memegang teteknya yang baru numbuh dan memeknya yang belum tumbuh bulu membuat dia jadi terangsang juga. Buktinya memeknya ketika kuraba mulai basah.<br />Aku baru tahu kalau anak kecil bisa terangsang dan memeknya basah juga.<br />Aku pun makin gila dan berpose makin mesra, mulai pose mencium bibirnya, mencium teteknya menjilat pentilnya yang masih kecil. Ketika Mencium bibirnya aku melumatnya dan tidak memperdulikan timer di kamera lagi. Ery binggung dan tetapi diapun jadi makin terangsang. Begitu juga ketika pose aku menjilat pentil susunya, dia geli-geli keenakan.<br />Aku kemudian mengusulkan posisi gambar aku menjilat memeknya. Dia Protes karena dianggap itu menjijikkan. Aku bilang aku nggak jijik, cobalah. Dia memegang kamera dan aku tiarap di antara kangkangan kakinya dan dengan hati-hati aku menyentuhkan ujung lidahku ke ujung clitorisnyanya. " Ah geli mas, " katanya sambil menarik menjauhkan memeknya dari lidahku. Foto tidak sempat diambil karena dia kaget.<br />"Coba lagi" kataku.<br />Kini tanganku merangkul pantatnya untuk menahan agar dia tidak menarik lagi pantatnya seperti tadi.<br />"Ok siap ya" kata ku.<br />Kini aku tidak lagi menjulurkan lidahku tetapi membenamkan seluruh mulut ke vaginanya dan lidahku mencari clitoris di ujung atas liptan memeknya bagian dalam. Dia menggelinjang dan aku terus melakukan serangan dengan jilatan lembut ke clitorisnya. Setiap kali lidahku mengenai ujung clitorisnya setiap kali pula dia menggelinjang. Dia bingung dan lupa harus mengambil foto. Posisinya yang tadi setengah duduk kini jadi rebah telentang sepenuhnya. Aku pun makin bersemangat menjilati clitorisnya. Ery mulai mendesah dan makin lama makin panjang. Sssshh..... sssshhhh..... ssssssshhhhh.<br />Mungkin sekitar 5 menit tiba-tiba Ery menjerit tertahan dan lubang vaginanya berdenyut-denyut. Aku menghentikan jilatan dan menekankan lidahku diitilnya. Tangan Ery juga menarik kepalaku agar menekan vaginanya. Dia mencapai orgasme mungkin yang pertama seumur hidupnya.<br />Tubuhnya yang tadi meregang, kini lemas seperti tak bertulang. " Geli dan enak banget mas, apasih tadi itu," katanya kemudian setelah dia mulai siuman.<br />"Itu namanya orgasme, yaitu kepuasan seksual."<br />Aku tidur telentang di sampingnya, dengan posisi kontolku mengacung tegak ke atas.<br />Tangannya kuraih dan kubawa ke kontol ku untuk menggenggamnya. " Keras amat mas, kenapa sih," tanyanya penuh keheranan.<br />"Bisa sembuh nggak," tanynya lagi.<br />"BIsa tapi kamu harus bantu mengobatinya"<br />"Caranya gimana"<br />"Caranya sama seperti tadi mas lakukan pada Ery."<br />"Ih Ery nggak bisa mas, Ery jijik" protesnya.<br />" Kalau mas nggak jijik, kenapa Ery jijik, coba dulu, kalau nggak gitu bengkaknya makin besar dan nggak bisa sembuh." ujar ku.<br />Ery bangkit dan mendekatkan kepalanya ke kontol ku. Tangannya mulai menggenggam batang kontolku yang keras seperti kayu.<br />"Coba jilat ujungnya" kata ku memberi komando.<br />Dengan gerakan ragu-ragu dia mulai menjulurkan lidahnya dan menyentuh kepala kontolku. Setelah beberapa jilatan dia mulai terbiasa.<br />" Kulum," perintahku.<br />"Itu mas ada lendirnya dan rasanya agak asin," protesnya.<br />Aku ambil celana dalam yang tergeletak di samping ku dan aku lap lendir di ujung kontol ku.<br />Ery dengan gerakan ragu mulai mengulum perlahan-lahan, tetapi giginya menyentuh ujung kepala kontolku.,<br />"jangan sampai kena gigi Ry"<br />Setelah beberapa saat dia mulai terbisa dan bisa menyesuaikan agar giginya tidak menggeser kontol ku.<br />"Manju mundur dan sedot yang kuat," kata ku sambil aku mengambil foto pada moment yang sangat merangsang ini.<br />Ery dengan cepat mengikuti perintahku dan kini dia sudah mulai mahir. Rasa enak menjalar ke seluruh tubuhku sampai ke ubun-ubun rasanya.<br />"Rya bawahnya juga dijilat ," Kata ku sambil memberi petunjuk untuk juga menjilat buah zakarku.<br />Aku tidak bisa menahan nikmatnya dijilati anak umur 10 tahun yang mulai pintar ini. Ssshhh ...... sssshhh ..... aduh enak ry terus Ry, Sedot lagi Ry. Aku tidak bisa bertahan lama dan kuangkat kepalanya menjauh dari Kontolku dan kubekap kontolku yang segera memuntahkan cairan kental putih ke atas perutku.<br />Ery menatap heran. " Apa yang keluar itu mas, kok kental dan lengket gitu," tanyanya.<br />"itu sperma, sebagai tanda akau mencapai puncak kenikmatan seperti yang kamu rasakan tadi," kataku.<br />Badan ku lemas dan aku segera melap cairan itu dengan handuk kecil yang memang sudah kusediakan sejak awal di tempat tidurku.<br />Sekitar 5 menit kami tidur telanjang berdampingan.<br />Sejak saat itu, Ery jadi ketagihan dan dia sering memintaku untuk memuaskan dirinya dan memuaskan diriku juga.<br />Berbagai gaya foto vulgar adeganku dengan Ery makin lengkap dalam koleksi. Aku menyimpan semua foto-foto itu dalam internet yang hanya aku bisa melihatnya.<br />Adegan itu terus berlangsung sampai sekitar 3 bulan, sampai suatu saat aku ingin mendapatkan yang lebih dari itu.<br />Otak ku makin gila dan tidak lagi terpikir risiko-risiko yang bakal muncul.<br />Dengan alasan adegan foto aku mulai menempelkan ujung kemaluan ku di mulut vaginanya. Pertama ya hanya nempel saja dari berbagai angel. Tapi rasa penasaran mendorongku untuk berbuat jauh.<br />Aku ingin membenamkan kepala kontolku saja, untuk merasakan kenikmatan memeknya tanpa merusak sepalut keperawannya. Pada awalnya sulit sekali menerobos masuk dengan bantuan jely pelicin perlahan-lahan kepala kontolku mulai bisa menyeruak lipatan vaginanya. Aku berhenti ketika di dalam vagina ada yang terasa menghalangi. Gerakanku hanya maju mundur 1-2 cm saja. Rasanya juga sudah nikmat sekali sampai aku bisa menembakkan air maniku. Aku tidak berani melepas maniku di dalam memeknya.<br />Ritual ini berlangsung lebih dari 10 kali sampai aku tidak memerlukan jeli pelicin lagi bagi mendorong kepala kontolku.<br />Rasa penasaran juga lah yang mendorong aku untuk berbuat lebih jauh lagi. Aku mencoba untuk memasukkan setengah batang kontolku, karena kalau cuma kepala ketika ditarik sering lepas dan lama-lama jadi kurang nikmat.<br />Ketika Kepala kontolku tertahan untuk masuk terus, aku berhenti dan menarik nafas. Kontolku aku pertegang sehingga ada efek sedikit mendorong masuk, lalu aku kendurkan lagi ketika Ery mengernyit kesakitan. Kemudian aku pertegang lagi sambil agak mendorong, berhenti ketika Ery mulai kesakitan. Gerakan itu bisa membawa batang kontolku masuk lebih dalam, sekitar 2 inci lalu aku bermain maju mundur pada jarak 2 inci sampai menjelang aku ejakulasi.<br />Permainan 2 inci akhirnya lancar setelah kami bermain sekitar 2 minggu dengan frekuensi sekitar 5 kali.<br />Ery makin ketagihan dengan permainan yang makin meningkat ini. Dia tidak lagi merasakan kesakitan ketika permainan 2 inci itu berlangsung.<br />Selanjutnya aku mulai mencoba menerobos lebih dalam lagi. Tekniknya sama dengan sebelumnya berhenti ditegangkan lalu tekan sedikit. berhenti lagi lalu tegangkan dan tekan sedikit. Gerakan ini bisa membawa kontolku terbenam sekitar separuhnya. Aku pun berhenti pada posisi ini dan hanya bermain setengah tiang.<br />Seminggu bermain setengah tiang dan tidak ada lagi rasa sakit pada memek Ery membawa aku penasaran ingin membenamkan seluruh kontolku ke dalam memeknya.<br />Dari posisi setengah tiang tidak lagi terlalu sulit dan lama untuk membenamkan seluruh batang kontolku, meskipun gerakanku tetap hati-hati dengan menegangkan dan mendorong pelan. Bless masuklah seluruh batang kontolku ke dalam memek kecil yang masih belum tumbuh bulu. Aku berhenti untuk sekitar 1 menit pada posisi terbenam itu, menikmati betapa hangat dan sempitnya memek Ery.<br />Perlahan-lahan gerakan maju mundur dengan sangat lambat aku coba dan kontolku terasa seperti terjepit sangat ketat. Aku tidak bisa bertahan lama di dalam memek yang sempit, sekitar 5 menit pertahananku jebol dan aku muntahkan di perut cewek imut ini.<br />Sebelum memulai membenamkan kontolku aku selalu memuaskan Ery dengan oral sampai dia orgasme minimal 2 kali. Sebab, aku menyadari, aku tidak bisa membawanya orgasme melalui hubungan normal, karena sempitnya memek ini tidak mungkin aku bertahan bisa main lama.<br />Berbagai posisi hubungan badan kuabadikan dari berbagai angel sampai pada posisi-posisi close up. Ngentot menjadi kegiatan rutin kami sampai Ery mencapai usia 11 tahun.<br /><br />*******************************<br /><br />Persahabatan ku dengan Ery jadi makin akrab dan berkat bimbinganku pada pelajaran sekolahnya, dia berhasil meraih rangking 1 di kelasnya. Aku bangga dan juga puas.<br />Meski perbedaan usia kami terpaut 9 tahun, tetapi dalam hubungan sex kesenjangan itu hampir tidak ada artinya. Hampir setahun aku berteman dengan Ery, tetapi sekalipun aku belum pernah melihat Ibunya, apalagi mengenalnya.<br />Aku memang kurang berminat mengenal ibunya dan kalau bisa malah menghindar mengenalnya.<br />Ternyata Ery juga menutup rapat diriku terhadap ibunya, ia hanya mengaku sering belajar bersama teman sekelasnya.<br />Sudah hampir setahun aku berhubungan dengan Ery sampai ia berusia 11 tahun. Dia belum mendapatkan mensturasinya.<br />Meskipun usianya masih terlalu muda, tetapi nafsu sexnya ternyata cukup tinggi. Aku seringkali kewalahan menghadapi permintaannya. Hampir setiap hari dia memintaku untuk menyetubuhinya. Setiap kali hubungan seringkali aku harus meladeninya sampai 4-5 ronde. Kadang-kadang pinggang ku rasanya sampai mau patah, karena pada ronde ke dua dan seterusnya aku baru bisa ejakulasi setelah sekitar 30 menit.<br />Kecil-kecil sudah hyper, bagaimana besarnya nanti. Suatu kali dia pernah diminta ibunya untuk menginap di rumah temannya karena ibunya harus pergi ke luar kota untuk selama 2 hari. Ibunya percaya saja kalau Ery memang benar menginap di rumah temannya, tanpa dia mengecek. Padahal Ery mendekam dirumahku. Karena dua hari itu adalah hari Sabtu dan Minggu, maka Ery seharian di rumah ku. Dalam 24 jam aku melayaninya sampai 10 ronde. Ronde ke 9 ejakulasiku hanya mengeluarkan angin.<br />Akhir-akhir ini aku agak jarang menyetubuhi Ery karena kegiatan kuliahku padat, dan kadang-kadang sampai malam. Ery protes karena dia jarang disetubuhi. namun keadaan yang tidak memungkinkan. Aku menyetubuhinya paling pada hari Minggu, karena sampai malam minggu aku disibukkan dengan kuliah.<br />Sudah sekitar 3 bulan memek Ery hanya aku besut seminggu sekali. Pada awalnya setiap kesempatan hari minggu Ery menuntutku bermain sampai 6 ronde. Namun karena aku lama-lama kewalahan akhirnya akau hanya penuhi 3 ronde saja. Begitulah berjalan beberapa bulan sampai Ery bercerita bahwa dia tertarik pada teman laki sebayanya. Aku kenal anaknya bernama Aryo, karena dia juga dari lingkungan sekitarku juga.<br />Suatu malam minggu ketika aku pulang kuliah sekitar jam setengah 7, aku menangkap bayangan di halaman kosong sebelah rumah ku ada seperti orang mengendap-endap. Aku pun berjalan mengendap untuk memastikan pandangan apa gerangan gerakan itu, pencurikah, atau hewan. Sampai jarak 5 meter aku baru bisa melihat agak jelas bahwa disudut tanah kosong itu ada dua anak sedang bergumul. Aku dekati sampai sekitar 2 meter aku kejutkan mereka, " Ngapain ini" dengan nada suara membentak.<br />Mereka terkejut dan tak segera bisa lari, karena kulihat Ery dan Ary sedang bertindih-tindihan. Celana mereka tidak dilepas hanya diturunkan sampai sebatas betis, sehingga susah berlari. Keduanya pucat dan malu.<br />Dengan nada tetap garang saya perintahkan mereka mengenakan kembali pakaiannya. Keduanya aku gelandang masuk ke rumah ku.<br />Mereka duduk di ruang depan dengan kepala tertunduk, malu takut bercampur baur.<br />"Kamu masih kecil kenapa sudah bermain seperti orang dewasa," kata ku sok berwibawa dan bersih.<br />Mereka lalu saling tuduh menuduh mengenai siapa yang memulai dan siapa yang mengajak.<br />"Sudahlah" kata ku<br />"Kamu nggak usah takut, tadi saya sudah lihat kamu." kata saya.<br />"Mas tolong mas saya jangan diadukan ke orang tua saya atau di bawa ke polisi, tolong mas," kata Aryo.<br />"Baik," kata saya.<br />"Saya tidak melaporkan perbuatan kalian asal kalian menuruti saya," kata Ku<br />"Saya kasih kalian kesempatan meneruskan permainan kalian tadi di sini tetapi saya akan melihatnya, kalau kalian tidak bisa, maka akan saya laporkan ke orang tua kalian,"<br />Aryo baru berani mengangkat kepala dan bertanya. "benar boleh di sini".<br />"Benar, di sini kalian aman tidak ada yang memergoki."<br />KUperintahkan keduanya membersihkan diri ke kamar mandi dan dari kamar mandi keluar harus dalam keadaan talanjang masuk ke kamar ku.<br />Pertama Aryo masuk ke kamar mandi, Dia mandi, mungkin di semak-semak tadi gatal., Keluar dengan malu-malu menutup burungnya masuk ke kamar ku. Aryo umurnya 12 tahun. Ery kemudian masuk kamar mandi dan dia mencuci seluruh badannya dan menyabuninya. Dia keluar dari kamar mandi dengan tenang jalan sambil telanjang masuk ke kamar ku.<br />Aku duduk dikursi dan siap memberi aba-aba. "Aryo apakah kamu sudah pernah onani dan mengeluarkan mani."<br />"Sudah mas" jawabnya singkat.<br />"Baik sekarang kamu telentang."<br />Ery kuperintahkan memegang kemaluan Aryo yang belum berbulu agar bangun menegang. Dalam beberapa saat saja kemaluan Ery sudah bangun dan tegak sekitar 12 cm panjangnya. Dia sudah sunat. Ery kuperintahkan untuk mengulumnya. Aryo kaget dan protes. "Kok diemut mas, kan jijik katanya."<br />"Udah kamu diam saja dan ikuti perintahku"<br />Aryo pssrah dan tidur telentang, Ery yang memang sudah lihai dengan segera mengambil posisi diantara kedua kaki Aryo dan mengulum penis Aryo.<br />Aryo mendesis-desis keenakan. " Enak yo," tanyaku.<br />"Enak banget mas tapi rada geli, tapi enak."<br />Ery yang sudah piawai mengoral akhirnya menjebol pertahanan Aryo hanya dalam waktu kurang dari 2 menit. Semua mani Aryo ditelan dan Aryo kelojotan kegelian ketika ejakulasi penisnya masih diisap oleh Ery. Sampai penis Ary lemas baru dilepas oleh Ery.<br />"Enak banget mas, saya belum pernah ngerasakan seperti ini," kata Aryo.<br />" Kamu juga harus membuat enak Ery, setelah istirahat sebentar, kamu juga harus menjilat memek Ery" kata ku.<br />Aku perintahkan Ery tidur telentang dan Aryo kubimbing tengkurap diantara kedua paha Ery. Dia awalnya ragu, menjilat memek Ery. Aku kuak memek Ery dan kutujukkan itilnya yang harus dijilat dengan gerakan lembut.<br />"Kalau kamu tadi dienakkan oleh Ery, sekarang giliran kamu mengenakkan Ery, itu biar adil,"kataku.<br />Aryo dengan gerakan ragu dan penasaran melihat memek yang merekah merah itu akhirnya dia mulai menjulurkan lidahnya ke clitoris Ery. Karena lidahnya terus dijulurkan Aryo mulai lelah. " Bekap mulutmu ke memeknya, dan jilati terus," perintahku.<br />Aryo kemudian menurut dan Ery mulai kelojotan itilnya dijilati. Sekitar 5 menit Ery meregang dan Aryo kuperintahkan mengehentikan jilatannnya dan lidahnya menekan memek Ery. Ery pun menekan kepala Aryo ke memeknya kuat-kuat. Baru 15 Detik Aryobersikeras mengangkat kepalanya menjauhi memek Ery, "nggak bisa nafas" katanya. Ery yang lagi tanggung orgasme akhirnya menekankan tangannya ke memeknya sampai orgasmenya tuntas.<br />Kontol Aryo sudah berdiri lagi, meski belum penuh. Ery yang baru menyelesaikan orgasmenya langsung meraih kontol Aryo dan meremas-remasnya. Mendapat perlakuan itu, kontol Aryo makin mengeras sampai sempurna.<br />"Sekarang masukkan kontolmu pelan-pelan ke memek Ery, kamu merangkak diatas Ery, cium bibirnya, lalu cium teteknya,"<br />Aryo yang sudah mulai bangkit nafsunya segera mencium Ery. Mereka berciuman penuh nafsu dan tidak memperdulikan ada orang lain yang menonton. Sementara aku kontolku makin tegang.<br />Aryo kemudian turun menciumi tetek Ery yang baru numbuh sebesar "mouse" laptop. Sekitar 10 menit cumbuan aku perintahkan Aryo memasukkan kontolnya ke memek Ery.<br />"Tadi waktu diluar kamu sudah sempat masukkan kontolmu apa belum " tanya ku.<br />"Belum, dia nyodoknya selalu didepan, mana bisa masuk," kata Ery.<br />"Abis aku nggak tau lobangnya ada di bawah," kata Aryo.<br />Ary membimbing kontolnya menuju memek Ery, tetapi berkali-kali gagal masuk sampai Ery menuntun ke memeknya dan menarik pantat Aryo agar kontolnya segera menerjang pintu masuk.<br />Aryo mulai menggenjeot dengan penuh semangat. Dia pompa sekuat tenaga. Sekitar 5 menit dia bertahan pada posisi itu. Aku perintahkan untuk tukar posisi. Ery kini diatas dan Ery dalam posisi duduk bersimpuh mengangkangi badan Aryo ia melakukan gerakan maju mundur. Aryo nyengir-nyengir keenakan kontolnya dibesut Ery. Pada posisi ini Ery sempat mencapai orgasme sempai dia lunglai jatuh memeluk Aryo. Posisi kuperintahkan berganti lagi, dengan posisi dog style. Ary menyodok kontolnya dari belakang sambil memegangi pantat Ery. Mungkin posisi itu menstimulan G Spot Ery, sehingga Ery tak lama kemudian mengerang dengan keras keenakan. Mendengar erangan itu Aryo makin semangat dan makin terangsang dia puun mencapai puncaknya dan membenamkan dalam-dalam kontolnya dan menyemburkan lahar panas ke dalam memek Ery.<br />"Saya lupa mas menarik kontol saya, dikeluarkan diluar, abis enak banget," kata Aryo meminta maaf pada ku.<br />" Kalau dia hamil kamu harus bertanggung jawab, " kataku mengingatkannya.<br />Aryo wajahnya jadi kecut dan seketika itu juga kontolnya menciut.<br />"Enggaklah mudah-mudah," kata saya.<br />Aryo pun kembali bersinar mukanya.<br />Mereka aku perintahkan untuk kembali masuk kamar mandi bersama-sama untuk membersihkan diri. Hampir setengah jam kutunggu kok nggak selesai-selesai. Ketika kubuka pintu kamar mandi ternyata keduanya melanjutkan ronde ketiga dalam posisi berdiri, Ery membungkuk dan Aryo menyikatnya dari belakang.<br />"Abis ngaceng lagi mas gara-gara kontolku disabuni Ery," kata Aryo sambil senyum-senyum-senyum.<br />"Awas jangan dikeluarkan didalam, cabut kalau mau nyembur, kata ku.<br />Sekitar 10 menit kemudian keduanya keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar dan klimis. Sudah hampir jam setengah 10 kalian segera pulang aku antar ke dekat rumah kalian. Kami berjalan bertiga dan Aryo lebih dulu sampai ke rumahnya. Setelah aku dan Ery jalan berdua, Ery minta aku balik lagi ke rumah. " Ibu Lagi pergi mas." katanya.<br /><br />******************<br /><br />Sejak saat itu rumahku dijadikan hotel jam-jaman oleh kedua anak itu. Ery kini melayani aku juga Aryo. Namun Aryo tidak pernah tahu hubunganku dengan Ery. Kami sepakat merahasiakan.<br />Kedua anak itu telah pula membintangi film porno karya ku untuk durasi sekitar 30 menit. Mereka sudah tidak lagi canggung di depanku. Aku pun memanfaatkan mereka untuk membersihkan dan merapikan, rumah ku.<br />Kuperhatikan hubungan Aryo-Ery hanya Just4Fun, karena baik Aryo maupun Ery tetap bebas berteman akrab dengan yang lain. Hubunganku dengan Ery juga sama, sehingga tidak ada rasa cemburu diantara kami.<br />Suatu hari Ery mengajak seorang wanita ke rumah ku, "Kenalkan ini mama saya."<br />Jantungku berhenti beberapa saat. Rasa khawatir, malu, tajub bercampur baur menjadi satu. Di sisi lain kagum dan terpana muncul dalam otakku.<br />"Oh ini mas didit, " ujar ibunya sambil mengulurkan tangan menyalamiku.<br />Wanita cantik berusia tidak sampai 30, kulit putih dengan body sempurna tinggi sekitar 165 cm dengan berat seimbang.<br />"Mas didit saya mau berterima kasih selama ini membimbing Ery sehingga dia unggul di sekolah," kata wanita cantik ini.<br />Serr darah ku yang tadi bergumpal di otak segera mencair dan kepala ku yang tadinya panas kini menjadi dingin mendadak. Plong dadaku juga ikut lega.<br />"Ah nggak usah dipikirkan, saya hanya memanfaatkan waktu luang saja, tidak usah menjadi rasa berhutang," kataku merendah.<br />Percakapan kami segera menjadi akrab dan akhirnya Ery dan ibunya mengajakku ke rumahnya. Aku sebetulnya malu, tetapi tidak punya alasan menolak.<br />Sebuah rumah yang cukup bagus berpagar tinggi. Interior di dalamnya rapi dan penataan yang apik. Ery hanya tinggal berdua dengan ibunya. Mereka jengah merekrut pembantu karena selalu keluar-masuk dan ada saja barang-barang yang hilang jika pembantu itu berhenti.<br />Ibunya termasuk wanita yang suka ngobrol, apa saja diceritakan sampai mengenai ia kawin muda usia 15 tahun dan melahirkan Ery pada usia 16 tahun. Pantas kelihatan masih muda karena usianya sekarang baru 27 tahun.<br />Dia bercerai dengan suaminya sudah lebih dari 5 tahun dan dia terus terang mengakui bahwa penyebab perceraian itu, karena dirinya lesbi.<br />"Mas didit sering-sering kemari nemani Ery dan mengajarinya, saya tidak bisa terlalu banyak membimbing karena waktu saya habis menurusi bisnis yang kini memerlukan perhatian lebih serius.<br />Sejak saat itu, aku jadi sering main ke rumah Ery, dan jika aku libur kuliah aku bisa seharian di rumah Ery. Kami bertelajang bulat saja berkeliaran di rumah itu sepanjang hari.<br />Dari Ery kuketahui ibunya mempunyai pasangan lesbi yang sering juga datang ke rumah kalau ibunya sedang berada di rumah. Bahkan sering menginap. Ibunya terang-terangan kalau bercumbu dengan pasangannya dan tidak pernah merasa canggung meski di depan anaknya. Belakangan ku ketahui Ery bahkan sering dilibatkan. Ery pun mengaku dia kerap diminta ibunya jika sedang sange sementara pasangan lesbinya tidak datang. Akhirnya aku hampir mati mendadak terkejut, ketika Ery mengungkapkan bahwa hubugan dengan ku juga sudah diketahui semua ibunya. Jadi pengin malu tapi udah terlambat.<br />Setelah 3 bulan aku mengetahui semua kehidupan dalam rumah itu. aku pun sudah kenal dengan pasangan lesbi ibunya. Kami berempat sering ngrumpi kadang-kadang bergadang main remi, sampai kami akhirnya telanjang bulat berempat, karena memang taruhannya membuka baju. Tidak ada rasa canggung lagi dan rahasia diantara kami berempat. Ibunya santai saja melakukan cumbuan berat dengan bertelanjang bulat dengan pasangannya di depan ku dan Ery. Aku pun santai saja ngentot Ery di depan ibunya dan pasangan lesbinya.<br />Mbak Vina begitu aku menyebut ibunya Ery dan Mbak Dian pasagan lesbinya yang berperan sebagai pria, tidak pernah sedikitpun tertarik pada diri ku. Mereka berdua memang pernah memegang-megang kontol ku yang menegang, tapi mereka melanjutkan bercumbu berdua.<br />Aku pun tak berani berusaha mengubah orientasi seks mereka, karena mereka tetap dingin menghadapi laki-laki meski sudah telanjang di depan mereka.<br />Aku baru menyadari kenapa keluarga ini tidak tertarik mempunyai pembantu. Sebab kehidupan bebas mereka jadi terrganggu jia ada orang lain yang pemahaman sexnya tidak sebebas mereka. Aku pun diperkenankan masuk ke lingkungan ini karena ibunya tahu aku telah ngewek anaknya berkali-kali.<br />Suatu hari aku terbangun dari tidur lelahku setelah main 3 ronde dengan Ery dikamarnya. Kulihat jam didinding menunjukkan jam 7 malam. Samar-sama kudengar suara ramai di ruang keluarga. Perutku lapar. Dengan santi bertelanjang bulat aku keluar menuju dapur yang tentunya melewati ruang keluarga. Kami biasa berlalu laang telanjang di rumah ini. Ada rasa yang berbeda memang jika hidup di komunitas telanjang. Paling tidak kita jadi bersikap lebih terbuka dan jarang berbohong.<br />Aku berhenti sebentar mengamati area pertarungan. Ternyata Mbak Dian sedang dijilati Ery dan Mbak vina sedang menjilati anak perempuan usia sekitar 15 tahun. Oh ini Didit, kenalkan ini adiknya mbak Dian, "mirna" katanya menyalami ku dan aku balas "didit" Kami dalam keadaan telanjang bulat. Aku lalu pamit dari arena karena mau bikin mi isntan di dapur, " lapar " kata ku.<br />Mereka segera melanjutkan pertarungan dan aku santai saja duduk di sofa dekat mereka sambil makan mi. Antara lapar dan terangsang akibatnya aku tetap makan tetapi pelan-pelan kontol juga bangun. Apa boleh buat ketika aku berjalan kembali mengantar mangkok kosong ke dapur, aku berjalan sambil dalam keadaan kontol ngacung ke depan. Itulah dunia telanjang, sulit menutupi keadaan yang sebenarnya.<br />Aturan di rumah itu, setiap habis makan harus sikat gigi sampai bersih. Sikat gigi di wastafel dekat dapur tersedia beberapa dan tidak ada yang khusus dimiliki seseorang. kami bergantian semaunya menggunakannya. Aku pun lalu membersihkan mulut dan mulut kembali segar.<br />Sambil menenteng segelas air dingin aku kembali ke arena duduk disofa memperhatikan pertarungan 4 wanita berbeda-beda usia. Mbak dian meski tomboy tetapi fisiknya sesungguhnya sexy. teteknya besar, mungkin ukuran 36 B, pinggangnya ramping dan pantatnya bulat kulitnya agak gelap. Mbak Vina teteknya tidak terlalu besar tapi bulat dan pantatnya juga lebar dan tonggeng.<br />Nah Mirna kuperhatikan badannya pendek tapi semok dan kulitnya agak gelap, rambutnya sebahu lurus. Jembutnya masih jarang kelihatannya baru tumbuh sekitar 25 lembar.<br />Mereka semua santai saja meski aku menonton, hanya Mirna yang kelihatannya rada kurang kosentrasi. Pendatang baru memang maklumlah begitu.<br />"Dit ini ajari anggota baru kita," kata Mbak Vina.<br />Mbak Vina lalu membimbing Mirna merangkak lalu bersimpuh di depan kontolku yang ngaceng. "Coba kamu pegang dan kamu isap kontol Didit ini." Mirna sejenak menatapku, aku pun mengangguk.<br />Dengan gerakan agak ragu Mirna mencekam kontolku lalu didekatkannya kemulutnya tapi dia berhenti ketika jarak mulut ke kontol tinggal 5 cm. Dia diam sebentar. Aku pun diam memperhatikannya. Aku mencoba pasif dan menikmati apa pun yang akan dilakukan Mirna.<br />Dengan gerakan ragu dia mulai menjulurkan lidahnya ke ujung penisku. Di sapunya dengan jilatan seluruh kepala penis, itu. Aku memberi respon dengan mendesis dan mengerang pela. Ini menambah semangat Mirna untuk bertindak agresif sehingga semua batang penis dijilati termasuk ke kantong zakarku yang jadi sensitif. Kali ini mendesis dan mengerang sesungguhnya karena memang makin nikmat. " MIr isap mir" pintaku diselingi desis dan erangan pelan. Mirna mengetahui tindakkannya benar dan membakar birahiku dia pun makin bersemangat. Di sedotnya kuat-kuat sampai rasanya ubun-ubunku ikut kesedot. Aku jadi mengerang keras melampiaskan rasa nikmat. Mirna mulai mengerti cara mengulum tanpa diberi petunjuk, dia maju mundurkan batang penisku sampai hampir masuk semua ke mulutnya.<br />Sekitar 15 menit adegan ini berlangsung, mulutnya mungkin mulai pegal sehingga dia bangun dan menubruk tubuhku memelukku erat. Mulutnya ku sosor dan dengan ciuman erat aku cium sampai dia hampir kehabisan nafas.<br />Kubalikkan posisi sehingga kini gantian dia duduk bersandar di sofa dan aku menindih badannya. Ciuman ku lanjutkan ke puting susunya yang masih belum tumbuh sempurnna tapi sudah mengeras karena terangsang.<br />Kuhisap, kugigit pelan lalu dijilat. Mirna mulai mengeluarkan desisan ulah. Dia rupanya sangat ekspresif. Desisannya makin keras kadang-kadang malah mengerang seperti orang kesakitan. Aku jadi makin full voltase endapat respon begitu. Memeknya ku raba, ternyata sudah basah kuyup.<br />Aku pun perlahan-lahan turun mencium perut, selangkangan, paha bagian dalam. Mirna menggeelinjang kegelian dan keenakan juga. Ku lebarkan bentangan kakinya dan ku kuak memek yang bentuknya montok kayak "mouse" Itilnya ternyata sangat menonjol sehingga tidak susah aku menemukannya. Merah muda mengkilat keluar dari lipatan di atas lipatan bibir dalamnya. Kubekapkan mulutku ke wilayah sekitar itil yang menonjol itu dan dengan sapuan lembut kujilat sekeliling itil yang terasa mengeras.<br />Mirna mengerang makin keras dia tidak peduli ada beberapa orang di sekitarnya. Ketika itilnya mulai bisa menyesuaikan jilatanku aku pun mulai menuju ke ujung itilnya. Dia menggelinjang kaget sambil berteriak. Pelan-pelan kusapu ujung itilnya dengan lidahku ku bagian bawah. Dia makin mengerang dan bergerak liar sehingga aku terpaksa menahan kedua pahanya dengan tanganku. Kini ujung lidahku yang mulai menyapu ujung itilnya dengan gerakan yang konstan dan beritme 1/1.<br />Tidak sampai 5 menit Mirna berteriak keras dan menarik kepala erat kepalaku ke memeknya. Mulutku jadi belepotan cairan vagina Mirna, aku pun sulit bernafas. Memeknya berdenyut menandakan ia mencapai orgasme. Tampaknya semua kaget ketika Mirna berteriak saat awal orgasme sampai semua aktifitas di ruang itu berhenti memperhatikan "Whats wrong". " Gila lu mir tereak sekenceng-kencengnya kata Mbak Dian.<br />Habis enak banget sih aku jadi nggak tahan dan lupa. Dalam keadaan bersandar lunglai aku tetap seperti bersujud di depan Mirna. Ku colok jariku ke dalam memek Mirna. Agak sulit masuk sampai Mirnya meringis. Aku mencari lokasi G Spot di bagian dalam memeknya.<br />Jaringan empuk bulan sebedsar uang logam Rp 50 yang baru kutemukan dibelakang saluran pipisnya. Dengan gerakan lembut kugesek pelan dengan ritme yang tetap. Kini Mirna kembali mengerang dan mendesis bergantian . Suaranya makin lama makin keras. Ledekan Mbak Dian dan Mbak Vina tidak diperdulikan Mirna. Dia makin seru dan akhirnya belum 2 menit dia berteriak sekuat-kuatnya lalu sadar dan menutup mulutnya sendiri. Itupun dia tetap berteriak didalam dekapan tangannya. Jariku tetap di dalam memeknya terasa dijepit jepit dengan ritme yang hampir sama dengan denyut kontolku ketika sedang ejakulasi. Cairan memeknya meleleh makin banyak. Mirna baru mendapatkan orgasme G Spot, suatu orgasme yang jarang dialami cewek.<br />Kini Mirna terkulai lemas, sementara aku makin horni dan makin keras. Kami ternyata jadi tontonan "life Show" ini mulai mereka nikmati ketika Mirna mengerang dengan suara yang cukup keras.<br />Kontolku yang mencung keras ke depan pelan-pelan ku tempelkan ke depan bukan memek Mirna. Ujung penisku ku else-oleskan dengan carian yang banjir di mulut memeknya, lalu pelan-pelan kusodokkan mmenyeruak ke dalam memek Mirna. Agak sulit meskipun pelumasan sudah cukup. dengan gerakan hati-hati ku dorong pelan-pelan k menerjang masuk makin dalam ke dalam memek Mirna. Sampai pada titik tertentu kontolku tertahan tidak bisa maju. Rasanya seperti buntu, padahal kontolku baru masuk setengah jalan. Aku menduga ini adalah selaput dar Mirna. Kalau kiupaksa dengan dorongan kuat, Mirna pasti keskitan luar biasa. Maka gerakan menegang untuk maju kembali kupraktekkan. lalu diselinigni dengan gerakan maju mundur untuk meleluasakan lobang yang telah berhasil diterobos. Setelah gerakan setengah tiang lancar. Aku kembali berhenti di titik buntu dan dengan sedikit menekan dan menegangkan penisku aku akhirnya berhasil masuk lebih dalam. Mirna meringis dan di ujugn matanya meleleh air mata. " Sakit Mir" Dia mengangguk. Aku majukan penisku pelan-pelan sampai seluruhnya terbenam. Stay sekitar 2 menit dalam keadaan terendam penuh, aku mulai mencoba menarik perlahan-lahan. Gerakan ini juga akag seret rasanya sampai kulit penisku ikut tertarik seperti kesedot memeknya mirna. Kutarik sedikit- kumajukan secara bertahap akhirnya gerakan tarik maju makin panjang. Mirna pun mulai melupakan kepedihan memekmeknya karena selain pantannya mulai bergoyang dia juga mulai mengerang dan mendesis lagi. Makin lama makin keras suaranya. Aku pun menikmati memek sempit ini rasanya legit amat. Mungkin selain memek perawan, juga karena cairan memeknya kental dan agak lengket. Mungkin kalau diibaratkan oli mesin dia punya SAE 120, kental sekali. Benar juga dalam hatiku ,cewek berkulit hitam, memeknya lebih enak dari yang berkulit putih. Sekitar 15 menit aku pompa Mirna dan dia sudah menjerit 2 kali tanda orgasmenya, tetapi tetap kugenjot sambil mencari posisi G SPotnya dengan sodokan penisku. Kutemukan ketika dia bereaksi menerima sodokankan dengan erangan-erangan seirama sodokkanku. Tiba-tiba dia seperti orang bersin dan lalu menjerit kembali sekuat-kuatnya ttanpa ingat harus menutup mulutnya sehingga serulah isi rumah ini dipenuhi teriakan mirna. Dia mencapai orgasemnya yang tertinggi. Menddapat respon itu akau jadi makin terangsang dan terasa lahar mulai akan menyembur. Kutarik kontolku dan kukocok sebentar lalu ku keluarkan di atas perut Mirna. Mirna sudah pasrah saja . Dia lemas abis, terkulai seperti tidak bertulang.<br />Kuambil handuk kecil basah lalu ku lapkan ke bekas ceceran maniku di perut Mirna, Dia tertidur pulas di kursi itu.<br />Sejak itu kami setiap malam minggu melakukan sex party. Aku hanya satu-satunya pejantan. Dua wanita yang harus aku layani sementara yang dua lagi nggak tertarik ama kontol. " aku heran kok bisa begitu ya, padahal mereka juga menggunakan dildo."<br />Aku nggak ambil pusing lah, kalau mereka normal, akau nanti yang kewalahan, punya 4 babon. Dengan 2 babon saja dengkulku rasanya hampir copot.<br />Secara sembunyi aku menempatkan kamera dan handphone dengan kapasitas besar pada posisi yang strategis. Tiga kamera masing-masing video kamera. handpone, stil kamera digital yang bisa berfungsi sebagai video kamera dan web cam yang aku hubungkan dengan laptop aku arahkan ke arena "sex party" 4 kali sex party aku memiliki banyak sekali file di dalam komputerku tinggal mengedit dan menyatukannya dalam satu video berdurasi sekitar 1 jam. Hasil candid camera ternyat tidak terlalu mengecewakan, cukup detil dan lumayan bikin orang terangsang menontonnya. Tidak ada yang tahu kecuali aku sendiri.<br /><br />**************<br />Aku sering kali tidak percaya dengan pengalaman yang kualami, andapun berpikir mungkin begitu juga. Wajarlah, tapi kita nikmati saja cerita ku tanpa harus banyak mempersoalkan. Yang penting sange lah. Aku terpaku hampir 10 jam menuangkan ceritaku ini.<br />Suasana di rumah Mbak Vina tiba-tiba berubah ketika 2 anak kembar laki perempuan masuk kerumah itu sebagai anggota keluarga. Pada usia sekitar 9 tahun mereka ditinggal mati kedua orang tuanya akibat kecelakaan. Mbak Vina adalah satu-satunya kerabat dekatnya sehingga dengan terpaksa dia harus menampung kedua anak yang manis dan cakep ini. Mereka polos berasal dari kota jauh dari Jakarta.<br />Anak kembar laki-perempuan umumnya harus hidup dipisahkan, karena mereka cenderung akan intim seperti sepasang pacar dan merasa kembarannya adalah jodohnya.<br />Sampai saat terakhir hidup dengan orang tuanya mereka tidak tinggal terpisah, bahkan jika mereka dipisah tidur di kamar berbedapun akan resah dan saling tidak bisa tidur. Mereka memang akhirnya disatukan dalam satu kamar dengan ranjang terpisah ketika tinggal bersama orang tuanya.<br />Ketika di rumah mbak Vina mereka pun tetap rapat dan tinggal disatu kamar, bahkan di satu tempat tidur. Mereka nyata sekali saling menyayangi satu sama lain.<br />Tetapi kamilah yang tidak bisa saling menyayangi, karena terhalang kehadiran mereka. Kegiatanku dengan Ery dan Mirna akhirnya pindah ke rumah ku dan MMbak Vina dan Mbak Dian menutup diri di kamarnya.<br />Kehidupan munafik ini berlangsung sampai 3 bulan, membuat seisi rumah ini jadi makin frustasi, sampai aku memergoki keduanya saling berciuman di tempat tidur seperti layaknya orang pacaran.<br />Vicky dan Dicky begitu mereka diberi nama terkejut melihat kehadiranku yang tiba-tiba menyelinap ke dalam kamar mereka. Terkejut, malu dan ada rasa bersalah, Vicky si kembar cewek berkilah, "Aku menyayangi Dicky mas.".<br />"Nggak apa-apa kok, mas mengerti, kamu nggak usah malu"<br />Untuk lebih meyakinkan mereka aku mengajari trik-trik berciuman. Meski agak ragu mereka akhirnya bisa menerima kahadiranku.<br />Dari interaksiku mereka sudah terbiasa berciuman sejak mungkin setahun terakhir ini. Hanya itu saja.<br />Aku ajari berciuman akan makin asyik kalau satu sama lain saling meraba. Yang diraba adalah masing-masing kemaluan mereka. Awalnya aku ajari meraba dari luar pakaian masing-masing genital sambil berciuman. Setelah mereka praktekkan dan mereka rupanya jadi terangsang. Kubimbing tangan Dicky masuk ke dalam celana dalam Vicky sampai menemukan memeknya dan Vicky pun aku bimbing tangannya memasuki celana Dicky untuk menggenggam batang milik Dicky.<br />Hampir 15 menit mereka saling meraba dari dalam sampai Dicky tiba-tiba protes, " Mas Vicky pipis nih tangan saya jadi basah."<br />Vicky protes. "enggak kok, vicky enggak pipis."<br />Mereka berhenti beraktifitas gara-gara Vicky terangsang dan memeknya mulai basah.<br />Aku menjelaskan bahwa Vicky memang benar tidak pipis. Bawuknya basah karena dipegang-pegang Dicky. " Itu normal, dan tandanya Vickya senang dan menikmati. " Ya kan Vick)" Vicky mengangguk malu.<br />Akhirnya mereka kuarahkan untuk membuka semua baju dan celana dan bertelanjang bulat. Vicky keberatan dan agak protes, mereka malu kalau harus saling telanjang mereka belum pernah melakukannya apalagi di depan diriku.<br />Aku matikan lampu kamar sehingga suasana jadi agak temaram, dan akhirnya setelah aku yakinkan bahwa aku mengajari mereka agar bisa menikmati rasa yang lebih enak, akhirnya mereka melpas semua pakaiannya. Kambali mereka kusuruh pelukan, ciuman dan meraba genital masing-masing lawan. Mereka mengulangi adegan tadi dan tangan Vicky kuarahkan agar melakukan gerakan mengocok penis Dicky dan tangan dicky kuarahkan agar jari tengahnya menyelip ke dalam belahan memek vicky.<br />Keduanya makin tgerangsang sehingga tidak peduli lagi ada aku disampingnya .<br />Dicky aku arahkan agar mencium kedua puting Vicky yang belum tumbuh karena dadanya masih rata. Dia menuruti dan rupanya Vicky makin terangsang meski belum tumbuh teteknya. Dia mulai mengerang meski tertahan dan pelan. Sedang dDicky pun makin agresif mengisap pentil Vicky yang rupanya juga mulai mengeras.<br />Dicky kuarahkan agar tidur telentang dan Vicky duduk disampingnya. Vickya kuarahkan menintensifkan kocokan ke batang Dicky yang telah tegang sempurna dengan panjang sekitar 10 cm. Dicky penisnya telah disunat. Kocokan Vicky makin kencang sampai akhirnya Dicky mengerang. Dia mencapai orgasme tetapi belum ada spermanya. Vicky kuminta menghentikan aktifitasnya karena penis Dicky jadi terasa ngilu. " Enak oom," terimakasih ya. Dicky tersenyum puas.<br />"sekarang giliran kamu memuaskan Vicky" perintahku.<br />"Gimana mas caranya,".<br />Kuarahkan jari tengahnya untuk menggosok perlahan-lahan itil Vicky. Begitu jari tengah Dicky menyentuh clitoris Vicky, dia menggelinjang dan terkejut. Dicky pun bingung, "Kenapa Vick," tanya Dicky.<br />"Geli," katanya.<br />Kuarahkan agar d<br />Dicky memperlakukan clitoris Vicky secara halus dan jangan ditekan kuat-kuat. Dicky dengan sabar menuruti perintah ku, tetapi dia selalu kehilangan arah mencari clit Vick. Nggak kelihatan sih katanya.<br />Aku menyalakan lampu dan Dicky tidak protes malah dia senang. Aku tunjukkan dimana letak clit Vicky dan bagaimana memperlakukannya.<br />Dicky akhirnya mulai mahir memainkan clit Vicky sampai sekitar 10 menit Vicky meregang dan aku perintahkan tangan Dicky mendekap memek Vicky. " Mas memek Vicky kok berkedut-kedut," ujar Dicky.<br />"Yah memang begitu sama seperti kamu tadi juga berkedut-kedut," jeasku.<br />Pelajaran hari ini sampai disini saja, mereka kuasarankan untuk membersihkan diri.<br />Dicky dan Vicky makin akrab dengan ku mereka makin banyak bertanya dan makin terbuka. Nanti aku ajari yang lebih asyik lagi, aku menjanjikan mereka. "Emang ada yang lebih enak lagi mas," tanya Vicky.<br />"Ada dong,"<br />Ajari lagi dong, sekarang dong mas," kata Dicky.<br />Kusarnakan mereka membersihakan kemaluannya dan menyabuninya sampai terasa wangi. Tanpa tunggu lama mereka segera menyerbu kamar mandi dan tidak sampai 5 menit mereka sudah menemuiku di kamarnya.<br />"Buka baju dan lakukan seperti yang kalian biasa lakukan," perintahku.<br />Keduanya langsung berpagutan dan mulai saling meraba, Dicky mulai pintar menciumi bagian-bagian tubuh Vicky. Demikian juga Vicky mulai pandai merangsang genital Dicky. Sampai titik rangsangan tertentu mereka kuminta berhenti. Kuperintahkan Dicky tidur telentang dan batangnya sudah menegang keras sekali, Vicky kuminta mencium batang penis Dicky. " Ih buat pipis kok dicium, jijikan mas," protes Vicky.<br />"Tadi kan sudah dibersihin dan pakai sabun, coba cium wangi nggak," ujar ku.<br />Vicky mencoba mencium dan memang dia mengirup aroma wangi sabun. "Jilat ujungnya ujung penisnya," perintahku.<br />Vicky agak ragu dan mulai menjilat seperti dia sedang mencoba merasakan sesuatu. " Nggak ada rasanya mas," ujarnya.<br />"Memang ngga ada rasanya, tetapi Dicky merasakan enak, benar gak Dick,"<br />Dicky hanya mengangguk.<br />Vicky mulai terbiasa menjilat, ujung penis Dicky lalu aku menunjuk bagian-bagian yang harus dia jilat. sampai ke kantong zakar.<br />Dicky keenakan, sambil menggelinjang. Setelah lancara acara penjilatan, aku minta Vicky mengulum batang Dicky. Vicky yang sudah terangsang tidak protes jijik lagi dia mulai memasukkan batang Dicky ke dalam mulutnya . " Jangan sampai kena gigi," titahku pada vicky.<br />Isap dan maju mundur , ujarku pada Vicky.<br />Belum sampai 5 menit Dicky sudah kelojotan keenakan. Kuperintahkan Vicky untuk menghentikan aktifitasnya.<br />"Lebih enak mas, top deh" puji dicky.<br />Kini giliran kamu Dick memuaskan Vicky.<br />"Tapi Vicky kan nggak punya batang apanya yang mesti diemut," protes Dicky.<br />Vicky ku suruh berbaring dan merengganggkan kedua kakinya dan menekuk ke atas. Kubuka lobang memek Vicky dan menunjukkan pada Dicky bagian mana yang harus di jilat.<br />"Tapi memek Vicky basah mas, kalau batangku kan kering," protes Dicky.<br />"Coba cium wangi nggak," ujar ku.<br />Dicky membaui memek Vicky dan dia setuju memek Vicky memang masih wangi bau sabun.<br />Dicky kuarahkan tidur telungkup diantara kedua kaki Vicky dan mulai menjilat clitnya. Bagitu tersentuh lidah Vicky kaget. " Kenapa Vick, sakit, tanya Dicky.<br />"Enggak kok tapi geli dan agak ngilu."<br />Kuarahkan agar jilatan dicky janan langsung ke ujung clit tetapi seputarannya saja dulu sampai Vicky terbiasa dan beradaptasi dengan jilatan Dicky. Dicky kusarankan untuk membekapkan mulutnya ke sekitar itil Vicky.<br />Vicky mulai terangsang hebat dan bergerak-gerak ketika itilnya tersentuh lidah Dicky.<br />Sekitar 10 menit, Vicky mulai kelojotan dan merintih keenakan. Dia mencapai orgasme. Dicky kusuruh menghentikan aktifitasnya dan kembali mencium mulut Vicky yang masih sange berat pasca orgasem. Vicky memeluk erat saudara kembar laki-laginya.<br />Setelah dua minggu aku biarkan pengetahuan cumbu mereka dsampai disitu akhirnya, Dicky menarik tanganku." Mas katanya kalau batangku dimasukkan ke memek Vicky rasanya bakal lebih enak lagi. ADa temen di sekolah yang cerita-cerita soal ngentot. Saya sudah coba tapi nggak bisa masuk," kata Dicky.<br />"Sebetulnya belum waktunya kamu melakukan itu, jadi ya belum bisa," ujarku enteng.<br />"Yah mas tapi Dicky kepengin," Vcky yang kemudian merapat juga mengatakan hal s=yang sama.<br />"Ya sudah sana cuci-cuci dulu," perintahku<br />Aku lalu menyusul masuk ke kamar mereka.<br />Aku duduk di kursi dan mengamti dari kejauhah. Kuperintahkan mereka melakukan ritual seperti biasa , cium, raba dan oral. Mereka protes dan mengatakan ingin langsung. Aku yakinkan itu tidakbisa, harus ada proses tidak bisa langsung apalagi ini baru pertama, jadi harus melalui proses dari pelajaran sebalumnya.<br />Mereka pun akhirnya menuruti kata-kataku dan hampir 1 jam mereka menyelelsaikan masing-masing orgasmenya.<br />Batang Dicky sudah tegak kembalisetelah hampir 10 menit mengoral Vicky.<br />Vicky kuarahkan tidur dengan mengangkangkan kakinya dan menekuk ke atas.<br />Dicky merangkak di atasnya dan dengan tanganku ku bimbing batang penisnya menemukan sasaran. Sebelumnya batang Dicky aku lumasi dengan KY Jelly agar lebih licin. Kepala penis Dicky mengkilat karena sudah mencapai ketagangan yang sempurna aku kuakkan belahan memek Vicky dan Dicky dengan memegangi penisnya di mendorong masuk ke dalam memek Vicky.<br />Berkali kali kepelset ke atas dan ke bawah. sampai akhirnya kepala penis dicky masuk. " Pelan-pelan dick, jangan dipaksa karena ini dirasakan sakit oleh Visky," kata ku.<br />Vicky membenarkan dengan mengatakan "pelan-pelan Dick, sakit".<br />Aku minta dicky menarik sedikit dan kembali mendorong sedikit. " TArik sedikit dan dorong lebih banyak,"<br />Gerakan itu berhasil membawa batang Dicky masuk hampir separo smpai dia merasakan buntu. Sementara Vicky sudah berlinangan air mata menahan rasa sakit.<br />Aku minta keduanya bersabar, karena memang pada usia kalian hal ini belum waktunya jadi agak sakit.<br />Dalam hatiku berkata bagus penisnya masih kecil kalau penisku yang menerobos, bisa pingsan si Vicky ini.<br />Gerakan maju mundur setengah batang sudah mulai lancar dan Vickya sudah mulai kurang merasa sakitnya.<br />Dicky kusuruh bertahan di dalam liang vagina Vicky dan kuminta untuk agak menekan sedikit , kalau Vicky sakit, harus berhenti, kalau sudah tidak sakit lagi diteruskan kembali. Dicky memang murid yang cerdas dia melakukan apa yang aku perintahkan sampai akhirnya semua batang penis dicky tenggelam di memek Vicky. Dicky kuminta untuk tidak melakukan gerakan kasar, karena Vicky masti merasakan sakit ada sedikit noda darah di sprei menandakan selaput dara Vicky sudah jebol.<br />Mungkin karena sempit dan demikian lama proses penerobosan itu. Dicky akhirnya mencapai orgasme di dalam memek Vicky.<br />Vicky tidak mendapatkan orgasme karena dia lebih merasa sakit dari pada enak<br />Keduanya terkulai lemas. Aku tinggalkan mereka dalam keadaan terlelap tidur.<br />Di luar aku ketemu Ery.<br />"Abis ngapain mas,"tanya Ery.<br />"Ngajari Dicky dan Vicky,"<br />Ery lalu faham dan segera menarikku ke kamarnya.<br />Suatu hari aku tanya Ery, "Mau gak ngajar praktek Dicky dan Vicky,"<br />Ery menyambut gembira tawaran ku itu.<br />Ketika tawaran yang sama ku sampaikan Dicky dan Vicky mereka juga setuju.<br />Pada hari yang sudah kami sepakati dimulailah pelajaran dengan guru Ery dan aku sebagai pengawas.<br />Untuk menghilangkan rasa canggung kami sepakati semua dalam keadaan telanjang di dalam kamar dan semua sudah dicuci bersih.<br />Bagitu kubuka celanaku maka kontolku langsung ngacung ke depan, Dicky juga begitu. Ah normal.<br />Ery teteknya sudah lebih besar karena dia kini sudah mencapai usia 12 tahun.<br />Pelajaran pertama adalah terhadap Dicky dan Ery akan melakukan praktek kepada Dicky. Vicky agak cemas tapi dia terpaksa menerima karena sudah kesepakatan.<br />Dengan kelihaian Ery dia mulai merangsang Dicky dengan mulai menghisap penis dicky diseleingi menjilan dan sampai menjilati lubang dubur Dicky. Mendapat serangan piawai dan tidak duduga, Ery jadi kelojotan keenakan dan mengerang tanpa sadar.<br />Belum sampai 5 menit Dicky sudah kejang mencapai orgasme. di mulut Ery.<br />Ery puas karena sergapannya segera membuahkan hasil. Vicky ternganga saja sambil duduk bersila disamping Dicky.<br />Ery lalu melepaskan saran. Kalau Dicky yang diajari, Vicky juga harus diajari secara praktek dan yang melakukannya adalah Mas Didit. Vicky Terperangah dan dia tidak bisa menangkis ketika Ery membujuk Vicky agar mau menerima pelajaranpraktek dari ku. Aku juga tak menduga bakal terlibat sejauh ini.<br />"Ayo mas ajarin Vicky tu biar lebih mahir," ujar Ery.<br />Vicky aku bimbing untuk rebah dan perlahan-lahan kucium keningknya, pipinya, lehernya , telinganya sampai dia mulai on. Bibirnya kusergap dengan gerakan yang menambah nafsu. Vicky jadi lupa dia sedang berhadapan dengan siapa . Tangannya segera merangkul leherku dan memeluknya erat. Aku semakin ganas menyerang Vicky. mulai kuciumi kebawah, sampai bagian susunya yang rupnya sudah agak mengelembung sedikit terutama bagian sekitar putingnya. Vicky menggeliat dan merintih keenakan.<br />JIlatanku makin ke bawah dan akhirnya mendarat sampai di sekitar memeknya. Tidak langsung menuju sasaran itil, tetapi diseputar memek dan lubang anusnya. Vicky makin kelojotan dan mulai mendesis.<br />Memek kecil itu mulai basah dan mulai mengalir keluar dari celahnya.<br />Melihat aksku, Dicky rupanya mulai terangsang dan pensinya perlahan-lahan bangun. Kesempatan itu tidak disia-siakan ErY lalu dia segera mendorong Dicky untuk tidur telentang dan Ery lalu menduduki penis Dicky yang dengan mudahnya masuk ke memek Ery. Ery melakukan gerakan maju mundur.<br />Aku pun mulai melakukan serangan ke itil Vicky dan mulailah dial bergelinjang-gelinjang smapia akhirnya dpada menit ke 10 dia meregang orgasme. Setelah pulih dari ritem orgasmenya aku mengarahkan kontolku untuk mencob menerobos masuk ke memek gadis 9 tahun. Dengan hati hati ku sorongkan kepala Penisku yang tampaknya terlalu besar bagi lobang vagina Vicky. Pelan-pelan kudorogn sampai semua bagian kepala masu. Vicky hanya menggelengkan kepala ketika kutanya apakah sakit. Aku maju mundurkan sedikit untuk melumasi batang penisku sebelum ku dorong lebih dalam.<br />Perlahan-lahan penisku mulai memenuhi rongga memek Vicky. Bibir Vagina Vicky terlihat terbuka lebar melahap batang penisku. Ternya bisa juga seluuh batang ku ambles ke dalam memk kcil ini. Aku melakukan gerakan hati-hati. "Penuh bagnet mas rasanya" ujar Vicky.<br />Pelan pelan aku goyang sampai gerakan keluar masuk makin lancar. Sekitar 15 menit pada posisi misionaris aku balikkan badan Vicky sehingga di sekarang berada diatas ku dia duduk persimpuh dan kuperintahkan melakukan gerakan maju mundur jangan naik turun, karena dia tidak bisa mengontrol gerakan naik turun. Khawatir nanti batangku copot dari memeknya.<br />Vicky mulai terangsang karena dia mendapatkan posisi yang tepat dia makin bersemangat menggerakkan pinggulnya sampai dia sendiri mengerang dan rebah ke badan ku. Vicky mencapai Orgasme.<br />Kuminta Vicky Nugging dan kuterobos lobang memeknya dari belakang gerakan keluar masuk makin merangsang dan hampir 10 menit Vicky berteriak . Rupanya dia mencapai orgase G-SPot. Akupun jadi makin terangsang dan Segera kutarik batangku lalu kusemprotkan seprma di pungkung Vicky.<br />Ery dan Dicky masih bergumul,. Mungkin sizenya tidak tepat jadi keduanya jadi mendapat rangsangan minimal. Hampir setengah jam kemudian Dickyy mengejang , sementara Ery belum mendapatkan orgasme.<br />Ery lalu menyambar kontolku dan diisapnya dengan penuh nafsu. setelah berdiri tegak dia segera duduk di atas penisku sambil terus melakukan gerakan ganas dan brutal sammpai dia menjerit keenakan mendadapat orgasme.<br />Kami berempat kelelahan.<br />Sejak sat itu kami berempat jadi bebas melakukan hubungan sex sampai akhirnya Mbak Vina mengetahuinya.<br />Komunita telanjagn kembli bersemi dan kami berenam lebih memilih telanjang dirumah dari pada mengenakan pakaian. Party sex pun kembali diselenggarakan.<br />Aku sempat mendokumentasikan pemecahan perawan Vicky oleh Dicky dan tentu saja pelajaran praktek dengan pembimbing aku dan Ery.<br />Dokumentasiku makin lengkap dan makin bervariasi aktor dan aktresnya.<br />Unknownnoreply@blogger.com0